• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alikodra, H. S. 2002. Potensi Ekonomi Maritim dari Mangrove dan Pengelolaannya. Makalah disampaikan pada Seminar Pembangunan Ekonomi Maritim Indonesia. Dewan Maritim Indonesia. Jakarta. 10 September 2002.

Alikondra, H. S. 2003. Ekosistem Mangrove sebagai Pelindung Alami Wilayah Pesisir. Makalah disampaikan pada Workshop Penyelamatan Ekosistem Pesisir di kawasan Penambangan Pasir, Departemen Kelautan dan Perikanan. Batam. 12 November 2003.

Arief. 2007. Hutan Mangrove. Yogyakarta: Kanisius

Austin, A.T.dan P.M. Vitoseuk. Precipitation, Decomposition and Litter Decomposability of Metrosideros polymorphs in Native Forest on Hawaii. Jurnal of Ecology. 88: 12-138

Ayunasari, W. 2009. Diversitas dan Visualisasi Karakter Fungi Dekomposer Serasah Daun Avicennia marina (Forsk) Vierh pada berbagai Tingkat Salinitas. Skripsi. Medan, Indonesia : Universitas Sumatera Utara.

Bengen, D.G. 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB. Bogor.

Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Gandjar, I., W. Sjamsuridzal dan A. Oetari. 2006. Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hyde, K. D. 1990. A New Marine Ascomycetes from Brunei. Aniptodera longispora sp. nov. from Intertidal Mangrove Wood. Botanica marina 4: 335 – 338.

Kuriandewa. 2003. Produksi Serasah Mangrove di Kawasan Suaka Margasatwa

Sambilang Provinsi Sumatera Selatan. Pesisir dan Pantai

Indonesia - Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Penelitian Indonesia. Jakarta

Kurniawan, F. 2010. Keanekaragaman Jenis Fungi pada Daun Avicennia marina yang Mengalami Dekomposisi pada berbagai Tingkat Salinitas. Tesis. Medan, Indonesia : Universitas Sumatera Utara.

Lear, R. and T. Turner. 1977. Mangrove of Australia. University of Queensland Press. Hal. 45-54

Macnae, W. 1978. A General Account of The Fauna and Flora of Mangrove Swamps and Forests in The Indowest-Pasific Region. Adv. Mar. Biol. 6: 73-270

Moore-Landecker, E. 1996. Fundamental of Fungi. 4nd edition. New Jersey

:Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs.

Noor, Y. R. Khazali, M, dan I. N. N Syahputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PHKA. Bogor.

Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.

Odum.1993. Dasar-dasar Ekologi. Penerbit Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Pelczar, M dan Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta.

Pitt, J and Hocking. 1997. Fungi and Food Spoilage. Blacki Academic and Professional. London.

Rismunandar. 2000. Laju Dekomposisi Serasah Avicennia Marina pada Berbagai Tingkat Salinitas. Tesis. IPB Press. Bogor.

Sadaba, R. B., L. L. P. Vrijmoed, E. B. G. Jones dan I. J. Hodgkins. 1995. Observations on Vertical Distribution of Fungi Associated with Standing Senescent Acanthus ilicifolius Stems at Mai Po Mangrove. Hydrobiologia 295: 119 – 126.

Santoso, N., H.W. Arifin. 1998. Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove). Jakarta, Indonesia.

Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta, Indonesia

Silitonga, E. 2010. Keanekaragaman Jenis Fungi pada Daun Rhizophora mucronata yang Mengalami Dekomposisi pada berbagai Tingkat Salinitas. Skripsi. Medan, Indonesia : Universitas Sumatera Utara.

Sunarto.2003. Peranan Dekomposisi dalam Proses pada Ekosistem Laut. Makalah Pada Ekosistem laut: Makalah. IPB. 16 November 2003. Hlm. 5–14. Bogor :Institut Pertanian Bogor

Sutedjo, M.M., A. G. Kartasapoetra, dan Rd. S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Swift, M.J., O. W. Heal., and J.M. Anderson. 1979. Decomposition in Terestial ecosystem. Oxford Edinburgh; Blackwell Sei. hal : 145-153

Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press. Malang

Wetland Internasional, Indonesia Proggrame. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia. Bogor

Yunasfi dan D. Suryanto. 2008. Jenis-jenis fungi yang terlibat dalam Proses Dekomposisi Serasah Avicennia marina pada Beberapa Tingkat Salinitas. Jurnal Penelitian MIPA volume 2.

Zamroni, Y dan S.R Immy. 2008. Produksi Serasah Hutan Mangrove di Perairan

Teluk Sepi, Lombok Barat. Unsjournals.com/

LAMPIRAN

Lampiran 1. Ciri makroskopis dan mikroskopis fungi yang ditemukan pada serasah A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas

1. Aspergillus sp.1

Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, kecil dan rapat dengan permukaan hifa bawah berwarna putih. Pada umur 4-7 hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri .

Ciri mikroskopis : Konidiofor mempunyai panjang + 26, 25 µm , kepala konidiofor berdiameter + 11,8 µ m, konidiofor memiliki sekat dan konidia berwarna coklat kehitaman.

2. Aspergillus sp.2

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa bulat kecil berwarna hitam. Pada umur 7-14 hari seiring ukuran fungi membesar, koloni membentuk pusaran tengah berwarna coklat. Pertumbuhan fungi lambat. Permukaan bawah hifa berwarna hitam.

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 21 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 5,25 µm, mempunyai vesikel berwarna hitam dan konidia berwarna coklat kehitaman .

3. Aspergillus sp.3

Ciri Makroskopis: koloni berbentuk hifa coklat ukuran sedang , tekstur hifa halus. Pertumbuhan fungi cepat. Permukaan bawah hifa berwarna coklat kekuningan .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 10,5 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 4,2 µ m, mempunyai vesikel berwarna hitam dan konidia berwarna coklat kehitaman .

4. Aspergillus sp.4

Ciri Makroskopis: koloni berbentuk hifa coklat ukuran sedang, tekstur hifa halus seperti serbuk. Pertumbuhan fungi cepat. Permukaan bawah hifa berwarna coklat kekuningan .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 11 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 63 µm, mempunyai vesikel berwarna coklat dan konidia berwarna coklat . Konidiofor bersepta.

5. Aspergillus sp.5

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa putih kecoklatan ukuran sedang, tekstur hifa halus. Pada umur 3-4 kemudian muncul spora berwarna kuning. Pertumbuhan fungi cepat. Permukaan bawah hifa berwarna kuning muda .

Ciri mikroskopis: Hifa bersepta, Konidiofor mempunyai panjang + 76 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 8 µ m, mempunyai vesikel berwarna coklat dan konidia berwarna coklat kekuningan .

6. Aspergillus sp.6

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa bulat kecil berwarna putih susu, tekstur hifa licin dan basah . Pada umur 5-7 hari kemudian spora berwarna putih . Koloni membentuk pusaran di bagian tengah berwarna putih coklat. Permukaan bawah hifa berwarna putih kecoklatan .

Ciri mikroskopis: Hifa bersepta, Konidiofor mempunyai panjang 28 - 72 µ m, kepala konidiofor berdiameter 7- 24 µm, mempunyai vesikel berwarna hitam dan konidia berwarna coklat kehitaman .

7. Aspergillus sp.7

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa kecil berwarna coklat . Pada umur 2-3 hari kemudian muncul spora berwarna kuning pada bagian tengah fungi. Koloni membentuk dua lapisan yaitu bagian tengah berwarna kuning dan pinggir coklat atau sebaliknya. Ukuran koloni kecil. Permukaan bawah hifa berwarna jingga .

Ciri mikroskopis: Hifa bersepta, Konidiofor mempunyai panjang + 27 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 7 µm, mempunyai vesikel berwarna hitam dan konidia berwarna coklat kehitaman.

8. Aspergillus sp.8

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa berwarna putih, hifanya lebat. Pada umur 2-3 hari kemudian muncul spora berwarna hijau muda . Pertumbuhan fungi cepat menutupi permukaan cawan petri. Permukaan bawah hifa berwarna kuning .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 47 µm, kepala konidiofor berdiameter + 13 µm, mempunyai vesikel berwarna coklat kehitaman dan konidia berwarna coklat .

9. Aspergillus sp.9

Ciri Makroskopis: koloni berbentuk hifa berwarna putih, hifanya lebat . Pada umur 2-3 hari kemudian muncul spora berwarna kuning. Pertumbuhan fungi. Permukaan bawah hifa berwarna merah .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 52 µm, kepala konidiofor berdiameter + 10,5 µm, mempunyai vesikel berwarna coklat kehitaman dan konidia berwarna coklat

10. Aspergillus sp.10

Ciri Makroskopis: koloni berupa hifa seperti benang-benang halus berwarna abu-abu, hifanya lebat dan menutupi permukaan cawan petri . Pertumbuhan fungi cepat. Permukaan bawah hifa berwarna abu-abu .

Ciri mikroskopis:Konidiofor mempunyai panjang + 46 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 13,1 µm, mempunyai vesikel berwarna coklat kehitaman dan konidia berwarna hitam.

11. Aspergillus sp.11

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berupa hifa berwarna hijau tua. Pada umur 2-3 hari kemudian muncul spora berwarna putih . Koloni fungi dewasa berbentuk bulat dengan bagian tengah berwarna hijau tua dan hifa berwarna putih Pertumbuhan fungi cepat . Permukaan bawah hifa berwarna merah .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 42 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 13,1 µm, mempunyai vesikel berwarna coklat kehitaman dan konidia berwarna coklat.

12. Aspergillus sp.12

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa berwarna putih . Pada umur 2-3 hari kemudian muncul spora berwarna hijau tua dibagian tengah fungi. 5 hari kemudian, warna koloni berubah menjadi hijau tua. Pertumbuhan fungi lambat. Permukaan bawah hifa berwarna abu-abu .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 22 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 5,5 µ m, mempunyai vesikel berwarna coklat kehitaman dan konidia berwarna coklat.

13. Aspergillus sp.13

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa berwarna putih susu. Pada umur 4 - 5 hari kemudian muncul spora berwarna putih bening dengan hifa yang lebat. Ukuran koloni sedang . Permukaan bawah hifa berwarna merah . Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 22 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 5,5 µ m, mempunyai vesikel berwarna coklat kehitaman dan konidia berwarna coklat.

14. Aspergillus sp.14

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa berwarna putih susu . Pada umur 4-5 hari kemudian muncul spora berwarna merah. Ukuran koloni sedang . Permukaan bawah hifa berwarna merah.

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 47 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 10,5 µm, mempunyai vesikel berwarna coklat kehitaman dan konidia berwarna coklat.

15. Aspergillus sp.15

Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, kecil dengan permukaan hifa bawah berwarna putih. Pada umur 4-7 hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri . Bentuk koloni hampir sama dengan Aspergillus sp. 1 tetapi hifa tidak padat dan membentuk zona bening .

Ciri mikroskopis : Konidiofor mempunyai panjang + 47 µ m , kepala konidiofor berdiameter + 11,8 µ m, konidiofor memiliki sekat dan konidia berwarna coklat .

16. Aspergillus sp.16

Ciri Makroskopis: Mula-mula koloni berwarna hitam kecil. Pada umur 5-7 hari Koloni berubah warna menjadi coklat kehitaman. Permukaan bawah hifa berwarna hitam .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 43 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 8 µm, mempunyai vesikel berwarna hitam bening dan konidia berwarna hitam.

17. Penicilium sp.1

Ciri Makroskopis: Mula-mula koloni putih dengan hifa padat. Pada umur 3-4 hari Koloni berubah warna menjadi menjadi hijau tua diselingi warna putih dan membentuk pusaran ditengah, terkadang menunjukkan zona bening. Permukaan bawah hifa berwarna coklat kekuningan .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang + 36 µ m, kepala konidiofor berdiameter + 7 µm, mempunyai vesikel berwarna hitam bening dan konidia berwarna hitam.

18. Penicilium sp.2

Ciri Makroskopis: Mula-mula koloni putih dengan hifa padat. Pada umur 2- 3 hari Koloni berubah warna menjadi menjadi abu-abu yang kadang diselingi warna putih dan membentuk pusaran ditengah, terkadang menunjukkan zona bening. Permukaan bawah hifa berwarna putih .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang 52 - 78 µm, diameter konidiofor 2,4 – 3 µm , mempunyai vesikel berwarna coklat bening dan konidia berwarna coklat.

19. Penicilium sp.3

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa berwarna putih. Pada umur 2-3 hari kemudian muncul spora berwarna hijau tua dibagian tengah fungi. 7 hari kemudian, warna koloni berubah menjadi hitam. Pertumbuhan fungi lambat . Permukaan bawah hifa berwarna coklat diselingi warna hitam dan membentuk . Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang 25 - 44 µm, diameter konidiofor 2,1 – 2,6 µm , mempunyai vesikel berwarna hitam bening dan konidia berwarna coklat kehitaman.

20. Fusarium spp

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk hifa berwarna putih . Pada umur 2-3 hari kemudian muncul spora berwarna putih diselingi warna kuning .Permukaan bawah hifa berwarna putih diselingi warna kuning .

Ciri mikroskopis: Konidiofor mempunyai panjang 45 - 50 µ m, panjang makrokonidia 2,6 – 5, 2 µm .

21. Saccharomyces spp

Ciri Makroskopis: mula-mula koloni berbentuk cairan berwarna putih susu . Fungi mulai tumbuh pada umur 4- 5 hari Ciri mikroskopis: tidak terdapat konidiofor hanya tampak askospora berwarna coklat bening.dengan ukuran 7,8 -10,5 µm.

Lampiran 2. Jumlah Koloni x 102

(cfu/ml) berbagai jenis fungi tiap ulangan pada serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi selama 15 sampai 90 hari di lingkungan dengan salinitas 0-10 ppt

No Jenis Fungi Lama masa dekomposisi ( hari ) Jumlah

seluruh koloni 15 30 45 60 75 90 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 Aspergillus sp. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 3 0 0 4 2 Aspergillus sp.2 0 0 0 3 1 1 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 5 0 14 3 Aspergillus sp.3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 4 Fusarium spp 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 Penicillium sp. 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5 6 Penicillium sp. 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 7 Aspergillus sp. 4 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 8 Aspergillus sp.5 1 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 9 Aspergillus sp. 6 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 12 10 Aspergillus sp. 15 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 8 11 Aspergillus sp. 7 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 12 Aspergillus sp. 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 8 0 0 10 13 Aspergillus sp. 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 4 14 Aspergillus sp. 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 5 15 Aspergillus sp. 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2

Lampiran 3 . Jumlah Koloni x 10 (cfu/ml) berbagai jenis fungi tiap ulangan pada serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi selama 15 sampai 90 hari di lingkungan dengan salinitas 10-20 ppt

No Jenis fungi Lama masa dekomposisi ( hari) Jumlah

seluruh koloni 15 30 45 60 75 90 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 Aspergillus sp. 15 2 0 0 2 0 0 4 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 10 2 Aspergillus sp. 8 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 5 3 Aspergillus sp. 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 3 4 Aspergillus sp. 11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 Aspergillus sp. 3 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 2 0 0 0 0 0 8 6 Aspergillus sp. 2 0 0 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 7 Penicillium sp. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 8 Aspergillus sp. 5 0 3 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 7 9 Aspergillus sp.12 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 10 Aspergillus sp. 6 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 11 Aspergillus sp. 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 12 Aspergillus sp. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 13 Penicillium sp. 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 14 Aspergillus sp. 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2

Lampiran 4 . Jumlah Koloni x 102 (cfu/ml) berbagai jenis fungi tiap ulangan pada serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi selama 15 sampai 90 hari di lingkungan dengan salinitas 20-30 ppt

No Jenis fungi Lama masa dekomposisi ( hari ) Jumlah

seluruh koloni 15 30 45 60 75 90 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 Aspergillus sp.15 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 Aspergillus sp.8 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 5 3 Aspergillus sp. 9 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 5 4 Aspergillus sp. 3 7 0 0 0 27 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 36 5 Penicilliu sp. 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 6 Aspergillus sp. 2 0 7 0 0 0 7 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 17 7 Penicillium sp. 1 0 0 0 0 0 2 0 12 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 8 Aspergillus sp. 14 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 5 9 Aspergillus sp.5 0 0 0 10 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 12 10 Sacchromyces spp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 8 11 Aspergillus sp.13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 12 Aspergillus sp. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 4

Lampiran 5. Jumlah koloni rata-rata x (102 cfu/ml) tiap jenis fungi pada serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi selama 90 hari dilingkungan dengan berbagai salinitas

No Jenis Fungi Jumlah koloni rata-rata

Tingkat salinitas 0-10 ppt 10-20 ppt 20-30 ppt 1 Aspergillus sp. 15 0,44 0,67 0,11 2 Aspergillus sp.8 0,44 0,28 0,28 3 Aspergillus sp.9 0,11 0,2 0,28 4 Aspergillus sp.11 0,11 0,05 0 5 Aspergillus sp. 3 0,11 0,2 1,99 6 Aspergillus sp. 2 0,78 0,39 1,32 7 Penicillium sp.1 0,11 0,11 0,22 8 Aspergillus sp.5 0,28 0,33 0,66 9 Aspergillus sp.12 0 0,11 0 10 Aspergillus sp. 6 0,55 0,83 0 11 Aspergillus sp. 4 0,28 0,11 0 12 Aspergillus sp. 1 0,44 0,11 0,22 13 Penicillium sp. 3 0 0,05 0 14 Aspergillus sp.16 0 0,11 0,11 15 Aspergillus sp. 13 0 0,33 0,11 16 Penicilium sp. 2 0,11 0 0,11 17 Aspergillus sp.7 0,44 0 0 18 Fusarium spp 0,11 0 0 19 Saccharomyces spp 0 0 0,44 20 Aspergillus sp. 14 0 0 1,67

Lampiran 6. Lokasi Penempatan Kantong Berisi Serasah Daun Avicennia marina pada Berbagai Tingkat Salinitas

A. Lokasi salinitas 0-10 ppt B. Lokasi salinitas 10-20 ppt

C. Lokasi salinitas 20-30 ppt

Dokumen terkait