• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Karst TNMT sebagai Penyedia Sumberdaya Air

DAFTAR GAMBAR

4 SUMBERDAYA AIR KARST TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAHDARU

4.2 Kawasan Karst TNMT sebagai Penyedia Sumberdaya Air

Perbedaan antara kawasan karst dengan kawasan bukan karst adalah terjadinya proses pelarutan pada kawasan karst yang mengakibatkan adanya sistem pergoaan dan aliran bawah tanah. Menurut Gillieson (1996), diacu dalam Adji (2006) lorong goa dan sungai bawah tanah disebut sebagai porositas lorong atau secara hidrogeologis dikenal dengan porositas sekunder. Lorong goa yang terisi air akan membentuk sungai bawah tanah dan keberadaannya tidak terdistribusi merata sedangkan porositas pada kawasan bukan karst dapat dikatakan seragam kesegala arah (Gambar 16) (Adji 2006).

Sumber: modifikasi dari Adji (2006).

Gambar 16 Perbedaan porositas di daerah non-karst (kiri) dan karst (kanan).

Kondisi ini berpengaruh terhadap keluarnya air, dimana sumber air akan muncul dibanyak tempat dengan debit yang bervariasi. Porositas sekunder ini menyebabkan penduduk di daerah karst pada umumnya terkesan kesulitan untuk menemukan sumber air untuk mencukupi kehidupan mereka sehari-hari, padahal di bawah mereka sebenarnya terdapat sungai bawah tanah yang kadang kala debitnya bisa mencapai ribuan liter/detik (Adji 2006).

Debit sungai bawah tanah sangat ditentukan oleh proses aliran masukan dan keluaran air di daerah karst. Menurut Domenico dan Schwartz (1990), diacu dalam Adji (2006) sifat aliran pada kawasan karst terbagi menjadi komponen aliran diffuse dan aliran conduit. Jenis aliran air pada kawasan karst sangat ditentukan oleh karakteristik perkembangan lorong, kondisi topografi permukaan dan simpanan air di dalam akuifer karst (Tabel 6).

35

Tabel 6 Karakteristik aliran akuifer karst

Tipe aliran Karakteristik Kondisi daerah tangkapan Simpanan Saluran

(Conduit)

1. Perpipaan (streamsink) 2. Sangat cepat dan

sensitif terhadap hujan

Banyak luweng dengan sinkhole dan ponor

Rendah dan hanya pada saat musim hujan Dasar (Diffuse) 1. Menyebar 2. Respon lambat terhadap hujan 1.Rekahan (Fracture) 2.Intergranular Besar dan sepanjang tahun Sumber: Adji (2006)

Aliran conduit mengimbuh sungai bawah tanah melalui ponor yang ada di permukaan, melewati ronga-rongga besar dan mengalir cepat. Aliran diffuse masuk ke sungai bawah tanah melalui proses infiltrasi yang terjadi secara perlahan-lahan melewati epikarst dan kemudian mengimbuh sungai bawah tanah berupa tetesan atau rembesan kecil. Contohnya adalah tetesan air pada ornamen goa yang mengisi sungai bawah tanah. Keberadaan aliran air bawah tanah di kawasan TNMT dapat terlihat pada beberapa goa (Gambar 17). Hasil survey ASC (2008) dan KPG-HIMAKOVA (2009) menunjukkan terdapat sebanyak 12 goa yang memiliki aliran air bawah tanah (Tabel 7).

Tabel 7 Goa dengan aliran air bawah tanah di kawasan TNMT

No Nama Goa Lokasi (Desa)

1 Padamu Watumbelar

2 Air es Watumbelar

3 Kanabubulang 2 Kambatawundut

4 Pattamawai Umbulanggang

5 Way liang Kondamaloba

6 Marabi Kondamaloba 7 Bakul Kondamaloba 8 Matayangu Manurara 9 10 11 12 Wacupadano Milipahuruk Laimapidu Wangga Umbulanggang Kondamaloba Manurara Mbilur Pangadu

36

Gambar 17 Aliran bawah tanah di goa.

Air yang berasal dari akuifer karst akan mengalir melewati lorong goa dan keluar sebagai mata air. Mata air di TNMT merupakan salah satu sumber air utama yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (Gambar 18). Data TNMT menunjukkan penyebaran mata air mencakup daerah yang luas, namun lokasi mata air belum teridentifikasi pada beberapa desa. Jumlah mata air yang telah diketahui lokasinya ada 249 buah. Mata air tersebut dapat ditemukan di Desa Baliloku, Hupumada, Kambatawundut, Katikoloku, Kondamaloba, Laihau, Malinjak, Mbilurpangadu, Padiratana, Watumbelar, Waimanu, Umbulanggang dan Umbupabal.

Potensi lain sumberdaya karst adalah pengimbuh sungai permukaan. Air yang keluar dari celah rekah batuan akan menjadi bagian dari sungai yang melewati kawasan karst. Secara tidak langsung, sungai yang dimanfaatkan masyarakat mendapat pengaruh dari sumberdaya air karst. Kondisi sungai dan besarnya air dipengaruhi oleh musim. Pada musim penghujan (overflow) debit airnya besar dan pada musim kemarau (underflow) debit air akan mengalami penurunan (Haryono 2011). Beberapa sungai di TNMT memiliki debit yang besar seperti sungai dari sumber air Lapopu dan Matayangu (Gambar 19). Berdasarkan data dari Balai TNMT, pada musim hujan sumber air Lapopu memiliki debit sebesar 1.600 liter/detik sedangkan sumber air Matayangu debitnya mencapai

Sumber: hasil overlay mata air, peta tutupan lahan dan batas kawasan TNMT.

38

2.700 liter/detik. Selain itu, pada beberapa tempat terdapat sungai bawah tanah seperti di Lapopu dan Wangga.

(a) (b)

Gambar 19 Sumber air TNMT (a) air terjun Matayangu (b) air terjun Lapopu.

Sungai yang terdapat di TNMT termasuk kedalam 12 daerah aliran sungai (Gambar 20). Pada daerah aliran sungai tersebut terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke sungai utama. Aliran sungai utama bermuara ke Laut Sawu (utara) dan Samudera Hindia (selatan) serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sungai utama mengalir melewati daerah pemukiman dan pedesaan di sekitar TNMT sebagai pemasok kebutuhan air masyarakat (Tabel 8) (Purnama 2005).

Tabel 8 Beberapa sungai di kawasan TNMT

No Nama Sungai Melintasi/Hilir/Muara Arah Aliran

1 Wanokaka Desa Katikuloku Selatan

2 Waekelo Kecamatan Wejewa Utara Selatan

3 Praikajelu Desa Konda Maloba Selatan

4 Sendi Desa Konda Maloba Selatan

5 Prainga - Selatan

6 Nanga Mamboro Utara

7 Paponggu Desa Praikarokujangga dan Desa Soru Utara

8 Prainglala - Timur

9 Pungulamba - Barat Laut

10 Kadassa Kadahang (pantai Utara) Timur Laut

11 Tidas Desa Mondulambi Timur

12 Kangeli Desa Kangeli Timur

13 Laikahabar Desa Laihau Timur

14 Palawandut Desa Kambatawundut Timur

15 Palamedo Desa Lenang Utara

Sumber: hasil overlay peta sungai, administrasi dan batas kawasan TNMT.

5 PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIR TAMAN NASIONAL OLEH MASYARAKAT

5.1 Bentuk Pemanfaatan Air

Air merupakan salah satu sumberdaya yang mutlak dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Pemanfaatan air tidak hanya terbatas pada kebutuhan rumah tangga, tetapi hampir mencakup seluruh sektor kehidupan. Menurut Ismanto (2005) dan Ekaprasetya (2008) air dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai sektor kehidupan seperti pertanian, industri, rumah tangga dan infrastruktur.

Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) merupakan daerah resapan air utama dan pemasok bagi pengairan lahan pertanian dan sumber air bersih (BKSDA 2004). Namun, hasil wawancara menunjukkan bahwa kenyataannya sebanyak 19 desa dari total 22 desa mengalami kekurangan air pada musim kemarau. Lokasi desa yang mengalami kekurangan air berada di sekitar kawasan dan sebagian merupakan bagian dari kawasan TNMT (Gambar 21).

Pengamatan langsung di desa yang mengalami kesulitan air menunjukkan adanya sumber air dan areal sawah yang mengalami kekeringan (Gambar 22). Pada musim kemarau, umumnya masyarakat di sekitar TNMT kesulitan untuk mendapatkan sumber air minum. Untuk memenuhi kebutuhan, sebagian masyarakat harus berjalan kaki sejauh 1-3 km agar dapat menemukan mata air yang masih dapat dimanfaatkan.

(a) (b)

Sumber: hasil overlay peta administrasi dan batas kawasan TNMT.

42

Dari hasil wawancara, potensi air TNMT dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan harian dan pengairan lahan pertanian. Selain itu juga ada pemanfaatan yang direncanakan pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

5.1.1 Kebutuhan harian

Kehidupan masyarakat sangat tergantung dari sumber air untuk kebutuhan harian, termasuk masyarakat di sekitar kawasan TNMT. Berdasarkan hasil wawancara, bentuk kebutuhan air harian masyarakat adalah minum, memasak, mandi dan mencuci. Pemanfaatan air untuk kebutuhan harian sangat dipengaruhi oleh lokasi bermukimnya dan jumlah penduduk yang bermukim pada daerah tersebut. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah masyarakat yang berada disekitar TNMT adalah 32.114 orang dan tersebar di 22 desa dalam 7 kecamatan. Masyarakat di sekitar kawasan TNMT dikategorikan sebagai masyarakat pedesaan. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan memerlukan air sebanyak 60 liter/hari/kapita (BSN 2002). Berdasarkan kategori tersebut, maka kebutuhan air masyarakat di desa sekitar TNMT adalah sekitar 703.296.600 liter/tahun (Tabel 9).

Tabel 9 Kebutuhan harian masyarakat di sekitar TNMT

Desa Jumlah Penduduk

(Orang) Hari SNI

Kebutuhan Air (liter/ tahun) Kalembukuni 3.640 365 60 79.716.000 Baliloku 1.323 365 60 28.973.700 Hupumada 1.640 365 60 35.916.000 Katikuloku 1.657 365 60 36.288.300 Beradolu 2.476 365 60 54.224.400 Waimanu 1.196 365 60 26.192.400 Manurara 992 365 60 21.724.800 Malinjak 1.447 365 60 31.689.300 Tanamodu 1.216 365 60 26.630.400 Kondamaloba 2.912 365 60 63.772.800 Umbulanggang 726 365 60 15.899.400 Umbupabal 1.643 365 60 35.981.700 Praikaroku Jangga 875 365 60 19.162.500 Mbilurpangadu 939 365 60 20.564.100 Welukpraimemang 758 365 60 16.600.200 Padiratana 939 365 60 20.564.100 Maradesa 1.236 365 60 27.068.400 Kambatawundut 2.741 365 60 60.027.900

43 Kangeli 1.430 365 60 31.317.000 Watumbelar 775 365 60 16.972.500 Umamanu 921 365 60 20.169.900 Mondulambi 632 365 60 13.840.800 Total 32.114 365 60 703.296.600

Hasil perhitungan menunjukkan beberapa desa dengan tingkat kebutuhan air yang tinggi. Desa tersebut adalah Kalembukuni, Kambatawundut, Beradolu dan Kondamaloba. Tingginya tingkat kebutuhan air disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang menempati wilayah desa. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2002) kebutuhan air harian berbanding lurus dengan jumlah penduduk, semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin besar penggunaan airnya. Kebutuhan tertinggi berada di Desa Kalembukuni sebesar 79.716.000 liter/tahun. Tingginya tingkat kebutuhan di Desa Kalembukuni disebabkan oleh posisi desa yang berdekatan dengan Kota Waikabubak sehingga jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan desa lainnya.

Kebutuhan air masyarakat di sekitar TNMT tiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk juga mengalami peningkatan pada sebagian besar desa di sekitar kawasan. Peningkatan jumlah penduduk dapat dilihat dari desa di sekitar TNMT yang berada di kabupaten Sumba Barat dan Sumba Tengah (Tabel 10). Pada tahun 2005 jumlah penduduk hanya 24.676 orang, sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 25.615 orang. Peningkatan jumlah penduduk tersebut harus diimbangi dengan ketersediaan sumber air, agar masyarakat tidak mengalami kekurangan air.

Tabel 10 Perubahan jumlah penduduk masyarakat di sekitar TNMT

Desa Jumlah Penduduk (orang)

Tahun 2005 Tahun 2008 Peningkatan Penurunan

Kalembukuni 3542 3640 98 - Baliloku 1302 1323 21 - Hupumada 1505 1640 135 - Katikuloku 1606 1657 51 - Beradolu 2433 2476 43 - Waimanu 1076 1196 120 - Manurara 967 992 25 - Malinjak 1302 1447 145 - Tanamodu 1054 1216 162 - Kondamaloba 2963 2912 - 51

44 Umbulanggang 590 726 136 - Umbupabal 1654 1643 - 11 Praikaroku Jangga 815 875 60 - Mbilurpangadu 1212 939 - 273 Welukpraimemang 625 758 133 - Padiratana 821 939 118 - Maradesa 1209 1236 27 - Total 24676 25615 939 -

Sumber: BPS Sumba Barat (2006 dan 2009) 5.1.2 Pengairan lahan pertanian

Masyarakat yang berada disekitar kawasan TNMT pada umumnya memiliki lapangan usaha dibidang pertanian. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur tahun 2009 menunjukan masyarakat yang bertani lebih dari 75 % jumlah penduduknya (Tabel 11). Jenis usaha pertanian yang dilakukan mencakup tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan laut.

Tabel 11 Persentase lapangan pekerjaan masyarakat desa di sekitar TNMT

Lapangan Usaha Sumba Barat dan Tengah Sumba Timur

Pertanian 76,57 87.17

Perdagangan 2,34 5.92

Industri 11,69 *

Pertambangan 0,94 *

Konstruksi 1,00 *

Transportasi dan Komunikasi 1,31 *

PNS/ABRI * 5.74

Pensiunan * 1.16

Keuangan 0,25 *

Jasa 5,90 *

Keterangan: * tidak ada data

Sumber: BPS Sumba barat (2009) dan BPS Sumba Timur (2009).

Perkembangan usaha pertanian akan mengakibatkan kebutuhan masyarakat terhadap sumberdaya air meningkat. Hal ini disebabkan oleh jenis usaha pertanian yang utama memerlukan air untuk kelangsungannya. Jenis usaha pertanian tersebut adalah padi sawah dan peternakan. Padi sawah merupakan usaha tanaman pangan dengan areal tersebar luas di Pulau Sumba. Penanaman padi seringkali hanya dapat dilakukan pada musim hujan. Kondisi ini disebabkan oleh sawah masyarakat disekitar TNMT pada umumnya adalah sawah tadah hujan sehingga tidak memiliki pengairan tetap (Gambar 23).

Sumber: hasil overlay peta tutupan lahan, administrasi dan batas kawasan TNMT

46

Sumberdaya air juga dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan hewan ternak. Hewan yang dipelihara yaitu: sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, itik dan ayam. Total kebutuhan air untuk hewan peliharaan sebesar 177.385.766 liter/tahun. Kebutuhan air tertinggi untuk hewan adalah untuk jenis ternak besar (sapi, kerbau dan kuda) sebesar 144.759.000 liter/tahun (Tabel 12). Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi karena sebagian dari ternak dibiarkan liar di alam.

Tabel 12 Kebutuhan air untuk ternak masayarakat

Jenis Ternak Jumlah

(ekor) Hari Konsumsi Air Kebutuhan Air (liter/ tahun) Sapi/kerbau/kuda 9915 365 40 144.759.000 Babi 12722 365 5 23.217.650 Kambing 1495 365 6 3.274.050 Unggas 28014 365 0.6 6.135.066 5.1.3 Pemanfaatan lain

Bentuk pemanfaatan lain sumberdaya air adalah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pembangunan PLTMH merupakan salah satu bentuk pemanfaatan yang direncanakan oleh pemerintah daerah. Hasil Survey menunjukkan adanya dua lokasi sumber air di TNMT yang memiliki potensi untuk dikembangkan, yaitu sumber air Lapopu dan Matayangu (lihat sub bab 4.2). Berdasarkan data Balai TNMT, sumber air Lapopu dapat menghasilkan listrik untuk 1.267 kepala keluarga, sedangkan sumber air Matayangu untuk 2.228 kepala keluarga. Namun, sumber air Lapopu memiliki potensi yang lebih besar karena lokasinya berada di dekat pemukiman masyarakat.

5.2 Pemenuhan Kebutuhan Air Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara, terpenuhinya kebutuhan air merupakan salah satu keinginan utama masyarakat di sekitar kawasan TNMT. Penyebab kebutuhan air masyarakat sulit terpenuhi adalah faktor topografi kawasan dan sebaran pemukiman masyarakat. Kawasan TNMT memiliki topografi yang didominasi oleh daerah perbukitan dan membentang di bagian selatan dari arah barat ke timur melintasi Desa Manurara, Hupumada, Waimanu, Malinjak, Kondamaloba, Watumbelar, Mondulabi dan Umamanu, sedangkan dari arah utara melewati Desa Maradesa, Umbupabal, Mbilurpangadu dan Umbulangang (Gambar 24).

47

Dominasi perbukitan di kawasan TNMT mengakibatkan aliran air permukaan menyebar dan mengalir mengikuti daerah lembah diantara perbukitan. Penyebaran aliran air permukaan dapat terlihat dari banyaknya anak sungai yang berada di kawasan TNMT (lihat gambar 3). Sungai tersebut memiliki lokasi yang berdekatan dengan wilayah perbukitan. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam memanfaatkan sumberdaya air taman nasional perlu mempertimbangkan kondisi topografinya.

Permasalahan lain adalah sulitnya mengelola air yang dialirkan untuk masyarakat karena lokasi pemukimannya saling berjauhan. Masyarakat di sekitar kawasan umumnya hidup dalam kelompok kecil dan tersebar, sedangkan pemukiman dalam kelompok yang besar hanya dapat ditemukan pada daerah yang menjadi pusat pemerintahan. Salah satu contohnya adalah hasil identifikasi menggunakan google earth yang dilakukan terhadap masyarakat di bagian barat kawasan TNMT. Pemukiman dalam kelompok besar hanya di temukan pada daerah Waikabubak yang menjadi ibukota Sumba Barat (Gambar 25).

Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air dialami masyarakat selama enam bulan pada musim kemarau. Asumsinya, pada musim hujan selama empat bulan masyarakat mendapatkan air dan mampu menyimpannya untuk dua bulan. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pembuatan sarana yang dapat menampung air dalam jumlah besar, seperti embung. Menurut Marwonto et al. (1998), krisis air pada musim kering dapat ditanggulangi dengan pembuatan sarana penampungan air dalam jumlah besar dan pembuatan sarana penampungan air hujan pada setiap rumah. Sistem lain yang dapat diterapkan adalah penampungan sumber air, akan tetapi beberapa sumber air akan kering atau mengalami penurunan debit pada musim kemarau. Untuk itu, sumber air yang mengalami penurunan debit dapat diusahakan dengan meningkatkan debitnya melalui pengelolaan daerah resapan air sehingga dapat memanfaatkan air lebih lama.

Daerah resapan air karst merupakan salah satu wilayah yang perlu dilindungi. Beberapa sumber air karst di TNMT dapat menyediakan air sepanjang tahun. Contohnya adalah sumber air Matayangu yang memiliki debit air yang besar pada musim hujan, namun pada musim kemarau yang tersisa hanya air dari kawasan karst (Gambar 26). Perlindungannya dapat dilakukan dengan

Sumber: hasil overlay peta topografi, administrasi dan batas kawasan TNMT.

Sumber: hasil identifikasi dengan google earth.

50

mengelompokkan wilayah karst yang penting sebagai penyedia sumberdaya air ke wilayah karst yang diprioritaskan.

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM

PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru

Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki waktu tunda untuk mengalirkan air karena akuifer karst mampu menyisakan air pada musim kemarau. Menurut Haryono (2001) endapan isian di mintakat dekat permukaan (epikarst) berfungsi sebagai tandon air sehingga air tidak bisa mengalir cepat ke sistem sungai bawah tanah. Air hanya akan mengalir melewati celah rekahan batuan dan mensuplai sebagian sungai permukaan dan bawah tanah sepanjang tahun. Sehingga, kawasan karst dapat menjadi solusi dalam mengatasi kekurangan air. Untuk itu, wilayah karst yang memiliki potensi sebagai penyimpan air perlu dipertimbangkan dalam penyusunan zonasi pengelolaan kawasan TNMT.

Zonasi merupakan sistem pembagian wilayah yang digunakan taman nasional untuk pengelolaan kawasannya. Menurut P.56/Menhut-II/2006, zonasi taman nasional sekurang-kurangnya terdiri dari zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Tujuan penataan zonasi adalah terwujudnya sistem pengelolaan taman nasional yang efektif dan optimal sesuai dengan fungsinya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2006 tentang pedoman zonasi taman nasional, fungsi masing-masing zona adalah sebagai berikut:

1. Zona inti

Perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya.

2. Zona rimba

Kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti.

52

3. Zona pemanfaatan

Pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya.

Ketiga zona ini umumnya digunakan pada kawasan taman nasional yang basis pengelolaannya adalah keanekaragaman hayati sehingga pada taman nasional dengan basis pengelolaan yang berbeda nama-nama zona tersebut belum tentu sesuai, seperti pada taman nasional laut istilah zona rimba tidak cocok digunakan. Zona rimba hanya dapat digunakan untuk wilayah daratan, sedangkan taman nasional laut merupakan kawasan yang didominasi oleh lautan. Penyusunan zonasi kawasan TNMT saat ini sedang berjalan, yang dilakukan melalui pengumpulan data potensi sebagai bahan pertimbangannya. Potensi karst TNMT patut dipertimbangkan karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Hal ini akan sesuai dengan paradigma pengelolaan kawasan konservasi dimana kawasan harus dapat memberikan manfaat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Seperti telah dibahas pada bab terdahulu, bahwa 19 dari 22 desa yang berada di sekitar kawasan mengalami kekeringan setiap tahunnya. Sehingga kemampuan karst untuk menyimpan dan menyediakan air dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi kekurangan air yang terjadi di desa-desa tersebut. Peran TNMT dalam hal penyediaan jasa lingkungan dirasakan sangat penting, sehingga pengelolaan TNMT dapat mempertimbangkan keberadaan kawasan karstnya sebagai bahan penyusunan zonasi taman nasional. Namun demikian, karst dikategorikan sebagai kawasan yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi. Kawasan karst memiliki komponen lingkungan endokarst dan eksokarst yang saling terkait, dimana kerusakan salah satu komponen akan memberikan pengaruh terhadap komponen lainnya. Untuk itu, penetapan zonasi TNMT yang sebagian wilayahnya adalah karst dilakukan dengan menentukan wilayah yang menjadi prioritas. Bentuk pertimbangan terhadap kawasan karst dapat diterapkan dengan menentukan wilayah karst yang diprioritaskan, terutama sebagai penyedia sumberdaya air.

53

6.2 Kawasan Karst Prioritas

Karst prioritas adalah wilayah karst yang diutamakan dalam perlindungannya. Penentuan karst prioritas dilakukan dengan mempertimbangkan komponen lingkungan karst dan daerah resapan air. Komponen lingkungan yang berpengaruh terhadap potensi kawasan karst TNMT dalam menyediakan sumber air dikategorikan sebagai kawasan karst prioritas. Komponen lingkungan karst yang dipertimbangkan adalah eksokarst dan endokarst. Potensi eksokarst yang menjadi bahan pertimbangan adalah aliran sungai permukaan dan mata air (Gambar 27). Menurut Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, wilayah perlindungan untuk mata air adalah daerah linear dengan jari-jari 200 meter dari sumber air, sedangkan untuk sungai berjarak 50 meter untuk anak sungai serta 100 meter untuk sungai besar.

(a) (b) Gambar 27 (a) Aliran sungai (b) mata air.

Pertimbangan lingkungan endokarst dilakukan dengan melihat keberadaan goa dan aliran sungai bawah tanah (Gambar 28). Daerah goa dikategorikan sebagai karst prioritas karena goa terbentuk melalui proses pelarutan batuan oleh air. Sedangkan aliran bawah tanah merupakan potensi air yang dapat keluar dalam bentuk mata air. Daerah resapan air merupakan pertimbangan khusus dalam menentukan karst prioritas.

Daerah resapan air merupakan daerah yang dianggap mampu meresapkan air dibanding daerah lainnya dan berperan penting dalam menjaga ketersediaan air di kawasan taman nasional. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung kawasan resapan air adalah daerah yang

54

mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Daerah resapan air yang diidentifikasi mencakup seluruh wilayah TNMT. Luas daerah tangkapan air TNMT adalah 7.970,2 ha dan 63,83 persennya berada di wilayah karst (Gambar 29).

(a) (b)

Gambar 28 (a) Aliran bawah tanah (b) mulut Goa Ngaduredu.

Wilayah karst yang dapat dikategorikan sebagai kawasan karst prioritas memiliki luasan yang tergolong besar, yaitu sebesar 15.934,29 ha atau menutupi 69,35 % dari total luas karst yang berada di dalam kawasan TNMT (21,82 % dari kawasan TNMT) (Gambar 30). Mengacu kepada pertimbangan dan fungsi zonasi dalam Permenhut 56/2006, maka wilayah karst prioritas dilakukan dengan membagi wilayahnya kedalam tiga zona, yaitu:

1. Karst prioritas inti

Karst prioritas inti ditetapkan pada wilayah karst prioritas yang memiliki kemampuan sebagai daerah resapan air atau memiliki sumber air yang penting untuk pembentukan wilayah karst. Tujuan penetapannya adalah memberikan perlindungan terhadap wilayah karst agar terhindar dari kerusakan sehingga ketersediaan sumberdaya air tetap lestari. Pada wilayah karst prioritas inti dapat dilakukan kegiatan, terutama yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya air. Berbeda dengan di zona inti lainnya, salah satu kegiatan yang mungkinkan dilakukan di zona karst prioritas inti adalah penanaman untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas resapan air.

Sumber: hasil identifikasi.

Sumber: hasil identifikasi.

57

Kegiatan yang tidak diperbolehkan adalah kegiatan yang dapat menurunkan potensi air karst. Contohnya, penebangan pohon dan pemanfaatan air secara langsung. Penebangan pohon dapat menggangu kondisi daerah resapan air. Sedangkan pemanfaatan air tanpa pertimbangan dapat mempengaruhi proses perkembangan wilayah karst di sekitar sumber air.

2. Karst prioritas perlindungan

Wilayah karst perlindungan merupakan wilayah yang mengelilingi karst prioritas inti. Penetapannya bertujuan untuk memberikan batasan antara wilayah

Dokumen terkait