• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ambarita LP, Taviv Y, Budiyanto A, Sitorus H, Pahlepi IR, Febriyanto. 2015. Tingkat kerentanan Aedes aegypti (Linn.) terhadap malation di Provinsi Sumatera Selatan. Bul Penelit Kesehat, 43(2): 97-104.

Andini A. 2014. Pengaruh keberadaan siswa pemantau larva aktif dengan keberadaan larva di sekolah dasar Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang tahun 2013. UJHP.3(2):1-9.

Ayuningtyas ED. 2013. Perbedaan keberadaan larva Aedes aegypti berdasarkan karakteristik kontainer di daerah endemis demam berdarah dengue (studi kasus di Kelurahan Bangetayu Wetan, Kota Semarang tahun 2013). [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Negeri Semarang.

Badrah S, Hidayah N. 2011. Hubungan antara tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dengan kasus demam berdarah dengue di Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam, Paser Utara, Kalimantan Timur. J Trop Pharm Chem. 1(2) : 153-160.

Bartlett-Healy K, Unlu I, Obenauer P, Hughes T, Healy S, Crepeau T, Farajollahi A, Kesavaraju B, Fonseca D, Schoeler G, Gaugler R, Strickman D. 2012. Larval mosquito habitat utilization and community dynamics of Aedes albopictus and Aedes japonicus (Diptera: Culicidae). Reisen WK (editor). Entomol Soc Am. 813-824.

Budiyanto A, Santoso, Purnama D, Pahlepi IR. 2008. Study indeks larva nyamuk Aedes aegypti dan hubungannya dengan PSP masyarakat tentang penyakit DBD di Kota Palembang tahun 2005. JEK. 7(2):24-31.

Budiyanto A. 2012. Karakteristik kontainer terhadap keberadaan larva Aedes aegypti di sekolah dasar. JPM. 6(1): 11-19.

Borge AM, Manong RN, Masatu MC, Knut IK. 2008. Status and visions for the school health service as reported by local health care workers in Northern Tanzania. East Afr J Public Health. 5(2):79-85.

Couret J, Dotson E, Benedict MQ. 2014. Temperature, larvae diet and density effects on development rate and survival of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). PLoS ONE, 9(2).

Darwin A, Pujiyanti A, Heriyanto B. 2013. Model pengendalian terpadu vektor demam berdarah dengue di Kota Salatiga. J Vektora. 5(1):1-6.

[Dinkes Kota Palembang] Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2014. Profil Dinkes Kota Palembang tahun 2013. Palembang (ID): Dinkes Kota Palembang Pr. Fahrizal A, wijaya W, Efendi F, Ahsanur RI, Hasanah K. 2006. Pemberdayaan

siswa pemantau jentik (Wamantik) sebagai upaya pencegahan kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue. PKMM.3(7):1-17.

Fathi, Keman S, Wahyuni CU. 2005. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram. JKL. 2(2):1-10.

Fidayanto R, Susanto H, Yohanan A, Yudhastuti R. 2013. Model pengendalian demam berdarah dengue. KESMAS. 7(11) : 522-528.

Focks DA. 2003. A review of entomological sampling methods and indicators for dengue vectors. USA:Infectious disease analysis Gainsville Florida.

28

Gama ZP, Yanuwiadi B, Kurniati TH. 2010. Strategi pemberantasan nyamuk aman lingkungan: potensi Bacillus thuringiensis isolat Madura sebagai musuh alami nyamuk Aedes aegypti. JPAL. 1(1).

Gubler DJ. 1998. Dengue and dengue hemorragic fever. JCM. 480-489.

Gonzales FJC, Lake IR, Bentham G. 2011. Climate variability and dengue fever in warm and humid Mexico. Am J Trop Med Hyg. 84 (5) : 757-763.

Hadi UK, Koesharto FX. 2006. Nyamuk. di dalam : Hama permukiman Indonesia. Pengenalan, biologi dan pengendalian. Sigit HS, Hadi UK, editor. Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). 23-51.

Hadi UK. 2016. Pentingnya Pemahaman Bioekologi Vektor Demam Berdarah Dengue dan Tantangan dalam Upaya Pengendaliannya. Orasi Ilmiah Guru besar IPB. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hall A, Adjei S, Kihamia C. 1996. School health programmes. Afr Health. 18: 22-23.

Hastoyo SP. 2006. Analisa data. [modul]. Jakarta (ID) : FKM Universitas Indonesia.

Hasyimi M, Mardjan S. 2004, Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti pada tempat penampungan air rumah tangga pada masyarakat pengguna air olahan, JEK. 3(1) : 37-42.

Hasyimi M, Harmany N, Pangestu. 2009. Tempat-tempat terkini yang disenangi untuk perkembangbiakan vektor demam berdarah Aedes sp. Media Litbangkes. 19(2):71-76.

Hayani A, Erlan A, Yunus W, Samarang. 2006. Pengaruh pelatihan guru UKS terhadap efektivitas pemberantas sarang nyamuk demam berdarah dengue di tingkat sekolah dasar, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. JEK. 5(1):376-379.

Hemme RR, Tank JL, Chadee DD, Severson DW. 2009. Environmental conditions in water storage drums and influences on Aedes aegypti in Trinidad, West Indies. Acta Trop. 112(1) : 59–66.

Husein U. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Ikawati B, Sunaryo, Widiastuti D. 2015 Peta status kerentanan Aedes aegypti (Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah. ASPIRATOR. 7(1):23-28.

Imawati D, Sukesi TW. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaaan larva Di Dusun Mandingan, Desa Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Jurnal Medika Respati (10 (2):78-88.

Joshi V, Mourya DT, Sharma RC. 2002. Persistence of vertical transmission of dengue 3 virus through vertical transmission passage in sucessive generations of Aedes aegypti mosquitoes. Am J Trop Med Hyg. 67(2) : 158-161.

[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (ID). 2015. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Direktorat jenderal pengendalain penyakit dan penyehatan lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

29

Koenraadt CJM, Tuiten W, Sithiprasasna R, Kijchalao U, Jones JW, Scott TW. 2006. Dengue knowledge and practices and their impact on Ae. aegypti populations in Kamphaeng Phet, Thailand. Am J Trop Med Hyg. 74(4):692–

700.

Mintarsih RE, Suwasono H, Santoso L 1996. Pengaruh suhu dan kelembaban udara alami terhadap jangka hidup Aedes aegypti betina di Kotamadya Salatiga dan Semarang. CDK. 107.

Mohammed A, Chadee DD. 2011. Effects of different temperature regimens on the development of Aedes aegypti (L.) (Diptera: Culicidae) mosquitoes. Acta Trop. 119 (2011) : 38–43.

Monintja TCN. 2015. Hubungan antara karakteristik individu, pengetahuan dan sikap dengan tindakan PSN DBD masyarakat Kelurahan Malalayang I, Kecamatan Malalayang, Kota Manado. JIKMU. 5(2b):503-519.

Mosesa LP, Sorisi, Pijoh VD. 2016. Deteksi transmisi transovarial virus dengue pada Aedes aegypti dengan teknik imunositokimia di Kota Manado. eBm.4(1):116-121.

Olano VA, Matiz MI, Lenhart A, Cabezas L, Vargas SL, Jaramillo JF, Sarmiento D, Alexander N, Stenström TA, Overgaard HJ. 2015. Schools as potential risk sites for vector-borne disease transmission: mosquito vectors in rural schools in two municipalities in Colombia. J Am Mosq Control Assoc. 31(3): 212-222.

Perez JGR, Clark GG, Gubler DJ, Reiter P, Sanders EJ, Vorndam AV. 1998. Dengue and dengue haemorrhagic fever. The Lancet (352) : 971-977.

Pituasari. 2005. Larva nyamuk Aedes aegypti pada beberapa jenis kontainer di Sekolah Dasar Kota Bengkulu. [tesis].Yogyakarta (ID):Universitas Gadjah Mada.

Pramestuti N, Widiastuti D, Raharjo J. 2013. Transmisi trans-ovari virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Kabupaten Banjarnegara. JEK. 12(3):187-194.

Pujiyanto S, Ferniah RS, Rahardian R. 2008. Aktivitas bakteri kitinolitik akuatik isolat lokal terhadap perkembangan dan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L. JSM. 19(2) : 54-59.

Pujiyanti A, Trapsilowati W, Suwasono H. 2012. Perbandingan dua metode pembelajaran tentang demam berdarah dengue pada guru sekolah dasar. Media Litbangkes. 22(4):173-180

Pujiyanti A, Pratamawati DA. 2014. Pengendalian vektor demam berdarah dengue pada komunitas sekolah dasar di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. J Vektora. 6(2): 46-51.

Raharjo J. 2009. Uji efektivitas temefos terhadap larva Aedes aegypti pada berbagai sumber air dan jenis bahan tempat penampungan air. Balaba. 5(2):12-16.

Ridha MR, Rahayu N, Rosvita NA, Setyaningtyas DE. 2013. Hubungan kondisi lingkungan dan kontainer dengan keberadaan larva nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue di Kota Banjarbaru. Jurnal Buski. 4(3):133 – 137.

Riwidikdo H. 2009. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta (ID) : Pustaka Rihama.

30

Rueda LM. 2004. Pictorial keys for identification of mosquitoes (Diptera: Cullicidae) associated with dengue virus transmission. New Zealand: Magnolia Press.

Salim M, Febriyanto. 2007. Survei jentik Aedes aegypti di Desa Saung Naga Kab. OKU Tahun 2005. JEK. 6(2) : 602-607.

Salim M, Ambarita LP, Yahya, Yenni A dan Supranelfy Y. 2011. Efektivitas malathion dalam pengendalian vektor DBD dan uji kerentanan larva Aedes aegypti terhadap temefos di Kota Palembang. BPK. 39(1):10-21.

Sandy S, Sasto IHS. 2015. Demam berdarah dengue (DBD) Di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua tahun 2011-2014. Balaba. 11(1):35-42.

Santoso, Budiyanto A. 2008. hubungan pengetahuan sikap dan perilaku (PSP) masyarakat terhadap vektor DBD di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. JEK. 7(2). 732-739.

Sari P, Martini, Ginanjar P. 2012. Hubungan kepadatan larva Aedes sp. dan praktik PSN dengan kejadian DBD di sekolah tingkat dasar di Kota Semarang. JKM. 1: 413-422.

Sayono, Qoniatun S, Mifbakhuddin. 2011. Pertumbuhan larva Aedes aegypti pada air tercemar. J Kesehat Masy Indones. 7(1):15-22.

Seran DM, Prasetyowati H. 2012. Transmisi transovarial virus dengue pada telur nyamuk Aedes aegypti (L.). Aspirator. 4(2):53-58.

Sheppard PM, Macdonald WW, Tonn RJ. 1969. A new method of measuring the relative prevalence of Aedes aegypti. Bull World Health Organ 40:467-468. Sofiana L. 2013. Uji lapangan ikan sebagai predator alami larva Aedes aegypti di

masyarakat (Studi kasus di daerah endemis DBD Kelurahan Gajahmungkur, Kota Semarang). UJPH. 2(4):1-9.

Subargus A. 2007. Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dalam upaya penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surya Medika. 1-21.

Sugiyanto Z. 2009. Studi kualitatif guru dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah di sekolah tahun 2007 (Studi kasus di SD wilayah kerja Puskesmas Tambakaji, Kota Semarang). Jurnal Visikes. 8(1):24-31. Sunaryo, Ikawati B, Rahmawati, Widiastuti D. 2014. Status resistensi vektor

demam berdarah dengue (Aedes aegypti) terhadap malathion 0,8% dan permethrin 0,25% di Provinsi Jawa tengah. JEK. 13(2):146-151.

Sungkar S, Winita R, Kurniawan A. 2010. Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat dan kepadatan Aedes aegypti di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten. Makara Kesehatan. 14(2):81-85.

Sustini F, Andajani S, Atika. 2012. The training of wiggler monitoring of primary school teachers and students in Surabaya to improve eradication of dengue hemorraghic fever. FMI.48(1): 28-31.

Suyasa ING, Putra NA, Aryanta IWR. 2009. Hubungan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat dengan keberadaan vektor demam berdarah dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. Ecotrophic. 3(1):1-6.

31

Taviv Y, Alwi A, Budianto A, Purnama D, Betriyon. 2007. Efektifitas ikan cupang (Ctenops vitatus) dalam pengendalian larva dan daya tahannya terhadap temefos (uji laboratorium dan lapangan). Buletin Spirakel. 1(1):56-60.

Vezzani D, Carbajo AE. 2008. Aedes aegypti, Aedes albopictus and dengue in Argentina: current knowledge and future directions. Mem Inst Oswaldo Cruz. 103(1): 66-74.

[WHO] Word Health Organization. 1972. Vector Control in International. Geneva (Swiss).

[WHO] Word Health Organization. 2009. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control-new edition. Geneva (Swiss).

[WHO] World Health Organization. 2003. Guidelines for Dengue Surveillance and Mosquito Control. 2nd ed. Regional Office for the Western Pacific Manila. Phillipines.

Wahyuningsih S, Nurjazuli, Suhartono. 2003. Kajian tentang nyamuk Aedes aegypti di daerah dataran rendah dan dataran tinggi di Kabupaten Karanganyar tahun 2003. JKLI. 3(2):46-49.

Zen S. 2012. Biokontrol jentik nyamuk Aedes aegypti dengan predator ikan pemakan jentik (sebagai pendukung materi ajar insekta). [tidak diterbitkan]. Lampung (ID) : Univ. Muhammadiyah Metro.

Zubaidah T, Setiadi G, Akbari P. 2014 Kepadatan larva Aedes sp. pada kontainer di dalam dan di luar di Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin tahun 2014. Jurnal Buski 5(2):95-100.

32

33

Lampiran 1 Hubungan karakteristik kontainer dengan keberadaan Larva Aedes spp. pada sekolah dasar di Kota Palembang.

No Karaktristik Habitat Jumlah

(%) p value

1. Jenis kontainer

Tempat Penampungan Air (TPA) 936(76.7) 0.112

Non TPA 285(23.3)

2. Permukaan dinding kontainer

Permukaan Kasar 681(55.8) 0.056 Permukaan Licin 540(44.2) 3. Warna kontainer Warna gelap 356(29.2) 0.121 Warna terang 865(70.8) 4. Letak kontainer Di dalam bangunan 123(10.1) 0.000 Di luar bangunan 1098(89.9) 5. Kondisi tutup Tidak tertutup 49(4) Tertutup 1172(96) 0.007 6. Sumber air Non PAM 74(6.1) PAM 1147(93.9) 0.000 7. pH air Optimum 1193(97.7) 0.000 Tidak optimum 28(2.3) 8. Suhu air Optimum 1152(94.3) 0.834 Tidak optimum 69(5.7)

9. Pengurasan (1 minggu terakhir)

Tidak 799(65.4) 0.000

32

Lampiran 2 Hubungan antara jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab UKS mengenai pencegahan DBD pada sekolah dasar di Kota Palembang

Peubah bebas Pengetahuan value P Sikap value P Praktik value P Baik Kurang baik Baik Kurang baik Baik Kurang baik n % n % n % n % n % n % Jenis kelamin 0.518 0.178 0.613 Laki-laki 24 12.9 5 2.7 29 17 9.1 12 6.5 29 14 7.5 15 8.1 29 Perempuan 118 63.4 39 21.0 157 101 54.3 56 30.1 157 87 46.8 70 37.6 157 Usia 0.769 0.706 0.753 ≥ 50 tahun 88 47.3 29 15.6 117 79 45.2 38 20.4 117 62 33.3 55 29.6 117 < 50 tahun 54 29.0 15 8.1 69 39 21.0 30 37.1 69 39 21.0 30 16.1 69 Tingkat pendidikan 0.555 0.171 Menengah 27 14.5 6 3.2 33 17 9.1 16 8.6 33 18 9.7 15 8.1 33 1.000 Tinggi 115 61.8 38 20.4 153 101 54.3 52 28.0 153 83 44.6 70 37.6 153 Keterangan : ∑ = Jumlah 34

35

Lampiran 3 Hubungan antara pengetahuan, sikap dengan praktik penanggungjawab UKS mengenai pencegahan DBD pada sekolah dasar di Kota Palembang

Peubah bebas Praktik Jumlah P value t Baik Kurang baik n % n % Pengetahuan 0.027 0.175 Baik 84 45.2 58 31.2 142 Kurang baik 17 9.1 27 14.5 44 Sikap 0.000 0.290 Baik 77 41.4 41 22.0 118 Kurang baik 24 12.9 44 23.7 68

36

Lampiran 4 Hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik penanggungjawab UKS dengan keberadaan larva Aedes spp. pada sekolah dasar di Kota Palembang

Peubah bebas

Keberadaan larva Aedes spp.

Jumlah P value Ada Tidak ada

n % n % Pengetahuan 0.161 Baik 88 47.3 54 29.0 142 Kurang baik 33 17.7 11 5.9 44 Sikap 0.579 Baik 79 42.5 39 21.0 118 Kurang baik 42 22.6 26 14.0 68 Praktik 0.323 Baik 62 33.3 39 21.0 101 Kurang baik 59 31.7 26 14.0 85

37

Lampiran 5 Hubungan antara jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan praktik petugas kebersihan mengenai pencegahan DBD pada sekolah dasar di Kota Palembang

Peubah bebas Pengetahuan value P t Sikap value P t Praktik value P t Baik Kurang baik Baik Kurang baik Baik Kurang baik % % n % n % n % n % Jenis kelamin 0.014 0.181 0.064 - 0.003 0.222 Laki-laki 91 49.8 51 27.4 142 99 53.2 43 23.1 142 100 53.8 42 22.6 142 Perempuan 19 10.2 25 13.4 44 24 12.9 20 10.8 44 20 10.8 24 12.9 44 Usia 0.597 - 0.873 - 0.121 - ≥ 43 tahun 55 29.6 41 22.0 96 64 34.4 32 17.2 96 67 36.0 29 15.6 96 < 43 tahun 55 29.6 35 18.8 90 59 31.7 31 16.7 90 53 28.5 37 19.9 90 Tingkat pendidikan 0.513 - 0.724 - 0.451 - SLTP 27 14.5 21 11.3 48 33 17.7 15 8.1 48 33 17.7 15 8.1 48 SLTA sederajat 73 39.2 50 26.9 123 80 65.0 43 23.1 123 78 41.9 45 24.2 123 D3/ perguruan tinggi 10 5.4 5 2.7 15 10 5.4 5 2.7 15 9 4.8 6 3.2 15 Keterangan : ∑ = Total 37

38

Lampiran 6 Dokumentasi Survei larva Aedes spp. dan hasil pengamatan kontainer

Koleksi larva Aedes spp.

Kontainer yang ditemukan

Bak mandi Bak WC Drum

39

Lampiran 7 Dokumentasi Hasil identifikasi larva Aedes spp.

Memiliki sifon (corong nafas)

Comb scale 1 baris, terdapat pekten di siphon

Comb scale bergerigi (spines)

Ae. aegypti

comb scale tidak bergerigi (spines)

Ae. albopictus comb scale comb scale comb scale Pecten Pecten

40

Lampiran 8 Dokumentasi wawancara dengan penanggung jawab UKS

41

Dokumen terkait