Alma, B. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Ardianto, E. 2009. Public Relations Praktis. Bandung: Widya Padjajaran.
Arif, R. 2004. Pola Komunikasi Pengelola Taman Nasional dalam Meningkatkan Kesadaran Konservasi Pengunjung (Kasus di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2008. Kampar dalam Angka 2008. Bangkinang: BPS Kampar.
Bank PD BPR Sarimadu. 2009. Komitmen dan Kontijensi Bank PD BPR Sarimadu Periode Triwulan I 2009. Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu. _____. 2010a. Profil Bank PD BPR Sarimadu. Bangkinang: Bank PD BPR
Sarimadu.
_____. 2010b. Komitmen dan Kontijensi Bank PD BPR Sarimadu Periode Triwulan I 2010. Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu.
_____. 2010c. Rekap Penyaluran Kredit per produk Bank PD BPR Sarimadu (dicetak tanggal 16 Februari 2010). Bangkinang: Bank PD BPR Sarimadu. Berlo. 1960. The Process of Communication Introduction to Theory and Practice.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Bintarti, A. 2003. Pola Perilaku Komunikasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa Universitas Terbuka di Unit Program Belajar Jarak Jauh Bogor [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bungin, B. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Grup.
Cangara, H. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
DeVito, JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Agus, M, penerjemah. Jakarta: Professional Books.
Effendy, OU. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Engel, JF. Blackwell, RD, Miniard, PW. 1992. Consumer Behavior. Chicago: The Dryden Press.
Fawcett, AE. 1993. Integrated Marketing Marketers Convinced Its Time Has Arrived. Advertising Age.
Goldberg. AA., Larson. CE. 1985. Komunikasi Kelompok. Jakarta: UI Press. Griffin, EM. 2003. A First Look at Communication Theory. New York:
McGrraw-Hill Companies.
Hadi, AP. 2001. Hubungan antara Komunikasi Publik Perusahaan dan Sikap Komunitas Setempat : Kasus pertambangan emas Batu hijau di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Harahap, MA. 2002. Faktor yang Mempengaruhi Pola Pelaksanaan Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan di Pedesaan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Jufri, Y. 2009. Pola Komunikasi Sosial Masyarakat Islam dan Kristen di kelurahan Labuh baru Timur Kota Pekanbaru. www.Scribd.com.
Karim, L. 2008. Demystifying Micro Credit, The Grameen Bank, NGOs, and Neoliberalism in Bangladesh. Cultural Dynamics 20 (1):5-29. http://cdy.sagepub.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2009.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kennedy, JE., Soemanagara. RD. 2006. Marketing Communication. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Koesoemawardani, N. 2003. Peran Komunikasi dalam Kelembagaan Lumbung untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kotler, P, Swee HA, Siew ML, Chin TT. 2005. Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Littlejohn, SW, Foss, KA. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human Communication Eighth Edition. Mohammad YH, penerjemah. Jakarta: Salemba Humanika.
Masmuh, A. 2008. Komunikasi Organisasi, Teori dan Praktek. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Miles, MB., Huberman, AM. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Morissan. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Ramdina Prakarsa.
Muhammad, A. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nurmanaf, AR, Hastuti EL, Ashari, Friyatno S dan Wiryono B. 2006. Analisis Sistem Pembiayaan Mikro dalam Mendukung Usaha Pertanian di Pedesaan. Laporan Penelitian. Pusat Analisis Sosek dan kebijakan Pertanian. Departemen Pertanian.
Pitt, MM, Khandker, SR, Cartwright, J. 2006. Empowering Women with Micro Finance : Evidence from Bangladesh. Economic Development and Cultural Change: 791-831.
Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Retnowati, Y. 2007. Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dalam Membentuk
Kemandirian Anak (Kasus di Kota Yogyakarta) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rogers, EM., Rogers, RA. 1976. Communication in Organization. New York: The Free Press.
_________, Kincaid, DL. 1981. Communication Networks Toward a New Paradigm for Research.New York: The Free Press.
_________. 2003. Diffusion of Innovations Fifth Edition. New York: The Free Press.
Sereno, KK., Bodaken, EM. 1975. Trans-Per Understanding Human Communication.Boston: Houghton Mifflin Company.
Sihaloho, H. 2004. Pemberdayaan Pengusaha Kecil Melalui Bantuan Kredit dan Pendampingan (Kasus Peserta Proyek P4K di Kabupateten Bogor. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sriram, MS. 2007. Productivity of Rural Credit : A Review of Issues and Some Recent Literature. International Journal of Rural Management, 3(2), 2007:245-268. http://irm.sagepub.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2009. Suciwati. 2000. Peranan Lembaga Perkreditan terhadap Peningkatan Usaha
Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Tabanan Bali (Studi Kasus BPR dan LPD di Kecamatan Kediri) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suharto, P. 1985. Mengenal Bank Perkreditan Rakyat Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.
Supriadi, H. 2003. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Kinerja Debitur Mikro : Kasus pada ULM ABC, PT. Bank XYZ di Jakarta [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Syukur, M. 2002. Analisis Keberlanjutan dan Perilaku Ekonomi Peserta Skim Kredit Rumah Tangga Miskin [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tubbs, SL., Moss, S. 2005. Human Communication; Prinsip-prinsip dasar. Deddy M, Gembirasari, penerjemah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Undang-undang RI Nomor 14 tahun 1967, tentang pokok-pokok perbankan.
Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998, tentang perbankan, tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 07 Tahun 1992 Tentang Perbankan Indonesia. West, R., Turner LH. 2008. Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Ed. 3. Maria
NDM, penerjemah. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Windarti, H. 2000. Kajian Pengaruh Jaringan Komunikasi dalam Penerapan Inovasi Kredit Pola Grameen Bank terhadapPeningkatan Pendapatan Anggota (Kasus Skim Kredit Karya Usaha Mandiri Kabupaten Bogor) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Zulkarnain. 2005. “Pemahaman tentang Ekonomi Rakyat dan Ekonomi Kerakyatan”,Riau Mandiri. 27 Desember 2005.
Zuprianto. 2009. BPR Sarimadu Kampar Tumbuh Pesat. www.riaubisnis.com. Diakses tanggal 03 Desember 2009.
(Case of Bank PD BPR Sarimadu, Kampar Regency, Riau Province). Under direction of NURMALA K. PANDJAITAN and HADIYANTO.
Financial institutions are important actors in the National economic. The objectives of this research were to describe pattern of communication of Bank PD BPR Sarimadu in credit activity (dissemination, use and repayment of credit), and the impact of communication pattern to repayment credit of Bank PD BPR Sarimadu. The research was conducted at the Bank PD BPR Sarimadu Kampar regency on February until May 2010. This is a qualitative research, with observation, in depth interview an triangulation. Sources of data in this study are the data interview from informan’s (bank employees and twenty nine clients) and supported by secondary data from documents and archives of bank and other related agencies. Informan selection procedure performed by the determination of persuasive sampling technique. Pattern of communication is evaluated from five components, there are forms of communication, contents of the message being communicated, actors involved the communication, communication frequency and types of relationship. The results are : there are two forms of communication which are direct and indirect communication. Direct communication is bank employees come to client shop or client come to bank. Indirect communication is newspapers advertisement, radio, television, brochure and banner. The messages consist of credit informations at socialization and bank action if overdue consumer pay for credit at loan of credit. Actors who are involve in doing communications are employees of Bank PD BPR Sarimadu, local government and client candidate at credit socialization and employees of Bank PD BPR Sarimadu with client at loan of credit. Communications frequency done once a week for credit of bakulan and once a month for credit of modal kerja. Types of relationship that happened was formal relationship and informal relationship. Formal relationship when client come to bank. Informal relationship when employees of Bank PD BPR Sarimadu come to client shop and use ocu language. The continuity of communication has an impact to repayment of loan and prevent problems credit returns. There are no credit arrears of year 2009 until now and the increase of number of credit accounts are 3833 accounts in 2005 to 5766 accounts in 2009.
Keywords : Communication pattern, BPR, direct communication, undirect communication.
Latar Belakang
Krisis ekonomi yang mulai terjadi tahun 1997 lalu masih menyisakan banyak permasalahan, khususnya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Usaha besar para konglomerat semakin berkembang, adapun usaha kecil semakin terpuruk karena keterbatasan akses terhadap modal. Pemerintah sudah berupaya memasyarakatkan kebijakan tentang ekonomi kerakyatan. Kredit dan pinjaman perbankan yang seharusnya ditujukan untuk meningkatkan ekonomi rakyat justru dimanfaatkan oleh konglomerat yang lebih mudah mengakses informasi. Begitu longgarnya tatanan kredit dan pinjaman perbankan, sehingga menyebabkan pembangunan ekonomi mudah terpengaruh oleh gejolak ekonomi (Zulkarnain 2005).
Lembaga keuangan merupakan pelaku penting dalam perekonomian suatu negara. Prakteknya, lembaga keuangan dibagi menjadi bank (bank sentral, bank umum, bank perkreditan rakyat dan bank syariah) dan lembaga keuangan non bank (pasar modal, pasar uang, koperasi, pegadaian dan asuransi). Beberapa tahun terakhir, pihak pemerintah dan non pemerintah di negara berkembang memperkenalkan program kredit untuk masyarakat desa (Pitt et al. 2006). Hal ini diharapkan mampu membantu permodalan bagi masyarakat kecil yang selama ini terbentur pada agunan.
Bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan dapat membantu usaha kecil meningkatkan usahanya melalui pemberian kredit sebagai tambahan modal. Bank perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang bergerak pada sektor mikro yang diharapkan mampu membantu peningkatan usaha kecil pedesaan. Meskipun porsi yang diperankan bank mikro relatif kecil, tetapi fleksibilitas dan mobilitasnya cukup tinggi dalam menjangkau pasar dibandingkan dengan bank komersial. Bank mikro menyentuh hal yang lebih sosial, disamping sebagai mediator keuangan juga harus memberikan pembelajaran bagaimana berhubungan dengan institusi keuangan formal (Supriadi 2003).
Selama ini, masyarakat pedesaan cenderung belum akrab dengan perkreditan formal dan tidak berani untuk mengambil kredit di lembaga keuangan
formal. Karena dianggap prosedur peminjaman kredit yang rumit dan adanya agunan. Sehingga diperlukan sosialisasi yang mampu meningkatkan kepercayaan dan keberanian masyarakat khususnya di pedesaan untuk menggunakan fasilitas perkreditan. Sosialisasi fasilitas kredit bank perkreditan rakyat (BPR) bagi masyarakat diharapkan dapat menarik calon nasabah untuk menggunakan layanan perkreditan dan juga meningkatkan loyalitas nasabah sehingga menunjang kelancaran dan tepat waktu dalam pengembalian kredit.
Adanya bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan memudahkan para pengusaha kecil dan menengah mendapatkan peluang kredit sehingga nantinya akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di pedesaan. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai harus dapat dinikmati oleh masyarakat seluas-luasnya. Namun perkembangan bank perkreditan rakyat (BPR) menjadi terkendala dengan adanya persaingan dengan bank umum yang membuka kredit mikro. Persaingan dengan lembaga keuangan lain menjadikan bank perkreditan rakyat (BPR) harus berusaha agar produk jasa perbankan yang diberikannya mampu menarik perhatian calon nasabah. Bank perkreditan rakyat (BPR) merupakan salah satu perusahaan jasa. Bagi perusahaan jasa dalam menetapkan strategi yang diperhatikan adalah 4P (product, price, place, promotion) ditambah dengan 3P yaitu people, physical evidence, dan process (Kotler et al. 2005). Perusahaan jasa menjual produk yang melalui pelayanan yang baik. Layanan dipengaruhi oleh beberapa elemen seperti lingkungan fisik dan kontak personal (Alma 2007).
Sosialisasi dan promosi fasilitas kredit bank perkreditan rakyat (BPR) bagi masyarakat dapat menarik calon nasabah untuk menggunakan produk layanan bank dan juga menunjang kelancaran pengembalian kredit. Komunikasi yang baik diperlukan dalam melakukan sosialisasi tersebut. Hal ini dimaksudkan dapat memaksimumkan kepuasan nasabah melalui berbagai pelayanan yang diinginkan nasabah yang diharapkan dapat berdampak pada loyal masyarakat terhadap bank perkreditan rakyat (BPR). Lembaga keuangan mikro dalam hal ini BPR dalam menjalankan misinya terhadap pengusaha tidak hanya mendapatkan kredit akan tetapi juga mendampingi dan membina para nasabah untuk mengelola keuangan
keluarga dalam menjalankan usahanya dengan tertib dan terencana serta memanfaatkan produk bank sesuai kebutuhan.
Menurut Hadi (2001), dalam penelitiannya mengenai komunikasi publik perusahaan, komunikasi berimplikasi terhadap terbentuknya sikap positif anggota komunitas dalam memandang keberadaan perusahaan. Hadi (2001) menyatakan bahwa perusahaan harus sudah melakukan komunikasi sejak awal konstruksi proyek. Dalam upaya menumbuhkan sikap positif tersebut, perusahaan membentuk suatu departemen khusus untuk menjembatani komunikasi antara perusahaan dengan komunitas setempat. Departemen hubungan eksternal pada perusahaan ini memiliki beberapa seksi yaitu hubungan komunitas, public relation, hubungan pemerintah, hubungan lembaga swadaya masyarakat dan pengembangan komunitas. Adanya departemen ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi citra perusahaan (Hadi 2001).
Adanya hubungan yang baik diharapkan akan memberikan dampak positif bagi citra perusahaan. Komunikasi merupakan sesuatu yang penting bagi setiap organisasi baik itu perusahaan ataupun organisasi nirlaba. Komunikasi adalah faktor yang amat penting untuk perusahaan dan organisasi nirlaba dan integrasi kelompok sosial, sebab dengan komunikasilah anggota kelompok sosial (publik) dapat saling mempengaruhi untuk mencapai keseragaman nilai-nilai dan kelakuan yang sama (Hadi 2001). Hubungan yang kuat dalam lembaga/organisasi dapat membawa keberhasilan dalam sutu program. Salah satu bentuk hubungan yang dilakukan adalah hubungan dengan publik eksternal (Nugraha dalam Ardianto 2009). Pola komunikasi yang baik diperlukan dalam hubungan dengan publik. Pola komunikasi tidak terlepas dari struktur yang sistematis tentang tingkah laku penerimaan dan pengiriman pesan diantara anggota kelompok, siapa yang berbicara kepada siapa dengan tingkat keseringan tertentu yang membentuk suatu kebiasaan (Goldberg & Larson 1985).
Perumusan Masalah
Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu yang selanjutnya disebut Bank PD BPR Sarimadu merupakan satu-satunya bank perkreditan rakyat (BPR) di Provinsi Riau yang telah mampu melakukan ekspansi ke luar wilayah kerjanya. Selain di Kabupaten Kampar, Bank PD BPR Sarimadu telah mempunyai cabang di Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Pekanbaru. Pada tanggal 9 Juni 2010, Bank PD BPR Sarimadu berhasil meraih prestasi sebagai bank perkreditan terbaik pada penganugerahan Infobank awards.
Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun Bank PD BPR Sarimadu yang berbentuk tabungan masyarakat tumbuh 124 persen per tahunnya, sedangkan deposito tumbuh 200 persen. Jika di tahun 2004, tabungan masyarakat yang ada di Sarimadu hanya sekitar 15 milyar rupiah, empat tahun kemudian angkanya mencapai 90 milyar lebih. Begitu juga dengan jumlah deposito, lima tahun lalu deposito yang ada di Bank PD BPR Sarimadu hanya sebesar 304 juta rupiah, sedangkan pada akhir tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 35 milyar rupiah. Hal ini tercapai karena banyaknya promosi yang dilaksanakan Bank PD BPR Sarimadu sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat Kampar (Zuprianto 2009).
Keberhasilan Bank PD BPR Sarimadu ini menimbulkan pertanyaan bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dalam hal perkreditan. Maka permasalahan yang dipelajari dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau?
2. Bagaimana hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian kredit Bank PD BPR Sarimadu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 2. Menganalisis hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Bank PD BPR Sarimadu untuk meningkatkan pola komunikasi dan kualitas layanan kredit untuk masyarakat kecil.
2. Bagi masyarakat Kampar khususnya mengenai akses permodalan dari Bank PD BPR Sarimadu agar dapat mendukung permodalan usaha masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Pengertian Komunikasi
Theodorson dan Theodorson dalam Littlejohn dan Foss (2009) mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian informasi, ide, sikap atau emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya. Theodore Clavenger Jr dalam Littlejohn dan Foss (2009) mencatat bahwa masalah yang selalu ada dalam mendefinisikan untuk tujuan-tujuan penelitian atau ilmiah berasal dari fakta bahwa kata kerja ‘berkomunikasi’ memiliki posisi yang kuat dalam kosakata umum dan karenanya tidak mudah didefinisikan untuk tujuan ilmiah. Definisi komunikasi lainnya dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam Effendy (2007), yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : who says what in which channel to whom with what effect(siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan Laswell ini merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu communicator (komunikator), message (pesan), media
(media), receiver(komunikan/penerima), dan effect (efek).
Hovland, Janis dan Kelly (1981) dalam Effendy (2007) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal dan bertujuan untuk mengubah tingkah laku orang lain. Teori komunikasi ini dikenal sebagai stimulus-organism-response. Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengaharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.
Teori komunikasi lainnya adalah teori matematikal model Shannon dan Weaver (Effendy 2007). Model komunikasi ini menunjukkan bahwa sumber informasi memproduksi sebuah pesan untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain-lain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi adalah benak (brain), pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, dan saluran adalah udara. Penerima melakukan kebalikan operasi yang dilaksanakan pemancar, yakni merekonstruksi pesan dari isyarat. Tujuan (destination) adalah orang atau benda kepada siapa atau kepada apa pesan ditujukan.
Komunikasi merupakan pusat kehidupan kemanusiaan. Komunikasi adalah salah satu dari kegiatan sehari-hari yang benar-benar terhubung dengan semua kehidupan kemanusiaan, sehingga kadang-kadang kita mengabaikan penyebaran, kepentingan, dan kerumitannya. Kita dapat menyusun serangkaian metode untuk meningkatkan komunikasi. Kita dapat menggunakan beberapa model dasar, tetapi hal ini juga memberikan pandangan tentang komunikasi yang terbatas (Littlejohn & Foss 2009).
Frank Dance dalam Littlejohn dan Foss (2009) menggrisbawahi adanya sejumlah elemen yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Tiga poin dari perbedaan konseptual yang penting membentuk dimensi-dimensi komunikasi. Dimensi yang pertama adalah tingkat pengamatan atau keringkasan. Komunikasi merupakan sebuah sistem (misalnya telepon atau telegraf) untuk menyampaikan informasi dan perintah (misalnya di Angkatan Laut), yang bersifat membatasi. Perbedaan yang kedua adalah tujuan. Definisi komunikasi disini adalah situasi- situasi yang merupakan sebuah sumber yang mengirimkan sebuah pesan kepada penerima dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi perilaku penerima. Sedangkan sebuah definisi yang tidak memerlukan tujuan adalah sebagai berikut : “komunikasi merupakan sebuah proses menyamakan dua atau beberapa hal mengenai kekuasaan terhadap seseorang atau beberapa orang. Dimensi ketiga yang digunakan untuk membedakan definisi komunikasi adalah penilaian
normatif. Beberapa definisi menyertakan pernyataan tentang keberhasilan, keefektifan, atau ketepatan; definisi-definisi yang lain tidak berisi penilaian yang lengkap seperti itu. Sebagai contoh, definisi berikut menganggap bahwa komunikasi dikatakan berhasil jika komunikasi merupakan pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan. Asumsi dari definisi ini adalah bahwa sebuah pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan. Di sisi lain, sebuah definisi yang tidak menilai apakah hasilnya berhasil atau tidak, komunikasi adalah penyampaian informasi. Di sini, informasi disampaikan, tetapi tidak penting apakah informasi tersebut diterima dan dipahami atau tidak.
Model Komunikasi
Model merupakan representasi sederhana dari proses komunikasi. Model diartikan sebagai gambaran yang didesain untuk mempresentasikan realita, dan merupakan representasi fisik atau verbal dari suatu objek atau proses (DeVito 1997). Suatu model yang nyata (tangible) akan membantu untuk menjelaskan proses komunikasi insani yang merupakan suatu proses yang tidak dapat diraba (intangible) yang selalu berubah (Tubbs & Moss 2005). Model merupakan suatu maksud untuk menunjukkan hal yang fundamental dalam sebuah studi (Sereno & Budaken 1975).
Komunikasi sebagai aksi: model linier
Deskripsi komunikasi sebagai proses linier pertama kali diungkapkan oleh Claude Shannon pada tahun 1949 (dalam West dan Turner 2008). Komunikasi sebagai proses linier merupakan komunikasi sebagai aksi satu arah. Satu arah menjelaskan bahwa pesan ditransmisikan dalam satu arah, dari satu orang ke orang lainnya (Sereno & Budaken 1975). Selain Claude Shannon, model linier juga dijelaskan oleh Harold D. Laswell dan Aristoteles. Model Laswell menjelaskan proses satu arah, sehingga mengabaikan faktor tanggapan balik. Aristoteles membuat model komunikasi terdiri dari tiga unsur takni sumber, pesan dan penerima. Tiga model analisis dasar komunikasi tersebut memiliki sifat satu arah (linier),
serta terlalu menekankan pada peranan sumber dan media (Cangara, 2004).
Elemen kunci pada model linier adalah sebuah sumber (source) yang mengirimkan pesan (message) kepada penerima (receiver) yang akan menerima pesan tersebut. Komunikasi juga melibatkan gangguan (noise), yang merupakan semua hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi (Gambar 1). Ada empat jenis gangguan. Pertama, gangguan semantik yang berhubungan dengan slang, jargon atau bahasa-bahasa spesialisasi yang digunakan secara perorangan dan kelompok. Kedua, gangguan fisik (eksternal) yaitu gangguan yang berada di luar penerima. Ketiga, gangguan psikologis merujuk pada prasangka, bias dan kecenderungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap satu sama lainnya atau terhadap pesan itu sendiri. Keempat, gangguan fisiologis adalah gangguan yang bersifat biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan semacam ini muncul apabila sedang sakit, lelah atau lapar.
Semantik Fisik Psikologis Fisiologis