• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adji TN. 2006. Kontribusi Hidrologi Karst dalam Monitoring Keberlangsungan Ekosistem Karst. Prosiding Seminar Biospeleologi dan Ekosistem Karst sebagai Wahana Upaya Pelestarian dan Penyelamatan Gua Indonesia Yogyakarta, 05-06 Desember 2006. Yogyakarta: Biologi UGM dan LIPI. [ASC] Acintyacunyata Speleological Club. 2008. Survey Potensi Gua Kawasan

Taman Nasional Manupeau Tanadaro (TMNT) Desa Umbulangang, Mbilur Pangadu, Konda Maloba dan Manurara Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur [Resume]. Waikabubak: Balai Taman Nasional Manupeu Tanahdaru.

[BKSDA] Balai Konservasi Sumber Daya Alam. 2004. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Manupe Tanahdaru. Kupang: Anggaran DIK-S DR- Kegiatan Pembinaan Peningkatan Usaha Konservasi dan Keanekaragaman Hayati di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Sumba Barat dalam Angka tahun 2006. Waikabubak: BPS Sumba Barat.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Sumba Barat dalam Angka tahun 2009. Waikabubak: BPS Sumba Barat.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Sumba Timur dalam Angka tahun 2009. Waingapu: BPS Sumba Barat.

[BSN] Badan Standar Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19- 6728.1-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumberdaya Air.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Jakarta: Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. 50 Taman Nasional di Indonesia. Bogor:

DEPHUT, JICA dan LHI.

[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 576/Kpts-II/1998 tentang Penetapan Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanahdaru. Jakarta: Dephutbun. [Deptan] Departemen Pertanian. 1980. Keputusan Menteri Pertanian

No.837/Kpts/Um/11/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung. Jakarta: Deptan.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Buku RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2009. http://www.deptan.go.id. [21 Juni 2011].

Djumasari A, Ramli YR. 2002. Penyelidikan Geokimia Regional Sistematik Lembar Waikabubak Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur. Direktorat Mineral Non Logam, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM). Bandung: ESDM.

Ekaprasetya DMR. 2008. Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dalam Menghasilkan Air di Sub DAS Ciseuseupan, DAS Ciujung Kabupaten Pandeglang

60

Provinsi Banten [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Field MS. 2002. A Lexicon of Cave and Karst Terminology with Special Reference to Environmental Karst Hydrology. Washington, DC: U.S. Environmental Protection Agency.

Ford DC, Williams PW. 2007. Karst Hydrogeology and Geomorphology. England: John Wiley and Sons.

GIS Konsorsium Nias Aceh. 2007. Modul Pelatihan ArcGis Tingkat Dasar. Aceh: Badan Reehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam – Nias (BRR NAD – Nias).

Haryono E. 2001. Nilai Hidrologis Bukit Karst. Makalah dalam seminar Nasional, Eko-Hidrolik, 28-29 Maret 2001. Yogyakarta: Teknik Sipil, Universitas Gajah Mada.

Haryono E. 2011. Pedoman Identifikasi Karst [Draft]. Forum Karst Gunungsewu. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Ismanto A. 2005. Mekanisme Pemanfaatan Air Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2008. Guidelines for Applying Protected Area Management Categories. Gland, Switzerland: IUCN.

Jaya INS. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Kehutanan. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

[KPG] Kelompok Pemerhati Goa. 2009. Eksplorasi Potensi Goa-Goa di Taman Nasional Manupeu Tanadaru. Laporan SURILI (Studi Konservasi Lingkungan) 2009. Bogor: HIMAKOVA.

Kurniawan R. 2010. Sistem Pengelolaan Kawasan Karst Maros-Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan secara Berkelanjutan [Ringkasan Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Marwoto A, Haryono B, Endarmiyati. 1998. Penanggulangan Krisis Air pada Musim Kering di Kabupaten Gunung Kidul. Buletin Penalaran Mahasiswa Vol 4 No 2. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gajah Mada.

Monk KA, Fretes YD, Reksodihardjo-Liley G. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Jakarta: Prenhanllindo.

Purnama SI. 2005. Penyusunan Zonasi Taman Nasional Manupeu Tanadaru Berdasarkan Kerentanan Kawasan dan Aktivitas Masyarakat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rahayu MA. 2008. Pyschological Well-Being pada Istri Kedua dalam Pernikahan Poligami (Studi Kasus pada Dewasa Muda). [Skripsi]. Depok: Program Sarjana Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

61

[RI] Republik Indonesia. 1990. Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Jakarta: Republik Indonesia.

[RI] Republik Indonesia. 1997. Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Jakarta: Republik Indonesia. [RI] Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Jakarta: Republik Indonesia. Samodra H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Kars di Indonesia. Bandung: Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Soekmadi R. 2003. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Kawasan Konservasi: Sebuah Wacana Baru dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi. Bogor: Media Konservasi, Institut Pertanian Bogor edisi 8 hal 87-93.

Soerianegara I. 1977. Pengelolaan Sumberdaya Alam. Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sunkar A. 2006. Pertimbangan Biospeologi dalam Konservasi Kawasan Karst. Prosiding Seminar Biospeleologi dan Ekosistem Karst sebagai Wahana Upaya Pelestarian dan Penyelamatan Gua Indonesia Yogyakarta, 05-06 Desember 2006. Yogyakarta: Biologi UGM dan LIPI.

Sunkar A. 2007. Ekosistem Subterranean: Suatu Keindahan Alam Bawah Tanah. Makalah Pelatihan Pemandu Wisata Petualangan dan Eksplorasi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sunkar A. 2009. Sustainability in Karst Resource Management: The Case of The Gunung Sewu in Java [Disertasi]. Auckland: School of Geography, geology and Environmental Science, The University of Auckland.

Veni G, DuChene H, Crawford NC, Groves CG, Huppert GN, Kastning EH, Olson R, Wheeler BJ. 2001. Living with karst – A Fragile Foundation. Kerjasama American Geological Institute dengan National Speleological Society,American Cave Conservation Association, Illinois Basin Consortium, National Park Service, U.S. Bureau of Land Management, USDA Forest Service, U.S. Fish and Wildlife Service, U.S. Geological Survey.

Watson J, Hamilton E, Gillieson D, Kiernan K. 1997. Guidelines for Cave and Karst Protection. World Commission on Protected Area (WCPA). Gland, Switzerland: IUCN.

Wello YE. 2008. Spesies Kunci Budaya (Cultural Keystone Species) Masyarakat Sumba di Sekitar Taman Nasional Manupeu Tanadaru Nusa Tenggara Timur [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Widarti A. 1995. Studi Permintaan Jasa Hidrologi Kawasan Hutan Taman Nasional Gede Pangrango [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Widiyono W, Hapid U, Komarudin E. 2003. Pengujian Varietas Kacang Tanah pada Wilayah Agroklimat Kering di Desa Maka Menggit, Kab Sumba

62

Timur. Laporan Teknik. Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi. Bogor: LIPI.

Wiranansyah H. 2005. Studi Interaksi Masyarakat terhadap Potensi Sumberdaya Alam di Taman Nasional Manupeu Tanadaru dan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti Berdasarkan Kearifan Tradisionalnya [Tugas Akhir]. Bogor: Program Diploma III Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Witono A. 2008. Minimalisasi Dampak Kekeringan di Indonesia. Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan. Bandung: LAPAN.

Zulfikar, Yusuf AF, Bahar N, Latif NA, Sukmawardany R, Sutisna T. 2002. Penyelidikan Pendahuluan Bahan Galian Industri di Daerah Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Direktorat Mineral Non Logam, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM). Bandung: ESDM.

Zulfikar, Sutisna T, Supardan M. 2004. Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Non Logam di Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Direktorat Mineral Non Logam, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM). Bandung: ESDM.

NILAI PENTING SUMBERDAYA AIR KARST SEBAGAI

PERTIMBANGAN PENYUSUNAN ZONASI TAMAN

NASIONAL

ISKA GUSHILMAN

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

NILAI PENTING SUMBERDAYA AIR KARST SEBAGAI

PERTIMBANGAN PENYUSUNAN ZONASI TAMAN

NASIONAL

ISKA GUSHILMAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

RINGKASAN

ISKA GUSHILMAN. Nilai Penting Sumberdaya Air Karst sebagai Pertimbangan Penyusunan Zonasi Taman Nasional. Dibimbing oleh ARZYANA SUNKAR dan RACHMAN KURNIAWAN.

Keberadaan taman nasional memiliki arti penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun demikian, selama ini basis penyusunan zonasi yang merupakan sistem pengelolaan dalam taman nasional umumnya adalah keanekaragaman hayati yang menyebabkan keterbatasan akses masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya dalam kawasan. Selain keanekaragaman hayati, taman nasional juga memberikan manfaat berupa jasa lingkungan yang lebih memungkinkan untuk dimanfaatkan masyarakat karena sifatnya yang tidak eksploitatif atau dapat dimanfaatkan di luar kawasan, seperti pemanfaatan sumberdaya air. Salah satu penyedia sumberdaya air adalah bentangan alam karst. Beberapa kawasan taman nasional yang memiliki kawasan karst yang signifikan seharusnya mampu memberikan jasa lingkungan air kepada masyarakat di sekitarnya, sehingga manfaat taman nasional dalam mensejahterakan masyarakat dapat dicapai. Namun sayangnya, belum ada satupun kawasan taman nasional dengan bentang alam karst yang membagi zonasinya berdasarkan fungsi hidrologis karst. Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) merupakan taman nasional dengan bentang alam karst yang sedang dalam tahap penyusunan zonasi dan memiliki kawasan penyangga yang sering mengalami kekurangan air. Kajian mengenai potensi air karst dilakukan agar dapat dipertimbangan dalam penyusunan zonasi untuk membantu memenuhi kebutuhan air masyarakat di sekitar kawasan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan sumberdaya air karst dan menentukan wilayah karst yang diutamakan untuk perlindungan sumberdaya air karst (karst prioritas). Penelitian dilakukan di kawasan TNMT dan berlangsung pada bulan Mei-Juni 2010 di lapangan dan pada bulan Agustus-Desember 2010 di laboratorium SIG Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, wawancara dan pengecekan lapangan. Analisis data dilakukan dengan analisis spasial dan analisis kebutuhan air. Selain itu, dilakukan analisis deskriptif untuk menjelaskan kondisi umum, potensi air karst, kebutuhan dan pemanfaatan air masyarakat serta rencana pengelolaan di TNMT.

Kawasan karst di TNMT menjadi salah satu bukti bahwa sebagian wilayah karst telah menjadi kawasan yang dilindungi. Hasil identifikasi menunjukkan luas wilayah karst yang terdapat di kawasan TNMT adalah seluas 23.609,25 ha dan menutupi sekitar 32,33 % dari seluruh kawasan. Air yang berasal dari akuifer karst akan mengalir melewati lorong goa dan keluar sebagai mata air dan mengimbuh sungai permukaan. Lokasi sumber air tersebut menyebar di dalam

kawasan dan sebagian mengalir ke pemukiman masyarakat. Masyarakat memanfaatkan air untuk memenuhi kebutuhan harian dan pengairan lahan pertanian. Total kebutuhan air masyarakat adalah sebesar 880.682.366 liter/tahun. Kebutuhan air hanya dapat terpenuhi selama 6 bulan dengan asumsi air dapat disimpan selama 2 bulan setelah 4 bulan musim hujan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa kenyataannya sebanyak 19 desa dari total 22 desa yang mengalami kekurangan air, terutama pada musim kemarau. Desa yang mengalami kekurangan air berada di sekitar kawasan TNMT. Potensi air dan keberadaan wilayah karst menjadi pertimbangan dalam penentuan wilayah karst prioritas. Luas wilayah karst prioritas di kawasan TNMT adalah 15.934,29 ha atau menutupi 69,35 % dari total kawasan karst. Dalam penetapan zonasi, wilayah karst prioritas dapat dikategorikan menjadi karst prioritas inti, perlindungan dan pemanfaatan.

Kata kunci : karst, karst prioritas, masyarakat, sumberdaya air, zonasi Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT).

SUMMARY

ISKA GUSHILMAN. Importance Value of Karst Water Resource for Consideration of National Park Zoning. Under the Supervision of ARZYANA SUNKAR and RACHMAN KURNIAWAN.

The existence of national parks provides many benefits for communities. However, the formulation of national park zoning, which is the bases for national park management in Indonesia, in general used biodiversity values which very often limit the utilization of resources within the national park. Apart from biodiversity, national parks also provide environmental services which offered greater possibility of utilization because of its non-exploitative nature or can be utilized outside the national parks’ boundaries, such as water resource. One supplier of water resource is karst landscape. National parks that have significant karst landscape should be capable in providing water as their environmental services to local communities thus enhancing benefits of national parks for improving communities’ welfare. Unfortunately, no national park in Indonesia with extensive karst landscape that formulates its zoning based on the hydrological function of karst itself. One national park with extensive karst landscape and undergoing zoning preparation is Manupeu Tanahdaru National Park (MTNP) in the province of East Nusa Tenggara. Therefore, study of potential karst water in MNTP was conducted to provide considerations for MNTP zoning formulation to aid in reducing water shortages that the local communities experienced during drought period.

The main objectives of this study were to map karst water resources and determining priority areas for karst protection (karst priority). The study was conducted in MNTP from May to June 2010 to collect field data and from August to December 2010 in GIS Laboratory of Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism, Bogor Agricultural University. The research methods comprised of literature studies, interviews, and ground check. Data analysis was performed by spatial analysis and water demand analysis. Furthermore, descriptive analysis was done to provide explanation for the general condition, the potentials of karst water, water requirement for the local communities and water utilization by the local communities.

Karst area of MTNP was proof that some karst areas are protected. Results of field identification indicated the existence of a total of 23,609.25 ha of karst area within the MTNP, covering approximately 32.33% of the entire park. Water cwhich originated from the karst aquifer would flow through the cave and channelled out as springs and gave inputs to surface water rivers. These location were spread out within the national park and partly flowing into the residential communities. The community utilized water to meet daily needs and irrigation of agricultural land. The total water demand of the community was 880,682,366

litres/year. Water requirements could only be met for 6 months with the assumption that water could be stored for 2 months after 4 months of rainy season. Interviews with resource person and local communities showed that there were as many as 19 out of 22 villages that experienced water shortages, especially during dry season. The villages that were experiencing the most water shortages

were located adjacent to the MTNP’s area. Water potential and the presence of karst areas should be taken into consideration in determining priority karst area. The total area of karst in MTNP priority was 15,934.29 ha or 69.35% of the total area of the karst. Under national park’s zoning, these karst priority areas could be

categorized into karst core, protection and utilization priorities.

Key words: karst, karst priority,community,water resource, Manupeu Tanah Daru National Park zoning

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Nilai Penting Sumberdaya Air Karst sebagai Pertimbangan Penyusunan Zonasi Taman Nasional ” adalah hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan telah dipresentasikan dalam forum internasional yaitu Asian Trans-Disciplinary Karst Conference di Yogyakarta pada tanggal 7-10 Januari 2011. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2012

Iska Gushilman E 34052984

Judul Skripsi : Nilai Penting Sumberdaya Air Karst sebagai Pertimbangan Penyusunan Zonasi Taman Nasional

Nama : Iska Gushilman

NIM : E34052984

Menyetujui: Komisi Pembimbing Ketua

Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc NIP. 19710215 199512 2 001

Anggota

Dr. Rachman Kurniawan, S.Si, M.Si NIP. 19700120 199903 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003

KATA PENGANTAR

Dokumen terkait