• Tidak ada hasil yang ditemukan

Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminisme Sebuah Pengantar.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hirata, Andrea. 2016. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Bentang.

Liasna dan Ansari. 2016. “Perspektif Gender dalam Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Kajian Struktur dan Kritik Sastra Feminisme serta Relevansinya Sebagai Bahan Bacaan di SMA”.

Mbulu, Anthonia Pula Hutri. 2017. “Citra Perempuan dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono: Kajian Kritik Sastra Feminisme”.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahman dan Hearty. 2016. Kajian Perempuan Malaysa-Indonesia dalam Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sugihastuti dan Suharto. 2016. Kritik Sastra Feminisme, Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siswanto, Wahyudi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Saryono. 2009. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Universitas Negeri Malang

Sugihastuti dan Saptiawan. 2007. Gender & Inferioritas Perempuan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugihastuti.2000. Wanita di Mata Wanita, Persfektif Sajak-Sajak Toety Heraty. Bandung: Penerbit Nuansa.

Tantawi, Isma. 2017. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Cita Pustaka Media.

Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminisme: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Zulfitri, dkk.2012. “Aspek Sosiologis Tokoh Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata”.

Htttp://ejournal.unp.ac.id/indeks.php/pbs/article/view/443

47

LAMPIRAN 1

BIOGRAFI ANDREA HIRATA

Andrea Hirata adalah seorang novelis yang telah merevolusi sastra Indonesia. Hirata lahir di Gantung, Belitung Timur pada tanggal 24 Oktober 1967. Ia berasal dari Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Saat masih kecil, ibunya mengganti namanya sebanyak tujuh kali sampai akhirnya mereka memberi nama Andrea, yang nama Hirata diberikan oleh ibunya. Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk).

Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains-fisika, kimia, biologi, astronomi, dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.

Setelah menerima besiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu Universitas Sheffield Hallam di Inggris. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitasnya dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku tersebut telah beredar sebagai referensi ilmiah.

48

Hirata menulis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005.Novel ini ditulis berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung.ia kemudian menggambarkannya sebagai “sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia”. Novel ini terjual lima juta eksemplar, dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih. Novel ini menghasilkan trilogy novel Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Adapun karya-karyannya yang lain adalah Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas (2010), Sebelas Patriot (2011), Laskar Pelangi Song Book (2012), Ayah (2015), dan Sirkus Pohon (2017). Beberapa penghargaan yang pernah ia dapatkan di antaranya sebagai pemenang BuchAwards Jerman 2013, pemenang Festival Buku New York 2013 (General Fiction Category), Honorary Doctor of Letters (Hon Dlitt) dari Universitas Warwick 2015, dll.

49

LAMPIRAN 2 SINOPSIS

Cinta di dalam Gelas karya Andrea Hirata

Novel Cinta di dalam Gelas bercerita tentang perjuangan seorang tokoh perempuan bernama Enong atau nama aslinya adalah Maryamah untuk dihargai sebagai perempuan. Enong berasal dari keluarga yang sederhana. Ia seorang perempuan yang pekerja keras. Ia bekerja sebagai pendulang timah, berusaha sedapatnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia memilliki tiga orang adik perempuan, yakni Ania, Luna, dan Ulma. Setelah ketiga adik perempuannya menikah mendahului dirinya, mereka pergi meninggalkan rumah dan mengikut suami masing-masing, maka tinggallah Maryamah bersama ibunya.

Beberapa waktu kemudian, Syalimah, ibu Maryamah jatuh sakit. Selama ibunya sakit, ia sering melihat ibunya memandanginya dengan rasa sedih.

Maryamah tahu apa yang hendak dikatakan ibunya. Karena itu, ia menerima pinangan seorang lelaki bernama Matarom. Tak seperti perkawinan ibu dan ketiga orang adiknya, perlakuan buruk suaminya telah tampak sejak awal pernikahan, namun ia tetap bertahan. Seburuk apapun ia diperlakukan, ia menganggap dirinya telah mengambil keputusan dan ia selalu berusaha menjaga perasaan ibunya. Namun, pertahanan Enong akhirnya goyah, ia pun pasrah dan kembali kepada ibunya. Ia menemani hari-hari tua ibunya yang semakin ringkih dan sakit-sakitan hingga meninggal dunia.

50

Akhirnya, pada saat perlombaan catur, ia memberanikan diri untuk melawan mantan suaminya, tak terima dengan semua perlakuannya dulu. Ia belajar dari Grand Master Ninochka Stronovsky lewat internet melalui Ikal, Maryamah atau Enong selama berbulan-bulan memepelajari catur. Adapun motivasi untuk belajar catur ialah untuk mengalahkan Matarom mantan suaminya. Matarom adalah seorang pecatur tanggguh. Sudah dua kali berturut-turut meraup piala catur kejuaraan 17 Agustus. Sekarang ia bersiap menggondol piala untuk ketiga kalinya. Tidak mudah bagi Maryamah untuk bisa bergabung dalam perlombaan catur tujuh belasan tersebut. Banyak pro dan kontra karena Maryamah adalah seorang perempuan. Di mana pada masyarakat Belitong di masa itu perempuan tidak pernah diikutsertakan mengikuti perlombaan. Setelah melalui berbagai kesulitan karena banyaknya orang yang mendukung Maryamah, pada akhirnya ia diperbolehkan juga untuk mengikuti lomba catur 17 Agustus.

Pertarungan Maryamah dalam perlombaan catur yang pertama adalah melawan Aziz, penonton berbondong-bondong ke warung kopi. Penonton menjadi ramai karena adanya penonton perempuan yang ingin menjadi suporter maryamah. Penonton sangat takjub akan keberanian Maryamah yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Setelah melawan Aziz, berikutnya melawan Muntaha, karena mendadak dinas ke Pangkal Pinang digantikan oleh Maulidi, Maryamah memenangkan pertandingan itu. Berikutya ia melawan laki-laki Hokian bernama Go Kim Pho, lagi-lagi Maryamah memenangkan pertandingan.

51

Pada sebuah pertandingan, Maryamah sedikit gugup melawan pria dengan salak anjing di pinggirnya. Ia jadi teringat pada peristiwa masa lalunya di mana ia pernah hampir diperkosa, namun masih bisa melarikan diri walau dikejar oleh anjing-anjing si pria jahat tersebut. Kejadian tersebut adalah salah satu motivasi Maryamah untuk memenangkan pertandingan caturnya. Ia harus mengalahkan masa lalunya dan rasa trauma yang telah merangkap dirinya. Ia harus keluar dari masa lalu yang buruk agar bisa melanjutkan hidup dan merebut apa yang semestinya menjadi miliknya.

Setelah pertandingan Maryamah dengan para pecatur lainnya telah usai, maka tibalah di arena catur perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus yang benar-benar terasa mendebarkan. Kaum perempuan pedagang kecil yang berunjuk rasa untuk mendukung pendaftaran Maryamah tempo hari tiba dalam satu rombongan besar yang meriah. Semua ingin menyaksikan penampilan seorang perempuan yang digembor-gemborkan sangat lihai dalam bermain catur. Mereka dari pelosok-pelosok pulau dengan pakaian serba hitam.

Akhirnya, di situ Maryamah dan Matarom mantan suaminya berhadap-hadapan. Maryamah dan Matarom seperti tak sabar ingin saling bunuh-bunuhan yang membuat penonton semakin tegang. Meledaklah sorakan penonton perempuan ketika melihat Maryamah menengadah ke langit sebagai tanda kemenangannya. Maryamah bukan hanya menang dalam pertadingan, tetapi juga menang dalam menegakkan kembali harkat dan martabat dirinya sebagai perempuan.

Dokumen terkait