• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ali C, Rostiwati T. 2011. Pengaruh hormon pertumbuhan dan senyawa nitrogen serta waktu perendaman terhadap perkecambahan benih lemo (Litsea cubeba). Di dalam: Rostiwati T, Wilarso S, Danu, editor. Teknologi perbenihan untuk meningkatkan produktivitas hutan rakyat di propinsi Jawa Tengah. Prosiding seminar hasil-hasil penelitian; 2011 Juli 20; Semarang, Indonesia. Bogor (ID): BPTPTH Bogor. 133-140.

Ani N. 2006. Pengaruh perendaman benih dalam air panas terhadap daya berkecambah dan pertumbuhan bibit lamtoro (Leucaena leucocephala). J penelitian bidang ilmu pertanian 4 (1): 24-28.

Asra R. 2014. Pengaruh hormon giberelin (GA3) terhadap daya kecambah dan vigoritas Calopogonium caeruleum. Biospecies 7(1): 29-33.

Astari RP, Rosmayati, Bayu ES. 2014. Pengaruh pematahan dormansi secara fisik dan kimia terhadap kemampuan berkecambah benih mucuna (Mucuna bracteata D.C). J Online Agroteknologi 2 (2): 803-812

Baskin CC, Baskin JM. 2001. Seeds: Ecology, Biogeography and Evolution of Dormancy and Germination. United States of America (US): Academic Pr. 666 p.

21 Bewley JD, Black M. 1982. Physiology and Biochemistry of Seeds. Springer Verlas Dalam Schmidt L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan.

Farhana B, Ilyas S, Budiman LF. 2013. Pematahan dormansi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan perendaman dalam air panas dan variasi konsentrasi ethephon. Bul. Agrohorti 1 (1): 72 – 78.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants. 428 hal.

Hartley CWS. 1997. The Oil Palm. New York (US): Longman Inc. 806 p.

Ilyas S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih Teori dan Hasil-Hasil Penelitian. Bogor (ID): IPB Pr. 138 hal.

Kesaulija EM. 1979. Pengaruh perendaman pada berbagai suhu air terhadap nilai perkecambahan biji Casuarina equisetifolia Lum. Manokwari (ID): Universitas Negeri Cenderawasih.

Koyuncu F. 2005. Breaking seed dormancy in black mulberry (Morus nigra L.) by cold stratification and exogenous application of gibberellic acid. Acta Biologica Cracoviensia Series Botanica 47 (2): 23–26.

Kurnila R. 2009. Pengendalian mutu produksi benih kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacquin) di pusat penelitian kelapa sawit Marihat, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Marihat (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. 435 hal.

Lubis AY, Riniarti M, Bintoro A. 2014. Pengaruh lama waktu perendaman dengan air terhadap daya berkecambah trembesi (Samanea saman). J Sylva Lestari 2 (2): 25-32.

Marthen, Kaya E, Rehatta H. 2013. Pengaruh perlakuan pencelupan dan perendaman terhadap perkecambahan benih sengon (Paraserianthes falcataria L.). Agrologia2 (1): 10-16.

Martine BM, Laurent KK, Pierre BJ, Eugene KK, Hillaire KT, Justin KY. 2009. Effect of storage and heat treatments on the germination of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) seed. African Journal of Agricultural Research 4 (10): 931-937.

Maryani AT, Irfandri. 2008. Pengaruh skarifiksi dan pemberian giberelin terhadap perkecambahan benih tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) SAGU 7 (1): 1-6.

Murni P, Harjono DP, Harlis. 2008. Pengaruh asam giberelat (GA3) terhadap perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif duku (Lansium dookoo Griff.). Biospecies 1 (2): 63 - 66

Murray DR. 1984. Seed Physiology Volume 2. Germination and Reserve Mobilization. New South Wales (AU): The University of Wollongong, New South Wales, Academic Pr. Australia. 295 p.

Murthy BNS, Reddy YN.1989. Temperature Dependence of Seed Germination. 3rd. Oxford: Pergaman Dalam Schmidt L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan.

22

Nurmailah ES. 1999. Pengaruh matriconditioning plus inokulasi dengan Trichoderma sp. terhadap perkecambahan, kadar lignin dan asam absisat benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purba O, Indriyanto, Bintoro A. 2014. Perkecambahan benih aren (Arenga pinnata) setelah diskarifikasi dengan giberelin pada berbagai konsentrasi. J Sylva Lestari 2 (2): 71-78

Purba R. 2000. Pengaruh perlakuan mekanis dan konsentrasi giberelin serta lama perendaman terhadap perkecambahan biji palem kol (Licuala grandis) [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara.

Putra D, Rabaniyah R, Nasrullah. 2011. Pengaruh suhu dan lama perendaman dan pertumbuhan awal bibit kopi arabika (Coffea arabica (LENN)). Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.

Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta (ID): Kanisius. 255 hal.

Saut L. 2002. Pengaruh perlakuan perendaman benih dalam larutan GA3 dan shiimarocks terhadap viabilitas benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill.), terung (Solanum melongena L.) dan cabai (Capsicum annuum L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schmidt L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. 530 hal.

Silomba SDA. 2006. Pengaruh lama perendaman dan pemanasan terhadap viabilitas benih kelapa sawit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem

Kemitraan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 178 hal.

Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. 238 hal Tim Penulis. 1992. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek

Pemasaran. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 218 hal.

Villiers TA. 1972. Seed Dormancy. In : (Kozlowski,TT ed): Seed Biology. Vol II. New York (US): Academic Pr. 220-281p Dalam Schmidt L. 2002. Pedoman penanganan benih tanaman hutan tropis dan sub tropis. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan.

Weiss D, Ori N. 2007. Mechanisms of cross talk between gibberellin and other hormones. Plant Physiology 144: 1240-1246.

Widajati E, Murniati E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto M, Qadir A. 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Pr. 173 hal.

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh intensitas perendaman dalam air dan konsentrasi giberelin terhadap kadar air benih kelapa sawit

Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung Pr > F Intensitas perendaman (P) 4 141.1364444 35.2841111 48.95 <.0001 ** Giberelin (G) 2 9.1453333 4.5726667 6.34 0.0050 * P * G 8 10.8435556 1.3554444 1.88 0.1007 tn Galat 30 21.6266667 0.7208889 Total terkoreksi 44 182.7520000 KK (%) 4.0

Keterangan: *Berpengaruh nyata pada taraf 5%; **berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn = tidak berpengaruh nyata; KK = koefisien keragaman

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh intensitas perendaman dalam air dan konsentrasi giberelin terhadap daya berkecambah benih kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung Pr > F Intensitas perendaman (P) 4 4633.143111 1158.285778 91.48 <.0001 ** Giberelin (G) 2 10.133778 5.066889 0.40 0.6737 tn P * G 8 52.566222 6.570778 0.52 0.8326 tn Galat 30 379.840000 12.661333 Total terkoreksi 44 5075.683111 KK (%) 11.6

Ketereangan: **Berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn = tidak berpengaruh nyata; KK = koefisien keragaman; data hasil transformasi arc sin

Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh intensitas perendaman dalam air dan konsentrasi giberelin terhadap potensi tumbuh maksimum benih kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung Pr > F Intensitas perendaman (P) 4 4254.349778 1063.587444 85.35 <.0001 ** Giberelin (G) 2 41.677778 20.838889 1.67 0.2049 tn P * G 8 57.055556 7.131944 0.57 0.7921 tn Galat 30 373.853333 12.461778 Total terkoreksi 44 4726.936444 KK (%) 10.3

Keterangan: **Berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn = tidak berpengaruh nyata; KK = koefisien keragaman; data hasil transformasi arc sin

24

Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh intensitas perendaman dalam air dan konsentrasi giberelin terhadap kecepatan tumbuh benih kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung Pr > F Intensitas perendaman (P) 4 2.54325542 0.63581386 102.94 <.0001 ** Giberelin (G) 2 0.00866631 0.00433316 0.70 0.5038 tn P * G 8 0.03453391 0.00431674 0.70 0.6898 tn Galat 30 0.18530200 0.00617673 Total terkoreksi 44 2.77175764 KK (%) 6.6

Ketereangan: **Berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn = tidak berpengaruh nyata; KK = koefisien keragaman; data hasil transformasi  x + 0.5

Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh intensitas perendaman dalam air dan konsentrasi giberelin terhadap persentase benih terserang cendawan Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung Pr > F Intensitas perendaman (P) 4 3.71911111 0.92977778 8.20 0.0001 ** Giberelin (G) 2 0.36844444 0.18422222 1.63 0.2137 tn P * G 8 2.29155556 0.28644444 2.53 0.0312 * Galat 30 3.40000000 0.11333333 Total terkoreksi 44 9.77911111 KK (%) 12.9

Keterangan: *Berpengaruh nyata pada taraf 5%; **berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn = tidak berpengaruh nyata; KK = koefisien keragaman; data hasil transformasi  x + 5

Lampiran 6 Sidik ragam pengaruh intensitas perendaman dalam air dan konsentrasi giberelin terhadap intensitas dormansi benih kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung Pr > F Intensitas perendaman (P) 4 9566.977778 2391.744444 102.90 <.0001 ** Giberelin (G) 2 45.644444 22.822222 0.98 0.3863 tn P * G 8 125.688889 15.711111 0.68 0.7087 tn Galat 30 697.33333 23.24444 Total terkoreksi 44 10435.64444 KK (%) 7.2

Keterangan: **Berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn = tidak berpengaruh nyata; KK = koefisien keragaman; data hasil transformasi arc sin

25 Lampiran 7 Kondisi perkecambahan benih kelapa sawit

Gambar 1 Perlakuan benih persilangan nomor 1 direndam dalam air (26 oC) selama 7 hari dan giberelin dengan konsentrasi 0 ppm dan 50 ppm

Gambar 2 Perlakuan benih persilangan nomor 2 direndam dalam air panas (80 oC) selama 3x24 jam dan giberelin dengan konsentrasi 0 ppm dan 50 ppm

Gambar 3 Perlakuan benih persilangan nomor 3 direndam dalam air panas (80 oC) selama 3x24 jam kemudian air suhu 26 oC selama 2 hari dan giberelin dengan konsentrasi 50 ppm dan 100 ppm

26

Gambar 4 Perlakuan benih persilangan nomor 4 direndam dalam air panas (80 oC) selama 3x24 jam kemudian air suhu 26 oC selama 4 hari dan giberelin dengan konsentrasi 0 ppm dan 50 ppm

Gambar 5 Perlakuan benih persilangan nomor 5 direndam dalam air panas (80 oC) selama 3x24 jam kemudian air suhu 26 oC selama 6 hari dan giberelin dengan konsentrasi 0 ppm dan 50 ppm

27

Dokumen terkait