• Tidak ada hasil yang ditemukan

Achadi E. L. 2008. Konsekuensi Kurang Gizi Pada Usia Dini Terhadap Terjadi Penyakit Generatif. Makalah Yang Disampaikan Pada Pertemuan Satelit Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi ke XI. di DIKTI Jakarta (tanggal 23 Agustus 2008) 1:12.

Ahmad S, Setiarini, Utari, Acmadi, Khusharisupeni et al. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. FKM.UI: Jakarta. Rajagralindo Persada.

Akner G, Cederholm T. 2005. Treatment of protein-energy malnutrition in chronic nonmalignant disorders Ma J Clin Nutr. 42:6-23 [13 Juni 2008]

Anwar F, Baliwati F.Y, Mandanijah, Khomsan A., Riyadi H, Setiawan B et al.

2006. Pengatar Pangan Dan Gizi.Jakarta :Penebar Swadaya.

[Anonim]. 2007. http://www.litbang.depkes.go.id. Jangan Kalah Dengan Kurang Darah, yang diakses tanggal 18 Juli, 2008.

[Anonim]. 2007. Litbangda Provinsi Sulsel. Indetifikasikan Bakat Olahraga, yang diakses tanggal 27 Desember, 2007.

[Anonim]. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 1. Jakarta: Informedik Jakarta.

Allen L & S. Lillespie. 2001. What?. A revie of the efficasy and effeciveness of Nutrition Intervention. ACC/SCN :Nutrition Policy Paper No.15:31-38 [13 Juni 2008].

Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ateng, A.H. 2005. Rasia Latihan Sang Juara Menuju Prestasi Dunia. Jakarta:

Cerdas Jaya.

Berg. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Rajawali

Brutsaert, D. Tom et al. 2004. Iron Supplementation Improves Progressive Fatigue Resistance During Dynamic Knee Extensor Exercise In Iron-Depleted, Nonanemic Women: Am J Clin Nutr. 51: 441-448 [13 Juni 2008].

Casa J, Douglas et al. 2005. Roundtable on Hydration and Physical Activity:

Consensus Statements: American College Of Sports Medicine 4:116-112.

[13 Juni 2008].

Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama.

Bandung Indonesia: Refika Aditama.

[Departemen Kesehatan RI]. 1987. Pentunjuk Teknis Kesehatan Olahragan:

Bagian Perama jakarta.

1993. Pedoman Pengaturan Makanan Atlit.

1995. Pedoman Pengaturan Kesehatan Jasmani.

Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

2006. Profil Kesehatan Indonesia 2004 Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Depkes RI.

Direktorat Jenderal PPM& PL 2007 Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi Ke-3. Jakarta.

[Departemen Pendidikan], 1996. Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda, Pusat Pengembagan Kualitas Jasmani Jakarta.

2000. Ketahui Tingkat Kesegaran Jasmani Anda Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta.

2005. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).

Setjen.depdignas.go.id/pusjas/tips.php?tid=MTA [18 maret 2008]

Dewi, Rosmala 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak.Departemen Pedidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta.

Fikri, Ganda I.J. 2005. Transpor Oksigen. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/ RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (134-139).

Fitriana. 2006 pola asuh, Status Gizi Dan Perkembangan Sosialanak Balita Korban Gempa Dan Tsunamidi Provinis Nanggore Aceh Darussalam.

[Tesis] Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ganong WF. 1983. Review of Medical Physiology. Ed ke-11. Los Altos.

California: Lange Medical Publications.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University Press.

Gunara & Y. Gunasa. 1997. Dasar Dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta:

Gunung Mulia.

Gutyon, 1990. Human Psysiology and Mechanisms Of Disase. Jakarta: Buku Kedokteran.

Hardinsyah dan D Briawan. 1990. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.

Bogor: Jurusan Gizi masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.

Hurlock. E. 1995. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup. Jakarta : Erlangga.

Ingtyas, Tresno F. 2004. Konsumsi Pangan, Status Gizi Dan Kesehatan Anak Retardasi Mental Di Kota Medan: [Tesis] Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor.

Irianto P.J. 2007. Panduan Gizi Lengkap, Keluarga Dan Olahragawan.

Yogjakarta: Andi Offset.

Izzaty, E. R. 2005. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini :Departemen Pedidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta.

Kartini. P, Hertanto, Rahfiludi. Z. 1998. Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Murid Sekolah Dasar Di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Jurnal

Mediamedika,(volume 41) [terhubung berkala].

http://mediamedika.net/modules.php?name=Jurnal&file=index&a1=jurnal

&a2=134&sort. [18 Maret 2008].

Kartasapoetra, Marsetoyo H. 2003. Ilmu gizi ‘’ korelasi gizi, kesehatan, dan produktivitas.’’ Jakarta : Rineka Cipta.

Linder, C. M. 2006. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Jakarta :Universitas Indonesia Press.

[LIPI], 2004. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi daerah dan Globalisasi. Jakarta.

Mangoenprasodjo, Setiono. 2005. Olahraga Tanpa Terpaksa Panduan Bagi Pemula Yang Ingin Pelduli Kesehatan. Jakarta : Think Fresh.

Masita T, Soekirman, Martianto T. 2005. Hubungan Pola Asuh Makan Dan Kesehatan Dengan Status Gizi Anak Batita Di Desa Mulia Harja. Jurnal Media Gizi dan Keluarg, 29.(2): 29-38.

Muhilal. 1980. Gizi Biokimia. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi. Depkes Kesehatan RI. Jakarta.

Moehya, Sjahmien. 2008. Bayi Sehat Dan Cerdas Melalui Makanan Pilihan.

Pedomanasupan Gizi Untuk Bayi Dan Balita. Jakarta: Pustaka Mina anggota IKPI.

Munandar U. 1992. Hubungan Istri, Suamidan Anak dalam Keluarga Dalam Membina Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka antara.

Murti, Brisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

Nasir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.

Notoatmojo S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Rineka Cipta.

Papalia E. D. & Olds W. S. 1995. Human Development: USA. McGraw Hill Book Company.

Piliang W, S Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume II. Penerbit Bogor:

IPB Press.

Pudjiadi S. 2005. Ilmu Gizi Klinik Pada Anak. Edisi Ke-IV, Cetakan Ulang.

Jakarta: FKUI.

Riyadi H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB.

Rusyantia A. et al. 2006. Kualitas Pengasuhan Dan Lingkungan Rumah Serta Dengan Hubungan Kualitas Anak Taman Pendidikan Karakter Sutera Alam Di Desa Sukamantari Kabupaten Bogor. Jurnal Media Gizi dan Keluarg, 29.2: 9-17.

Santoso Y. S. & kk. 2005. Manusia Dan Olahraga. Seri Bahan Kuliah ITB.

Bandung : ITB.

Sekartini R. 2007. Peran Bermain Dalam Proses Perkembangan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Silva, Angela et al. 2006. Iron supplementation improves iron status and reduces morbidity in children with or without upper respiratory tract infections: a randomized controlled study in Colombo, Sri Lanka. The Ma J Clin Nutr.

63:234-241.

Singarimbun, M. Effendi F. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Buku Kedokteran (EGC).

Suhardjo. 1989. Sosial Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi [IPB].

,Kusharto.C.1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta:

KANISIUS (Anggota IKAPI).

Syarif H. 1997. Membanguna Sumberdaya Manusia Berkualitas. Suatu Telaaha Gizi Masyarkat Dan Sumberdaya Keluarga. Disampaikan Pada Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Masyarkat Dan Sumber Daya Keluarga: (6 september 1997).

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini.

Departemen Pedidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta.

Sunita. 2005. Psikologi Perkembangan Remaja Bandung: Rosdakarya Offset.

Supariasa, Nyoma. 2002. Penilaian status gizi. Cetakan I. Buku Kedoktera ECG.

Jakarta: Buku Kedokteran.

Tangkudung J. 2006. Kepelatihan Olahraga Pembinaan Prestasi Olahraga Jakarta: Cerdas Jaya.

Tortora GJ, Anagnostakos NP. Principles of Anatomy and Physiology. Ed ke-6.

New York: Harper & Row Publishers.

[World Health Organization].1995. Physical Status. The Use Interpretasion Of Anthropometry. Geneva: WHO.

2001. Iron Deficiency Anemia, Assessment, Prevention and control: a guide for Programme Managers. Geneva: WHO.

yang dibagi menjadi 2 kategorik yaitu ”miskin” < Rp.144.000 dan ” tidak miskin ≥ Rp. 144.000.

4. Pendidikan orang tua adalah lama waktu yang digunakan dalam mengikuti pendidikan formal di sekolah.

5. Konsumsi pangan adalah nilai dari zat gizi energi, potein, vitamin A, dan besi (Fe) dari jenis pangan yang dikonsumsi anak usia 48-72-72 bulan diperoleh melalui recall 2 x 24 jam, dibandingkan dengan angka kecukupan rata-rata per individu.

6. Status kesehantan adalah riwayat penyakit yang pernah di derita meliputi diare dan ISPA pada saat satu bulan yang lalu dan saat penelitian berlangsung.

7. Diare adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar (tinja) lebih sering dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dan disertai dengan perubahan konsistensi dan bentuk tinja dan kadang kadang disertai dengan darah atau lendir.

8. Infeksi saluran pernafasa adalah penyakit menular yang tranmisinya melalui udara yang ditandai dengan gejala panas atau flu, batuk sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan kejang atau hilang kesadaran.

9. Haemogobin (Hb) adalah cairan merah dalam darah berfungsi mengangkut oksigen yang disebarkan ke seluruh tubuh.

10. Aktivitas bermain adalah aktivitas permainan usia 48-72 bulan melibatkan kombinasi organ fisik yang merangsang pertumbuhan.

11. Staus gizi adalah keadaan gizi usia 48-72 bulan secara atropometri dengan menggunakan indeks BB/TB.

12. Potensi Atlit adalah kompentensi gerakan fisik yang berhubungan kesegaran jasmani yaitu: Kecepatan, daya tahan otot, kekuatan otot dan daya tahan kardiovaskuler.

No Kores Lari 100

m Mengantung Sit-Up Lompat Tegak

Rasio Konsumsi Zat Gizi Contoh Usia 48-72 BulanMalab ara dan Purbasari

Purbasari

Hubungan antara konsumsi energi dan protein, Besi (Fe) dan vitamin A dengan potensi atlit

protein konsumsi besi

konsumsi vitamin potensi atlit Pearson

Correlation 1 .339(*) -.046 -.054 -.031

Sig. (2-tailed) .015 .748 .706 .829

N 51 51 51 51 51

konsumsi energi Pearson

Correlation .339(*) 1 .333(*) -.054 .070

Sig. (2-tailed) .015 .017 .705 .624

N 51 51 51 51 51

konsumsi protein Pearson

Correlation -.046 .333(*) 1 .599(**) -.126

Sig. (2-tailed) .748 .017 .000 .377

N 51 51 51 51 51

konsumsi besi Pearson

Correlation -.054 -.054 .599(**) 1 .008

Sig. (2-tailed) .706 .705 .000 .958

N 51 51 51 51 51

konsumsi vitamin Pearson

Correlation -.031 .070 -.126 .008 1

Sig. (2-tailed) .829 .624 .377 .958

N 51 51 51 51 51

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan antara satus kesehatan dengan potensi atlit

potensi atlit status kesehatan

potensi atlit Pearson Correlation 1 .622(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 51 51

status kesehatan Pearson Correlation .622(**) 1

Sig. (2-tailed) .000

N 51 51

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan antara satus gizi indeks BB/TB dengan potensi atlit

potensi atlit

berat badan per tinggi badan

potensi atlit Pearson Correlation 1 -.137

Sig. (2-tailed) .344

N 51 50

berat badan per tinggi badan

Pearson Correlation

-.137 1

Sig. (2-tailed) .344

N 50 50

Hubungan antara sataus biokimia (Hb) dengan potensi atlit

potensi atlit hemohlobin

potensi atlit Pearson Correlation 1 .341(*)

Sig. (2-tailed) .014

N 51 51

hemohlobin Pearson Correlation .341(*) 1

Sig. (2-tailed) .014

N 51 51

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sig. (2-tailed) .030

N 51 51

aktivitas bermain Pearson Correlation .304(*) 1

Sig. (2-tailed) .030

N 51 51

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 5.

Hasil Analsisi cross-tab antara Jenis Kelamin dengan Potensi Atlit contoh.

Kategori

Laki-laki Perempuan Total Lari cepat

Baring duduk atau sit-up

Sangat Kurang 0 0.00 1 4.76 1 1.96

Hasil Analsisi Cross-tab Antara Frekuensi Diare, ISPA, Status Gizi, Status Anemia, Aktivitas Bermain dengan Potensi Atlit Contoh.

Sebaran Contoh Berdasarkan Frekuensi Diare dengan Potensi Atlit.

Frekuesi Sakit Diare

Sebaran contoh berdasarkan frekuensi ispa dengan potensi atlit.

Frekuesi ISPA

Sebaran contoh berdasarkan status gizi dengan potensi atlit.

Status Gizi (BB/TB)

Sebaran contoh berdasarkan status haemoglobin (Hb) dengan potensi atlit.

Status biokimia (Hb)

baik % Baik % Sedang % Kurang %

kurang 0

Sangat baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Baik 0 0.00 2 8.70 0 0 0 0 0 0

Sedang 9 52.94 9 39.13 3 30 0 0 0 0

Kurang 8 47.06 12 52.17 5 50 0 0 0 0 Sangkat kurang 0 0.00 0 0.00 2 20 1 100 0 0 Total 17 100.00 23 100. 10 100 1 100 0 0

Lampiran 7

Sebaran hasil pengukuran gabungan potensi atlit kategori baik.

Pengujian potensi atlit Baik Kecepatan gerak dan ketahanan otot 19.6%

Kecepatan gerak , ketahanan dan kekuatan otot 16.33%

Kecepatan gerak , ketahanan, kekuatan otot dan kekuatan eksplosif 13.72%

Kecepatan gerak , ketahanan, kekuatan otot, kekuatan eksplosif dan

ketahanan kardiovaskuler 10.98%

Dokumen terkait