• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Bruto atas Harga Berlaku. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman di Indonesia. Jakarta: BPS Indonesia.

[DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan . 2011. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. Jakarta: Ditjen Perkebunan.

[Disbun]. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan. 2011. Luas Perkebunan Karet di Sumatera Selatan tahun 2009. Palembang: Dinas Perekbunan. [Kementan] Kementrian Pertanian. 2009. Pengembangan perkebunan melalui

program revitalisasi perkebunan tahun 2009. Jakarta : Kementrian Pertanian.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2010. Luas Areal Karet Menurut Propinsi di Seluruh Indonesia. Jakarta : Kementrian Pertanian.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2011. Pengembangan perkebunan melalui program revitalisasi perkebunan tahun 2009. Jakarta : Kementrian Pertanian.

[Pusdatin] Pusat Data dan Informasi Pertanian.2011.

Batubara MM. 2004. Tingkat Keuntungan Usahatani Karet Rakyat dan Kemampuan Reinvestasi pada Usahatani 9studi pada Petani Karet rakyat Binaan UPP TCSDP di Sumatera Selatan). Fordema 4 nomor 2: 899-914. Boerhendhy I, Amypalupy K. 2010. Optimalisasi Produktivitas Karet melalui

Penggunaan Bahan Tanam, Pemeliharaan, system Eksploitasi, dan Peremajaan Tanaman. Jurnal Litbag Pertanian 30 nomor 1.

Boerhendhy I, Agustina DS. 2006. Potensi Pemanfaatan Kayu Karet untuk Mendukung Peremajaan Perkebunan Karet Rakyat.

Djukri. 2006. Karakter Tanaman dan Produksi Umbi Talas sebagai Tanaman Sela di Bawah Tegakan Karet. Biodiversitas 7 nomor 3: 256-259

Ernah. 2010. Penentuan Optimum Peremajaan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L) Perkebunan Panglejar Bagian Radjamandala, ptpn VIII Bandung Jawa Barat [skripsi]. Bandung : Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran.

Gozali AD, Husni Z. 1995. Peremajaan Bertahap pada Karet Rakyat. Warta Pusat Penelitian Karet 14 nomor 3: 206-217.

Hendrtatno S, Amypalupy K. 2008. Formula Buka Sadap Kebun Karet pada Kondisi Perekonomian yang Dinamis. Jurnal Penelitian Karet 26 nomor 1: 65-75.

83 Hosmer DW, Lemeshow S. 2000. Applied Regression Logistic. Ed ke-2. Canada:

John Wiley & Sons, Inc.

Ismail A, Mamat MN. 2002. The Optimal Age Of Oil Palm Replanting. Oil Palm Industry Economic Journal 2 :11-18.

Jenahar TJ. 2003. Analisis Peremajaan Optimum Karet (Studi Kasus di Kebun Musi Landas Sumatera Selatan).

Kiefnawati R, Wibawa G, Joshi L, Noordwijk MV. 2007. Meningkatkan Produktivitas Karet Rakyat melalui Sistem Wanatani [penelitian].

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2002. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Butt Design & Printing.

Rinaldi J, Kariada IK. 2006. Pendapatan Usahatani Tanaman Tahunan dengan Sistem Tumpangsari di Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Gianyar. Rosyid MJ. 2007. Pengaruh Tanaman Sela Terhadap Pertumbuhan Karet pada

Areal Peremajaan Partisipatif di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Jurnal Penelitian Karet 25 nomor 2: 25-36

Sadikin I, Irawan R. 2004. Dampak Pembangunan Perkebunan Karet-Rakyat Terhadap Kehidupan Petani diRiau [penelitian]. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Setyamidjaja, D. 1993. Karet (Budidaya dan Pengolahannya). Jakarta: CV. Yasaguna.

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI-Press. Jakarta.

Suhatini R, Yudiono s, dolorosa E, Ilahang. 2003. Karakteristik uasahatani pada sistem wanatani berbasis karet di kabuapaten Sanggau.

Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutarna TH. 2000. Analisis finansial dan ekonomi peremajaan tanaman perkebunan teh (studi kasus ptp nusantara viii, perkebunan tambaksari, kab. Subang, jawa barat) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tsasadihardja A, Nancy C, Wibawa G, Rosjid, MJ, Arsjad A. 1995. Usaha Meningkatkan Pendapatan Petani Melalui Peremajaan Karet secara swadaya dengan Pola Usahatani Terpadu. Warta Pusat Penelitian Karet

14 nomor 3: 147-158.

1

ANALISIS PEREMAJAAN OPTIMUM DAN FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN PETANI

MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET :

Studi Kasus Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

SKRIPSI

RARA JUNE AZNI H3408003

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012 RINGKASAN

2

RINGKASAN

RARA JUNE AZNI. Analisis Peremajaan Optimum danFaktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Petani Melakukan Peremajaan Karet : Studi

Kasus Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI).

Kementerian Pertanian Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki luas lahan perkebunan karet yang paling luas di dunia, yaitu sekitar 3,4 juta hekar. Luas lahan perkebunan karet tersebut tersebut terdiri dari perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar negara (PBN), dan perkebunan besar swasta (PBS). Perkebunan karet rakyat mencapai 85 persen dari total luas perkebunan karet yang ada di Indonesia dan hanya delapan persen perkebunan besar milik negara serta tujuh persen perkebunan besar milik swasta.Namun produktivitas karet dari PR paling rendah dibandingkan PBN dan PBS. Bahkan pada tahun 2008 dan 2009, produktivitas karet cenderung menurun. Produktivitas karet yang lebih rendah dapat dikarenakan kualitas dari klon karet yang ditanam, teknologi budidaya yang belum diterapkan petani seperti penggunaan pupuk, dan umur karet yang sudah tua dan rusak

Banyaknya perkebunan karet yang sudah tua, rusak, dan kurang produktif pada perkebunan karet rakyat karena petani telat melakukan peremajaan dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas karet. Direktorat Jenderal Perkebunan melalui program revitalisasi perkebunan tahun 2009 merencanakan pengembangan perkebunan dengan melakukan peremajaan pada tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, dan kakao. Luas perkebunan karet yang diremajakan pada program tersebut mencapai 217.000 Ha. Luas karet yang akan diremajakan tersebut mencapai sekitar 6,8 persen dari total luas lahan karet yang ada dan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan luas peremajaan perkebunan kelapa sawit maupun kakao.

Produktivitas karet yang semakin menurun dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki penggunaan faktor input yang digunakan, seperti penggunaan bibit unggul dan penggunaan pupuk. Permasalahan umur produksi atau karet yang sudah tua dapat dilakukan dengan peremajaan dari karet itu sendiri. Peremajaan memiliki peran yang penting dalam pengelolaan suatu perkebunan. Perkebunan yang diremajakan dapat diperbaiki dan ditingkatkan tingkat produktivitas dengan cara penggunaan bibit unggul pada saat peremajaan dilakukan. Bibit unggul yang digunakan pada perkebunan dapat menghasilkan getah karet lebih banyak dibandingkan dengan bibit karet sebelumnya yang sudah tua.

Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Selatan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi perkebunan karet.

Sebagian penduduk di Kabupaten Banyuasin, Sumatera selatan pada umumnya bekerja sebagai petani karet. Berdasarkan data dinas perkebunan Sumatera Selatan tahun 2010 diketahui bahwa total luas perkebunan karet di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2009 yaitu 82.875 ha. Dari total lahan tersebut terdapat sekitar 22,6 persen luas lahan perkebunan karet yang sudah rusak dan tua. Perkebunan karet yang sudah rusak dan tua harus segera dilakukan peremajaan agar dapat meningkatkan produktivitas serta memberikan pendapatan yang lebih kepada

3 petani dimasa mendatang. Manfaat peremajaan juga harus dapat dirasakan oleh petani dengan adanya peningkatan produktivitas dan diikuti dengan meningkatnya pendapatan petani

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) Menentukan umur optimum peremajaan karet pada perkebunan karet milik rakyat, dan 2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi petani untuk melakukan peremajaan karet. Dengan menggunakan metode Faris (1960) diperoleh umur optimum peremajaan karet terjadi pada umur 23 tahun. Hasil analisis kepekaan terhadap perubahan produktivitas, biaya sarana produksi, harga jual karet, dan suku bunga, diketahui bahwa umur optimum peremajaan karet paling peka terhadap perubahan produktivitas karet. Semakin rendah produktivitas karet maka umur optimum peremajaan akan menjadi lebih lama. Dengan menggunakan model regresi logistik biner maka diketahui faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani melakukan peremajaan karet adalah proporsi penghasilan lain dan luas lahan. Keputusan petani melakukan peremajaan karet lebih banyak ditentukan dari banyaknya pendapatan yang hilang selama karet belum menghasilkan. Faktor lain seperti usia, pendidikan, pengalaman, dan jumlah tanggungan anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap keputusan petani melakukan peremajaan.

4

ANALISIS PEREMAJAAN OPTIMUM DAN FAKTOR -

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN PETANI

Dokumen terkait