• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih ES, Kartodiharjo H, Murdiyarso D. 2005. Analisis Kebijakan dalam Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera. Jurnal Wacana-Insist Edisi 20 (Jurnal Ilmu Sosial Transformatif):113-132.

Adinugroho WC, Suryadiputra INN, Saharjo BH, Siboro L. 2005. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Bogor : Wetlands Internasional.

[BPS Provinsi Riau] Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2010. Riau dalam Angka 2010. Pekanbaru: BPS Provinsi Riau.

Chrisnawati G. 2008. Analisis Sebaran Titik Panasdan Suhu Permukaan Daratan sebagai Penduga Terjadinya Kebakaran Hutan Menggunakan Sensor Satelit NOAA/AVHRRdan EOS AQUA-TERRA/MODIS [Skripsi]. Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Kayoman L. 2010. Permodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Kalimantan Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kurnain A. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut: Karakteristik dan Penangannya [terhubung berkala]. Http://lemlt.unlam.ac.id. [20 November 2012].

Muslim, Kurniawan S. 2008. Fakta Hutan dan Kebakaran 2002-2007. Riau: Jikalahari

Nuryandi K. 2003. Degradasi C-Organik Tanah Gambut Alami, Pascakebakaran, Areal Kelapangan, Kalimantan Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Pemerintah Kabupaten Bengkalis. 2011. Letak Geografis Kabupaten Bengkalis [terhubung berkala]. Http://www.bengkaliskab.go.id. [17 April 2012].

Ritung S, Wahyunto. 2003. Workshop on Wise Use and Sustainable Peatlands Management Practices October 13-14. Kandungan Karbon Tanah Gambut di Pulau Sumatera. Bogor.

Samsuri. 2008. Model Spasial Tingkat Kerawanan Model Kebakaran Hutan dan Lahan [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sukmawati A. 2008. Hubungan Atara Curah Hujan dengan Titik Panas (Hotspot) sebagai Indikator Terjadinya kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Perilaku Api,Penyebab, dan Dampak Kebakaran. Malang: Bayumedia Publishing.

Thoha AS. 2008. Penggunaan Data Hotspot untuk Monitoring KebakaranHutan dan Lahan Indonesia [terhubung berkala]. Http://respository.usu.ac.id [28 Januari 2012].

Wibisono ITC. 2008. Panduan Silvikultur untuk Rehabilitasi Lahan Gambut Bekas Kebakaran dan Terlantar. Bogor: Wetland Internasioal.

Wibisono ITC, et al. 2005. Panduan Rehabilitasi dan Teknik Silvikultur di Lahan Gambut. Bogor: Wetland Internasional

Zubaidah A, Dirgahayu D, Sariwulan B. 2005. Pengaruh Anomali Curah Hujan Terhadap Potensi Kebakaran Hutan/Lahan di Pulau Sumatera, Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. Jakarta : LAPAN.

PERBANDINGAN SUMBER HOTSPOT SEBAGAI INDIKATOR

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DAN

KORELASINYA DENGAN CURAH HUJAN DI DESA SEPAHAT,

KABUPATEN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

RINENGGO SIWI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ABSTRAK

RINENGGO SIWI. Perbandingan Sumber Hotspot sebagai Indikator Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut dan Korelasinya dengan Curah Hujan di Desa Sepahat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Di bawah bimbingan: LAILAN SYAUFINA dan ATI DWI NURHAYATI.

Riau merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang setiap tahunnya menyumbang asap besar, tidak hanya di wilayah Indonesia akan tetapi hingga negara tetangga, salah satunya yang berasal dari Desa Sepahat, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau yang pada tahun 2009-2010 menyumbangkan asap hingga ke negeri tetangga. Informasi tentang data titik panas (hotspot) dapat menjadi salah satu sumber informasi deteksi dini kebakaran hutan dan lahan. Jika data hotspot dikombinasikan dengan data curah hujan maka dapat ditemukan model perhitungan spasial hubungan antara jumlah curah hujan dengan jumlah deteksi hotspot di Desa Sepahat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan data titik panas (hotspot) dari satelit NOAA-18 dengan data yang diperoleh dari satelit TERRA-AQUA, dan mengkaji korelasi antara curah hujan dengan data titik panas (hotspot) pada tahun 2008-2010. Penelitian ini menggunakan data sekunder hotspot berdasarkan satelit NOAA yang diperoleh dari Kementerian Kehutanan RI, data sekunder hotspot berdasarkan satelit TERRA AQUA yang diperoleh Center for Applied Biodiversity Science (CABS), serta data curah hujan yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Perternakan Kabupaten Bengkalis. Hasil penelitian menunjukkan jumlah deteksi hotspot yang ditangkap oleh satelit TERRA-AQUA lebih banyak dari pada satelit NOAA. Rata-rata deteksi hotspot berdasarkan satelit NOAA tahun 2008-2010 adalah 11 hotspot, sedangkan rata-rata deteksi hotspot bedasarkan satelit TERRA-AQUA tahun 2008-2010 adalah 119 hotspot. Rata-rata curah hujan di Kecamatan Bukit Batu, pada tahun 2008-2009 adalah 1617.8 mm/tahun. Hasil korelasi antara jumlah curah hujan dengan deteksi hotspot dari satelit NOAA adalah 0.893, sedangkan nilai korelasi antara jumlah curah hujan dengan deteksi hotspot yang diperoleh dari satelit TERRA-AQUA adalah 0.5888. Model Persamaan terbaik hubungan curah hujan dengan deteksi hotspot di Desa Sepahat Kabupaten Bangkalis adalah y = 146.5 – 17.49x + 8.52x2 – 0.5444x3 dimana y adalah jumlah hotspot dari satelit NOAA dan x adalah curah hujan.

Kata Kunci : hotspot, kebakaran hutan dan lahan gambut, korelasi, curah hujan, Desa Sepahat.

ABSTRACT

RINENGGO SIWI. Comparison of Hotspot Sources as an Indicator of Forest and Peatland Fire and Its Correlation with Rainfall in Sepahat Village, Bengkalis district, Province of Riau. Under the guidance of: LAILAN SYAUFINA and ATI DWI NURHAYATI

Riau is one of the areas in Indonesia which annually contributes to the regional haze problem, not only in Indonesia but also to neighboring countries, one of which comes from Sepahat village, Bukit Batu subdistrict, Bengkalis district, Province of Riau in 2009-2010 contributed the big haze until neighboring countries. Information about data hotspot may be one source of early detection information of forest fires and land. If the data hotspots combined with rainfall data, it will discover the model calculations of spatial correlation between the amounts of rainfall with the amountsof hotspot detection in Sepahat village. This study is aimed to compare hotspot of the NOAA-18 satellite with hotspot data of the TERRA-AQUA satellite and examine the correlation between rainfall and hotspot in 2008-2010. This study uses hotspot secondary data by NOAA satellite from the Ministry of Forestry of Indonesia, hotspot secondary data byAQUA TERRA satellite from Center for Applied Biodiversity (CABS), and rainfall data from the Department of Agriculture and Animal Husbandry of Bengkalis. The result of this study indicates that the number of hotspot detection captured by TERRA- AQUA satellite is higher than that of the NOAA satellite. Average hotspot detection from NOAA satellite in 2008-2010 was 11 hotspots, while average hotspot detection from TERRA-AQUA satellite in 2008-2010 was 119 hotspots. While average rainfall in Bukit Batu sub-district, in 2008-2010 was 1617.8 mm/year. The result of the correlation between the amount of rainfall and hotspot detection from NOAA satellite is 0.893, while the result of the correlation between the amount of rainfall and hotspot detection from TERRA-AQUA satellite is 0.5888. Best Equation Model of rainfall with hotspot detection in Sepahat village, Bangkalis is y = 146.5 - 17.49x + 8.52x2 - 0.5444x3 whereby y is the number of hotspots of NOAA satellite and x is rainfall.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perbandingan Sumber Hotspot sebagai Indikator Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut dan Korelasinya dengan Curah Hujan di Desa Sepahat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dari bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Rinenggo siwi E44070019

PERBANDINGAN SUMBER HOTSPOT SEBAGAI INDIKATOR

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DAN

KORELASINYA DENGAN CURAH HUJAN DI DESA SEPAHAT,

KABUPATEN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

RINENGGO SIWI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dokumen terkait