• Tidak ada hasil yang ditemukan

Al amin IS, Tatag M, Erni M. 2018. Kajian Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Hutan Meranti Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan.

Journal of Forest Science Avicennia. 1(1) : 40 - 55

Ardi. 2009. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah Pada Berbagai Kelerengan dan Kedalaman Hutan Alam. Skripsi. Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan

Arrijani. Dede S, Edi G, Ibnul Q. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jurnal Biodiversitas 7 (2) : 147 – 153.

Bakri. 2009. Analisis Vegetasi dan Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan Pada Pohon di Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Tesis. USU. Medan.

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Padang Lawas Utara dalam Angka 2013. BPS Kabupaten Padang Lawas Utara.

Brigg JC. 2015. Species Ectinction : Frequency and Biography. Environ skeptics Critics 4(4) : 96 - 105

Buku Putih Sanitasi. 2017. Kabupaten Padang Lawas Utara. Pemerintah Kabupaten Padang Lawaas Utara.

Eviati, Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Haryani A, Roffi G, Ibnu D B, Ayi S. 2012. Uji Efektifitas Daun Pepaya (Carica papaya) untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (3) : 213 - 220

Hevriyanti. 2012. Perbaikan Sifat Kimia Oxisol Dengan Pemberian Bahan Humat dan Pupuk P Untuk Meningkatkan Serapan Hara dan Produksi Tanaman Jagung. Jurnal Solum. 9 (2) : 121 – 136

Ismaini L, Lailati M, Rustandi D. Sunandar. 2015. Analisis Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan di Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1 (6) : 1397 - 1402

[IUCN] International Union for Conversation of Nature and Natural, WWF.

1993. Guidelines on The Conversation of Medical Plants. IUCN.Gland.

Izuddin. 2012. Perubahan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Pasca Kegiatan Perambahan di Areal Hutan Pinus Reboisasi Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Medan

Jawetz E J, Melnick L, Adelberg E A. 2005. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Terjemahan Huriati dan Hartanto. Buku Kedokteran EGC.

Jakarta

Kainde R, Ratag SP, Tasirin JS, Faryanti D. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa. Jurnal Eugenia 17 (3) : 151 – 163

Khan KH, 2009. Roles of Emblicaofficinalis in Medicine- A Review. Botany Research International 2 (4) :218 – 228.

Khoriyah, U. Pasaribu, N. Hannum, S. 2015. Distribusi Phyllanthus emblica L. di Sumatera Bagian Selatan. Jurnal Biosfera 32 (2) : 98 – 102.

Kurniawan AN, Undaharta KE, Pendit IMR. 2008. Asosiasi Jenis-jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. Jurnal Biodiversity, 9 (3) :199-203.

Margolang RD, Jamilah, Sembiring M. 2015. Karakterisasi Beberapa Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Online

Mawardiana. 2013. Pengaruh Residu Biochar dan Pemupukan NPK Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Padi Musim Tanam Ketiga. Jurnal Konservasi Sumberdaya Lahan 1 (1) : 1 – 21

Mudiana D. 2017. Karakteristik Habitat Syzygium pycnanthum (Merr.) L.M. Perry Di Gunung Baung, Jawa Timur. Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam 14 (2) : 67 – 89.

Mukhlis. 2014. Analisis Tanah Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press.

Medan.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah Dan Nutrisi Tanaman. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Munawaroh A. 2016. Penerapan Analisis Vegetasi di Hutan Mbeji Daerah Wonosalam Jombang. Jurnal Pedagogia 5 (1): 2089 – 3833.

Nasution NAP, Yusnaini S, Niswati A, Dermiyati. 2015. Respirasi Tanah Pada Sebagian Lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Agrotek Tropika. 3 (3) : 427 – 433.

Nayaka DG. 2006. Propagation Studies in Aonla (Phyllanthus emblica L). Thesis.

Department of Horticulture College of Agriculture. University of Agricultural Sciences. Dharwad.

Ni Luh DW, Meitini WP, I Ketut S. 2013. Eksplorasi Spasial Cendawan Tanah Pada Sekitar Rhizosfer Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L) di Karangasem dan Buleleng Bali. Jurnal Simbiosis 1 (2) : 85 – 101

Purwaningsih S. 2010. Isolasi, Populasi, dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium Pada Daerah Perakaran dan Tanah Dari Bengkulu. Sumatera. Biosfera. 27 (1) 46 – 52

Rahayu. 2008. Studi Analisis Kualitas Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan dan Hubungannya Dengan Tingkat Erosi di Sub Das Keduang Kecamatan Jatisrono Wonogiri. Tesis. Wonogiri

Rahmah S, Yusran, Umar H. 2014. Sifat Kimia Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Desa Bobo Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.

Jurnal Warta Rimba 2 (1) : 88 – 95

Rodriguez-Lionaz G, Onaindia M, Amezaga I, Mijangos I, Garbisu C. 2008.

Relationship between Vegetation Diversity and Soil Functional Diversity in Native Mixed-oak Forests. Soil Biol Biochem. 40 (1) 49 – 60

Rohyani I. 2014. Potensi Tumbuhan Lokal Pulau Lombok dalam Upaya Menunjang Ketahanan Pangan. Prosiding. Seminar Nasional Pendidikan.

STKIP Surya. Tangerang.

Rosliani R, Sumarni N, Sulastrini I. 2010. Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Tanaman Kacang – Kacangan Sebagai Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi. Jurnal Hort 20 (1) : 36 – 44

RPIJM. 2015. Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Padang Lawas Utara. Padang Lawas Utara

Saraswati RE, Husen RD, Simanungkalit M. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Saraswati R. Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah Sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Jurnal Biologi 3 (1) : 41 – 58.

Singh E, Sharma S, Pareek A, Dwivedi J, Yadav S, Swapnil S. 2011.

Phytochemistry, Tarditional Uses and Cancer Chemopreventive Activity of Amla (Phyllanthus emblica) The Sustainer. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 02 (01) : 176 - 183

Siregar H. 2018. Distribusi Kuantitatif Raru (Cotylelobium melanoxylon) di Hutan Alam Bonalumban Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Sunarti S. 2011. Keanekaragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara. Puslit Biologi LIPI. Bogor.

Supriyadi S. 2007. Kesuburan Tanah dan Lahan Kering Madura. Jurnal Embryo 4 (2) : 124 – 131

Supriyadi S. 2008. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Madura. Jurnal Embryo 5 (2) : 176 – 183

Suryanarayan P, Saraswat M, Petrash JM, Reddy GB. 2007. Emblica Officinalis And Its Enriched tannoids Delay Streptozotocin-Induced Diabetic Cataract In Rats. Journal of Applied Pharmaceutical Science 24 (13) : 1291 – 7.

Utomo, M., Sudarsono., B. Rusman., T. Sabrina., J. Lumbanraja dan Wawan.

2016. Ilmu Tanah Dasar-dasar Dan Pengelolaannya. Kencana. Jakarta.

Wasis. 2012. Perbandingan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Akibat Keterbukaan Lahan Pada Hutan Reboisasi Pinus. Jurnal Silvikultur Tropika 3 (1) : 12 -24

Widyati E. 2013. Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah Terhadap Produktivitas Lahan. Tekno Hutan Tanaman. 6 (1) : 29 – 37.

Win N. 2011. Quantitative Analysis Of Forest Structure In The Middle Part Of The Goktwin Area. Northern Shan State Universities Research Hyrbak 4(1) : 321 – 335.

Xiau L, Zhao M, Wang J, Yang B, Ziang Y. 2008. Antioxidant Activity Of Methanolic Extract Of Emblica Fruit (Phyllanthus emblica L) From Six Region in China. Journal Of Food Composition and Analysis 21(2) : 219 – 228.

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah Dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.

Yogyakarta

Yulistyarini T, Ariyanti EE, Yulia ND. 2000.Jenis-Jenis Tanaman Buah yang Bermanfaat untuk Usaha Konservasi Lahan Kering. Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.Kebun Raya Purwodadi - LIPI.

Purwodadi. Pasuruan. Jawa Timur.

Zahara F, Wawan, Wardati. Sifat Biologi Tanah Mineral Masam Dystrupdets Di Areal Piringan Kelapa Sawit Yang Diaplikasikan Mulsa Organik Mucuna bracteata di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. JOM Faperta 2 (2) : 20 – 35.

Zhang LZ, Zhao WH, Guo YJ, Tu GZ, Lin S, Xin LG, 2003. Studies on chemical constituents in fruits of Tibetan medicine Phyllanthus emblica. China Journal Of Chinese Materia Medica 28 (10) : 940 – 943.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Tanah a. pH Tanah

Metode yang digunakan untuk mengukur pH tanah adalah metode pH meter. Tanah sebanyak 10 gr dimasukkan ke dalam botol kocok, kemudian ditambahkan aquades sebanyak 25 ml. Botol yang berisi tanah dan aquades tersebut dikocok menggunakan shaker selama 30 menit, kemudian diukur pH suspensi tanah menggunakan alat pH meter (Mukhlis, 2014).

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Metode yang digunakan untuk menetapkan KTK tanah adalah metode Ekstraksi NH4OAc pH 7. Prosedur penetapan KTK menurut Mukhlis (2014) adalah sebagai berikut:

1. Dimasukkan sedikit serat fiber ke dasar tabung perkolasi dan sedikit pasir kuarsa yang kering

2. Ditimbang 2,5 gr contoh tanah dan tempatkan pada tabung perkolasi 3. Ditambahkan 50 ml larutan CH3COONH4 1 N pH 7

4. Dicuci tanah pada tabung perkolasi dengan alkohol 80% hingga larutan tanah bebas dari NH4+

5. Ditambahkan dengan memperkolasikan larutan 50 ml NaCl 10% asam;

perkolat ditampung pada labu ukur 50 cc dan penuhkan dengan H2O sampai volume 50 ml

6. Pipet 20 ml perkolat dari labu ukur dan tempatkan ke tabung destilasi dan tambahkan 50 ml H2O. Kemudian tempatkan pada alat destilasi.

7. Ditambahkan perkolat 15 ml NaOH 40% pada alat destilasi

8. Ditampung hasil destilasi pada erlenmeyer 250 cc yang berisi 25 ml H3BO3 4%

dan 2 tetes indikator metil merah atau indikator campuran

9. Destilasi selesai apabila terjadi perubahan warna pada larutan destilat dan volumenya telah mencapai ± 75 ml

10.Titrasi hasil destilat dengan HCl 0,1 N; hingga warna larutan kembali ke warna semula (sebelum didestilasi).

Lampiran 1. Lanjutan

11. Dihitung:

KTK (me/100 gr) = ml HCl x N HCl x 100/2,5 x 50/20 c. C-Organik

Metode yang digunakan untuk menetapkan C-organik tanah adalah metode Walkley dan Black (Mukhlis, 2014). Timbang 0,1 atau 0,5 gr tanah kering udara, masukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc. Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N (pergunakan pipet) goncang dengan tangan. Tambahkan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian goncang 3-4 dan diamkan selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air suling dan 5 ml H3PO4 85%, NaF 4% 2,5 ml, kemudian tambahkan 5 tetes diphenilamine, goncang larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Titrasikan dengan Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. Lakukan cara yang sama untuk mendapatkan volume titrasi Fe (NH4)2

(SO4)2 0,5 N untuk blangko.

Kemudian dihitung:

C-org = 5 x (1-(T/S)) x 0,003 x 1/0,77 x 100/BCT d. Nitrogen Total Tanah

Metode yang digunakan untuk menetapkan N Total tanah adalah metode Kjehdal. Prosedur penetapan N-Total (Mukhlis, 2014) adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Destruksi

a. Ditimbang 2 gr tanah, tempatkan pada tabung digester

b. Ditambahkan 2 gr katalis campuran dan H2O 10 ml, kemudian ditambahkan lagi 10 ml campuran H2SO4-asam salisilat dan dibiarkan semalaman

c. Didestruksi pada alat digester dengan suhu rendah dan dinaikkan secara bertahap hingga larutan jernih (temperatur <2000C). Setelah larutan jernih suhu dinaikkan dan dilanjutkan selama 30 menit.

d. Didinginkan dan diencerkan dengan menambahkan 15 ml H2O 2. Tahapan Destilasi

a. Ditempatkan tabung destruksi pada alat destilasi

b. Pipet 25 ml H3BO3 4%, tempatkan pada erlenmeyer 250 cc dan tambahkan 3 tetes indikator campuran; dan tempatkan sebagai penampung hasil destilasi

Lampiran 1. Lanjutan

c. Ditambahkan NaOH 40% ± 25 ml ke tabung destilasi dan langsung didestilasi

d. Ditampung hasil destilasi di erlenmeyer yang berisi H3BO3. Destilasi dihentikan bila larutan di Erlenmeyer berwarna hijau dan volumenya ± 75 ml

3. Tahapan Titrasi

a. Dititrasi hasil destilasi dengan HCl 0,02 N. Titik akhir titrasi ditandai oleh perubahan warna dari hijau menjadi merah.

b. Perhitungan:

N (%) =

e. Fosfat Tersedia (P Tersedia)

Metode yang digunakan untuk menetapkan P tersedia adalah metode Bray – I. Prosedur penetapan P tersedia (Mukhlis, 2014) adalah sebagai berikut:

1. Ditimbang 2 gr contoh tanah dan tempatkan pada gelas erlenmeyer 250 cc.

2. Ditambahkan larutan Bray I sebanyak 20 ml dan digoncang pada shaker selama 30 menit, kemudian disaring dengan kertas saring

3. Pipet filtrat sebanyak 5 ml dan masukkan pada tabung reaksi

4. Ditambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 ml. Biarkan selama 5 menit 5. Diukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm

6. Pada saat yang bersamaan pipet filtrat juga masing-masing 5 ml larutan standar P 0 - 0,5- 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 ml pereaksi fosfat B. Diukur juga transmitan standar pada spectronic dengan panjang gelombang yang sama yaitu 660 nm

7. Dihitung :

P tersedia (ppm) = ppm pelarut x x faktor pengencer (bila ada)

Lampiran 2. Parameter Analisis Kimia Tanah Sifat tanah Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi C (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00 N(%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75

C/N < 5,0 5,0-7,9 8,0-12,0 12,1-17,0 > 17

P2O5 eks-

HCl (%) < 0,021 0,021-0,039 0,040-0,060 0,061-0,100 > 0,100 P-avl Bray-II

(ppm) < 8,0 8,0-15 16-25 26-35 > 35

P-avl Olsen

(ppm) < 10 10-25 26-45 46-60 > 60

K2O eks-HCl

(mg/100 ) < 0,03 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 > 0,20 KTK/CEC

(me/100 ) < 5 10-16 17-24 25-40 > 40

pH (H2O)

Sangat

masam Masam Agak

masam Netral Agak

alkalis Alkalis

< 4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5

Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Pengamatan Fungi

Sumber Tanah Ulangan Kedalaman

Total Rataan

Sumber Tanah Kedalaman Tanah

Total

Populasi Fungi pada Kedalaman 0-5 cm dan 5-20 cm (…×104 SPK/ml) Faktor Pengenceran: 4

Lampiran 4. Sidik Ragam Pengamatan Populasi Bakteri

Populasi Bakteri Pada Kedalaman 0-5 cm dan 5-20 cm (…×106 SPK/ml) Faktor Pengenceran: 6

Sumber Tanah Ulangan Kedalaman

Total Rataan

Sumber Tanah Kedalaman Tanah

Total

Lampiran 5. Sidik Ragam Pengamatan Respirasi Tanah Sumber Tanah (Kelerengan) Ulangan

Total Rataan

1 2 3

Jalur I (0-5 cm) 0,51 2,48 3,08 6,07 2,02

Jalur I (5-20 cm) 0,08 0,30 1,54 1,92 0,64

Jalur II (0-5 cm) 0,60 1,88 0,77 3,25 1,08

Jalur II (5-20 cm) 0,17 0,77 0,08 1,02 0,34

Jalur III (0-5 cm) 0,90 0,25 0,68 1,83 0,61

Jalur III(5-20 cm) 1,11 0,34 0,17 1,62 0,54

Total 3,37 6,02 6,32 15,71 5,24

Sumber Tanah (Kelerengan) Kedalaman Tanah

Total 0-5 cm 5-20 cm

Jalur I 2,02 0,64 2,66

Jalur II 1,08 0,34 1,42

Jalur III 0,61 0,54 1,15

Total 3,71 1,52 5,23

SK DB JK KT F.Hitung F.Tabel

Perlakuan 5 11,57 2,31 1,00 tn 3,11

A (Sumber Tanah) 2 11,98 5,99 2,59 tn 3,89

B (Kedalaman Tanah) 1 11,93 11,93 5,16 * 4,75

AB 2 -12,34 -6,17 2,67 tn 3,89

Galat (Interaksi antara A dan B) 12 12,34 1,03

Total 17 13,94

Keterangan : tn : Tidak Nyata

* : Berpengaruh nyata

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pohon Malaka (Phyllanthus emblica) di Desa Pamuntaran kecamatan Padang Bolak Julu, Kabipaten Padang Lawas Utara

Gambar 2. Bagian Daun Tumbuhan Malaka (Phyllanthus emblica)

Gambar 3. Bagian Buah Tumbuhan Malaka (Phyllanthus Emblica)

Dokumen terkait