• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman sela

VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT

6.3. Umur Optimum Peremajaan Karet

Dasar pertimbangan untuk melakukan peremajaan adalah biaya imbangan (Opportunity Cost) dari lahan yang digunakan. Penentuan saat optimum peremajaan merupakan suatu hal yang penting dengan tujuan memperoleh pendapatan yang maksimal. Penentuan saat optimum peremajaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan secar teknis dan secara ekonomis. Dalam penelitian ini, saat optimum peremajaan ditentukan secara ekonomis dengan menggunakan konsep ketiga Faris (1960) dalam sutarna (2000). Metode ini dapat menjelaskan bahwa titik optimum peremajaan dicapai apabila pendapatan marjinal (MNR) per tahun sama dengan taksiran nilai kini amortisasi pendapatan bersih (Amortised of Net Revenue (ANR)) pada tahun yang sama. Dengan kata lain, metode Faris menjelaskan bahwa peremajaan optimum terjadi apabila nilai MNR sama dengan atau mendekati nilai ANR pada tahun yang sama.

Berdasarkan lampiran 2 dapat diketahui selisish nilai MNR dan ANR yang terkecil yaitu pada umur tanaman tahun ke 4 dari karet. Namun selisih nilai pada umur tahun ke 4 tersebut bukanlah saat optimum peremajaan karet. Hal ini dikarenakan pada umur tahun ke 4, karet belum menghasilkan dan merupakan tahun-tahun awal penanaman karet. Selisih nilai MNR dan nilai ANR yang paling kecil dapat dilihat setelah umur karet pada tahun ke 6 atau pada saat tanaman karet sudah menghasilkan (TM). Hasil penelitian Ismail dan Mamat (2002) juga menghasilkan dua titik selisih nilai MNR dan ANR terkecil yaitu pada saat sawit berumur 3 tahun dan 33 tahun. Umur peremajaan optimum yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah umur 33 tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun awal saat tanaman belum menghasilkan, tidak mungkin untuk dilakukan peremajaan karena tanaman baru saja ditanam. Sehingga untuk menentukan umur peremajaan optimum dapat dilihat dari selisih nilai MNR dan ANR terkecil setelah tanaman menghasilkan.

Selisih nilai MNR dan ANR yang paling kecil pada saat TM yaitu terjadi pada umur karet tahun ke 23. Selisih nilai MNR dan ANR yang paling kecil menandakan bahwa pada tahun ke 23 adalah umur atau saat optimum peremajaan

65 karet. Pada tahun tersebut selisih antara nilai MNR dan ANR yaitu sebesar 936.147 rupiah. Perhitungan saat optimum peremajaan karet juga dicoba dengan metode Faris (1960) yang digunakan oleh Ismail dan Mamat (2002) untuk menghitung peremajaan optimal tanaman kelapa sawit. Metode yang digunakan pada penelitian Ismail dan Mamat (2002) yaitu dengan menggunakan selisih nilai MNR dan AVNR terkecil. Perhitungan penentuan saat optimum peremajaan karet dengan menggunakan metode ini juga menghasilkan umur atau saat optimum karet pada tahun ke 23 karet.

Jika dilihat dari umur optimum peremajaan yang terjadi, perkebunan karet rakyat di Kabupaten Banyuasin (23 tahun) lebih cepat daripada umur optimum perkebunan rakyat (30 tahun) yang terjadi di Kecamatan Musi Landas yang diperoleh dari hasil penelitian Jenahar (2003). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan faktor luar yang memengaruhi seperti iklim, jenis tanah, dan topografi daerah. Sedangkan perbedaan faktor dalam yang mungkin memengaruhi seperti pengetahuan petani dan penerapan teknologi, dan manajemen.

Perbedaan faktor dalam ini dapat di sebabkan antara lain karena penerapan teknologi seperti teknik penyadapan yang dilakukan petani. Petani karet di Kabupaten Banyuasin pada umumnya melakukan penyadapan yang kurang optimal atau tidak sesuai dengan prosedur dan standar umum dari penyadapan. Ketidaksesuain ini dapat terjadi karena petani hanya mempelajari teknik penyadapan dari pengalaman yang diperoleh selama berkebun karet.

Perbedaan lainnya kemungkinan dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk yang juga kurang optimal. Seperti pada Tabel 22 tentang penggunaan biaya produksi pada karet, penggunaan biaya untuk pupuk semakin menurun. Penurunan biaya tersebut dikarenakan petani mengurangi penggunaan pupuk pada kebun karet mereka. Penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan standar kebutuhan karet dapat menjadi salah satu penyebabkan penurunan produktivitas karet yang semakin cepat. Faktor-faktor tersebut tentu akan mengubah struktur biaya produksi atau produktivitas dari tanaman karet yang dihasilkan oleh masing- masing kebun.

Analisis kepekaan atau sensitivitas juga dilakukan dalam penelitian ini. Analisis kepekaan yang dilakukan yaitu berupa kepekaan tehadap perubahan

66 tingkat suku bunga, produktivitas, harga jual, serta biaya produksi terhadap penentuan umur optimum peremajaan. Analisis kepekaan perubahan tingkat suku bunga dilakukan pada suku bunga yang paling rendah yaitu pada tingkat 2 persen dan pada tingkat suku bunga dimana pengusahaan perkebunan karet sampai batas kelayakan yaitu tingkat suku bunga 22 persen. Perubahan tingkat suku bunga lainnya dilakukan hanya untuk melihat seberapa jauh tingkat kepekaan dan pengaruhnya terhadap umur optimum peremajaan karet.

Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui umur optimum peremajaan dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga sebesar 20 persen mampu menyebabkan umur optimum peremaajaan mengalami perubahan empat tahun lebih cepat (19 tahun) dari umur optimum sebelumnya (23 tahun). Perubahan kenaikan tingkat suku bunga dapat menyebabkan umur optimum peremajaan karet menjadi lebih cepat dibandingkan tingkat suku bunga sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23 bahwa semakin tinggi tingkat suku bunga maka umur optimum peremajaan akan semakin menjadi lebih pendek atau cepat.

Tabel 23. Kepekaan Penentuan Saat Optimum Peremajaan pada Perubahan Produktivitas, Biaya Produksi dan Harga Jual pada Tingkat Bunga 5,75%

No Uraian Saat atau Umur Optimum

Tingkat Suku Bunga 5,75 %

1 Keadaan awal 23 Tahun

2 Penurunan Produktivitas 35% 27 Tahun

3 Kenaikan Biaya Sarana Produksi 10% 23 Tahun

4 Penurunan Harga Jual 30% 23 Tahun

Perubahan Tingkat Suku Bunga

5 2 % 23 Tahun

6 15 % 22 Tahun

7 22 % 19 Tahun

Analisis kepekaan yang dilakukan dalam penelitian ini juga melihat dari perubahan produktivitas, harga jual karet, dan biaya produksi karet. Perubahan produktivitas yang di analisis merupakan penurunan produktivitas sebesar 35 persen dari produksi rata-rata. Penurunan produktivitas sebesar 35 persen dikarenakan flukuasi penurunan produksi getah karet pada petani responden berkisar antara 20 sampai 50 persen dari produksi biasanya. Sehingga

67 pengambilan nilai penurunan produktivitas 35 persen merupakan rata-rata dari penurunan produktivitas karet yang terjadi pada petani responden secara umum. Pemilihan penurunan harga jual karet sbesar 30 persen dikarenakan adanya penurunan sebesar 30 persen dari harga karet dunia. Penurunan harga jual karet yang mengikuti dengan penurunan harga jual karet dunia karena dianggap memiliki keterkaitan antara harga karet dunia dan harga jual karet pada petani responden. Kenaikan biaya sarana produksi sebesar 10 persen disesuaikan dengan kenaikan harga biaya produksi yang terjadi terakhir kali.

Dari hasil perhitungan pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa saat optimum peremajaan pada masing-masing kondisi perubahan adalah 23 tahun kecuali dari perubahan penurunan produktivitas sebesar 35 persen. Penurunan produktivitas karet sebesar 35 persen mampu membuat saat atau umur optimum peremajaan menjadi lebih panjang atau lama (27 tahun) dibandingkan dengan keadaan awal (23 tahun). Produktivitas karet yang menurun dapat memengaruhi secara langsung penerimaan petani. Penerimaan yang menurun dapat mengakibatkan umur optimum peremajaan menjadi lebih lama. Hal ini apabila dipikirkan dengan logika, penerimaan petani yang rendah mengakibatkan petani kesulitan untuk mendapatkan biaya dalam melakukan peremajaan. Petani akan cenderung menunda untuk melakukan peremajaan sampai mendapatkan modal yang cukup. Walaupun petani melakukan peminjaman sebagai modal peremajaan, pengembalian modal akan menjadi lebih sulit bagi petani ketika penerimaan petani rendah.

Umur optimum peremajaan karet juga tidak mengalami perubahan pada kondisi harga jual karet yang turun sebesar 30 persen. Penurunan harga jual karet sebesar 30 persen tidak mengubah saat atau umur optimum peremajaan karet. Walaupun harga jual karet juga mengakibatkan penerimaan menjadi menurun, namun pada taraf penurunan sebesar 30 persen umur optimum peremajaan karet masih berada pada umur yang sama. Umur optimum peremajaan karet mengalami perubahan ketika dilakukan penurunan harga jual karet yang lebih besar dari 30 persen. Perubahan harga jual karet dan produktivitas berbanding lurus dengan perubahan penerimaan petani. Penurunan harga karet jual karet sebesar 35 persen

68 yang juga dicoba ternyata mampu mengubah umur optimum peremajaan karet menjadi lebih lama atau panjang dibandingkan dengan keadaan awal.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa perubahan berupa kenaikan biaya sarana produksi sebesar 10 persen tidak mampu menyebabkan perubahan bagi umur optimum peremajaan. Hal ini dapat dikarenakan biaya sarana produksi tidak terlau besar mengambil bagian dari jumlah biaya total yang dikeluarkan selama pengusahaan kebun karet. Hal ini juga diduga dapat terjadi karena petani tidak terlalu fokus pada biaya sarana produksi yang dikeluarkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, petani pada umumnya jarang melakukan pemupukan yang merupakan bagian dari biaya produksi. Petani tidak akan melakukan pemupukan pada kebun karet mereka apabila petani sulit atau tidak dapat memperoleh pupuk. Begitu juga dengan pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman karet.

Pemupukan yang paling maksimal dilakukan yaitu pada tahun-tahun awal umur kebun karet yaitu saat tanaman belum menghasilkan. Setelah tanaman menghasilkan, kecenderungan yang dilakukan petani pada umumnya hanya memupuk satu tahun sekali. Apabila pupuk sulit diperoleh atau pada saat umur tanaman sudah tua maka petani tidak akan melakukan pemupukan pada kebun karet. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa walaupun karet masih dalam usia yang produktif namun apabila pupuk sulit untuk didapatkan maka petani juga tidak akan melakukan pemupukan.

Hasil data yang diperoleh dari petani karet di daerah penelitian yaitu, petani karet rata-rata melakukan peremajaan sedikit lebih lama dari umur optimum peremajaan karet. Rata-rata umur karet yang diremajakan oleh petani yaitu sekitar umur 24,6 tahun atau dapat dibulatkan menjadi 25 tahun. Perbedaan antara umur aktual rata-rata peremajaan yang dilakukan petani dengan perhitungan peremajaan optimum yang dilakukan mengalamai perbedaan lebih kurang 2 tahun (peremajaan optimum lebih pendek atau cepat dari peremajaan aktual). Perbedaan umur yang terjadi tidak terlalu besar sehingga dapat dikatakan petani yang melakukan peremajaan, rata-rata sudah sesuai dengan umur optimum peremajaan. Namun pada kelompok petani yang tidak meremajakan, trata-rata umur kebun karet mereka yaitu 26 tahun.

69 Perbedaan antara umur optimum peremajaan dengan umur karet kelompok petani yang tidak diremajakan dan juga pada petani yang melakukan peremajaan pada umur karet 26, 27 dan 29 tahun cukup jauh. Peremajaan yang dilakukan petani tersebut salah satunya dapat dikarenakan petani masih belum terlalu peduli atau sadar terhadap peremajaan optimum pada kebun karet mereka. Petani hanya akan meremajakan kebun karet mereka apabila kebun karet mereka sudah tidak bisa lagi disadap atau dengan kata lain tidak menghasilkan getah lagi.

Salah satu faktor yang dapat memengaruhi umur peremajaan pada petani lebih lama dari umur peremajaan optimum adalah produktivitas karet yang dihasilkan dibawah atau lebih rendah dibandingkan produktivitas rata-rata. Hasil analisis sensitivitas umur optimum peremajaan terhadap penurunan produktivitas menunjukkan bahwa produktivitas yang semakin menurun dapat menyebabkan umur optimum peremajaan karet menjadi lebih lama atau panjang. Peningkatan produktivitas minimal 35 persen dari produktivitas sebelumnya mampu membuat umur peremajaan sebelumnya (26, 27 dan 29 tahun) menjadi umur optimum peremajaan karet (23 tahun).

Faktor lain yang dapat menyebabkan petani lebih lama melakukan peremajaan daripada umur optimum peremajaan yaitu dari penerapan teknologi atau faktor teknis pada petani. Petani yang memberikan pupuk secara teratur dan kontinu lebih mungkin untuk menghasilkan karet lebih lama dibandingkan kebun karet yang tidak dilakukan pemupukan. Penyadapan yang tidak terlalu boros kulit atau berlebihan juga menjadi faktor yang menyebabkan karet dapat menghasilkan produksi lebih lama.

Petani yang melakukan peremajaan umumnya meremajakan karet pada saat karet sudah tidak ekonomis lagi untuk disadap, dengan kata lain effort yang dikeluarkan petani pada saat penyadapan tidak sebanding dengan pendapatan atau hasil yang diterima. Berdasarkan hasil wawancara pada petani yang memiliki kebun karet berumur 31 tahun yang belum dilakukan peremajaan dikarenakan kebun karet tersebut masih menghasilkan. Petani masih bisa melakukan penyadapan pada batang karet dan hasil yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kulit karet pada batang masih bisa disadap dan menghasilkan getah atau dengan kata lain belum mengalami mati kulit. Kebun karet tersebut pernah tidak

70 dilakukan penyadapan selama lebih kurang 2 tahun dan petani juga tidak selalu melakukan penyadapan setiap hari. Pola penyadapan yang tidak terlalu sering mampu mencegah tejadinya mati kulit pada tanaman karet.

Penurunan harga karet juga dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi peremajaan optimum pada petani dalam meremajakan kebun karetnya. Namun dikarenakan adanya keterbatasan data yang didapat, maka tidak diketahui secara pasti seberapa besar penurunan harga karet yang terjadi di petani selama petani mengusahakan kebun karetnya. Pada kondisi nyata, penurunan harga karet yang terjadi di petani belum dapat diketahui secara pasti ada yang melebihi dari penurunan harga sebesar 30 persen.

71

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN

Dokumen terkait