• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agus, G.T.K., Agus K.A., A. Dianawati, Dipo U.T., E.S. Irawan, K. Miharja, L. Gusyadi, Luluk A.M., Maman N., P.S. Karno, P. Dachlan, Udin S., Ujang, J.M., T. Yana dan Y. Sastro. 2001. Intensifikasi Beternak Itik. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Damayanti, R. 2002. Susu Kambing Ettawa Untuk Kesehatan. Bogor. http://garasibu.wordpress.com/2008/01/31/susu-kambing-ettawa Posted by: garasibu | January 31, 2008

Dumangas, P.B and E.B. Perena. 1985. Current Trend On Semen Collection,

Processing And Storage. The Impact Of Artificial Insemination On

Livestock Production In South East Asia Proceding Seminar Philipine Council For Agriculture And Resource, Research And Development. Fadilah, R., A. Polana, S. Alam dan E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam

Broiler. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan. Teori Dan Aplikasi. Edisi ke-3. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Haryoto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi Dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina

Domestik. Terjemahan DK Harya Putra. Penerbit ITB-Pers. Bandung.

Jayasamudera, D.J dan B. Cahyono. 2005. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marhiyanto, B. dan A. Idel. 1996. Budidaya Bebek Darat. GitaMedia Press. Surabaya.

Murtidjo, B.A. 1988. Mengelola Itik. Cetakan ke-17. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

North, M.O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. 3rd Edition. AVI Publishing Company Inc. Westport. Connecticut.

Rasyaf, M. 1993. Pengelolaan Penetasan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Salisbury, G.W dan N.L Van Demark. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan

Inseminasi Buatan Pada Sapi. Terjemahan R. Djanuar. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta.

Sarwono, B. 1995. Pengawetan Dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sastrodihardjo, S dan H. Resnawati. 2003. Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setioko, A.R.1989. Proceedings Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan

Pengembangan Peternaka. Lustrum 4. Fakultas Peternakan. Universitas

Gajah Mada. Yogyakarta.

Simanjuntak, L. 2002. Tiktok Unggas Pedaging Hasil Persilangan Itik Dan Entok. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Siswono. 2003. Nutrisi Kuning Telur. Semarang.

Situmorang, P. 1992. Pengaruh Pengencer Gliserol Dan Tingkat Kuning Telur

Terhadap Daya Hidup Spermatozoa. Penerbit Balai Penelitian Dan

Pengembangan Peternakan dan Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Cetakan ke-3. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

---. 1998. Beternak Itik Pedaging. Cetakan ke-2. Trubus Agriwidya. Ungaran.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, H. 2008. Susu Kambing Ettawa.

Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

---. 1993. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Wiharto. 1988. Petunjuk Pembuatan Mesin Penetas. Penerbit Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang.

Winter, L.M.. 1983. Animal Breeding. John Wiley and Son. Inc.New York Chapman and Hall Limited. London.

Lampiran 1.

Prosedur Pembuatan Pengencer.

Bahan : susu kambing, kuning telur, NaCl fisiologis, antibiotik, alkohol. Pelaksanaan :

1. Susu kambing diletakkan dalam erlenmeyer dan dipanaskan sehari sebelum digunakan kemudian disimpan dalam refrigerator.

2. Siapkan telur ayam ras segar, bersihkan dan gosok dengan alkohol.

3. Pecahkan kulit telur menggunakan pinset dan pisahkan kuning telurnya. Kuning telur yang masih terbungkus selaput vitelline ditempatkan pada kertas penyerap untuk menyerap putih telur yang tersisa.

4. Pisahkan selaput vitelline dan alirkan kuning telur memasuki gelas pengukur dengan meninggalkan sisa-sisa putih telur dan selaput vitelline pada kertas penyerap.

5. Tuangkan susu kambing kedalam gelas pengukur tersebut sejumlah perbandingan yang dibutuhkan dan diaduk sampai merata lalu ditambahkan NaCl fisiologis.

Lampiran 2.

Prosedur Penampungan Semen.

Pelaksanaan :

1. Penampungan sperma dilakukan oleh 2 orang operator, yang satu memegang entok dan melakukan rangsangan urut yang satu lagi menampung sperma. 2. Entok jantan berumur 2 tahun berada dalam kandang individual.

3. Entok betina dewasa umur 7-8 bulan dimasukkan dalam kandang pejantan. 4. Entok jantan kemudian berusaha mengawini betina dengan mematuk kepala

betina sambil berusaha menaikinya.

5. Jika si jantan sudah terangsang (ekor dikibas-kibas), dibersihkan daerah sekitar kloaka dengan kain lap agar sperma bersih dari kotoran.

6. Dilakukan pengurutan dari punggung bagian bawah dekat kloaka ke arah kloaka secara berulang-ulang selama beberapa saat sampai testikel yang berbentuk spiral tampak ereksi.

7. Ereksi dan ejakulasi sperma terjadi secara spontan setelah dirangsang.

8. Sperma keluar dari papilla ejakulator. Saat sperma keluar, tampung dengan menempelkan tabung penampung sperma pada kloaka oleh operator yang lain. 9. Volume sperma biasanya antara 0,5-2,0 cc.

Lampiran 3.

Prosedur Pengenceran Semen.

Pelaksanaan :

1. Tuangkan bahan pengencer kedalam tabung yang berisi semen dengan reaksi dinding, dicampur secara bertahap sesuai kadar pengencer yang telah diperhitungkan.

2. Masukkan semen yang telah diencerkan kedalam tabung skala berukuran 5 cc dan tutup rapat.

Lampiran 4.

Prosedur Inseminasi Buatan.

Pelaksanaan :

1. Inseminasi dilakukan oleh 2 orang operator, yang satu memegang itik betina dan yang satu lagi menginseminasikan itik betina tersebut.

2. Siapkan betina yang akan diinseminasi.

3. Operator memasukkan sperma entok yang telah diencerkan kedalam spuit tanpa jarum sebanyak 0,3 ml/ ekor.

4. Operator yang lain kemudian memegang itik betina dengan posisi kepala ke bawah dan menghadap ke belakang. Telapak tangan kanan operator menekan bagian bawah kloaka dan secara perlahan memijit ke depan hingga kloaka terbuka, akan tampak 2 buah lubang pada kloaka.

5. Masukkan spuit yang berisi sperma ke lubang sebelah kiri sedalam 1-2 cm. 6. Operator secara perlahan mengurangi tekanan telapak tangan agar sperma

masuk ke dalam saluran reproduksi betina dan tidak keluar lagi.

7. Operator secara perlahan menarik spuit dan membiarkan kloaka itik kembali ke posisi normal.

Lampiran 5. Jumlah telur yang fertil (butir).

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 P0 5 5 6 6 5 4 31 5,17 P1 5 6 5 6 6 6 34 5,67 P2 6 6 7 5 6 7 37 6,17 Total 102 17,01 Rataan 5,67

Lampiran 6. Rataan fertilitas telur itik (%) yang di IB dengan semen entok + susu kambing + kuning telur + NaCl fisiologis.

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rataan

P0 50 50 60 60 50 40 310 51,67

P1 50 60 50 60 60 60 340 56,67

P2 60 60 70 50 60 70 370 61,67

Total 1.020 170

Rataan 56,67

Lampiran 7. Jumlah telur yang menetas (butir).

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 P0 3 2 3 2 2 1 13 2,17 P1 2 3 2 4 3 4 18 3,00 P2 3 4 5 2 3 5 22 3,67 Total 53 8,84 Rataan 2,95

Lampiran 8. Rataan daya tetas telur itik (%) yang di IB dengan semen entok + susu kambing + kuning telur + NaCl fisiologis.

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rataan

P0 60 40 50 33,33 40 25 248,33 41,39 P1 40 50 40 66,67 50 66,67 313,34 52,22 P2 50 66,67 71,43 40 50 71,43 349,53 58,26

Total 911,2 151,87

Lampiran 9. Jumlah telur yang gagal menetas (butir).

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 P0 2 3 3 4 3 3 18 3,00 P1 3 3 3 2 3 2 16 2,67 P2 3 2 2 3 3 2 15 2,50 Total 49 8,17 Rataan 2,72

Lampiran 10. Rataan mortalitas fertil telur itik (%) yang di IB dengan semen entok + susu kambing + kuning telur + NaCl fisiologis.

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rataan

P0 40 60 50 66,67 60 75 351,67 58,61 P1 60 50 60 33,33 50 33,33 286,66 47,78 P2 50 33,33 28,57 60 50 28,57 250,47 41,75

Total 888,8 148,13

Rataan 49,38

Lampiran 11. Rataan berat DOMD itik lokal (gr) yang di IB dengan semen entok + susu kambing + kuning telur + NaCl fisiologis.

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rataan

P0 46,67 46,5 44,67 47,5 44 46 275,34 45,89 P1 47,67 48,5 48 44,5 47 47,8 283,47 47,25 P2 47 45,67 50 46,25 45,33 47 281,25 46,88

Total 840,06 140,02

Dokumen terkait