• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ahmad T, P.T. Imanto, Muchari, A. Basyarie, P. Sunyoto B. Slamet, Mayunar, R. Purba, S. Diana S. Redjeki, S.A. Pranowo, dan S. Murtiningsih. 1991. Operasional Pembesaran Ikan Kerapu dalam Keramba Jaring Apung. Balai penelitian Perikanan Budidaya Pantai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian.

Akbar A, Sudjiharto, dan Sunaryat. 2001. Pembesaran Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptis altivelis di Keramba Jaring Apung. Balai Budidaya Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Perikanan Budidaya Lampung.

APHA (American Public Health Association). 1989. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 17th edition. APHA, AWWA (American Water Work Association) and WPCF (Water Pollution Control Federation). Washington DC.

[Anonim]. 2004. Rencana Zonasi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Parigi Moutong.

[Anonim]. 2005. Analisis Kesesuaian Marine Culture Wilayah ALKI II. Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Mayarakat, Institut Pertanian Bogor.

[Anonim]. 2005. Membangun Kejayaan Perikanan Budidaya. Warta Budidaya edisi dalam www.dkp.go.id.

[Anonim]. 2005. Penyusunan Masterplan Kawasan Pengembangan Budidaya Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Tengah.

Aslan M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.

Basmi JH. 2000. Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.

Beveridge M C M. 1987. Cage Culture. Fishing News Books Ltd. 1 Long Garden Walk, Farnham, Surrey, England.

[BRKP]. Balai Riset Kelautan dan Perikanan. 2003. Profil Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Teluk Tomini. Editor : Burhanudin S., Supangat A., Sulistiyo A., Rameyo T., dan Kepel C. Jakarta.

Brown, K. Thomkins B and Adger W.N. 2001. Trade-Off Analysis for Participatory Coastel Zone Decision-Making. Overseas Development Group, University East Anglia. Norwick. UK. www.ack.uk/dev/odg. Burrough, P.S and R.A. McDonnel. 1998. Principal of Geographical Information

System. Oxford University Press.

Byod C E. 1990. Water Quality Management in Pond for Aquaculture. Birmingham Publishing Company. Birmingham. Albama.

Campbell J. 1999. Linking The Suistainable livelihood Approach and code of Conduct for responsible Fisheries. Workshop facilitator’s Bacround Notes Prepared for the DFID Funded FAO-Implementes Sustainable Fisheries Livelihoods Project (SFLP).

Clark, W.A.V. and P.L. Hosking. 1986. Statistical Methods for Geographers. John Wiley & Sons, Inc.. Clarke, R. and M. Beveridge. 1989. Off shore fish farming. Infofish International, 3 (89) : 12 – 15.

Davis C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State university. USA.

Departemen Pertanian. 1995. Rumput Laut: Cara, Budidaya dan Pengolahannya. Kantor Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta.

[Dit. Perikanan Budidaya - DKP]. 2006. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya- Departemen Perikanan dan Kelautan. Profil Rumput Laut di Indonesia. [DKP.]. Departemen Perikanan dan Kelautan. Balai Besar Riset Perikanan

Budidaya Laut Gondol. 2006. Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus fusgotattus) Dalam Keramba Jaring Apung, dalam www.dkp.go.id.

[DKP]. Departemen Perikanan Dan Kelautan. 2006. Syarat Budidaya Ikan Kerapu. Buku Teknis Budidaya Ikan kerapu Ditjen Perikanan Budidaya- Departemen Kelautan dan Perikanan.

Effendi E. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

FAO]. Food Agriculture Organizatioan. 1989. Site Selection Criteria for Marine Finfish Netcage Culture in Asia. Regional Seafarming Development and Demonstration Project in Asia. National Inland fisheries Institute Kasetsart University Campus Bangkhen, Bangkok. Thailand.

[FAO]. Food Agriculture Organizatioan. 1989. Site Selection of Euscheuma spp. Gliksman M. 1969. Gum Technology in the Food Industry. Academic Press. New

100

Hafiz A. Sudjiharno dan Anindiastuti. 1999. Pemilihan Lokasi; Pembenihan Kerapu Tikus (Cromileptis altivelis). Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Laut, Lampung.

Hasyim, Bidawi, 1997. Optimasi Penggunaan Data Inderaja dan Sistem Informasi Geografi untuk Pengawasan Kualitas Lingkungan Pantai Akibat Limbah Industri. Dewan Riset Nasional. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Jakarta.

Hellebust JA, Craige JS. 1978. Handbook of Phycological Methods. Cambridge University Press. London.

Hinga, K.R. 2002. effect of pH on Coastal Marine Phytoplankton. Marine Ecology Progress Series 238: 281 – 300

Hodgkiss, I.J. and S. Lu. 2004. The effects of nutrients and their ratio on phytoplankton abudance in Jun Bay, Hongkong. Hydrobiologia 512 : 215 – 229.

Hodgkiss, I.J. & K.C. Ho. 1997. Are changes in P : N ratios in coastel water the key increased red tide blooms?. Hydrobiologia 352 : 141 - 147

Hutagalung, H.P., D. Setiapermana dan Riyono S.H. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota (Buku 2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. LIPI. Jakarta.

Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta.

Ikhsan KHI. 2005. Thesis. Kajian Pertumbuhan, Produksi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dan Kandungan Karaginan Pada Berbagai Bobot Bibit dan Asal Thalus di Perairan Desa Guruaping Oba Maluku Utara. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.

Ismail, W. E, Pratiwi, Wedjatmiko, E. Savitri, Suwidah, dan A. Wijono. 2002. Analisis Kebijakan Pembangunan Usaha Budidaya Laut. Dalam Heruwati et.al. (eds) Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan. Pusat Riset Pengelolaan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. p. 1-20. Lee, C.S. 1997. Constraints and government intervention for the development of aquaculture in developing countries. Aquaculture Economics and Managements, 1(1) : 65 – 71.

Lind, O.T, Chrzanowski T.H, and L. Davalos-Lind. 1997. Clay turbidity and relative production of bacterioplankton and phytoplankton. Hydrobiologia 353 : 1 – 8

Malik I. Wijardjo B. Fauzi N. dan A. Royo. 2003. Menyeimbangi Kekuatan, Pilihan Strategi Menyelesaikan konflik atas Sumberdaya Alam. Jakarta.

Morain S. 1999. GIS Solution in Natural Resources Management: Balancing the Technical-Political Equation. On Word Press. USA.

Mubarak, H., S. Ilyas, W. Ismail, I.S. Wahyuni, S.H. Hartati, E. Pratiwi, Z. Jangkaru, dan R. Arifuddin. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Perikanan, IDRC, Infish.

Muir, J. F. & R. J. Roberts.1985. Recent Advances in Aquaculture. Croom Helm Ltd., London, Sydney.

Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Hal:

Odum E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd Edition. W.B. Sounders Co. Philadelpia and London.

Pemda Kabupaten Situbondo. 2005. Potensi Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Situbondo. www.situbondo.go.ida.

PKSPL-IPB. 2005. Studi Tata Ruang Pengembangan Budidaya Perikanan di Kawasan Teluk Ekas kerjasama antara Bagian Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan NTB (CO- FISH PROJECT).

Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung.

Sachlan M. 1972. Planktonologi. Correspondence Course Centre. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Shang, Y. C. 1990. Aquaculture Economic Analysis: an Introduction. The World Aquaculture Society, Los Angeles.

Shell, E. W & T. F. Lowell. 1993. The Development of Aquaculture: an Ecosystem Perspective. Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn University, Alabama.

Song X, Huang L, Zhang J, Huang X, Zhang J, Yin J, Tan Y, and S Liu. 2004. Variation of phytoplankton biomass and primary production in Day Bay during spring and summer. Marine Pollution Bulletin. www.elsevier .com/marpolbul.

Sosealisa A. 2006. Disertasi. Kajian Pengelolaan Pesisir dan Laut Gugusan Pulau- Pulau Padaido, Distrik Padaido, Kabupaten Biak numfor, Papua. IPB. Bogor

102

Souter D.W. and Olof lindén. 2000. The health and future of coral reef system. Ocean & Coastel Management 43: 657 – 688.

Sudjatmiko, W & W.I. Angkasa. Teknik Budidaya Rumput Laut Dengan Metoda Tali Panjang. Direktorat Kebijaksanaan Pengembangan&Penerapan Teknologi-BPPT. www.iptek.net.id/ttg/artlkp/artikel 18.htm.

Tomascik T.A, A.J. Mah, A. Nontji, and M. K. Moosa. 1997. The Ecology of Indonesia Seas: Part One (The Ecology of Indonesia Series Volume VII). Periplus Edition (HK) Ltd.

Widodo SM. 2005. Tahapan Krusial Dalam Menata Ruang. Perspektif Keterpaduan Dalam Penataan Ruang Darat-Laut. USAID-BAPPENAS.

Yamaji C.S. 1979. Illustration og the Marine Plankton of Japan. Hoikiska Publ. Co. Ltd. Japan.

Yunizal, Murtini JT, Utomo BS, TH Suryaningrum. 2000. Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan.

Beberapa jenis ikan kerapu yang di budidayakan : 1. Kerapu lumpur (Epinephelus coiodes) Hamilton 2. Kerapu malabar (E. Malabaricus) Bloch and Schneider 3. Kerapu macan (E. Fuscoguttatus) Forsskal

4. Kerapu sunu (Plectropomus leopardus) Lacepede 5. Kerapu bintik (E. Bleekeri) Vaillant

6. Kerapu sunu Lodikasar (P. Maculatus) Bloch

7. Kerapu bebek’tikus Cromileptis altivelis (Valenciennes)

Aquaculture Department Southeast asian Fisheries Development Centre Tigbauan, lloilo, Philippines. 2001. Pembudidayaan dan Manajemen Kesehatan Ikan Kerapu. ASIAN-PACIFIC ECONOMIC COORPORATION

Wilkinson JB. RJ Moore. 1982. Harry’s Cosmetocology. Seventh edition. Deorge Godwil London. Pp. 612.

105

.

1. Teknologi Budidaya Laut dan pengembangan Sea Farming di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Japan International Corporation Agency (2001). Jakarta. Pusat Penelitian dan pengembangan eksplorasi Laut dan perikanan bekerjasama dengan JICA Usaha budidaya ikan kerapu perlu ditingkatkan mengingat permintaan terhadap

ikan kerapu cukup tinggi dan selama ini penyediaannya masih didominasi dari usaha penangkapan saja. Usaha pelestaria kerapu masih rendah, sementara stoknya di alam sangat terbatas dan sumbangan budidaya ikan kerapu terhadap pembangunan nasional masih sedikit sekali. Parameter yang digunakan untuk budidaya kerapu meliputi parameter dependen yaitu sarana, teknologi, dan input produksi, sedangkan parameter independen adalah iklim, air, adat,hukum, dan kebijakan. Selain itu ada pula dibedakan menjadi parameter umum (topografi, kondisi biologi, fisik, kimia, hukum dan peraturan, kualitas sumberdaya manusia, sistem kepemilikan yang ada, masterplan lahan pantai, infrasruktur, daya dukung, ).

Sukadi (1999), dalam Wardoyo dan Murniyati 2001, menambahkan bahwa budidya laut dapat dilakukan di pantai, daerah pasang surut (intertidal), sub-litoral, permukaan, pertengahan, dan dasar perairan laut. Karena habitat ikan kerapu sendiri di alam, dimana mereka hidupnya didasar umumnya di karang-karang dengan salinitas air laut maka budidaya kan kerapu umumnya dapat dilakukan di daerah sub-litoral, permukaan, pertengahan,dan dasar pantai laut.

Sukadi, M.F. 1999 Potensi Lahan Budidaya Laut. Makalah seminar Pengembangan budidaya laut di Indonesia dalam mendukung Protekan 2003. Jakarta, 26 – 27 agustus. 20pp

Hutagalung, H.P 198. Pengaruh Suhu Terhadap Kehidupan Organisme Laut. Pewarta Oseana. LON-LIPI. Jakarta. Vol 13. Hal : 153-163

Luning, K. 1990. Seaweed : Their envoronmental, Biogeography, and ecophysiology. Charles Yarish and Hugh Kirkman (editors). John Wiley dan Sons, Inc Canada. 527 p

Krebs C.J. 1989. Ecological Methodology. University of British Columbia. Harper and Row Publishers. New York.

Dokumen terkait