• Tidak ada hasil yang ditemukan

American library association (ALA). (1989). Presidential committee on information literacy:finalreport http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/actl /publications/whitep apers/ presidential.cfm. diakses pada tanggal 5 april 2018.

Arikunto, Suharsimi, dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan; Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

KBBI. (2018). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Kbbi.web.id. diakses pada 08 Maret 2018. Medan.

KemEndikbud. ( 2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat jendera l Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kemendikbud. (2016). Desain Induk Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kemendikbud. (2016). Survey Internasional PIRLS. Diakses dari:

http://litbag.kemendikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pirls. pada tanggal 6 maret 2018.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: :LKiS Yogyakarta, hal 99.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Redaktur, Media. (2015). Literasi Indonesia Sangat Rendah. Diakses dari:

http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm39840 literasi-indonesia-sangat-rendah. Pada tanggal 12 maret 2018

Shalfiah, Ramandita. (2017). Peran pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK) dalam mendukung program-program pemerintahan kota bontang.

Diakses dari http://perpustakaan.unmul.ac.id/ejournal /index.php/um/

article/view/92/78. Pada tanggal 5 april 2018.

Sinulingga, Sukaria. (2011). Metode Penelitian. Medan : USU Press.

Sugianto, Eko. (2015). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Suaka Media, hal.8

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta

UNESCO. (2003). The Proque Declaration. “ towards am information literate society”. Diakses dari: www.unesco.com. Pada tanggal 12 maret 2018.

Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, hal 70.

Webster, Merriam. 2004. Merriam Webster’s Online Dictionary; United States of America. Merriam Webster Incorporated.

Wulandari, Ranti. (2017). Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Lampiran 1

Pedoman Wawancara, Observasi dan Dokumentasi

1. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah SMA Swasta Parulian 1 Medan A. Identitas Diri

1. Kode : I1

Jabatan : Kepala Sekolah B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?

2. Program apa saja yang menunjang Gerakan Literasi Sekolah?

3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan atas program yang telah ditetapkan?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan sosialisasi?

5. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah?

6. Bagaimana pendanaan yang digunakan untuk melaksanakan program gerakan literasi sekolah tersebut?

7. Bagaimana alokasi waktu dalam melaksanakan program gerakan literasi sekolah tersebut?

8. Bagimana komitmen dari setiap agen yang mengambil bagian dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah tersebut?

9. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat agen dalam melaksanakan program?

10. Bagaimana struktur birokrasi dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah tersebut?

11. Bagaimana tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah?

2. Pedoman wawancara Guru bahasa Indonesia/ Tim literasi A. Identitas Diri

Kode : I2

Jabatan : Guru Bahasa Indonesia dan Tim Literasi B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?

2. Program apa saja yang menunjang Gerakan Literasi Sekolah?

3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan atas program yang telah ditetapkan?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan sosialisasi?

5. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah?

6. Bagaimana pendanaan yang digunakan untuk melaksanakan program gerakan literasi sekolah tersebut?

7. Bagaimana alokasi waktu dalam melaksanakan program gerakan literasi sekolah tersebut?

8. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat jika berkaitan dengan sumber daya ?

9. Bagimana komitmen dari setiap agen yang mengambil bagian dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah tersebut?

10. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat agen dalam melaksanakan program?

11. Bagaimana struktur birokrasi dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah tersebut?

12. Bagaimana tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah?

3. Pedoman Wawancara Pustakawan SMA Swasta Parulian 1 Medan A. Identitas Diri

Kode : I3

Jabatan : Pegawai Perpustakaan B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?

2. Program apa saja yang dilakukan perpustakaan untuk menunjang Gerakan Literasi Sekolah?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program perpustakaan?

4. Apa saja jenis koleksi perpustakaan?

5. Fasilitas yang terdapat di perpustakaan 4. Pedoman Wawancara Siswa

A. Identitas Diri Kode : I4 s/d I9 Status : siswa/i B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?

2. Program apa saja yang dilakukan perpustakaan untuk menunjang Gerakan Literasi Sekolah?

3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pihak sekolah dalam memperkenalkan gerakan literasi sekolah?

4. Bagaimana pendapat anda mengenai membaca 15 menit setiap hari sebelum mata pelajaran dimulai?

5. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam mengikuti gerakan membaca 15 menit setiap hari sebelum dimulai pelajaran?

6. Bagaimana cara anda memilih bahan bacaan, memahami dan meresensi bacaan tersebut?

7. Apa yang anda pahami mengenai tahapan gerakan gerakan literasi sekolah?

5. Pedoman dokumentasi

a. Pedoman studi dokumen 1. Profil SMAS Parulian 1 Medan

2. Visi dan misi SMAS Parulian 1 Medan 3. Peraturan sekolah

4. Dokumen jumlah siswa 5. Hasil karya siswa

NO Dokumen Ada/tidak ada Keterangan

1. Profil SMAS Parulian 1 Medan

2. Visi dan misi SMAS Parulian 1 Medan

3. Peraturan sekolah 4. Dokumen jumlah siswa 5. Hasil karya siswa

6. Pedoman observasi

Observasi situasi sosial dan intraksi sosial yang menggambarkan pelaksanaan program gerakan literasi sekolah

Lampiran 2 Transkrip Wawancara 1. Kode informan : I1

Jabatan : Kepala Sekolah Hasil wawancara :

1. Kapan diselenggarakannya GLS di SMA PARULIAN 1 MEDAN ? Jawaban : diselenggarakan dari tanggal 27 oktober 2016,

2. Ide untuk melaksanakan gerakan literasi sekolah

Jawaban : untuk melaksanakan gerakan GLS ada kerjasama dengan USAID PERIORITAS salah satu lembaga pendidikan ….. Amerika, jadi mereka memfasilitasi kegiatan dan rencana-rencana tersebut yang diketuai oleh pak Agus Marwan. Jadi idenya dari situ dan melihat perkembangan situasi kami merespon lalu membuat tim dan membuat program, setelah itu kami mendeklarasikan sekolah Parulian sebagai sekolah literasi pada tanggal 27 oktober 2016. Yg hadir pada saat itu adalah bapak konsulat Amerika, anggota MPR, MPR-RI(menyumbangkan buku), perwakilan dari perpustakaan provinsi, dinas pendidikan provinsi, dan pencinta-pencinta literasi.

3. Bagaimana pandangan bapak mengenai GLS sehingga ada keinginan untuk menggalakkannya di SMA Parulian 1 Medan?

Jawaban: karena latar belakang penelitian UNESCO yang mengatakan bahwa dari 1000 orang Indonesia hanya 1 yang memiliki minat baca, jadi bayangkanlah itu hanya 1 per mil rakkyat Indonesia yang memiliki minat baca mau jadi seperti apa Indonesia ini? Jadi berdasarkan itulah membuktikan tingkat pendidikan kita rendah karena minat membacanya pun hanya 1/mil dan juga menjadi dasar kami menggalakkan GLS di SMA Parulian 1 Medan,

4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SMAS Parulian 1 Medan?

• Hambatan menggalakkan GLS

Jawaban: pada awalnya sulit, tidak gampang untuk melaksanakannya.

Oleh karena itu dilakukan tahap pembiasaan terlebih dahulu 15 menit setiap pagi, lalu dikembangkan. Untuk penguatannya diadakan seminar, lomba menciptakan karya berupa cerpen, puisi dan pantun.

Siswa yang kurang minat baca dan juga siswa yang datang terlambat ke sekolah. Bagi siswa yang kurang dalam minat baca atau tidak semangat jadi untuk menumbuhkan semangat itu kita mebuat iyel-iyel atau semacam jargon dengan tujuan menyemangati siswa. Contoh yel-yel tersebut adalah ‘semangat pagi, pagi! Pagi! Pagi!’ , ‘Parulian!

Sekolah berkarakter, seolah literasi!, ‘salam literasi! Ayo membaca!

Yes!, yes! Yes!’. Dan untuk yang terlambat datang ke sekolah maka kami sudah menghindari hukuman fisik, tetapi kami membuat hukuman agar mereka membuat satu karya seperti pantun minimal 1, membaca buku dan meresume buku tersebut, dan itu menjadi syarat mereka untuk masuk ke kelas.

Fasilitas kurang , seperti buku. Pada awalnya dulu kami menyediakan buku untuk siswa, dan melakukan tes kejujuran dalam peminjaman buku dan ternyata tidak berhasil karena banyak buku yang dibawa pulang dan tidak dikembalikan lagi sehingga persediaan buku semakin berkurang. Oleh karena itu, diwajibkan siswa untuk mendonasikan buku 1 persemester.

Untuk siswa yang minat bacanya kurang, maka sekolah mengupayakan untuk mengarahkan mereka untuk membaca lebih sering.

Sekolah juga mengupayakan diadakannya literasi alkitab, tujuannya untuk menumbuhkan karakter siswa. Pengembangannya dari literasi alkitab tersebut adalah siswa disuruh untuk membuat satu renungan.

Siswa yang kurang minat membaca, di dalam kelas pada saat membaca dapat mengganggu konsentrasi siswa karena ribut atau bercakap-cakap pada saat teman-temannya membaca.

• Faktor pendukung

Jawaban :s emua mendukung,dan efeknya sekolah kita semakin dikenal karena diberitakan melalui media. Yang luar biasa media tersebut adalah media elektronik. Seperti Jakarta Pos, Televisi, karena itu sekolah kita semakin dipertimbangkan dan banyaklah manfaatnya bagi anak-anak.

Gls di Parulian didukung jga oleh organisasi USAID S, yaitu pasda (fasilitator daerah), paling tidak 2x setahun kita panggil mereka untuk melakukan workshop atau pelatihan.

5. Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk menunjang GLS?

Jawaban: Hal tersebut diaadakan melalui diadakannya terlebih dahulu workshop yang dilakukan oleh orang-orang professional dan jurnalistik.

Seperti pak Amal dan pak Arifin dari analisa. Seminar cinta literasi yang dipandu oleh orang professional seperti pak Togu Simorangkir yaitu seorang pegiat literasi di danau toba yang menciptakan kapal buku.

Kepala perpustakaan dan arsip provinsi, profesor ahli bahasa, forum masyarakat literasi sumatera utara, tokoh-tokoh pegiat literasi, media DAI TV, membuat video dan menerbitkan buku. Contoh petualangan imaji yang berisi cerpen dan merupakan karya nyata siswa yang diseleksi dan di edit oleh pak agus marwan.

Kunjungan ke perpustakaan yang dilakukan secara bergilir dan bergantian antar kelas, mengadakan pestival literasi, membuat mading

dan jemuran literasi untuk menampilkan hasil karya siswa yang sebelumnya diseleksi terlebih dahulu.

6. Bagaimana tanggapan bapak mengenai GLS di SMA Parulian?

Jawaban: ya setidaknya mereka sudah membiasakan diri untuk membaca, minat membaca, minat berekspresi, berinovasi dan berani mengungkapkan pendapat sendiri sehingga ada inovasi belajar. Sangat besar manfaatnya.

7. Sosialisasi apa saja yang dilakukan sekolah kepada siswa mengenai gerakan literasi sekolah?

Jawaban : menggunakan media sosial seperti FB “sekolah parulian”. jadi kegiatan-kegiatan yang kita lakukan kita bagikan langsung ke FB sehingga orang-orang dapat melihatnya. Mengingat FB sudah dapat digunakan oleh semua kalangan masyarakat. Sehingga orang tau bahwa sekolah kita merupakan sekolah literasi. Pengarahan langsung dengan mengundang orang tertentu seperti forum pertemuan dengan orangtua, sehingga orangtua pun tahu dan mengambil alih, contohnya melalui anak-anaknya mendonasikan buku dan hasil karya anak-anak akan di bagikan juga kepada orangtua dengan kata lain sebagai timbal balik kepada orangtua.

8. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan mengenai hasil karya siswa?

Jawaban:

• pada saat ini sudah ada 1000 lebih pantun karya anak-anak jadi kami mau menjilid dalam bentuk buku

• sebelumnya sudah diterbitkan buku kumpulan cerpen siswa yang diberi judul petualangaan imaji.

• Memilih karya siswa yang akan ditampilkan di jemuran literasi

• Memilih karya siswa yang akan ditampilkan di mading sekolah dan di dalam aula.

9. Siapa saja yang mengambil bagian dalam pelaksanaan GLS?

Jawaban: untuk melaksanaknnya ada kita buat tim nya, yaitu tim literasi.

• Tim yayasan : ketua nya bapak Postar manalu

• Di SMA : Ibu Sartika Silalahi

• Osis : seksi literasi

Dan semuanya membuat program. Contoh kegiatan yaitu pada tanggal 14 februari kemarin diadakan valentine day, jadi dibuat acara berbalas pantun. Dan semuanya bekerjasama

10. Apa saja yang menjadi tugas tim literasi?

Jawaban: kalo ada even selain rutin, ada even tertentu untuk pengembangan literasi seperti perlombaan seperti pestival literasi 1 dan 2, seminar tentang literasi. Jika pelaksanaannnya semua parulian maka yang bekerja adalah tim yayasan. Tim sma akan menginfokan kegiatan apa saja yang akan dilakukan, mempersiapkan dan mengkoordinir karya

yang akan diperlombakan dan yang membuat karya adalah siswa. Dan tugas mereka sesuai dengan program yang mereka rencanakan.

11. Bagaimana pendanaan GLS ?

Jawaban : dalam melaksanakan kegiatan jika dibutuhkan biaya aakan diambil dari dana bos, selain itu apabila dibutuhkan untuk ngeprint sesuatuu digunakan fasilitas sekolah.

12. Bagaimana pengalokasian waktu pelaksanaan gerakan literasi sekolah ? Jawaban: dilakukan 15 menit setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai, dan kunjungan perpustakaan secara bergilir yang dilakukan setiap kelas 13. Prestasi siswa dalam gls?

Jawaban: seperti mengikuti pestival literasi, jamboree literasi di Binjai yang diberangkatkan adalah siswa SMP dan berhasil memperoleh juara 1 lomba cipta cerpen, sedangkan kegiatan disana ada juga debat literasi, dan baca puisi.

Dan sudah tercipta mars literasi yang dihasilkan dari hasil karya guru dan anak-anak

14. Bagaimana pengadaan bahan bacaan untuk menunjang Gerakan Literasi Sekolah ?

Jawaban: Sumber buku, dari setiap siswa mendonasikan 1 buku tiap semester, alumni mendonasikan 1 buku, membeli buku murah, dan donasi dari luar, seperti kemaren kami menerima 1000 buku dilengkapi dengan fasilitas membaca seperti rak, bangku dan meja. Dan timbal baliknya tidak ada hanya sekedar membantu.

15. Komitmen tim literasi

Jawaban. Belum semua 100%, tapi saya yakin sedikit-sedikit pasti ada lengket di otak dan paling tidak mereka ada yang diperoleh. Dalam pengerjaan kadang ada cara main paksa juga untuk melakukan.

16. Bagaimana pelaksanaan tahapan GLS di SMAS Parulian 1 Medan?

Jawaban:pembiasaan : dilakukan membaca 15 menit sebelum mulai pelajaran

Pengembangan : anak-anak disuruh untuk meresume buku dan membuat kaya sendiri.

Pembelajaran: anak-anak akan disuruh untuk menanggungjawapi hasil karya yang mereka buat sendiri dengan cara mempresentasikannya di depan kelas dengan menggunakan alat peraga yang mereka buat sendiri.

2. Kode informan : I2

Jabatan : Guru Bahasa Indonesia dan Tim Literasi Hasil wawancara :

1. hal-hal apa saja yang anda ketahui seputar gerakan literasi sekolah?

Jawaban: oke. Gerakan literasi sekolah ini kan, program pemerintah di bidang pendidikan khususnya di Kurikulum 2013. Karena sekolah sekolah yang sudah melaksanakan GLS adalah sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013, jadi kayak sekolah kami lah yang sudah memakai kurikulum 2013. GLS ini merupakan suatu kebiasaan bagaimana cara siswa atau seluruh anggota seperti guru-guru dan kepala sekolah itu harus dibiasakan untuk membaca. Kenapa?, karena tingkat minat baca siswa dan juga masyarakat rendah . GLS ini di canangkan untuk memotivasi seluruh warga sekolah supaya suka membaca, bukan berarti membaca buku pelajaran saja tapi dari sumber lain pun boleh. GLS ini adalah gerakan yang positif.

2. Bagaimana latar belakang penerapan GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan?

Jawaban: Pertama kesadaran, kami menyadari membaca itu banyak manfaatnya bukan hanya ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari guru-guru saja. Anak-anak kami biasakan untuk membaca melatih mereka untuk menggali informasi. Kemampuan mereka dilatih melalui kegiatan membaca 15 menit. GLS disini di awali dari kesdaran diri sendiri dan dimotivasi oleh program pemerintah. Karena kami melihat program pemerintah tersebut adalah hal yang positif. Dan kami berharap GLS ini dapatmembawa pengaruh yang baik.

3. Apa manfaat GLS bagi siswa dan guru?

Jawaban: sekarang sudah banyak karya anak-anak terkhusus kemarin kami sudah membuat perlombaan yang berhubungan dengan literasi seperti perlombaan menulis cerpen, puisi dan pantun yang merupakan murni karya sendiri tanpa plagiat. Jadi untuk memastikan karya siswa itu bukan plagiat kami selalu memeriksa karya yang mereka kumpulkan. Guru-guru juga membuat kegiatan meresume buku. Dari GLS kami juga membuat inovasi pembelajaran bagaimana seorang guru dapat mengajar sesuai konsep literasi.

Mungkin belum semua siswa yang mampu namun sudah ada sebagian yang dapat membuat karya dan karya terbagus diberi penghargaan. Dan pada saat ini kami sudah launching buku karya siswa yang berjudul “Petualang Imaji”

yang berisi kumpulan cerpen.

4. Apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan GLS ?

Jawaban: Anak-anak karena sudah terbiasa bersahabat dengan teknologi, kami mengusahakan aga mereka tidak terlalu fokus ke HP sehingga kami

mengadakan banyak buku. Karena mereka belum terbiasa membaca buku dalam proses membiasakan mereka membaca harus didampingi oleh guru yang masuk yang pada akhirnya mereka akan terbiasa dan tidak perlu diawasi lagi. Guru-guru yang mendampingi tidak ada pelatihan khusus dalam hal berliterasi namun hanya diarahkan bagaimana cara berliterasi dan seperti apa tahap-tahap berliterasi. Setiap guru, siswa dan semua warga sekolah wajib berliterasi. Hambatan lainya itu adalah kepercayaan diri anak yang tidak terlalu percaya diri untuk menampilkan karya yang dibuatnya dan ini merupakan tantangan bagi kami tim literasi.

5. Bagaimana tahapan pelaksanaan GLS di sekolah ini?

Jawaban: yang pertama tahap pembiasaan, sebelumnya dilakukan terlebih dahulu pengadaan buku, lalu membiasakan anak-anak untuk terbiasa membaca dan kami membuat itu 15 menit rutin setiap sebelum pembelajaran dimulai. Setelah terbiasa kami tuntut untuk membuat karya yang disebut sebagai tahapan penerapan literasinya, bukan hanya itu saja tapi ada dilakukan literasi alkitab setiap hari sabtu saat dilakukan ibadah sekolah.

Dalam tahap pengembangan, apa yang mereka baca dituangkan Dalam suatu tulisan. Setelah itu tahap pembelajaran yang ujungnya nati bisa kita terapkan seperti kami guru ada sumber yang kami baca dapat kami terapkan dalam proses mengajar.

6. Apa saja yang menjadi faktor Pendukung pelaksanaan GLS?

Jawaban: faktor pendukung otomatis buku itu harus lengkap, karena anak-anak selama habis membaca buku pasti mau membaca buku yang lain.

Oleh karena itu fasilitas buku yang menjadi faktor utama. Yang kedua perpustakaan namun sejauh ini keadaan perpustakaan kami masih seperti itulah sehingga diadakan juga gerobak-gerobak buku setiap lorong kelas 7. Bagaimana susunan Tim literasi di SMA Swasta Parulian 1 Medan ?

Jawaban: kami ada tim perunit di Parulian saya adalah tim dari SMA dan dibawah saya ada juga tim yaitu OSIS dan kami bekerja sama. Dibawah OSIS ada juga tim perkelas, yang berfungsi mengkoordinir kegiatan literasi dikelas. Setiap siswa yang membuat karya maka tim literasi perkelas yang bertugas untuk mengumpulkan hasil karya siswa dan coordinator kelas menyerahkan kepada OSIS untuk diperiksa dan diseleksi. Hasil karya siswa yang lolos seleksi akan ditempelkan di madding dan di jemuran literasi. Hasil karya tersebut ditempelkan secara bergilir dengan waktu yang ditentukan yang biasanya perbulan. Yang menyeleksi karya siswa adalah OSIS dan yang membuat konsepnya juga OSIS. Komitmen tim literasi yang terlihat sudah mencapai 75%-80% karena memang harus betul-betul giat dan bekerja sama dengan baik.

8. Bagaimana cara pengadaan buku untuk menunjang GLS?

Jawaban: buku-buku ada yang dari hasil donasi pihak-pihak tertentu dari unit, kepala sekolah dan siswa, karena sudah disepakati mereka membawa buku dari rumah masing-masing satu. Selain siswa guru juga diwajibkan untuk membawa buku masing-masing 5 Karena buku tersebut dari kita untuk kita juga.

9. Kegiatan literasi di SMA Swasta Parulian 1 Medan

Jawaban: yang pertama pendeklarasian yang menyatakan bahwa sekolah parulian merupakan sekolah literasi, diadakannya kegiatan festival literasi, perlombaan yang berkaitan dengan literasi dan selebihnya di lakukan dalam pembelajaran sehari-hari. Kami juga menghadiri undangan kegiatan literasi seperti kegiatan memecahkan rekor MURI yang dilakukan oleh perpustakaan daerah, Mengikuti lomba pantun, mengikuti acara jambore anak di binjai dan pendanaanya itu dari sekolah.

10. Upaya yang dilakukan sekolah dalam menunjang penerapan GLS

Jawaban: setiap pagi siswa dibariskan dan diberi arahan untuk berliterasi 15 menit sebelum belajar bagi siswa yang terlambat diberi hukuman membaca buku dan menuliskan kembali isi buku dan membuat karya seperti puisi dan pantun. Hasil karya siswa tersebut akan dikumpulkan kedalam satu dokumen. Upaya lainnya diadakan kunjungan perpustakaan perkelas dalam waktu yang ditentukan.

3. Kode Informan : I3

Jabatan : Pegawai Perpustakaan Hasil wawancara :

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?

Jawaban: sebelumnya saya bukan pustakawan, saya adalah guru bahasa Indonesia dulunya namun ditempatkan di perpustakaan. Menurut saya setelah ada literasi ini anak-anak kami sudah ad timbul minat membacanya sedikit, yang dulunya nol sekarang sudah ada 30% gitu dan siswa kami juga sudah ada hasilnya. Hasilnya itu sebuah buku, judulnya Imaji. Isi buku tersebut ditulis oleh beberapa siswa. Hal yang mendasari gerakan literasi sekolah di SMA pertama ya dari yayasan terlebih dahulu. Yayasan melihat anak-anak sekarang sudah ketergantungan dengan HP dan memang sudah diarahkan pemerintah untuk melaksanakan gerakan literasi setelah itu pihak yayasan memikirkan cara pembinaan siswa. Menurut saya pribadi gerakan literasi sekolah itu bagus, contohnya saya sendiri lah ya saya itu kurang suka membaca dari sekolah, dari tingkat SD sampai tamat saya tidak suka membaca. Gerakan ini memaksa kita untuk membaca dan saya rasa

anak-anak pun seperti itu. Jadi menurut saya gerakan ini adalah memaksa tapi menghasilkan hasil yang baik.

anak-anak pun seperti itu. Jadi menurut saya gerakan ini adalah memaksa tapi menghasilkan hasil yang baik.

Dokumen terkait