• Tidak ada hasil yang ditemukan

Achmanu, Muharlien, & Salaby. 2011. Pengaruh lantai kandang (rapat dan renggang) dan imbangan jantan-betina terhadap konsumsi pakan, bobot telur, konversi pakan dan tebal kerabang pada burung puyuh. J. Ternak Tropika, 12 (2): 1-14

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Astawan, M. & A. L. Kasih. 2008. Warna-Warni Makanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Dedy, S. 2011. Menentukan Jenis Kelamin Puyuh [terhubung berkala]. http://epetani.deptan.go.id. [9 Oktober 2012].

Departemen Pertanian. 2003. Statistik Pertanian. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1989. Daftar Komposisi Bahan Makanan.

Bharata, Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Statistik Peternakan [terhubung berkala]. http://ditjennak.deptan.go.id. [5 Oktober 2012].

Diwayani, R. M., D. Sunarti, & W. Sarengat. 2012. Pengaruh pemberian pakan bebas pilih (free choice feeding) terhadap performans awal peneluran burung puyuh

(Coturnix coturnix japonica). J. Anim. Agric. 1 (1): 23-32.

Ensminger, M. A & C. Nesheim. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series). 3rd Edition. Interstate Publishers, Inc. Danville, Illinois.

Handarini, R., E. Saleh, & B. Togatorop. 2008. Produksi burung puyuh yang diberi ransum dengan penambahan tepung umbut sawit fermentasi. J. Agribisnis Peternakan, 4 (3): 107-110.

Haryono. 2000. Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Haryoto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Kanisius, Yogyakarta.

Hastuti, R. P. 2008. Pengaruh penggunaan bubuk bawang putih (Allium sativum) dalam ransum terhadap performa ayam kampung yang diinfeksi cacing Ascaridia galli. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hazim, J. A., W. M. Razuki., W. K. Al-Hayani, & A. S. Al-Hassani. 2010. Effect of dietary on egg quality of laying quail. J. Poult. Sci. 9 (6): 584-590.

Hulshoff, P. J. M., C. Xu, P. Van De Bovenkamp, Muhilal & C. E. West 1997. Application of a validated method for the determination of provitamin A carotenoids in Indonesian foods of different maturity and origin. J. Agric. Food Chem. 45: 1174 – 1179.

Kapes, B. 2005. Bromelain (Gale Encyclopedia of Alternative Medicine) [terhubung berkala]. http://encyclopedia.com. [8 Juli 2012].

Kul, S. & I. Seker. 2004. Phenotypic correlations between some external and internal egg quality traits in the Japanese quail (Coturnix coturnix japonica). Int. J. Poult. Sci.3: 400-405.

Leeson, S. & J. D. Summer. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed. University Books, Guelph,Ontario.

Listiyowati, E. & K. Roospitasari. 2004. Puyuh: Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mawaddah, S. 2011. Kandungan kolesterol, lemak, vitamin A dan E dalam daging, hati, dan telur, serta performa puyuh dengan pemberian ekstrak dan tepung daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr) dalam ransum. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mirzah. 2000. Pengaruh pemanfaatan produk tepung limbah udang hasil olahan dengan tekanan uap terhadap performan ayam broiler. J. Vet & Ling. 2: 23- 26.

Mozin, S. 2006. Kualitas fisik telur puyuh yang mendapatkan campuran tepung bekicot dan tepung darah sebagai substitusi tepung ikan. J. Agrisains, 7 (3):183-191.

Mulyantini, N. G. A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Muslim. 2010. Pemberian Campuran Dedak dan Ampas Tahu Fermentasi dengan

Monascus Purpureus dalam Ransum terhadap Performa dan Kualitas Telur Puyuh. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Revised Edition. National Academy Press, Washington. D. C.

North, M. O & Bell, D. D. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed .Van Nostrand Reinhold. New York.

Nugroho & I. G. T. Mayun. 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offset, Semarang. Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1993. Beternak Itik Komersial. Edisi Kedua. Kanisius, Yogyakarta. Rismana, E. 2003. Serat kitosan mengikat lemak. Pusat pengkajian dan

pengembangan teknologi farmasi dan medika. Pusat Penelitian Terpadu, Jakarta.

Roesdiyanto. 2002. Kualitas telur itik tegal yang dipelihara secara intensif dengan berbagai tingkat kombinasi metionin-lancang (Atlanta sp.) dalam pakan. J. Animal Production, 4 (2):77-82.

Rubatzky, E. Vincent & M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3. Edisi Kedua. Terjemahan: C. Herison. ITB Bandung, Bandung.

Rukmana, R. 1995 . Budi Daya Bawang Putih. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, R. & I. M. Harahap. 2011. Katuk Potensi dan Manfaatnya. Kanisius, Yogyakarta.

Sahara, E. 2011. Penggunaan kepala udang sebagai sumber pigmen dan kitin dalam pakan ternak. Agrinak. 1 (1): 31-35.

Sebayang, F. 2006. Pengujian stabilitas enzim bromelin yang diisolasi dari bonggol nanas serta imobilisasi menggunakan kappa karagenan. Jurnal Sains Kimia, 10 (1): 20-26.

Shanaway, M. M. 1994. Quail Production Systems: A Review. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Sijabat, N. W. N. 2007. Pengaruh suplementasi mineral (Na, Ca, P, dan Cl) dalam ransum terhadap produksi puncak telur puyuh (Coturnix coturnix japonica).

Skripsi. Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Song, K. T., S. H. Choi & H. R. Oh. 2000. A comparison of egg quality of pheasant, chukar, quail,and guinea fowl. Asian-Aus. J. Anim. Sci. 13 (7): 986-990. Stadellman, W. J. & O. J. Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 4th Edition.

The Haworth Press, Inc., New York.

Standar Nasional Indonesia. 2006. Pakan puyuh bertelur (quail layer), SNI 01-3907- 2006. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Subekti, S. 2007. Komponen sterol dalam ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr) dan hubungannya dengan system reproduksi puyuh. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Subekti, S., S. S. Sumarti, & T. B. Murdiarti. 2008. Pengaruh daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr) dalam ransum terhadap fungsi reproduksi pada puyuh. JITV, 13 (3): 167-173.

Sujionohadi, K. & A. I. Setiawan. 2007. Ayam Kampung Petelur. Niaga Swadaya, Jakarta.

Suhermiyati, S. & S. J. Setyawati. 2008. Potensi limbah nanas untuk peningkatan kualitas limbah ikan tongkol sebagai bahan pakan unggas. Animal Production. 10 (3): 174-178.

Sumarni & N. Djuarnani. 1995. Penanganan Pasca Panen Unggas. Departemen Pertanian. Balai Latihan Pertanian, Ciawi, Bogor

Suprapti, M. L. 2002. Pengawetan Telur, Telur Asin, Tepung Telur, Telur Beku. Kanisius, Yogyakarta.

Suprijatna, E., D. Sunarti, L. J. Mahfudz & U. Ni’mah. 2009. Efisiensi penggunaan protein untuk produksi telur pada puyuh akibat pemberian ransum protein rendah yang disuplementasi lisin sintetis. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan; Semarang, 20 Mei 2009. Semarang: Fakultas Peternakan UNDIP. hlm 648-654.

Syamsir, E., Soekarto, S. T., & S. S. Mansjoer. 1994. Studi komparatif sifat mutu dan fungsional telur puyuh dan telur ayam ras. Bul. Tek dan Industri Pangan, 5 (3): 34-38.

Syukron, M. 2006. Kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam ayam broiler yang diberi ransum finisher dengan penambahan kepala

udang. Skripsi. Program Studi Nutrisi & Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Triyanto. 2007. Performa produksi burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) periode produksi umur 6-13 minggu pada Lama pencahayaan yang berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

United States Departement of Agriculture [USDA]. 2000. Egg Grading Manual. Agricultural Handbook, No.75, Washington, D.C.

Wanasuria, S. 1990. Tepung kepala udang dalam pakan broiler. Poultry Indonesia. No. 122/Th. XI: 19-21.

Williams, C. N., J. O. Uzo, & W. T. H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Terjemahan: D. Darmadja. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Wiryawan, K. G., S. Suharti, & M. Bintang. 2005. Kajian antibakteri temulawak, jahe dan bawang putih terhadap Salmonella typhimurium serta pengaruh bawang putih terhadap performans dan respon imun ayam pedaging. Media Peternakan. 28 (2): 52-62.

Widjastuti, T & R. Kartasudjana. 2006. Pengaruh pembatasan ransum dan implikasinya terhadap performa puyuh petelur pada fase produksi pertama. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 31 (3):162-166.

Yaman, M. A. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yuliani, S. 2001. Diversivikasi produk katuk. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. 13 (1) : 68 - 76.

Yulianingsih, R & Y. Teken. 2008. Fermentasi kepala udang dengan enzim kitinase. Bul. Tek. Lit. Akuakultur, 7 (1): 65-68.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Zahra, A. A., D. Sunarti, & E. Suprijatna. 2012. Pengaruh pemberian pakan bebas pilih (free choice feeding) terhadap performans produksi telur burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). J. Anim. Agric. 1 (1):1-11.

Lampiran 1. Analisis Ragam Rataan Nilai Konsumsi Pakan yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 6,713 1,678 0,149tn 3,056

Galat 15 169,252 11,283

Total 19 175,966

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) tn = tidak nyata

Lampiran 2. Analisis Ragam Rataan Nilai Konversi Ransum yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 2,288 0,572 0,126n 3,056

Galat 15 67,836 4,522

Total 19 70,124

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) tn = tidak nyata

Lampiran 3. Analisis Ragam Rataan Nilai Konsumsi Energi yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 3,128 0,782 0,074tn 3,056

Galat 15 158,330 10,555

Total 19 161,457

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

Lampiran 4. Analisis Ragam Rataan Nilai Konsumsi Protein yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk,dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 0,047 0,012 0,565tn 3,056

Galat 15 0,310 0,021

Total 19 0,357

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

tn = tidak nyata

Lampiran 5. Analisis Ragam Rataan Nilai Produksi Telur yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 235,683 58,921 1,171tn 3,056

Galat 15 754,444 50,296

Total 19 990,127

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) tn = tidak nyata

Lampiran 6. Analisis Ragam Rataan Nilai Produksi Massa Telur yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 718,325 179,581 0,121tn 3,056 Galat 15 22205,947 1480,396

Total 19 22924,272

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) tn = tidak nyata

Lampiran 7. Analisis Ragam Rataan Bobot Telur Puyuh yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk,dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 22,405 5,601 14,817* 3,056

Galat 15 5,677 0,378

Total 19 28,082

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) * = nyata (p<0,05)

Uji Lanjut Duncan

Perlakuan Ulangan Superskrip 1 2 3 Kontrol 4 7,84 Bromelin 4 9,0875 Limbah udang 4 8,4700 8,4700 Daun katuk 4 8,1500 Bawang putih 4 8,5950 8,5950

Lampiran 8. Analisis Ragam Rataan Persentase Putih Telur yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk,dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 1,462 0,366 0,557tn 3,056

Galat 15 9,837 0,656

Total 19 11,299

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

Lampiran 9. Analisis Ragam Rataan Persentase Kuning Telur yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 3,240 0,810 0,469tn 3,056

Galat 15 25,877 1,725

Total 19 29,117

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) tn = tidak nyata

Lampiran 10. Analisis Ragam Rataan Persentase Kerabang Telur yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 0,331 0,083 1,030tn 3,056

Galat 15 1,207 0,080

Total 19 1,539

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) tn = tidak nyata

Lampiran 11. Analisis Ragam Rataan Indeks Telur yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin,Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 12,964 3,241 0,694tn 3,056

Galat 15 70,089 4,673

Total 19 83,054

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

Lampiran 12. Analisis Ragam Rataan Skor Warna Kuning Telur yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 12,139 3,035 13,088* 3,056

Galat 15 3,478 0,232

Total 19 15,616

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

* = nyata (p<0,05)

Uji Lanjut Duncan Skor Warna Kuning Telur

Perlakuan Ulangan Superskrip

1 2 Kontrol (P0) 4 4,1300b Bromelin (P1) 4 4,1000b Limbah udang (P2) 4 4,1675b Daun katuk (P3) 4 6,1025a Bawang putih (P4) 4 4,2350b

Lampiran 13. Analisis Ragam Rataan Tebal Kerabang yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin,Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 0,001 0,000 6,116* 3,056

Galat 15 0,000 0,000

Total 19 0,001

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

Uji lanjut Duncan Tebal Kerabang

Perlakuan Ulangan Superskrip

1 2 Kontrol (P0) 4 0,1675a Bromelin (P1) 4 0,1675a Limbah udang (P2) 4 0,1550b Daun katuk (P3) 4 0,1575 ab 0,1575ab Bawang putih (P4) 4 0,1650 ab 0,1650ab

Lampiran 14. Analisis Ragam Rataan Nilai Haugh Unit yang diberi Ransum Kontrol, Bromelin, Tepung Limbah Udang, Daun Katuk, dan Bawang Putih

SK db JK KT F Hit F0,05

Perlakuan 4 4,268 1,067 0,910tn 3,056

Galat 15 17,596 1,173

Total 19 21,864

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Puyuh merupakan ternak yang memiliki produktivitas tinggi. Peternakan puyuh mampu menghasilkan telur yang dapat membantu mencukupi kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Bentuknya yang kecil menyebabkan telur burung puyuh banyak digunakan pada berbagai masakan. Ukuran tubuh puyuh yang kecil memberikan keuntungan karena dengan lahan yang tidak terlalu luas dapat dipelihara dalam jumlah besar. Keuntungan lainnya adalah kemampuan tumbuh dan berkembangbiaknya yang sangat cepat. Siklus hidup puyuh menyebabkan unggas ini cepat berproduksi, yaitu saat berumur 35 - 42 hari sudah mulai bertelur. Produksi telurnya mampu mencapai 200-300 butir/tahun dengan berat 10 gram/butir.

Di Indonesia ternak puyuh merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2012) populasi puyuh di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 7,055 juta ekor dengan produksi telurnya yang mencapai 16,926 juta ton. Sebagian besar populasi tersebut berada di wilayah Jawa Tengah. Pemeliharaan puyuh lebih mudah, tidak banyak mengandung resiko, dan dapat meningkatkan pendapatan peternak. Telur puyuh memiliki sumber protein yang tinggi, kaya akan vitamin dan mineral. Telur puyuh yang memiliki kualitas baik dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dengan harga yang terjangkau. Telur puyuh juga termasuk makanan yang mudah dicerna dengan kandungan protein yang tinggi.

Faktor terpenting dalam pemeliharaan puyuh adalah ransum. Kebutuhan gizi puyuh harus terpenuhi dalam ransum yang diberikan. Kebutuhan jumlah ransum untuk puyuh biasanya lebih dari 10% dari berat badannya. Ransum tersusun dari beberapa bahan pakan. Ada beberapa bahan pakan yang belum umum digunakan, seperti limbah udang, daun katuk, dan feed aditif (bawang putih dan bromelin). Bahan tersebut keberadaannya juga selalu ada sepanjang tahun.

Limbah udang merupakan limbah dari industri pengolahan udang beku yang mempunyai potensi dan nilai gizi relatif tinggi yaitu kadar protein yang tinggi sekitar 42,10% - 49,8% dan serat kasar 29,34%. Bawang putih merupakan tanaman obat yang mengandung diallyl sulfida dan allicin sebagai antibodi dan menjaga daya tahan tubuh dengan kadar protein 16,80% dengan serat kasar 0,42%. Daun katuk

mengandung vitamin A, alpha-tocopherol dan karoten yang sangat tinggi dengan kadar protein 22,14% dan serat kasar 5,95%. Bromelin merupakan salah satu jenis enzim protease sulfhidril asal buah nenas yang mampu menghidrolisis ikatan polipeptida menjadi asam amino.

Penambahan bahan tersebut ke dalam pakan puyuh diharapkan mampu memberikan efek yang baik terhadap performa dan kualitas telur puyuh. Oleh karena itu, dilakukan penelitian pengaruh penambahan, bromelin, tepung limbah udang, tepung daun katuk dan tepung bawang putih terhadap performa dan kualitas telur puyuh.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan tepung limbah udang, tepung daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr.), tepung bawang putih, dan bromelin terhadap performa dan kualitas telur (tebal kerabang telur, warna kuning telur persentase bobot kerabang telur, bobot kuning telur, dan bobot putih telur) puyuh.

Dokumen terkait