• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Parulian 1 Medan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.3.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Parulian 1 Medan

Dalam pelaksanaan sebuah program, tentu memiliki faktor-faktor yang mendukung berjalannya program dan juga faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program. Dibawah ini akan dipaparkan faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan, diantaranya sebagai berikut:

A. Faktor Pendukung

Suatu kegiatan atau program akan berhasil dilaksanakan apabila memiliki faktor-faktor yang mendukung pelaksanaannya. Dari hasil penelitian di lapangan, berikut adalah faktor pendukung pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan:

1) Adanya sarana unruk mensosialisasikan program kepada seluruh elemen sekolah, baik melalui rapat guru, rapat manajemen, pertemuan dengan orangtua dan juga penyampaian langsung kepada siswa.

2) Adanya pemanfaatan media sosial yang memudahkan untuk mensosialisasikan dan berbagi informasi kepada seluruh warga sekolah dan juga khalayak umum.

3) Adanya sumbangan buku dari lembaga pemerintah, sumbangan buku dari orangtua, sumbangan buku dari siswa dan guru. Sumbangan buku tersebut dapat menjadi faktor pendukung untuk ketersediaan sumber literasi bagi siswa. Selain itu sekolah juga bekerjasama dengan Usaid Perioritas, sehingga sekolah mendapatkan hibah buku dan juga fasilitas seperti lemari buku, meja dan kursi yang digunakan untuk kepentingan membaca siswa.

4) Sekolah juga mengalokasikan dana dan waktu untuk menunjang tercapainya tujuan gerakan literasi sekolah.

5) Guru-guru juga mengambil peranan dalam kegiatan literasi, baik ikut secara langsung dalam kegiatan ataupun sebatas mengawasi siswa dalam melaksanakan program gerakan literasi sekolah.

6) Semua warga sekolah aktif dalam mengikuti setiap kegiatan literasi yang dibuat oleh pihak sekolah dan tim literasi.

B. Faktor Penghambat

Selain memiliki faktor yang mendukung terlaksananya sebuah program, maka ada juga faktor yang menghambat pelaksanaan program tersebut. Berikut merupakan faktor penghambat pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan:

1) Kurangnya ketersediaan buku di perpustakaan, sehingga siswa diwajibkan membawa buku dari rumah masing-masing satu setiap siswa.

2) Siswa yang tidak memiliki buku bacaa, pada saat waktu membaca dapat mengganggu konsenterasi siswa lainnya karena menciptakan kebiingan di dalam kelas.

3) Siswa yang minat membacanya rendah, menghambat tercapainya tujuan menjadikan pelajar sepanjang hayat.

4) Ruang perpustakaan yang tergolong kecil dan fasilitas yang kurang, tidak mampu menampung seluruh siswa jika melakukan kunjungan perpustakaan, akibatnya banyak siswa yang ditempatkan di lantai pada saat membaca.

5) Ketidakjujuran siswa dalam peminjaman buku yang ditempatkan dilemari yang berada di lorong kelas, menyebabkan banyaknya buku yang hilang sehingga sekolah mengalami kekurangan buku sebagai sumber informasi.

6) Adanya guru-guru yang belum sepenuhnya mengikuti dan mendukung pelaksanaan gerakan literasi di sekolah.

7) Adanya siswa yang belum memahami pentingnya membaca buku, dan juga adanya siswa yang hanya mampu membaca buku tanpa bisa mengerti makna yang disampaikan oleh isi buku tersebut.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah

Dalam pelaksanaan geerakan literasi sekolah, berdasarkan buku panduan GLS untuk tingkat SMA, maka pelaksanaanya memiliki 3 tahap, yaitu tahap pembiasan, tahap pengembangan dan tahap pembelajaran. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan setiap tahap memiiki cirri khas masing-masing.

Tercapainya tujuan setiap tahap dapat kita lihat berdasarkan ketercapaian indikator setiap tahap, seperti berikut:

1. Tahap Pembiasaan

Tahap pembiasaan dapat dikatakan berhasil dilaksanakan dengan baik apabila sekolah dapat mencapai indikator yang sudah ditetapkan. Ketercapaian indikator pada tahap ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.2: ketercapaian indikator tahap pembiasaan

No Indikator Sudah Belum

1. Melakukan kegiatan 15 menit membaca yang dilakukan setiap hari.

2. Kegiatan 15 menit membaca telah dilakukan selama minimal 1 semester

3. Peserta didik memiliki jurnal membaca

harian

4. Guru, Kepala Sekolah, tenaga pendidik menjadi model dalam kegiatan membaca 15 menit dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung

5. Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi

buku nonpelajaran

6. Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/area lain di sekolah

7. Ada bahan karya teks yang terpampang di

tiap kelas

8. Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah

9. Sekolah berupaya melibatkan publik (orangtua, alumni, dan elemen masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah

10. Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan mendukung gerakan literasi sekolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan program GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan pada tahap pembiasaan sudah terlaksana dengan baik karena sudah memenuhi syarat ketercapaian indikator tahap pembiasaan. Menurut buku panduan gerakan literasi sekolah tingkat SMA, apabila indikator pada tahap pembiasaan sudah terlaksana maka sekolah tersebut dapat melanjutkan kedalam tahap pengembangan.

2. Tahap Pengembangan

Kegiatan pada tahap pengembangan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan pada tahap pembiasaa, namun pada tahap pengembangan kegiatan membaca 15 menit setiap hari tersebut diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan, kegiatan tersebut berupaya mendorong siswa untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya melalui penciptaan karya sendiri.

Pada tahap pengembangan jjuga memilikiindikator yang harus dicapai, sepert berikut:

Tabel 4.3: ketercapaian indikator tahap pengembangan

No Indikator Sudah Belum

1. Ada kegiatan 15 menit membaca: (1) membaca dalam hati dan/atau (2) membacakan nyaring, yang dilakukan setiap hari.

2. Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan.

3. Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan membaca

4. Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dan ikut membaca selama kegiatan berlangsung

5. Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian nonakademik

6. Jurnal tanggapan membaca peserta didik dipajang di kelas/koridor sekolah

7. Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi

8. Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala.

9. Poster-poster kampanye membaca

10. Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya: wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah

11. Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu

bertemakan literasi

12. Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk oleh Kepala Sekolah dan terdiri atas guru bahasa, guru mata pelajaran lain, dan tenaga kependidikan

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksaan gerakan literasi sekolah pada tahaap pengembangan sudah terlaksana dengan baik. Ketercapaian indikator pada tahap ini dapat menjadi loncatan untuk melaksanakan tahap selanjutnya yaitu tahap pembelajaran.

3. Tahap Pembelajaran

Tahap pembelajaran merupakan tahap lanjutan dari tahaap pembiasaan dan tahap pengembangan. Dalam tahap pembelajaran, siswa diharapkan agar dapat bertanggungjawab terhadap karya yang mereka ciptakan. Keberhasilan pada tahap pembelajaran dapat dilihat dari ketercapaian indikator yang sudah ditetapkan, sebagai berikut:

Tabel 4.4: ketercapaian indikator tahap pembelajaran

No Indikator Sudah Belum

1. Kegiatan membaca 15 menit sudah membudaya dan menjadi kebutuhan semua warga sekolah

2. Kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau akademik

3. Ada pengembangan berbagai strategi

membaca

4. Kegiatan membaca buku non pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh murid dan guru, perbedaannya ada tagihan akademik untuk peserta didik

5. Ada kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secra lisan maupun tulisan.(tagihan akademik)

6. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran, misalnya dengan menggunakan graphic organizers

7. Tagihan lisan dan tulisan digunakan

sebagai penilaian akademik

8. Peserta didik menggunakan lingkungan fisik, social, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan yang kaya literasi diluar buku mata pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran

9. Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca buku bacaan dan buku pelajaran yang dinilai secara akademik dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah

10. Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan berliterasi, yang dilihat dari tagihan akademik

11 Ada poster-poster kampanye membaca untuk memperluas pemahaman dan tekat warga sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat

12. Ada unjuk karya, yaitu hasil dari kemampuan peserta didik dalam berliterasi yang akan ditampilkan dalam perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.

13. Perpustakaan sekolah menyediakan

beragam buku bacaan

14. Tim literasi sekolah bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program literasi sekolah

15. Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan program literasi sekolah dan pengembangan profesional warga sekolah tentang literasi

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ketercapaian indikator pada tahap ini belum terlaksa secara keseluruhan, namun sebagian sudah dilaksanakan dengan baik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait