• Tidak ada hasil yang ditemukan

Communication Pattern in Rural Public Credit Institution (Case of Bank PD BPR Sarimadu, Kampar Regency, Riau Province).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Communication Pattern in Rural Public Credit Institution (Case of Bank PD BPR Sarimadu, Kampar Regency, Riau Province)."

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat

Sarimadu Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

YULIA ANDRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pola Komunikasi Lembaga Perkreditan Rakyat di Pedesaan (Kasus Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu Kabupaten Kampar Provinsi Riau) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2011

(4)
(5)

(Case of Bank PD BPR Sarimadu, Kampar Regency, Riau Province). Under direction of NURMALA K. PANDJAITAN and HADIYANTO.

Financial institutions are important actors in the National economic. The objectives of this research were to describe pattern of communication of Bank PD BPR Sarimadu in credit activity (dissemination, use and repayment of credit), and the impact of communication pattern to repayment credit of Bank PD BPR Sarimadu. The research was conducted at the Bank PD BPR Sarimadu Kampar regency on February until May 2010. This is a qualitative research, with observation, in depth interview an triangulation. Sources of data in this study are the data interview from informan’s (bank employees and twenty nine clients) and supported by secondary data from documents and archives of bank and other related agencies. Informan selection procedure performed by the determination of persuasive sampling technique. Pattern of communication is evaluated from five components, there are forms of communication, contents of the message being communicated, actors involved the communication, communication frequency and types of relationship. The results are : there are two forms of communication which are direct and indirect communication. Direct communication is bank employees come to client shop or client come to bank. Indirect communication is newspapers advertisement, radio, television, brochure and banner. The messages consist of credit informations at socialization and bank action if overdue consumer pay for credit at loan of credit. Actors who are involve in doing communications are employees of Bank PD BPR Sarimadu, local government and client candidate at credit socialization and employees of Bank PD BPR Sarimadu with client at loan of credit. Communications frequency done once a week for credit of bakulan and once a month for credit of modal kerja. Types of relationship that happened was formal relationship and informal relationship. Formal relationship when client come to bank. Informal relationship when employees of Bank PD BPR Sarimadu come to client shop and use ocu language. The continuity of communication has an impact to repayment of loan and prevent problems credit returns. There are no credit arrears of year 2009 until now and the increase of number of credit accounts are 3833 accounts in 2005 to 5766 accounts in 2009.

(6)

Pedesaan (Kasus Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu Kabupaten Kampar Provinsi Riau). Dibimbing oleh NURMALA K. PANDJAITAN dan HADIYANTO.

Selama ini, masyarakat pedesaan cenderung belum akrab dengan perkreditan formal dan tidak berani untuk mengambil kredit di lembaga keuangan formal, karena prosedur peminjaman kredit yang dianggap rumit dan adanya agunan. Untuk itu diperlukan sosialisasi yang mampu meningkatkan kepercayaan dan keberanian masyarakat khususnya di pedesaan untuk menggunakan fasilitas perkreditan. Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu merupakan satu-satunya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Riau yang telah mampu melakukan ekspansi ke luar wilayah kerjanya. Selain di Kabupaten Kampar, Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu telah mempunyai cabang di Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Pekanbaru. Keberhasilan Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu ini menimbulkan pertanyaan bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu dalam hal perkreditan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

(1) Mendeskripsikan pola komunikasi yang dilakukan Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

(2) Menganalisis hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian kredit Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Penelitian ini dilaksanakan di Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu Kabupaten Kampar Provinsi Riau pada bulan Februari sampai Mei 2010. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan sengaja (purposive) yaitu memilih informan yang sesuai dengan desain penelitian. Subyek yang diwawancarai adalah karyawan Bank PD BPR Sarimadu (kepala seksi bagian umum, kepala bagian bagian kredit, kepala seksi bagian kredit, dua orang administrasi kredit, analis kredit, penagihan kredit dan costumer service), sedangkan nasabah Bank PD BPR Sarimadu adalah nasabah yang ada di Bank PD BPR Sarimadu ketika penelitian ini dilakuakan yang berjumlah dua puluh sembilan orang yang terdiri dari dua puluh dua orang nasabah modal kerja umum dan tujuh orang nasabah kredit bakulan.

(7)

sasaran kredit, suku bunga, cara pembayaran, maksimal plafon kredit yang diberikan dan persyaratan pengajuan kredit. Isi pesan yang disampaikan pada nasabah yang rutin dilakukan adalah informasi mengenai jumlah tagihan kredit, waktu pembayaran dan jumlah bunga yang harus dibayarkan. Aktor yang berperan pada sosialisasi kredit modal kerja umum maupun kredit bakulan pada dasarnya adalah aktor-aktor yang sama yaitu karyawan Bank PD BPR Sarimadu dengan calon nasabah dan dengan bantuan perangkat desa untuk jenis kredit modal kerja umum. Karyawan Bank PD BPR Sarimadu terdiri dari costumer service (CS), administrasi kredit, analis kredit, penagihan kredit, kepala seksi, kepala bagian kredit dan pimpinan Bank PD BPR Sarimadu. Aktor yang berbeda pada tahap sosialisasi dan penagihan krdit adalah pihak perangkat desa yang membantu pada tahap sosialisasi. Frekuensi komunikasi pada saat sosialisasi dan promosi yang dilakukan oleh Bank PD BPR Sarimadu tidak rutin seperti ketika pada tahap penggunaan dan penagihan kredit. Ketika proses sosialisasi, tidak ada jadwal kunjungan yang ditetapkan oleh Bank PD BPR Sarimadu. Pada tahap sosialisasi, pihak Bank PD BPR Sarimadu hanya sekali datang ke tempat usaha atau rumah calon nasabah yang dianggap sebagai calon nasabah potensial. Selain itu, untuk mendapatkan informasi, calon nasabah datang langsung ke Bank PD BPR Sarimadu untuk mendapatkan informasi mengenai kredit. Pada tahap penggunaan dan penagihan, frekuensi komunikasi telah memiliki jadwal tetap, jenis kredit modal kerja umum, frekuensi komunikasi yang dilakukan adalah sekali sebulan dan untuk jenis kredit bakulan dilakukan jadwal tetap dengan frekuensi sekali seminggu. Hubungan yang terjadi pada proses sosialisasi untuk jenis kredit modal kerja umum adalah hubungan formal dan informal. Hubungan formal terjadi pihak Bank PD BPR Sarimadu mensosialisasikan kredit di kantor balai desa dan ketika calon nasabah datang langsung ke kantor Bank PD BPR Sarimadu. Hubungan informal terjadi ketika pihak Bank PD BPR Sarimadu mendatangi langsung (door to door) ke tempat usaha calon debitur. Hubungan komunikasi yang terjadi antara pihak Bank PD BPR Sarimadu dengan nasabah kredit bakulan adalah hubungan informal. Pihak Bank PD BPR Sarimadu langsung datang ke tempat usaha nasabah baik itu untuk sosialisasi maupun untuk penagihan kredit.

Hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian kredit Bank PD BPR Sarimadu di Kabupaten Kampar dilihat dari kelancaran pembayaran kredit. Pembayaran angsuran kredit mengalami kelancaran yaitu tunggakan kredit fasilitas kredit kepada debitur yang belum ditarik adalah Rp. 0 pada tahun 2009 hingga sekarang. Kelancaran ini karena adanya kunjungan rutin, pengawasan dan komunikasi yang berkelanjutan dengan mendatangi tempat usaha debitur. Nasabah bank mengatakan bahwa komunikasi tidak hanya dengan langsung datang ke bank, tetapi juga bisa melalui telepon. Meskipun kelancaran ini tidak mutlak hanya dipengaruhi oleh komunikasi.

(8)

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(9)

(Kasus Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat

Sarimadu Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

YULIA ANDRIANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Nama : Yulia Andriani

NIM : I352080101

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS. DEA Ir. Hadiyanto, MS Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(12)
(13)

Bismillahirrahmanirrohim...

“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur” (Al-Furqan: 62)

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan” (Ar-Rahman: 13)

Terimakasih dan ucapan syukur tak terhingga ya Allah, telah memberikan nikmat yang terbaik bagiku. Terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya disampaikan kepada :

1. Dr. Nurmala K. Pandjaitan dan Ir. Hadiyanto, MS selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan ilmu dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. Aida Vitayala S. Hubeis, MS selaku penguji luar komisi yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan tesis ini.

3. Dr. Amiruddin Saleh, MS selaku penguji yang mewakili program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan yang telah memberikan kritik dan saran untuk tesis ini.

4. Dosen-dosen program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan selama ini. 5. Dr. Djuara P. Lubis selaku koordinator program studi Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan .

6. Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

7. Pimpinan, karyawan dan nasabah Bank PD BPR Sarimadu yang telah memberikan izin penelitian, informasi dan kelancaran pada penelitian ini. 8. Teman-teman seperjuangan KMP 2008 atas doa, dukungan dan

kerjasamanya selama ini.

9. Suami dan anakku tersayang, yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan mendampingiku.

10. Ayah, bunda, kakak, adek-adekku dan keluarga tercinta yang tak henti-hentinya mengirimkan doa demi keberhasilanku selama ini.

Terakhir penulis berdoa semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi pembangunan masyarakat.

Bogor, Oktober 2011

(14)

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2010 ini ialah pola komunikasi, dengan judul Pola Komunikasi Lembaga Perkreditan Rakyat di Pedesaan (Kasus Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu Kabupaten Kampar Provinsi Riau).

Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS. DEA dan Bapak Ir. Hadiyanto, MS sebagai Komisi Pembimbing yang selalu meluangkan waktu berbagi ilmu demi penyempurnaan tesis ini. Di samping itu, terimakasih dan penghargaan juga penuliskan sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis sebagai penguji luar komisi dan Bapak Dr. Amiruddin Saleh, MS selaku penguji dari program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian yang telah memberikan saran demi kesempurnaan tesis ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Amin.

Bogor, Oktober 2011

(15)

kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. Jasril, M.Si dan Lenfiarnis. Pada tahun 1991 memulai pendidikan pada Taman Kanak-kanak Aisyiah II Pekanbaru. Setahun kemudian, tepatnya tahun 1992 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 002 Sukajadi Pekanbaru dan pada tahun 1994 pindah menamatkan pendidikan dasarnya di SD Negeri 044 Pekanbaru.

Pada tahun 1998 melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama SLTP Negeri 1 Pekanbaru. Tamat tahun 2001 dan melanjutkan ke sekolah menengah atas SMA Negeri 8 Pekanbaru dan tamat pada tahun 2004.

(16)

Halaman

Aktivitas dan Saluran Komunikasi Pemasaran Perusahaan ... 29

Lembaga Keuangan... 30

Pengertian Lembaga Keuangan... 30

Perkreditan Mikro bagi Masyarakat Pedesaan ... 32

Permasalahan dalam Pengembalian Kredit ... 34

Penelitian Terdahulu Mengenai Komunikasi dalam Perkreditan ... 35

(17)

Aktivitas Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu .... 51

Pola Komunikasi Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu... 56

Bentuk dan Media Komunikasi ... 57

Isi Pesan yang dikomunikasikan... 68

Aktor yang Berkomunikasi ... 73

Frekuensi Berkomunikasi ... 76

Jenis Hubungan... 78

Ikhtisar ... 81

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pola Komunikasi... 83

Faktor Lingkungan... 83

Karakteristik Individu ... 88

Pandangan Masyarakat Mengenai Lembaga Perkreditan ... 89

Pengaruh Pola Komunikasi terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit pada Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu ... 91

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 97

Saran ... 98

(18)

Nomor Halaman 1. Luas tanah menurut penggunaan lahan di Kabupaten Kampar

pada tahun 2008 ... 45 2. Jumlah sekolah, guru dan murid pada setiap tingkat pendidikan

di Kabupaten Kampar tahun 2008 ... 49 3. Bentuk komunikasi pada proses sosialisasi dan promosi kredit pada

Bank PD BPR Sarimadu ... 60 4. Bentuk komunikasi pada tahap penggunaan dan penagihan kredit

di Bank PD BPR Sarimadu... 67 5. Isi pesan pada proses sosialisasi dan promosi kredit di Bank PD BPR

Sarimadu ... 70 6. Isi pesan pada saat penggunaan dan penagihan kredit di Bank PD BPR

Sarimadu ... 71 7. Aktor yang berperan dalam aktivitas komunikasi Bank PD BPR

Sarimadu ... 72 8. Data nasabah kredit modal bakulan yang diwawancarai ... 74 9. Data nasabah kredit modal kerja umum yang diwawancarai... 75 10. Frekuensi komunikasi pada saat penagihan dan penggunaan kredit

yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu... 77 11. Jenis hubungan yang tercipta dalam proses komunikasi di Bank PD BPR

Sarimadu ... 78 12. Jumlah nominal kredit yang disalurkan Bank PD BPR Sarimadu... 93 13. Penyaluran dan pengembalian kredit modal kerja umum dan kredit bakulan

pada kantor pusat Bangkinang ... 93 14. Penyaluran dan pengembalian kredit modal kerja umum dan kredit bakulan

pada kantor cabang Ujungbatu... 94 15. Penyaluran dan pengembalian kredit modal kerja umum dan kredit bakulan

(19)

Nomor Halaman

1. Model komunikasi linier (Shannon Weaver) ... 10

2. Model komunikasi interaksional ... 11

3. Model komunikasi transaksional... 13

4. Model komunikasi Littlejohn dan Foss... 13

5. Komponen dasar dari model komunikasi konvergen... 15

6. Komunikasi sebagai konvergensi yang mengarah pada hubungan Timbal balik ... 16

7. Lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan difusi inovasi... 28

8. Kerangka Pemikiran... 40

9. Komponen dalam analisis data (interactive model Miles Huberman)... 42

10. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Kampar atas harga berlaku... tanpa migas menurut lapangan usaha... 46

11. Jumlah penduduk Kabupaten Kampar menurut kategori umur tahun 2008 47 12. Aktivitas Bank PD BPR Sarimadu... 52

13. Tahapan alur pemberian kredit di Bank PD BPR Sarimadu... 66

14. Pola komunikasi Bank PD BPR Sarimadu pada tahap sosialisasi dan promosi... 82

(20)

1. Data dan Sumber Data ...105

2. Panduan Wawancara...106

3. Jadwal Penelitian ...109

4. Kantor Bank PD BPR Sarimadu...110

5. Pimpinan Bank PD BPR Sarimadu ketika Mendapat Penghargaan sebagai BPR Terbaik pada Infobank Award ...111

6. Media komunikasi Bank PD BPR Sarimadu melalui yellow pages...112

7. Profil Bank PD BPR Sarimadu...113

(21)

Latar Belakang

Krisis ekonomi yang mulai terjadi tahun 1997 lalu masih menyisakan banyak permasalahan, khususnya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Usaha besar para konglomerat semakin berkembang, adapun usaha kecil semakin terpuruk karena keterbatasan akses terhadap modal. Pemerintah sudah berupaya memasyarakatkan kebijakan tentang ekonomi kerakyatan. Kredit dan pinjaman perbankan yang seharusnya ditujukan untuk meningkatkan ekonomi rakyat justru dimanfaatkan oleh konglomerat yang lebih mudah mengakses informasi. Begitu longgarnya tatanan kredit dan pinjaman perbankan, sehingga menyebabkan pembangunan ekonomi mudah terpengaruh oleh gejolak ekonomi (Zulkarnain 2005).

Lembaga keuangan merupakan pelaku penting dalam perekonomian suatu negara. Prakteknya, lembaga keuangan dibagi menjadi bank (bank sentral, bank umum, bank perkreditan rakyat dan bank syariah) dan lembaga keuangan non bank (pasar modal, pasar uang, koperasi, pegadaian dan asuransi). Beberapa tahun terakhir, pihak pemerintah dan non pemerintah di negara berkembang memperkenalkan program kredit untuk masyarakat desa (Pitt et al. 2006). Hal ini diharapkan mampu membantu permodalan bagi masyarakat kecil yang selama ini terbentur pada agunan.

Bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan dapat membantu usaha kecil meningkatkan usahanya melalui pemberian kredit sebagai tambahan modal. Bank perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang bergerak pada sektor mikro yang diharapkan mampu membantu peningkatan usaha kecil pedesaan. Meskipun porsi yang diperankan bank mikro relatif kecil, tetapi fleksibilitas dan mobilitasnya cukup tinggi dalam menjangkau pasar dibandingkan dengan bank komersial. Bank mikro menyentuh hal yang lebih sosial, disamping sebagai mediator keuangan juga harus memberikan pembelajaran bagaimana berhubungan dengan institusi keuangan formal (Supriadi 2003).

(22)

formal. Karena dianggap prosedur peminjaman kredit yang rumit dan adanya agunan. Sehingga diperlukan sosialisasi yang mampu meningkatkan kepercayaan dan keberanian masyarakat khususnya di pedesaan untuk menggunakan fasilitas perkreditan. Sosialisasi fasilitas kredit bank perkreditan rakyat (BPR) bagi masyarakat diharapkan dapat menarik calon nasabah untuk menggunakan layanan perkreditan dan juga meningkatkan loyalitas nasabah sehingga menunjang kelancaran dan tepat waktu dalam pengembalian kredit.

Adanya bank perkreditan rakyat (BPR) diharapkan memudahkan para pengusaha kecil dan menengah mendapatkan peluang kredit sehingga nantinya akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di pedesaan. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai harus dapat dinikmati oleh masyarakat seluas-luasnya. Namun perkembangan bank perkreditan rakyat (BPR) menjadi terkendala dengan adanya persaingan dengan bank umum yang membuka kredit mikro. Persaingan dengan lembaga keuangan lain menjadikan bank perkreditan rakyat (BPR) harus berusaha agar produk jasa perbankan yang diberikannya mampu menarik perhatian calon nasabah. Bank perkreditan rakyat (BPR) merupakan salah satu perusahaan jasa. Bagi perusahaan jasa dalam menetapkan strategi yang diperhatikan adalah 4P (product, price, place, promotion) ditambah dengan 3P yaitu people, physical evidence, dan process (Kotler et al. 2005). Perusahaan jasa menjual produk yang melalui pelayanan yang baik. Layanan dipengaruhi oleh beberapa elemen seperti lingkungan fisik dan kontak personal (Alma 2007).

(23)

keluarga dalam menjalankan usahanya dengan tertib dan terencana serta memanfaatkan produk bank sesuai kebutuhan.

Menurut Hadi (2001), dalam penelitiannya mengenai komunikasi publik perusahaan, komunikasi berimplikasi terhadap terbentuknya sikap positif anggota komunitas dalam memandang keberadaan perusahaan. Hadi (2001) menyatakan bahwa perusahaan harus sudah melakukan komunikasi sejak awal konstruksi proyek. Dalam upaya menumbuhkan sikap positif tersebut, perusahaan membentuk suatu departemen khusus untuk menjembatani komunikasi antara perusahaan dengan komunitas setempat. Departemen hubungan eksternal pada perusahaan ini memiliki beberapa seksi yaitu hubungan komunitas, public relation, hubungan pemerintah, hubungan lembaga swadaya masyarakat dan pengembangan komunitas. Adanya departemen ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi citra perusahaan (Hadi 2001).

(24)

Perumusan Masalah

Bank Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Sarimadu yang selanjutnya disebut Bank PD BPR Sarimadu merupakan satu-satunya bank perkreditan rakyat (BPR) di Provinsi Riau yang telah mampu melakukan ekspansi ke luar wilayah kerjanya. Selain di Kabupaten Kampar, Bank PD BPR Sarimadu telah mempunyai cabang di Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Pekanbaru. Pada tanggal 9 Juni 2010, Bank PD BPR Sarimadu berhasil meraih prestasi sebagai bank perkreditan terbaik pada penganugerahan Infobank awards.

Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun Bank PD BPR Sarimadu yang berbentuk tabungan masyarakat tumbuh 124 persen per tahunnya, sedangkan deposito tumbuh 200 persen. Jika di tahun 2004, tabungan masyarakat yang ada di Sarimadu hanya sekitar 15 milyar rupiah, empat tahun kemudian angkanya mencapai 90 milyar lebih. Begitu juga dengan jumlah deposito, lima tahun lalu deposito yang ada di Bank PD BPR Sarimadu hanya sebesar 304 juta rupiah, sedangkan pada akhir tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 35 milyar rupiah. Hal ini tercapai karena banyaknya promosi yang dilaksanakan Bank PD BPR Sarimadu sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat Kampar (Zuprianto 2009).

Keberhasilan Bank PD BPR Sarimadu ini menimbulkan pertanyaan bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dalam hal perkreditan. Maka permasalahan yang dipelajari dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau?

2. Bagaimana hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian kredit Bank PD BPR Sarimadu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan pola komunikasi yang dilakukan Bank PD BPR Sarimadu dalam hal perkreditan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 2. Menganalisis hubungan pola komunikasi dengan tingkat pengembalian

(25)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Bank PD BPR Sarimadu untuk meningkatkan pola komunikasi dan kualitas layanan kredit untuk masyarakat kecil.

(26)
(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi

Pengertian Komunikasi

Theodorson dan Theodorson dalam Littlejohn dan Foss (2009) mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian informasi, ide, sikap atau emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya. Theodore Clavenger Jr dalam Littlejohn dan Foss (2009) mencatat bahwa masalah yang selalu ada dalam mendefinisikan untuk tujuan-tujuan penelitian atau ilmiah berasal dari fakta bahwa kata kerja ‘berkomunikasi’ memiliki posisi yang kuat dalam kosakata umum dan karenanya tidak mudah didefinisikan untuk tujuan ilmiah. Definisi komunikasi lainnya dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam Effendy (2007), yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : who says what in which channel to whom with what effect(siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan Laswell ini merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu communicator (komunikator), message (pesan), media

(media), receiver(komunikan/penerima), dan effect (efek).

(28)

Teori komunikasi lainnya adalah teori matematikal model Shannon dan Weaver (Effendy 2007). Model komunikasi ini menunjukkan bahwa sumber informasi memproduksi sebuah pesan untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain-lain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi adalah benak (brain), pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, dan saluran adalah udara. Penerima melakukan kebalikan operasi yang dilaksanakan pemancar, yakni merekonstruksi pesan dari isyarat. Tujuan (destination) adalah orang atau benda kepada siapa atau kepada apa pesan ditujukan.

Komunikasi merupakan pusat kehidupan kemanusiaan. Komunikasi adalah salah satu dari kegiatan sehari-hari yang benar-benar terhubung dengan semua kehidupan kemanusiaan, sehingga kadang-kadang kita mengabaikan penyebaran, kepentingan, dan kerumitannya. Kita dapat menyusun serangkaian metode untuk meningkatkan komunikasi. Kita dapat menggunakan beberapa model dasar, tetapi hal ini juga memberikan pandangan tentang komunikasi yang terbatas (Littlejohn & Foss 2009).

(29)

normatif. Beberapa definisi menyertakan pernyataan tentang keberhasilan, keefektifan, atau ketepatan; definisi-definisi yang lain tidak berisi penilaian yang lengkap seperti itu. Sebagai contoh, definisi berikut menganggap bahwa komunikasi dikatakan berhasil jika komunikasi merupakan pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan. Asumsi dari definisi ini adalah bahwa sebuah pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan. Di sisi lain, sebuah definisi yang tidak menilai apakah hasilnya berhasil atau tidak, komunikasi adalah penyampaian informasi. Di sini, informasi disampaikan, tetapi tidak penting apakah informasi tersebut diterima dan dipahami atau tidak.

Model Komunikasi

Model merupakan representasi sederhana dari proses komunikasi. Model diartikan sebagai gambaran yang didesain untuk mempresentasikan realita, dan merupakan representasi fisik atau verbal dari suatu objek atau proses (DeVito 1997). Suatu model yang nyata (tangible) akan membantu untuk menjelaskan proses komunikasi insani yang merupakan suatu proses yang tidak dapat diraba (intangible) yang selalu berubah (Tubbs & Moss 2005). Model merupakan suatu maksud untuk menunjukkan hal yang fundamental dalam sebuah studi (Sereno & Budaken 1975).

Komunikasi sebagai aksi: model linier

(30)

serta terlalu menekankan pada peranan sumber dan media (Cangara, 2004).

Elemen kunci pada model linier adalah sebuah sumber (source) yang mengirimkan pesan (message) kepada penerima (receiver) yang akan menerima pesan tersebut. Komunikasi juga melibatkan gangguan (noise), yang merupakan semua hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi (Gambar 1). Ada empat jenis gangguan. Pertama, gangguan semantik yang berhubungan dengan slang, jargon atau bahasa-bahasa spesialisasi yang digunakan secara perorangan dan kelompok. Kedua, gangguan fisik (eksternal) yaitu gangguan yang berada di luar penerima. Ketiga, gangguan psikologis merujuk pada prasangka, bias dan kecenderungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap satu sama lainnya atau terhadap pesan itu sendiri. Keempat, gangguan fisiologis adalah gangguan yang bersifat biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan semacam ini muncul apabila sedang sakit, lelah atau lapar.

Semantik Fisik Psikologis Fisiologis

Gangguan

Pengirim / Sumber Pesan Target/Penerima

Semantik Fisik Psikologis Fisiologis

Gambar 1 Model komunikasi linier (Shannon Weaver) Sumber : West dan Turner (2008)

Komunikasi sebagai interaksi: model interaksional

(31)

Bidang

Pengalaman PengalamanBidang

Pesan

Penerima

Umpan Balik

Pengirim

Umpan Balik

Saluran Gangguan

Gangguan

Gangguan

menganguk, kemudian orang pertama berbicara lagi. Interaksi terjadi sebagai komunikasi dua arah, setiap komunikator menerima dan mengirim pesan (Sereno & Budaken 1975). Sedangkan model interaksional menurut Wilbur Schramm (1954) dalam West dan Turner (2008) menekankan pada proses komunikasi dua arah, yaitu dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses interaksi terjadi secara melingkar (Gambar 2). Proses ini mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus. Selain Shcramm, model interaksi juga dijelaskan oleh Dance. Dance (dalam Effendy 2007), menyatakan sutu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan kini akan mempengaruhi struktur dan isi komunikasi. Dance menggarisbawahi sifat dinamik dari komunikasi.

Gambar 2 Model komunikasi interaksional Sumber : West dan Turner (2008)

(32)

Satu elemen penting bagi model komunikasi interaksional adalah umpan balik (feed back), atau tanggapan terhadap suatu pesan. Umpan balik juga dapat berupa verbal dan nonverbal, dapat disengaja ataupun tidak disengaja. Umpan balik juga membantu para komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka telah tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Dalam model interaksional, umpan balik terjadi setelah pesan diterima, tidak pada saat pesan sedang dikirim. Elemen terakhir dalam model interaksional adalah bidang pengalaman (field of experience). Seseorang atau bagaimana budaya, pengalaman dan keturunan seseorang mempengaruhi kemampuannya untuk berkomunikasi dengan satu sama lainnya

Komunikasi sebagai transaksi: model transaksional

(33)

Model komunikasi sebagai transaksi lainnya dijelaskan Littlejohn dan Foss sebagai konteks komunikasi. Setiap tingkatan komunikasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks-konteks yang lebih besar (Littlejohn & Foss 2009). Teori komunikasi disusun dalam delapan konteks yang digambarkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Model komunikasi Littlejohn dan Foss Sumber : Littlejohn & Foss (2009) Gambar 3 Model komunikasi transaksional Sumber : West dan Turner (2008)

Komunikator Pesan / Umpan Balik Komunikator

Gangguan : - Semantik - Fisik - Psikologis - Fisiologis

Bidang

Pengalaman PengalamanBidang

Kesamaan Bidang Pengalaman

Kelompok Organisasi

Kelompok Pesan

Percakapan

Pelaku Pelaku

Hubungan Kebudayaan

dan masyarakat

(34)

Konteks komunikasi dimulai dengan individu, yaitu melihat cara-cara dari tradisi-tradisi yang berbeda yang menjelaskan pelaku komunikasi sebagai orang-orang yang terlibat dalam interaksi sosial. Selanjutnya, diperluas dengan melihat pesan dan percakapan. Ketika orang-orang menggunakan pesan dalam percakapan dengan orang lain, mereka mengembangkan hubungan, dan akan diperluas ke konteks yang lebih besar dari kelompok dan organisasi. Konteks komunikasi diperjelas dengan media dan pada tingkatan yang paling lebar yaitu untuk melihat pada komunikasi dalam kebuadayaan dan masyarakat.

Konteks-konteks komunikasi dari pelaku komunikasi hingga masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh, hubungan kita didefinisikan dan diatur melalui pertukaran pesan dalam percakapan. Para pelaku komunikasi mengambil keputusan mengenai pesan, tetapi pesan disusun ke dalam percakapan, mempengaruhi para pelaku komunikasi. Kebudayaan dibangun melalui komunikasi, tetapi jenis-jenis pesan yang kita kirimkan, bagaimana kita memahami pesan-pesan tersebut, dan hasil dari hubungan tersebut ditentukan dalam banyak cara oleh kebudayaan dan masyarakat tempat kita hidup.

Model komunikasi transaksi lainnya adalah model komunikasi konvergen yang dinyatakan oleh Rogers dan Kincaid (1981). Model komunikasi konvergen menyatakan komunikasi merupakan sebuah proses dimana para partisipan membuat dan membagi informasi dengan partisipan lainnya dalam rangka untuk mencapai mutual understanding

(35)

Gambar 5 Komponen dasar dari model komunikasi konvergen Sumber : Kincaid (1979) dalam Rogers dan Kincaid (1981)

Efektivitas Komunikasi

Secara umum komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dengan yang dipahami komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Efektivitas komunikasi erat kaitannya dengan tujuan, yang biasanya menghasilkan pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan dan tindakan (Tubbs & Moss 2005).

Komunikasi akan menjadi efektif apabila adanya pemahaman bersama (mutual understanding). Pemahaman bersama (mutual understanding) yang merupakan tujuan dan fungsi utama komunikasi adalah proses pengambilan keputusan bersama yang berdasarkan pada ketidakpastian. Saling mengerti dan persetujuan tentang informasi simbolik yang dibentuk dan dibagi adalah sebuah prasyarat untuk aktivitas sosial dan kolektif lainnya (Rogers & Kincaid 1981).

Interpretasi Merasa INFORMASI Merasa Interpretasi

Tindakan Tindakan

Tindakan Kolektif

Percaya Percaya

Memahami Memahami

MUTUAL UNDERSTANDING REALITAS

PSIKOLOGI A

REALITAS

FISIK PSIKOLOGIREALITAS

B

REALITAS SOSIAL

A & B Pemahaman bersama

(36)

Pemahaman bersama yang dihasilkan dapat digambarkan dengan dua atau lebih

overlapping lingkaran yang merepresentasikan tiap perkiraan partisipan terhadap makna lainnnya sebagai overlapping dengan makna aktual lainnya (Gambar 6). Sesuai dengan konsep mengenai overlapping of interests maka persamaan merupakan semacam kerangka dalam komunikasi yang terjadi. Agar pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dapat saling memahaminya dan karenanya berkomunikasi dengan efektif, mereka harus memiliki sesuatu yang kurang lebih sama dengan latar belakang dan pengalaman. Istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sama antara pihak-pihak pelaku komunikasi ini adalah homofili. Menurut Rogers (2003), homofili adalah derajat dimana sepasang individu atau lebih yang berkomunikasi dengan cara yang sama. Kesamaan ini bisa saja pada atribut tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial ekonomi, dan kesukaannya.

Gambar 6 Komunikasi sebagai konvergensi yang mengarah pada hubungan timbal balik

Sumber: Kincaid dan Schramm 1975 dalam Rogers dan Kincaid 1981.

Menurut Berlo (1960), komunikasi akan berjalan efektif apabila ketepatannya dapat ditingkatkan dan gangguannya dapat diperkecil. Oleh karena itu, meningkatkan ketepatan dan mengurangi gangguan harus terjadi pada setiap unsur komunikasi. Hal tersebut dapat terjadi apabila :

1. Seorang komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi (communication skills), pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibahasnya (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitide), serta

Pemahaman partisipan B Pemahaman

(37)

mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan budaya (social and cultural system).

2. Seorang komunikan harus memiliki kemampuan berkomunikasi, bersikap positif kepada komunikator dan pesan yang disampaikan, memahami isi pesan yang disampaikan, serta perilaku kebiasaan dalam menerima dan menafsirkan pesan.

3. Pesan yang disampaikan harus memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan, kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan pengaturan bahasa dan isi pesan.

4. Media komunikasi harus sesuai denga tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan isi pesan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta efisien dalam memilih media. Prinsip media harus dapat dilihat, didengar, disentuh, dicium dan dirasakan.

Komunikasi dapat dinilai efektif apabila pendengar atau pembaca mengikuti pandangan seorang komunikator, karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya (physic). Kesamaan dimaksudkan bahwa orang bisa terarik pada komunikator karena adanya kesamaan demografik, seperti bahasa, agama, suku, daerah asal, partai atau ideologi. Komunikator yang dikenal baik lebih cepat diterima oleh khalayak daripada mereka yang tidak dikenal. Komunikator yang sudah dikenal kepiawaiannya akan mudah diterima, sebab khalayak tidak akan ragu terhadap kemampuan dan kejujurannya. Selain itu, komunikator juga harus disukai oleh khalayak. Penampilan fisik dan postur badan dinilai penting karena fisik yang cacat bisa menimbulkan ejekan sehingga menganggu jalannya komunikasi (Cangara 2004).

Pola Komunikasi

(38)

diantara anggota kelompok, siapa yang berbicara kepada siapa dengan tingkat keseringan tertentu yang membentuk suatu kebiasaan (Goldberg & Larson 1985).

Menurut Bintarti (2003), yang meneliti hubungan pola komunikasi dengan prestasi belajar pada mahasiswa Universitas Terbuka, pola komunikasi tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil interaksi antara karakteristik pelaku, media komunikasi yang digunakan, hasil dan tujuan yang ingin dicapai oleh sasaran. Sedangkan Retnowati (2007) mengartikan pola komunikasi orang tua dan anak sebagai komunikasi antar pribadi antara orang tua dan anaknya, di mana masing-masing dapat memilih fungsi baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan yang mempunyai hubungan mantap dan jelas, artinya hampir tidak terhindarkan selalu ada hubungan antara kedua orang tersebut. Seorang komunikator dalam berkomunikasi membawa pengalaman, kepercayaan, nilai-nilai dan sikap tertentu yang diperoleh dan dipelajari dari interaksinya dengan orang lain dan lingkungan sekitar (Retnowati 2007).

Arif (2004) dalam penelitiannya tentang pola komunikasi pengelola Taman Nasional dalam meningkatkan kesadaran konservasi pengunjung menyatakan bahwa akses media, ketersediaan sumber informasi, kemudahan mengakses sumber informasi, cara berkomunikasi dengan sesama pengunjung, dan frekuensi komunikasi verbal dan nonverbal berpengaruh terhadap pola komunikasi yang dilakukan Taman Nasional.

(39)

didapatkan dan berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Ketiga, makna diciptakan, dipertahankan, diubah dan dikembangkan lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena individu terus berubah, maka masyarakat pun ikut berubah melalui interaksi.

Berdasarkan empat penelitian terdahulu mengenai pola komunikasi, disimpulkan unsur yang mempengaruhi pola yaitu pelaku (aktor) komunikasi, pesan, hubungan yang tercipta dalam proses komunikasi, bentuk dan media komunikasi yang digunakan.

Pelaku (aktor) komunikasi

Pelaku komunikasi menurut Littlejohn dan Foss (2009) adalah individu yang mandiri, individu yang unik dengan karakteristik-karakteristik khusus yang ditentukan secara parsial oleh genetik. Individu-individu memiliki pikiran kompleks yang mengorganisasi informasi ke dalam sikap, kepercayaam, dan nilai yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku. Pelaku komunikasi membawa identitas pribadi dalam berkomunikasi, yang merupakan seseorang dengan kesadaran akan identitas, self yang dikembangkan melalui interaksi. Individu-individu diposisikan dalam susunan sosial budaya dan hubungan kekuasaan.

Komunikasi merupakan alat untuk membentuk identitas dan juga mengubah mekanisme. Identitas anda, baik dalam pandangan diri anda maupun orang lain, dibentuk ketika anda secara sosial berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan anda. Anda mendapatkan pandangan serta reaksi orang lain dalam interaksi sosial dan sebaliknya, memperlihatkan rasa identitas dengan cara anda mengekspresikan diri anda dan merespon orang lain (Littlejohn & Foss 2009).

(40)

seorang komunikator selain mengenal dirinya, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). James McCroskey (1966) dalam Cangara (2004) menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality) dan dinamika (dynamism).

Menurut Berlo (1960), terdapat empat faktor yang menentukan kemampuan komunikator agar ketepatan komunikasi dapat ditingkatkan, yaitu :

1. Keterampilan berkomunikasi (communication skill), yaitu keterampilan berbicara dan menulis agar penerima pesan mampu mendengar dan membaca secara baik dan jelas.

2. Sikap (attitide), yaitu kecenderungan sikap positif atau negatif, baik terhadap dirinya sendiri, terhadap pesan yang disampaikan, maupun terhadap pesan penerima pesan.

3. Tingkat pengetahuan, yaitu wawasan pengetahuan terhadap persepsi dari pesan yang disampaikan.

4. Sistem sosio-kultural, yaitu berkaitan dengan posisi komunikator dalam sistem sosial budaya.

Pesan

(41)

Pesan dapat terdiri dari tanda dan simbol, bahasa, dan tanda nonverbal. Teori simbol yang terkemuka diciptakan oleh Susanne Langer. Simbolisme mendasari pengetahuan dan pemahaman semua manusia. Menurut Langer dalam Littlejohn dan Foss (2009), tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran dari suatu hal. Sebuah tanda berhubungan erat dengan makna dari kejadian yang sebenarnya. Simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah sebuah instrumen pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang suatu hal; sebuah simbol ada untuk sesuatu.

Bahasa menurut Sassaure dalam Littlejohn dan Foss (2009) adalah sebuah sistem baku yang dapat dianalisis terpisah dari kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengucapan adalah kegunaan sebenarnya dari bahasa untuk mencapai tujuan.

Bahasa dan perilaku seringkali tidak bekerja bersama, sehingga tanda nonverbal merupakan hal penting dalam interaksi. Tanda nonverbal adalah kumpulan perilaku yang digunakan untuk menyampaikan arti. Judee Burgon dalam Littlejohn dan Foss (2009) menggolongkan sistem nonverbal memiliki beberapa sifat. Pertama, tanda nonverbal cenderung analog daripada digital. Sinyal digital mempunyai ciri tersendiri, seperti huruf dan angka, sedangkan analog berkesinambungan, membentuk sebuah tingkatan atau spektrum seperti volume dan intensitas cahaya. Oleh karena itu, tanda nonverbal, seperti ekspresi wajah dan intonasi suara tidak dapat dengan sederhana digolongkan menjadi kategori yang mempunyai ciri-ciri tersebut. Sistem kode nonverbal sering digolongkan menurut jenis aktivitas yang digunakan dalam kode. Burgoon dalam Littlejohn dan Foss (2009) mengusulkan tujuh jenis yaitu kenesis (aktivitas tubuh),

paralanguange (vokal atau suara), haptics atau touch (penampilan fisik),

(42)

Hubungan

Menurut Littlejohn dan Foss (2009), hubungan merupakan bentuk interaksi yang dapat terjadi melalui proses dialog. Komunikasi terbentuk dari pola-pola interaksi. Dalam hubungan jangka panjang, pola tersebut dapat cukup stabil, tetapi bermacam kejadian juga dapat menggerakkan hubungan ke arah yang baru dan kadang tidak terduga. Hubungan adalah sebuah subjek penting yang terkait dengan komunikasi interpersonal. Kita terus mengubah apa yang kita lakukan dan katakan berdasarkan reaksi orang lain, dan seiring waktu hubungan mengembangkan sebuah karakter. Ketika dalam sebuah hubungan, tindakan dapat berbicara lebih keras daripada kata-kata. Seiring waktu, sifat-sifat hubungan terbentuk dan dibentuk melalui serangkaian interaksi—respon terhadap respon. Ada dua pola yang penting bagi Palo Alto Groupuntuk menggambarkan hubungan. Jika dua orang saling merespon dengan cara yang sama, mereka dikatakan terlibat dalam sebuah hubungan simetris (symmetrical relationship). Tipe hubungan kedua adalah pelengkapan (complementary). Dalam hubungan ini, pelaku komunikasi merespons dengan cara yang berlawanan. Ketika seseorang bersifat mendominasi, yang lainnya mematuhinya; ketika seseorang bersifat argumentatif, yang lainnya diam; ketika seseorang menjaga, yang lain menerimanya.

Hubungan dapat terbentuk melalui ineraksi dalam kelompok atau organisasi. Kelompok dan organisasi mengarahkan pada konsekuensi yang tidak diinginkan yang mendesak usaha-usaha masa depan. Dalam kelompok, setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau gabungan dengan sikap ramah, mendramatisasi, menyetujui dan juga dapat menunjukkan sikap negatif atau sikap campur aduk dengan penolakan, ketegangan, dan menjadi tidak ramah.

(43)

Phillip Tomkins, George Cheney dan rekan-rekan dalam Littlejohn dan Foss (2009) telah mengembangkan sebuah pendekatan yang baru dan berguna terhadap komunikasi organisasi. Para ahli teori ini tertarik da;am cara-cara komunikasi biasa membentuk kendali atas pegawai. Sebenarnya, kencali dinyatakan dalam organisasi dengan empat cara. Pertama, kendali sederhana (simple control), atau penggunaan yang langsung dan terbuka. Kedua, kendali teknis (technical control), atau penggunaan alat-alat dan teknologi. Bentuk kendali yang ketiga adalah birokrasi, yang merupakan penggunaan prosedur organisasi dan aturan-aturan formal. Keempat, adalah kendali konsertif (concertive control)—penggunaan hubungan interpersonal dan kerjasama tim sebagai sebuah cara kendali. Ini merupakan kendali yang paling sederhana karena mengandalkan pada realitas dan nilai bersama.

Media

Media diciptakan dari bentuk budaya dan mempengaruhi struktur sosial. Media dan masyarakat merespons saling satu sama lainnya, mengarahkan pada hasil yang bertanggung jawab terhadap media, individu, dan terhadap masyarakat. Media memberikan efek pada perilaku individu. Media komunikasi modern memungkinkan jutaan orang di seluruh duni terkoneksi dan dapat menjadi alat untuk menyebarkan informasi. Media massa memiliki kemampuan untuk menciptakan masyarakat, menjelaskan masalah, memberikan referensi umum dan memindahkan perhatian serta kekuasaan (Littlejohn & Foss 2009).

(44)

memberikan informasi kepada audiens yang heterogen, menjadikan media sebagai bagian dari kekuatan institusi masyarakat.

Denis McQuail dalam Littlejohn dan Foss (2009) mengacu pada delapan metafora untuk mengartikan aspek-aspek media. Pertama, media merupakan jendela (windows), yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan kita lebih jauh. Kedua, sebagai penafsir (interpreters) yang membantu kita memahami pengalaman. Ketiga, menjadi landasan (platform) atau pembawa yang menyampaikan informasi. Keempat, komunikasi interaktif (interactive communication) yang meliputi opini audiens. Kelima penanda (signpost) yang memberi kita instruksi dan petunjuk. Keenam sebagai penyaring (mirror) yang membagi pengalaman dan fokus pada orang lain. Ketujuh sebagai cermin (mirror) yang merefleksikan diri kita. Terakhir, kedelapan adalah sebagai penghalang (barrier) yang menutupi kebenaran.

Komunikasi Organisasi

Pengertian komunikasi organisasi

(45)

Komunikasi dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh struktur organisasinya. Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Zelko dalam Muhammad (1995) menyatakan di dalam komunikasi organisasi selalu terjadi proses komunikasi, penyampaian pesan, dan terjadinya jaringan komunikasi, yang saling berkaitan.

Menurut Griffin (2003), komunikasi organisasi dengan mengikuti teori manajemen klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori manajemen klasikal adalah sebagai berikut: (1) Kesatuan komando, suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan; (2) Rantai skala, garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi; (3) Divisi pekerjaan, manejemen perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien; (4) Tanggung jawab dan otoritas, perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai; (5) Disiplin, ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui; (6) Mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum, melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.

Saluran dan media komunikasi dalam organisasi

(46)

instruksi, gagasan, dan umpan balik mengenai pelaksanaan pekerjaan bawahan. Saluran media komunikasi ke atas digunakan bawahan untuk menyatakan gagasan-gagasan, sikap dan perasaan mereka terhadap pekerjaan mereka, kebijaksanaan perusahaan, dan masalah-masalah lain yang melibatkan mereka. Sedangkan saluran dan media komunikasi ke samping digunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan dan membantu dalam pelaksanaan pekerjaan mereka. Penyampaian informasi ke bawah, ke atas, dan ke samping melalui saluran dan media komunikasi formal dapat berbentuk lisan maupun tertulis atau bersifat satu arah maupun dua arah (Masmuh 2008).

Saluran dan media komunikasi ke bawah harus ditetapkan agar manajemen puncak dan menengah dapat berkomunikasi secara efektif dengan karyawan bawahannya. Meskipun para manajer di semua tingkatan memandang penting penggunaan saluran dan media komunikasi lisan, tetapi sebagian besar komunikasi mereka akan melalui saluran dan media komunikasi tertulis; terutama jika organisasi perusahaan sudah berkembang cukup besar. Beberapa jenis saluran dan media komunikasi ke bawah tertulis contohnya deskripsi jabatan dan pedoman prosedur kerja, buku pedoman, majalah dan buletin perusahaan, memo dan intruksi tertulis, papan pengumuman, dan laporan tahunan yang dipublikasikan. Saluran dan media komunikasi ke atas tertulis misalnya kotak saran dan program saran. Saluran dan media komunikasi tertulis ke samping misalnya memo antar departemen (Masmuh 2008).

(47)

wawancara pemutusan hubungan kerja. Saluran dan media komunikasi ke samping lisan misalnya pembicaraan lewat telepon dan konferensi.

Komunikasi Inovasi

Pengertian komunikasi inovasi

Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang (Rogers 2003). Kebaruan inovasi diukur secara subyektif menurut pandangan individu atau orang yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang, maka ide tersebut adalah inovasi untuk orang tersebut. Secara umum, dalam konsep teori difusi inovasi, terdapat lima karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi tingkat adopsi seseorang secara individu, yaitu: 1) Relative advantage (keuntungan relatif), 2) Compatibility (kesesuaian), 3) Complexity (kerumitan), 4)

Trialability (kemungkinan dicoba), dan 5) Observability (kemungkinan diamati).

Rogers (2003) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan adalah sebuah proses dilakukan seorang individu (unit pengambil keputusan lainnya) mulai dari awal pencarian pengetahuan mengenai informasi dari sebuah inovasi, menentukan sikap terhadap inovasi, sampai pada pembuatan keputusan untuk mengadopsi atau menolak ide baru tersebut, dan konfirmasi terhadap keputusan yang sudah diambil (Gambar 7).

(48)

keputusan lainnya melakukan kegiatan yang mengarah pada sebuah pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi untuk mengadopsi sebuah inivasi. Tahap keempat, penggunaan (implementation) terjadi pada saat seseorang atau unit pengambil keputusan lainnya menentukan untuk menggunakan ide baru tersebut. Sedangkan tahap yang kelima, konfirmasi (confirmation) terjadi pada saat seseorang atau pengambil keputusan mencari penegasan kembali terhadap keputusan inovasi yang telah dibuat yang kemungkinannya dapat mengubah keputusan yang telah dibuat jika diterpa informasi yang berlawanan terhadap inovasi.

Gambar 7 Lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan difusi inovasi

Sumber : Rogers (2003)

Saluran komunikasi inovasi

Sulit bagi seorang individu untuk mencirikan sumber pesan dan saluran yang membawa pesan tersebut. Sumber adalah seorang individu atau institusi dimana pesan itu berasal. Saluran adalah apa yang membawa pesan dari sumber ke penerima. Rogers (2003) mengkategorikan saluran komunikasi menjadi dua yaitu, (1) saluran interpersonal versus media massa; (2) Localite versus kosmopolit. Saluran ini mempunyai perbedaan dalam membentuk pengetahuan dan persuasi seseorang untuk mengubah

I.

PENGETAHUAN PERSUASIII. KEPUTUSANIII. IMPLEMENTASIIV. KONFIRMASIV.

(49)

perilaku mereka berdasarkan inovasi yang ada. Saluran komunikasi akan berbeda pada setiap individu, untuk early adoptersdan late adopters.

Saluran media massa penting pada tingkat pengetahuan sedangkan saluran interpersonal dipandang penting pada tingkatan persuasi. Saluran media massa banyak berkembang pada negara-negara berkembang. Sedangkan saluran interpersonal dilakukan dengan pendekatan dua arah dan untuk mendapatkan feedback yang cepat. Efek yang mungkin terjadi pada saluran interpersonal adalah pembentukan sikap dan perubahan sikap, sedangkan pada saluran media massa hanya terbatas pada perubahan pengetahuan.

Saluran kosmopolit berdampak penting pada tahapan peningkatan pengetahuan dan saluran lokal memberi dampak penting pada tahapan persuasi. Saluran komunikasi kosmopolit menghubungkan seorang individu dengan sumber yang berada di luar sistem sosial. Pada negara-negara berkembang, saluran kosmopolit lebih penting pada tahapan peningkatan pengetahuan, dan sedikit berdampak pada tahapan persuasi. Saluran interpersonal kosmopolit dibantu oleh adanya agen perubahan, adanya kunjungan ke daerah lain, dan adanya kunjungan dari daerah lain. Penelitian pada dua puluh tiga inovasi yang berbeda pada sepuluh negara menunjukkan jika saluran interpersonal kosmopolit dan media massa dikombinasikan untuk membentuk kategori saluran kosmopolit.

Aktivitas dan Saluran Komunikasi Pemasaran Perusahaan

(50)

Komunikasi pemasaran terpadu mencakup upaya koordinasi dari berbagai elemen promosi dari kegiatan pemasaran lainnya. Kegiatan komunikasi pemasaran itu mencakup 1) memasang iklan (beriklan) di media massa (media advertising); 2) pemasaran langsung (direct marketing); 3) promosi penjualan (sales promotion); 4) penjualan personal (personal selling); 5) hubungan masyarakat (public relations) untuk mencapai komunikasi pemasaran yang lebih efektif (Fawcett 1993).

Komunikasi pemasaran menurut Asosiasi Biro Iklan Amerika dalam Morisan (2007) adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi, misalnya iklan umum, respon langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat dan menggabungkan berbagai disiplin tersebut guna memberikan kejelasan, konsistensi serta dampak komunikasi yang maksimal).

Bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima mode dari komunikasi dalam pemasaran, yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relations), penjualan personal (personal selling), dan penjualan langsung (direct selling) (Kennedy & Soemanagara 2006). Komunikasi dalam kegiatan promosi penjualan membutuhkan media promosi seperti poster, katalog dan profil perusahaan.

Lembaga Keuangan

Pengertian Lembaga Keuangan

(51)

Lembaga keuangan formal

Lembaga keuangan bank atau bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap, di samping menyalurkan dana atau memberi pinjaman (kredit) juga usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian usaha bank dalam bentuk lainnya memberikan jasa yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana. Lembaga keuangan formal dapat dibagi menjadi dua, yaitu: bank dan lembaga keuangan non-bank (Kasmir 2004).

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 (Undang-undang nomor 7 1992) sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, jenis bank dapat dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Menurut Kasmir (2004), jenis lembaga keuangan non bank yang ada di Indonesia saat ini antara lain:

1. Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari dana dengan para penanam modal, dengan instrumen utama saham dan obligasi

2. Pasar uang yaitu pasar tempat memperoleh dana dan investasi dana. 3. Koperasi simpan pinjam yaitu menghimpun dana dari anggotanya

kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggota koperasi dan masyarakat umum.

4. Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu.

(52)

6. Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha pertanggungan.

7. Perusahaan anjak piutang, merupakan yang usahanya adalah mengambil alih pembayaran kredit suatu perusahaan dengan cara mengambil kredit bermasalah.

8. Perusahaan modal ventura merupakan pembiayaan oleh perusahaan-perusahaan yang usahanya mengandung resiko tinggi.

9. Dana pensiun, merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana pensiun suatu perusahaan pemberi kerja.

Lembaga keuangan informal

Lembaga informal yang melaksanakan penyaluran dana kredit mikro adalah pihak swasta atau lembaga-lembaga berasal dari lingkungan masyarakat sendiri (Nurmanaf et al. 2006). Lembaga-lembaga informal ini umumnya mudah diakses oleh siapa saja yang memerlukan, secara cepat, jarak dekat, waktu dan besar pinjaman sesuai kebutuhan, dengan prosedur sederhana dan tanpa agunan, tapi dengan tingkat bunga yang lebih tinggi. Hubungan pinjaman demikian lebih didasarkan pada kepercayaan ketimbang jaminan seperti halnya institusi pembiayaan komersial. Sumber pembiayaan informal tersebut meliputi pedagang (pedagang input maupun pedagang output pertanian), pelepas uang yang dikenal sebagai rentenir dan arisan kelompok.

Lembaga keuangan informal seperti rentenir memberikan pinjaman berupa bahan baku serta penolong untuk keperluan biaya hidup dari pengusaha kecil. Dengan demikian, pengijon atau rentenir dapat memberikan bunga yang besar dan menguasai pemasaran serta produksi pengusaha kecil (Suharto 1985).

Perkreditan Mikro bagi Masyarakat Pedesaan

(53)

pengusaha mikro dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan sehingga permasalahan-permasalahan mendasar yang menghambat pertumbuhan kinerja pengusaha mikro dapat ditanggulangi. Salah satu permasalahan mendasar yang umumnya dihadapi oleh pengusaha mikro adalah masalah permodalan dan pembiayaan. Sehubungan dengan hal tersebut dan semakin banyaknya lembaga perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya yang akan masuk dalam sistem ritel. usaha kecil memiliki potensi pasar tinggi, mengingat biaya produksinya rendah, sehingga harga produk yang dihasilkan dapat terjangkau oleh kalangan luas di Indonesia, maka dapat dikatakan usaha kecil menengah di Indonesia masih berorientasi pasar lokal. Sebagai salah satu institusi yang berhubungan dengan moneter, bank mikro adalah kepanjangan tangan untuk menjangkau sektor informal. Keberadaannya akan memberikan akses kepada masyarakat mikro untuk mengenal industri perbankan seperti yang selama ini dilakukan golongan yang dapat mengakses perbankan.

Menurut Suciwati (2000), lembaga perkreditan berperan terhadap peningkatan usaha masyarakat pedesaan. Lembaga perkreditan desa bertanggung jawab atas pembinaan teknis di lapangan. Pembinaan dilakukan secara aktif baik pembinaan langsung ke lapangan maupun pembinaan secara tidak langsung (mengamati laporan bulanan). Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Tabanan, Bali ini menjelaskan bahwa seluruh lapisan pada tingkat pemerintah daerah melibatkan diri dalam kelangsungan kegiatan lembaga perkreditan desa. Pemerintah daerah melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD) sekarang bertanggung jawab atas pembinaan teknis bagi lembaga perkreditan desa. Hubungan khas yang terjadi antara bank pembangunan daerah dan lembaga perkreditan desa adalah jaminan bahwa kelebihan dana lembaga perkreditan desa disimpan di bank pembangunan daerah. Kondisi ini cepat sekali berkembang menjadi sumber berharga bagi dana pinjaman bank pembangunan daerah. Apabila nasabah berkembang dan membutuhkan pinjaman lebih besar, secara langsung yang bersangkutan direkomendasikan untuk mendekati bank pembangunan daerah.

(54)

melalui proyek rintisan yang diberi nama Proyek Karya Usaha Mandiri (KUM), yang berlokasi di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor (Windarti 2000). Kredit pedesaan ini diperuntukkan bagi individu yang memiliki kegiatan usaha kecil seperti usaha warung, toko, pengecer barang-barang kebutuhan rumah tangga atau sektor pertanian dalam arti luas yang memiliki penghasilan mingguan serta sektor jasa seperti usaha transportasi, pengumpul barang bekas dan lain-lain. Kredit KUM tidak mensyaratkan adanya jaminan dan penjamin serta dalam penyalurannya dilakukan melalui pendekatan kelompok.

Difusi inovasi kredit usaha mandiri (KUM) kepada anggota masyarakat dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi interpersonal. Petugas kredit usaha mandiri sebagai sumber informasi menyampaikan pesan inovasi kepada sasaran program. Identifikasi sasaran dilakukan dengan cara melakukan uji kelayakan dengan menggunakan kuisioner. Uji kelayakan bertujuan untuk memastikan bahwa anggota benar-benar termasuk dalam kategori yang telah ditetapkan. Semua aktivitas pengajuan pinjaman, pengembalian kredit dan dilakukan pada forum rembug pusat. Forum rembug pusat dilakukan seminggu sekali. Rembug pusat merupakan gabungan beberapa kumpulan, minimal 2 kumpulan (10 anggota) dan masimal 8 kumpulan (40 anggota). Dimana setiap kumpulan terdiri dari 5 anggota, yang terbentuk secara bottom up. Rembug pusat telah membentuk jaringan komunikasi diantara anggota. Setiap tahapan keanggotaan kredit usaha mandiri melibatkan saluran komunikasi interpesonal diantara calon anggota kredit usaha mandiri. Penerimaan ide dan pengambilan keputusan untuk penerapannya dilakukan oleh individu, yang dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri, serta bagaimana persepsi sasaran program terhadap ciri-ciri yang melekat pada inovasi skim kredit usaha mandiri (Windarti 2000).

Permasalahan dalam Pengembalian Kredit

(55)

menganggap hal tersebut adalah hibah dari pemerintah. Permasalahan dalam pengembalian kredit oleh petani umumnya dikarenakan dana yang telah terkumpul digunakan kembali oleh petani untuk usaha lain. Untuk itu, diharapkan bank tidak hanya sebagai penyalur kredit, tetapi juga sebagai executing(Sihaloho 2004). Selain itu, menurut Karim (2008), yang juga menjadi permasalahan dalam pengembalian kredit mikro adalah adanya ketergantungan masyarakat pada pemberi dana. Hal tersebutlah yang harus diperbaiki sehingga kredit yang diberikan akan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat kecil. Untuk melakukan ini, perlu bimbingan dan koordinasi melalui komunikasi yang baik antara pemberi dana dan penerima dana.

Daya serap dan tingkat tunggakan kredit memiliki sebab yang berbeda. Daya serap kredit terkait dengan prosedur pengajuan dan penyaluran kredit. Sementara itu tingkat tunggakan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal petani kelompok tani maupun faktor-faktor yang berada di luar kontrol petani/kelompok tani. Faktor yang berada di dalam diri petani adalah karakteristik diri petani, kemampuan petani menggunakan kredit untuk usaha yang dapat memberikan keuntungan tinggi dan sistem pengawasan kelompok tani. Selain tiu, pandangan petani terhadap dana kredit yang disalurkan, pengalamannya dalam menggunakan kredit dan tingkat kesadaran membayar kredit adalah beberapa faktor penting yang mempengaruhi tunggakan kredit (Syukur 2002).

Penelitian Terdahulu Mengenai Komunikasi dalam Perkreditan

(56)

Banyak program yang dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, salah satunya dengan pemberian kredit bagi masyarakat, khususnya di pedesaan. Menurut penelitian Sihaloho (2004), yang meneliti pemberdayaan pengusaha kecil melalui kredit dan pendampingan, strategi pemberdayaan kelompok pengusaha kecil adalah dengan memperluas akses anggota pada informasi dan inovasi yang relevan dengan kepentingan dan kebutuhan mereka serta merekomendasikan tipe usaha yang sesuai bagi anggota yang bersangkutan dengan memperhatikan lingkungan fisik, lingkungan sosial yang mencakup tindakan sosial atas kredit, aksesibilitas anggota kelompok pengusaha kecil pada pasar. Selain itu, usaha yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah menciptakan kerjasama yang sinergis diantara semua subsistem pendukung dan antara pendukung dengan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kapasitas anggota pengusaha kecil, memajukan usaha mereka dan memberikan manfaat bagi mereka.

Pengusaha kecil mempunyai peranan strategis dalam perekonomian, ditunjukkan oleh kesempatan berusaha, lapangan kerja, peningkatan nilai ekspor dan penerimaan pajak. Beberapa situasi mengenai usaha kecil ini telah menunjukkan bahwa pada masa krisis ekonomi, usaha kecil mempunyai ketahanan relatif lebih baik bila dibandingkan dengan usaha besar, diantaranya karena usaha kecil sebagian besar menghasilkan barang konsumsi yang tidak tergantung pada produk ekspor. Selain itu, usaha kecil memiliki potensi pasar tinggi, mengingat biaya produksinya rendah, sehingga harga produk yang dihasilkan dapat terjangkau oleh kalangan luas di Indonesia, maka dapat dikatakan usaha kecil menengah di Indonesia masih berorientasi pasar lokal Sebagai salah satu institusi yang berhubungan dengan moneter, bank mikro adalah kepanjangan tangan untuk menjangkau sektor informal. Keberadaannya akan memberikan akses kepada masyarakat mikro untuk mengenal industri perbankan seperti yang selama ini dilakukan golongan yang dapat mengakses perbankan (Supriadi 2003).

Gambar

Gambar 1 Model komunikasi linier (Shannon Weaver)
Gambar 2 Model komunikasi interaksional
Gambar 3 Model komunikasi transaksional               Sumber : West dan Turner (2008)
Gambar 5 Komponen dasar dari model komunikasi konvergen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini pembahasan masalah hanya dilakukan untuk mengkaji mengenai nilai koefisien seismik berdasarkan aktifitas kegempaan dalam periode tahun 1977

Hasil penelitian bahwa pcrbandingan l<omposisi balnnbahan cat tutup yang optirnal bagi kulit hl'dlsana* menjadi kulit lemas untuk tas wanin adalah perlakuan

Berdasarkan pertimbangan hasil analisis ekonomi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Prarancangan Pabrik Potassium Perchlorate dengan kapasitas 30.000

13 Berdasarkan hasil pra survey pada Brand Image body mist The Body Shop ditemukan beberapa masalah pada dimensi Brand Image yang akan mempengaruhi

MEDAN 2018.. Medan: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi makna yang

Bintarto (1983) mengartikan kota sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis,

rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Selanjutnya guru memulai proses pembelajaran dengan melaksanakan kegiatan pendahuluan yakni

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Magister pada Program Studi Magister Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana,