• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abdurachman, A., A. Mulyani, dan Irawan. 2007. Sumber daya lahan untuk kedelai di Indonesia, hal 168 - 184. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono. Hermanto, H. Kasim (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Adie, M. M., dan A. Krisnawati. 2007. Biologi tanaman kedelai, hal 45 - 73.

Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono. Hermanto, H. Kasim (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Alnopri. 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan bibit tujuh genotipe kopi robusta-arabica. Jurnal Ilmu - Ilmu Pertanian Indonesia 6(2):91-96.

Arief, V. N. 2001. Uji Pendahuluan Genotipe - Genotipe Kedelai Hasil Seleksi In Vitro terhadap Cekaman Aluminium dan pH Rendah. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 59 hal.

Arsyad, D. M. dan M. Syam. 2000. Varietas unggul dan strategi pemuliaan kedelai di Indonesia, hal. 39 - 42. Dalam L.W. Gunawan, N. Sunarlim, T. Handayani, B. Soegiarto, W. Adil, B. Priyanto dan Suwarno (Eds). Penelitian dan Pengembangan Produksi Kedelai di Indonesia. Direktorat Teknologi Lingkungan. Badan Pengakajian dan Penerapan Teknologi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pendidikan, Sains, Riset dan Teknologi Jerman.

Arsyad, D. M., M. M. Adie, dan H. Kuswantoro. 2007. Perakitan varietas unggul kedelai spesifik agroekologi, hal 205-228. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono. Hermanto, H. Kasim (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Atman. 2006. Pengelolaan tanaman kedelai di lahan kering masam. Jurnal Ilmiah

Tambua V(3):281-287.

Balitbangtan. 2011. SL-PTT kedelai untuk tingkatkan produksi kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. http://www.litbang.deptan.go.id. [14 Oktober 2011].

Balitkabi. 2010. Varietas unggul kedelai adaptif lahan sawah, lahan kering masam dan lahan rawa pasang surut. Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia. http://ftp.pustaka-deptan.go.id/bppi. [18 Oktober 2011].

 

BMKG. 2012. Data Iklim Bogor Tahun 2012. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. Bogor

BPS. 2012. Tabel luas panen produktivitas produksi tanaman kedelai seluruh provinsi. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. [24 Juli 2012].

Gomez, K.A., dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian. Edisi kedua. Penerjemah E. Sjamsudin dan J. E. Baharsjah. Statistical Procedure for Agriculture Research. UI-PRESS. Jakarta. 698 hal.

Hairiah, K, Widianto, dan D. Suprayogo. 2005. Dapatkah pengembangan budidaya tanaman pangan pada tanah masam selaras dengan konsep pertanian sehat?, hal 87 – 115. Dalam A. K. Makarim, Suharsono, D. M. Arsyad, T. Adisarwanto, Marwoto, dan N. Saleh (Eds). Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-optimal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Malang.

Hermanto, W.H. Adil, D. Sadikin., dan E. Hikmat. 2002. Deskripsi Varietas Unggul Padi dan Palawija 2001-2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman pangan (P3TP). Balitbangtan. 39 hal.

Hidajat, O.O. 1985. Morfologi tanaman kedelai. Hal 73 - 86. Dalam S. Somaatmaja, M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S. O. Manurung dan Yuswadi (Eds.). Kedelai. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Iswari, R. A. 2002. Studi Pemanfaatan Limbah Mud cake sebagai Substitusi Kapur Pertanian dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hal. Makarim, A.K. 2006. Cekaman Abiotik Utama dalam Peningkatan Produktivitas

Tanaman. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Bioteknologi untuk Mengatasi Cekaman Abiotik pada Tanaman. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Hal 1-11.

Makmur, A. 2003. Pemuliaan Tanaman Bagi Lingkungan Spesifik. IPB Press. Bogor. 53 hal.

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar - Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. 182 hal.

 

 

Mariska, I., S. Hutami, M. Kosmiatin dan W. H. Adil. 2001. Regenerasi massa sel embrionik kedelai setelah diseleksi pada kondisi Al berbeda dan pH rendah. Berita Puslitbangtan 20:1-3.

Marwoto dan S. Hardaningsih. 2007. Pengendalian hama terpadu pada tanaman kedelai, hal 296 - 318. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono. Hermanto, H. Kasim (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Mattjik, A. A., dan I. M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor. 276 hal.

Norman, M. J. T., C. J. Pearson,and P. G. E. Searle. 1995. The Ecology of Tropical Food Crops. Cambridge University Press. Cambridge. 430 p. Poehlman, J. and D. A. Sleper. 1996. Field Crops Fourth Edition. Iowa State

University Press. USA. 494 p.

Poehlman, J. M. 1959. Breeding Soybeans, p 221 - 240. In H. T. Croasdale (Ed). Breeding Field Crops. University of Missouri. New York.

Poespodarsono, S. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Insitut Pertanian Bogor. Bogor. 169 hal.

PPVT. 2007. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Kedelai. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Prasetyo, D. 2010. Uji Daya Hasil Lanjutan Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Toleran Naungan di Bawah Tegakan Karet Rakyat di Provinsi Jambi. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hal.

Prihatman, K. 2000. Kedelai (Glycine max L.). Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan, Proyek PEMD, BAPPENAS.

Sadjad, S. 2006. Benih yang Membawa dan Dibawa Perubahan. IPB Press. Bogor. Shibels, R. M, I. F. Wardlaw and R. A. Fischer. 1975. Soybean, p 151 – 190. In

Evan L. T. (Ed). Crop Physiology some case histories. Cambridge University Press. New York.

Somaatmadja, S. 1985. Peningkatan produksi kedelai melalui perakitan varietas, hal 243 – 259. Dalam M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S. O. Manurung, dan Yuswadi, (Eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

 

Stansfield, W. D. 1983. Theory and Problems of Genetics. Second edition. Mc. Graw-Hill, New York. 417 p.

Subadra, I. S. 2004. Pengujian Generasi Ke-enam Nomor - nomor Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Harapan untuk Ketahanan terhadap Tanah Masam. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal.

Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Buletin Teknik No. 6. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 53 hal.

Sumarno dan A. G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai di Indonesia, hal 74-103. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono. Hermanto, H. Kasim (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sunihardi, Yunastri, dan S. Kurniasih. 1999. Deskripsi Varietas Unggul Padi dan Palawija 1993-1998. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman pangan (P3TP). Balitbangtan. Hal. 28.

Wirnas, D., I. Widodo, Sobir, Trikoesoemaningtyas, dan D. Sopandie. 2006. Pemilihan karakter agronomi untuk menyusun indeks seleksi pada 11 populasi kedelai generasi F6. Buletin Agron. 34(1):19-24.

Zaini, Z. 2005. Prospek pengembangan kedelai di lahan kering masam, hal 47 - 54. Dalam A. K. Makarim, Suharsono, D. M. Arsyad, T. Adisarwanto, Marwoto, dan N. Saleh (Eds). Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-optimal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Malang. 

 

 

 

Lampiran 1. Hasil analisis ragam karakter umur berbunga Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 346.76 21.67 23.30** <.0001 27.85

Ulangan 1 10.62 10.62 11.42** 0.0038

Galat 16 14.88 0.93

Umum 33 372.26

KK : 3.46%

Lampiran 2. Hasil analisis ragam karakter umur panen Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 804.88 50.30 4.08** 0.0038 77.05 Ulangan 1 11.76 11.76 0.95 0.3432

Galat 16 197.23 12.33

Umum 33 1010.88

KK : 4.56%

Lampiran 3. Hasil analisis ragam karakter tinggi tanaman saat panen Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 344.22 21.51 0.70 0.7569 28.62

Ulangan 1 72.85 72.85 2.38 0.1428

Galat 16 490.67 30.67

Umum 33 907.74

KK : 19.35%

Lampiran 4. Hasil analisis ragam karakter jumlah cabang produktif Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 5.83 0.36 1.26 0.2780 1.91

Ulangan 1 0.52 0.52 0.89 0.5936

Galat 16 6.58 0.41

Umum 33 12.93

 

 

Lampiran 5. Hasil analisis ragam karakter jumlah buku produktif Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 110.93 6.93 5.21** 0.0010 7.31

Ulangan 1 0.05 0.05 0.04 0.8492

Galat 16 21.30 1.33

Umum 33 132.28

KK : 15.77%

Lampiran 6. Hasil analisis ragam karakter jumlah polong bernas Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 725.69 45.35 1.42 0.2463 16.19

Ulangan 1 0.34 0.34 0.01 0.92

Galat 16 511.71 31.98

Umum 33 1237.74

KK : 34.92%

Lampiran 7. Hasil analisis ragam karakter jumlah polong total Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 12237.49 764.84 28.55** <.0001 21.30

Ulangan 1 4.01 4.01 0.15 0.7038

Galat 16 428.59 26.79

Umum 33 12670.10

KK : 24.29%

Lampiran 8. Hasil analisis ragam karakter jumlah biji per polong Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 28.19 1.76 26.24** <.0001 2.48

Ulangan 1 0.06 0.05 0.86 0.3679

Galat 16 1.07 0.06

Umum 33 29.32

 

Lampiran 9. Hasil analisis ragam karakter persen polong isi Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 425.63 26.60 0.77 0.6975 96.06

Ulangan 1 9.53 9.53 0.28 0.6069

Galat 16 553.67 34.60

Umum 33 988.84

KK : 6.12%

Lampiran 10. Hasil analisis ragam karakter bobot biji per tanaman Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 50.24 3.14 1.51 0.2088 4.66

Ulangan 1 0.005 0.005 0.00 0.9608

Galat 16 33.24 2.07

Umum 33 83.48

KK : 30.93%

Lampiran 11. Hasil analisis ragam karakter bobot seratus biji Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 67.49 4.22 7.29** 0.0001 13.58

Ulangan 1 1.98 1.98 3.43 0.0826

Galat 16 9.25 0.58

Umum 33 78.72

KK : 5.59%

Lampiran 12. Hasil analisis ragam karakter bobot biji per petak Sumber

Keragaman DB JK KT F-Hit Pr>F Rataan

Galur 16 163540.59 10221.29 1.75 0.1377 232.45 Ulangan 1 18363.32 18363.32 3.14 0.0956

Galat 16 93653.96 5853.37

Umum 33 275557.87

 

 

Lampiran 13. Data iklim bulanan BMKG 2012 Darmaga Bogor Bulan Temperatur Rata-Rata (oC) Kelembaban Rata-Rata (%) Hari Hujan (Hari) Curah Hujan (mm) Februari 25.6 87 12 204 Maret 26.1 85 13 167 April 26.0 86 13 362 Mei 26.1 85 9 206 Juni 26.2 79 10 132 Jumlah 130 422 57 1071 Rataan 26 84.4 11.4 214.2 Maksimum 26.1 87 13 362 Minimum 25.6 85 9 167

Keterangan : Curah Hujan dan Hari Hujan ditakar di perkebunan Jasinga

Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor Lokasi : Klimatologi Bogor Elevasi : 190 m

Lokasi : 06.33 LS 106.45 BT

 

Lampiran 14. Hasil analisis contoh tanah pertama sebelum tanam kedelai di Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 2012

 

Lampiran 15. Hasil analisis contoh tanah kedua

 

Lampiran 16. Deskripsi varietas pembanding 1. Argomulyo

Nama Varietas : Argo Mulyo

Asal : Introduksi dari Thailand, oleh PT Nestle Indonesia pada tahun 1988, dengan nama asal Nakhon Sawan I Warna hipokotil : Ungu

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning

Warna hilum biji : Putih terang Warna bulu : Coklat Tipe tumbuh : Determinate Tinggi tanaman : 40 cm

Percabangan : 3-4 cabang dari batang utama Umur mulai berbunga : 35 hari

Umur saat panen : 80-82 hari

Kerebahan : Tahan rebah Kandungan minyak biji : 20,8%

Kandungan protein biji : 39,4% Daya hasil : 1,5-2 ton/ha

Ketahanan terhadap penyakit : Toleran terhadap penyakit karat Keteranngan : Sesuai untuk bahan baku susu kedelai

Pemulia : Rodiah S., C. Ismail, Gatot Sunyoto, dan Sumarno Penyedia Breeder Seed : BPTP Karangploso, Malang

Tahun dilepas : 1998

 

 

2. Tanggamus

Nama Varietas : Tanggamus Tahun pelepasan : 2001

SK Mentan : 536/Kpts/TP.240/10/2001 Nomor induk : K3911-66

Warna hipokotil : Ungu Warna epikotil : Hijau

Kotiledon : Kuning

Asal : Persilangan tunggal (Single cross) antara Kerinci x No. 3911

Umur berbunga : 35 hari

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning

Warna hilum biji : Coklat tua Warna polong masak : Coklat Warna bulu : Coklat Tinggi tanaman : 67 cm

Tipe tumbuh : Determinate Bentuk daun : Lanceolate Umur panen : 88 hari

Hasil Rata - rata : 1,5 ton/ha Bentuk biji : Oval Ukuran biji : Sedang Percabangan : 3 – 4 cabang Jumlah polong/tanaman : 47

Bobot 100 biji : 11,0 gr

Ketahanan penyakit : Moderat terhadap penyakit karat daun Kadar lemak : 12,9%

Kadar protein :44,5%

Kadar air : 6,1%

 

Pecah polong : Tahan

Wilayah adaptasi : Lahan kering masam

Pemulia : Darman M. Arsyad, M. Muchlis Adie, Heru Kuswantoro, Purwantoro

Yield Trial of Soybean (Glycine max (L.) Merr) Lines Gamma Ray Irradiation Produced at Acid Soil Fitria Puspa Juwita1, Trikoesoemaningtyas2, Yudiwanti Wahyu E.K.2

1

Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2

Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract

Soybean ( Glycine max L. ) is one of the main commodity nuts in Indonesia because it is a source of vegetable protein important to diversify food. The objective of the research was to evaluate the yield of fifteen soybean lines gamma ray irradiation produced with two check varieties, namely Argomulyo as progeny and Tanggamus as drought acid tolerant varieties. The evaluation was aimed to gain information on the performance of agronomic characters of the advanced breeding lines of soybean and to select high yielding lines for released high yield variety soybean acid adaptability. The research conduted at folk’s field in Jasinga subdistrict, Bogor regency, in February 2012 – June 2012 as a part of preface trial. The design used was randomized complete block design (RCBD) with 3 replication. The research result showed that flowering time, harvesting time, number of productive node, number of total pod, number of seed/pod, and 100 seed weight were very significantly different among lines evaluated. Plant height, number of productive branch, number of filled pod, and number of total pod had positive correlated to seed/plant weight. Lines that showed of the good performance for the some characters to influenced the yield were M100-33-6-11, M100-96-53-6, dan M200-93-49-13. Keyword : yield trial, soybean, acid adaptability

 

RINGKASAN

FITRIA PUSPA JUWITA. Uji Daya Hasil Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Hasil Iradiasi Sinar Gamma di Tanah Masam. Dibimbing oleh TRIKOESOEMANINGTYAS dan YUDIWANTI WAHYU E. K.

Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas utama kacang- kacangan di Indonesia karena merupakan sumber protein nabati penting untuk diversifikasi pangan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Pengembangan pertanaman kedelai dapat diarahkan pada tiga agroekosistem utama, yaitu: lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering. Dengan mempertimbangkan produktivitas yang paling tinggi dan resiko kegagalan yang paling kecil, lahan sawah setelah padi dan lahan kering mempunyai potensi paling besar untuk pengembangan tanaman kedelai. Lahan kering di Indonesia umumnya bertanah masam. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya kedelai tanah masam adalah berkurangnya hasil produksi yang diperoleh akibat dari lingkungan yang kurang optimal. Cara yang efektif untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan mengembangkan varietas toleran pada tanah masam melalui program pemuliaan kedelai.

Penelitian ini merupakan rangkaian dari penelitian kedelai hasil mutasi dengan menggunakan irradiasi sinar gamma yang bertujuan untuk menghasilkan varietas yang mampu beradaptasi baik pada tanah masam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di kebun milik masyarakat di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan Laboratorium Penelitian Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Galur harapan kedelai yang terdiri dari 15 galur dan 2 varietas pembanding adalah sebagai perlakuan. Varietas pembanding yaitu Argomulyo sebagai varietas asal dan Tanggamus sebagai pembanding toleran lahan kering masam. Galur - galur yang digunakan adalah M100-29A-42-14, M100-33-6-11,

 

 

M100-46-44-6, M100-47-52-13, M100-96-53-6, M150-7B-41-10, M150-29-44- 10, M150-69-47-4, M150-92-46-4, M200-13-47-7, M200-37-71-4, M200-39-69- 4, M200-58-59-3, M200-93-49-6, dan M200-93-49-13.

Kondisi tanaman secara umum menunjukkan keragaan yang baik pada dua ulangan, namun pada satu ulangan keragaannya kurang baik. Pada ulangan tersebut tanaman mengalami kekerdilan, klorosis, bercak daun, diameter batang yang sangat kecil, dan tidak mampu membentuk polong. Hasil analisis tanah pada ulangan tersebut menunjukkan bahwa nilai pH sebesar 4.0 dan konsentrasi Al3+ sebesar 5.38. Oleh karena itu, data dari perlakuan pada ulangan tersebut ditiadakan pada hasil penelitian.

Galur – galur kedelai yang diuji pada penelitian ini berbeda sangat nyata pada karakter umur berbunga, umur panen, jumlah buku produktif, jumlah polong total, jumlah biji per polong dan bobot 100 biji. Karakter tinggi tanaman saat panen, jumlah cabang produktif, jumlah polong bernas, dan jumlah polong total berkorelasi positif dan sangat nyata terhadap karakter bobot biji per tanaman. Galur yang menunjukkan penampilan baik untuk beberapa karakter komponen hasil adalah M100-33-6-11, M100-96-53-6, dan M200-93-49-13.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas utama kacang - kacangan di Indonesia karena merupakan sumber protein nabati penting untuk diversifikasi pangan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Biji kedelai dapat diolah menjadi beberapa produk diantaranya tempe, tahu, susu kedelai, tauco, dan sebagai bahan baku kosmetik. Faktor pertambahan jumlah penduduk, berkembangnya industri pangan dan pakan mengakibatkan kebutuhan kedelai di Indonesia pada 2010 telah mencapai 2.3 juta ton, sementara produksi dalam negeri baru memenuhi 35 – 40% dari kebutuhan. Pemerintah telah mencanangkan program peningkatan produksi kedelai nasional dan menjadikan tahun 2014 sebagai tahun swasembada kedelai dalam rangka mengurangi ketergantungan impor (Balitbangtan, 2011).

Saat ini luas panen kedelai di Indonesia sebesar 622,254 ha dengan hasil panen sebesar 851,286 ton sehingga produktivitas kedelai sebesar 1.368 ton/ha. Kondisi ini lebih kecil dibandingkan luas panen kedelai di Indonesia pada tahun 1993 sebesar 1,468,316 ha dengan hasil panen kedelai sebesar 1,707,126 ton dengan produktivitas hanya sebesar 1.163 ton/ha. Menurut angka ramalan I (ARAM I), diperkirakan luas lahan kedelai berkurang namun terdapat peningkatan produktivitas kedelai. Luas panen yang diperkirakan pada tahun 2012 sebesar 566,693 ha dengan produktivitas sebesar 1.376 ton/ha sehingga produksi kedelai mencapai 779,741 ton (BPS, 2012).

Usaha meningkatkan produksi kedelai dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam (Arsyad et al., 2007). Pengembangan pertanaman kedelai dapat diarahkan pada tiga agroekosistem utama, yaitu: lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering. Dengan mempertimbangkan produktivitas yang paling tinggi dan resiko kegagalan yang paling kecil, lahan sawah setelah padi dan lahan kering mempunyai potensi paling besar untuk pengembangan tanaman kedelai (Zaini, 2005).

 

 

Umumnya lahan kering di Indonesia bertanah masam. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya kedelai tanah masam adalah berkurangnya hasil produksi yang diperoleh akibat dari lingkungan yang kurang optimal. Kendala tersebut dapat diatasi dan dikendalikan dengan melakukan pengapuran pada lahan, namun cara tersebut kurang ekonomis dan dapat dan menimbulkan pencemaran tanah. Cara yang lebih efektif adalah dengan mengembangkan varietas toleran pada tanah masam melalui program pemuliaan kedelai.

Saat ini terdapat 7 varietas unggul kedelai adaptif lahan kering masam, yaitu varietas Slamet, Sindoro, Tanggamus, Sibayak, Nanti, Ratai dan Seulawah. Daya hasil varietas-varietas tersebut 2.2 – 2.5 ton/ha pada lahan kering agak masam (pH 5.5, Al 30 - 35%). Varietas tersebut umumnya berumur sedang (86 - 93 hari). Enam varietas berukuran biji sedang (10.5 – 12.7g/100 biji) dan satu varietas (Seulawah) berbiji kecil (9.5/100 biji). Tiga varietas yaitu Nanti, Ratai dan Seulawah tahan penyakit karat, sedangkan empat varietas yaitu Tanggamus, Nanti, Ratai dan Seulawah toleran kekeringan (Balitkabi, 2010). Perakitan varietas toleran tanah masam juga dilakukan dengan meradiasi massa sel somatik varietas Wilis, Slamet dan Sindoro dengan sinar gamma 0 dan 400 rad, yang kemudian diseleksi pada pH 4 dan Al dengan taraf 0 – 500 ppm (Mariska et al., 2001). Iswari (2002) melakukan penelitian mengenai produktivitas kedelai pada tanah masam di Jasinga memperoleh kisaran hasil di bawah produktivitas nasional yaitu 0.53-1.18 ton/ha.

Pada lokakarya tahun 1976 Lewis telah menemukan empat tingkatan ketepatan penelitian bagi pengungkapan aspek genetik pada masalah cekaman tanah mineral, yaitu (1) penyaringan dan pengujian di lapang, (2) penyaringan di laboratorium disertai studi genetik, (3) studi fisiologi tentang interaksi genotipe dengan cekaman, dan (4) studi pada tingkat sel dan molekuler (Makmur, 2003). Arsyad et al. (2007) menyatakan bahwa upaya peningkatan keragaman genetik kedelai dapat dilakukan melalui introduksi, persilangan, transformasi genetik dan mutasi.

 

Salah satu tujuan program pemuliaan kedelai ini adalah untuk memperoleh varietas yang beradaptasi baik pada kondisi tanah masam. Untuk itu dilakukan penelitian uji daya hasil galur - galur harapan kedelai hasil dari irradiasi sinar gamma di lahan kering bertanah masam dengan tujuan untuk memperoleh keragaan karakter agronomi.

Galur yang digunakan pada penelitian ini adalah generasi M7 dari hasil irradiasi Sinar Gamma varietas Argomulyo dengan dosis 50, 100,150 dan 200 Gy. Diperoleh 4 populasi hasil irradiasi yang dikembangkan sampai M4 dengan seleksi pedigree untuk karakter agronomi dan daya hasil tinggi. Pada generasi M5 dilakukan seleksi untuk toleransi terhadap kekeringan di rumah plastik dan terpilih 50 galur. Kelima puluh galur M6 kemudian ditanam di lahan kering bertanah masam di Kecamatan Natar, Lampung Selatan dan diseleksi 25 galur paling toleran. Pada penelitian ini 15 galur generasi M7 terpilih dievaluasi dalam uji daya hasil lanjutan untuk memperoleh galur kedelai adaptasi tanah masam dengan daya hasil yang tinggi.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah menguji daya hasil galur - galur kedelai hasil irradiasi sinar gamma sebagai bagian uji daya hasil lanjutan. Selain itu, pengujian tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keragaan karakter agronomi galur - galur hasil irradiasi sinar gamma di tanah masam.

Hipotesis Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan keragaan karakter agronomi di antara galur - galur yang diuji di tanah masam.

2. Terdapat perbedaan hasil dari galur - galur yang diuji di tanah masam. 3. Terdapat galur kedelai putatif mutan yang memiliki penampilan baik untuk

 

 

Dokumen terkait