Akhyar T. 1994. Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Penerapan Teknologi Baru Padi Sawah (Studi kasus di WKPP Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Daerah Istimewa Aceh). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Alikodra HS. 1976. Perlindungan Alam dan Pembinaan Margasatwa. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar jilid I. PAU Ilmu Hayat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Andrewarta HG, Birch LC. 1967. The Distribution and Abudance of Animals. Chicago (US): The University of Chicago Press.
Bakri AR. 1992. Pengelolaan Sampah Pemukiman dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaannya di Kota Administrasi Depok. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[BBKSDA] Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. 2011. Laporan Hasil Survei Sumberdaya Alam di Barawai. Jayapura (ID): Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua.
Beehler BM. 1983. Fruigivory and Polygamy in Bird of Paradise: Molecular Phylogenetics of Phyllanthaceae Inferred from Five Genes (plastid atpB, matK,
3’ndhF, rbcL, and nuclear PHYC. Molec. Phyloc. 36:112-134.
Beehler BM, Finch BW. 1985. Species Check-list of Bird of New Guinea. Monograph No. 1. Victoria. Royal Australian Ornith.Union Melbourne.
Beehler BM, Part TK, Zimmerman DA. 1986. Bird of New Guinea. New Jersey (US): Princeton University Press.
Beehler BM, Dumbacher JP. 1996. More Examples of Fruiting Trees Visited Predominantly by Bird of Paradise. Emu. 96: 81-88.
Beehler BM, Part TK, Zimmerman DA. 2001. Burung-burung di Kawasan Papua: Papua, Papua Niugini dan Pulau-pulau Satelitnya. Bogor (ID):Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi - LIPI.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus penduduk 2010. Serui (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Yapen.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012a. Distrik Raimbawi dalam Angka. Serui (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Yapen.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012b. Kepulauan Yapen dalam Angka. Serui (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Yapen.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012c. Papua dalam Angka. Jayapura (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Yapen.
Cox GW. 1976. Laboratory Manual of General Ecology. Iowa: Wm. Brown Dubugue. Djarwanto PS. 1993. Statistik Sosial Ekonomi I. Yogyakarta (ID): BPEF.
[Ditjen PHPA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1993. Biodiversity Action/Plant for Indonesia Ministry of National Development Planing Agency. Jakarta (ID): Ditjen PHPA.
[DISHUT-UNCEN]. Dinas Kehutanan-Universitas Cenderawasih. 2005a. Studi Populasi dan Habitat Burung Cenderawasih di Kampung Barawai dan Randawaya Distrik Yapen Timur Kabupaten Yapen Waropen. Serui (ID): Dishut Uncen.
[DISHUT-UNCEN]. Dinas Kehutanan-Universitas Cenderawasih. 2005a. Studi Populasi, Penataan Habitat dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Konservasi Burung Cenderawasih Paradisaea minor jobiensis Rotschild di Antunai dan Barawai Kabupaten Yapen Waropen. Serui (ID): Dishut Uncen. [DISHUT-UNCEN]. Dinas Kehutanan - Universitas Cenderawasih. 2007. Full Site
Diagnostic Study sebagai Instrumen Penetapan Kawasan Ekowisata dalam Melestarikan Burung Cenderawasih Paradisaea minor jobiensis Rotschild di kampung Barawai dan sekitarnya. Serui (ID): Dishut Uncen.
Hadi SP. 1995. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.
Hanafiah T. 1982. Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Pedesaan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[IUCN] International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources. 2000. Red List: Criterias and Categories (ver. 2.3.). Website: http://www.iucnredlist.org. Downloaded: Oktober 2012.
Indrawan M, Primack RB, Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.
Indriyanto.2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Irwan ZD. 2003. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Jumilawaty E. 2006. Perilaku Harian Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) Saat
Musim Berbiak di Suaka Marga Satwa Pulau Rambut Jakarta. Jurnal Biologi Sumatera. 1(1):20-23.
Kartono AP. 1994. Inventarisasi Satwaliar di Taman Nasional Buluran. Diktat Penuntun Studi Lapangan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
[Kemenhut]. Kementerian Kehutanan. 2009. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor Sk.786/Menhut-II2009. Jakarta (ID): Kemenhut.
[BKSDA]. Balai Konservasi Sumber Daya Alam. 2009. Laporan Hasil Survei Sumberdaya Alam di Barawai. Serui (ID): Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Kepulauan Yapen.
Leakey R, Lewin R. 1996. The Sixth Extinction: Patterns of Life and the Future of Humankind. New York (US): Doubleday.
Lovei G. 2001. Extinctions, Modern Examples of. 2001. In: Levin SA (ed),
Encyclopedia of Biodiversity.San Diego, CA: Academic Press. (2):731–744. Madrie. 1986. Analisis Sosial Ekonomi Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi (Studi
kasus pada KUD Pangan di Kabupaten Karawang). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Malasis L. 1981. Dunia Pedesaan: Pendidikan dan Perkembangan. Jakarta (ID): Gunung Agung.
Maturbongs J, Wamafma K, Sanggenafa A, Sahetapi T, Rumaikewi H, Kayoi A. 1994. Studi Habitat dan Populasi Burung Cenderawasih di Barawai Kawasan Penyangga Cagar Alam Yapen Tengah Kabupaten Yapen Waropen di Irian Jaya. Laporan Penelitian. Jayapura (ID): WWF.
Odum EP. 1993. Fundamental of Ecology. Third Edition. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.
Paga B. 2012. Karakteristik Habitat Burung Cikukua Timor (Philemon inornatus) di Lanskap Camplong Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pangesti MHT. 1995. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Perhutanan Sosial (Studi kasus di KPH Cianjur Jawa Barat). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pasquier RH. 1977. Watching Bird. Boston (US): Houghton Mifflin.
Perbatakusuma EA, Damanik A, Lubis AH, Kuswaya. 2010. Kemungkinan Dampak Lingkungan pada Aras Keanekeragaman Hayati dan Nilai Ekonomi Jasa Lingkungan Akibat Pertambangan Emas Skala Besar di Kawasan Hutan Taman Nasional Batang Gadis. Balai Taman Nasional Gadis–CI. Mandailing. 1-28. Prastowo A. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta (ID): Ar-Russ Media.
Rand AL, Gilliard ET. 1967. Hand Book of New Guinea Bird. London(UK): Weidenfeldcand Nicolson.
Rahardjo MD. 1985. Masalah Komunikasi di Pedesaan dalam Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta (ID): Rajawali.
Restu IW. 2002. Kajian Pengembangan Wisata Mangrove di Taman HutanRaya Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan Bali. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rumayom YH. 2010. Keanekaragaman Burung di Sekitar Selatan Cagar Alam
Pegunungan Cycloop. Jurnal Biologi Novae Guinea. 2(1):61-69.
Rumahorbo BT. 2010. Konservasi Burung Cenderawasih Yapen (Paradisea minor jobiensis Rothschild) Berbasis Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Yapen Papua. [Disertasi]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.
Sastroputro S. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persesuai dan Disiplin dalam Pembangunan. Bandung (ID): Alumni Bandung.
Schoorl JW. 1984. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Berkembang. Jakarta (ID): Gramedia.
Setio P, Lekito YO, Ginting Y. 1998. Habitat dan Populasi Burung Cenderawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor jobiensisRothschild) serta Pengelolaannya secara Tradisional di Barawai Yapen Timur. Buletin Penelitian Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Balai Penelitian Kehutanan, Manokwari. 3(2):44-58.
Siegel S. 1986. Statistik Nonparametrik untuk Ilmi-ilmu Sosial (diterjemahkan oleh Zanzani Suyuti dan Landung Simatupang, 1994).Jakarta (ID): Gramedia.
Simatupang M. 2000. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang (Studi kasus di Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara). [Tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Smieth D. 1986. Management of Habitat. School of Environmental ConservationManagement. Bogor (ID): P-1.
Singarimbun M. 1982. Tipe, Metode dan Proses Penelitian dalam Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES.
Soedjono AM. 1990. Partisipasi Keluarga dalam Pemeliharaan Lingkungan di Perumahan yang Baru (Studi kasus di perumnas Minomartani, kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soekanto S, Soleman TB. 1983. Hukum Adat Indonesia. Jakarta (ID): Rajawali.
Soerjani R, Ahmad, Munir R. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta (ID): UI-Pr.
Strorer TI, Usinger RL. 1961. Elements of Zoology. New York (US): Mc-Graw Hill Company.
Takandjandji M, Kayat, Njurumana GND. 2010. Perilaku Burung Bayan Sumba (Eclectus roratus corneliaBonaparte) di Penangkaran Hambala Sumba Timur Nusatenggara Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 7(4):357- 369.
Tarumingkeng RC. 1994. DinamikaPopulasi, Kajian Ekologi Kuantitatif. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan.
Umar H. 2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.
Wardojo. 1992. Pendekatan Penyuluhan Pertanian untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam: Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad XXI, diedit oleh Hubies A.V.S, Tjitropranoto dan Ruwiyanto. Jakarta (ID): Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
Warsito H,Yuliana S. 2007. Keanekaragaman Jenis Burung di Saribi Numfor Barat Papua: Beberapa Catatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 4(6):553-560.
Warsito H, Bismark M. 2010. Penyebaran dan Populasi Burung Paruh Bengkok pada beberapa Tipe Habitat di Papua. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 7(1):93-102.
Warmetan H. 2012. Karakteristik Habitat dan Populasi Burung Cendrawasih Kecil (Paradisaea minor jobiensis Rothschild) di pulau Yapen Provinsi Papua.[Tesis].Yogyakarta (ID):Gadjah Mada Univ Pr.
Welty JL. 1982. The Life of Bird. 3ed. Philadelphia (US):Sauders College Piblising. Wilson EO. 1989. Threats to Biodiversity. Scientific American. 261(3):108-116.
Lampiran 1Indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman Shannon-Wienervegetasi tingkat pertumbuhan semai NO
SEMAI
pi.ln(pi)
Nama Lokal Famili Nama Latin JLH K KR F FR INP
1 Komi Myrtaceae Tristania microsperma Ridl. 3 6,25 4,62 0,17 6,25 10,87 0,14
2 Kiritui Malvaceae Hibiscus tiliaceus L. 5 10,42 7,69 0,17 6,25 13,94 0,20
3 Kangkoreng borompi Moraceae Antiaris toxicarya Lesch. 1 2,08 1,54 0,08 3,13 4,66 0,06
4 Risaseworo Myrtaceae Syzygium sp. 11 22,92 16,92 0,33 12,50 29,42 0,30
5 Katawam Icacinaceae Gonocaryum litorale L. 1 2,08 1,54 0,08 3,13 4,66 0,06
6 Anggenipi Sapotaceae Palaquium lobbianum Burck. 5 10,42 7,69 0,17 6,25 13,94 0,20 7 Ruruwei Euphorbiaceae Glochidion macrocarpum Bl. 5 10,42 7,69 0,17 6,25 13,94 0,20
8 Ancawen Sapindaceae Pometia pinnata Forst. 7 14,58 10,77 0,17 6,25 17,02 0,24
9 Kartabopi Moraceae Ficus glandulifera (Miq.) Wallet. 5 10,42 7,69 0,08 3,13 10,82 0,20
10 Aibobo Araceae Scindapsus aureus Presl. 2 4,17 3,08 0,17 6,25 9,33 0,10
11 Rong Fabaceae Intsia bijuga L. 2 4,17 3,08 0,08 3,13 6,20 0,10
12 Toru Chloranthaceae Chloranthus erectus Burck. 5 10,42 7,69 0,33 12,50 20,19 0,20
13 Borempi Sapotaceae Palaquium obovatum Engl. 1 2,08 1,54 0,08 3,13 4,66 0,06
14 Euphorbiaceae Endopspermum moluccanum Becc. 1 2,08 1,54 0,08 3,13 4,66 0,06
15 Marapipi (Genemo) Gnetaceae Gnetum gnemon L. 1 2,08 1,54 0,08 3,13 4,66 0,06
16 Moraceae Ficus annulata Bl. 1 2,08 1,54 0,08 3,13 4,66 0,06
17 Piperaceae Piper gibbilianum (L.) Dc. 1 2,08 1,54 0,08 3,13 4,66 0,06
18 Mora Elaeocarpaceae Elaeocarpus sphaericus K.Schum. 4 8,33 6,15 0,08 3,13 9,28 0,17
19 Awar awar Moraceae Ficus septica Burm.f. 3 6,25 4,62 0,08 3,13 7,74 0,14
20 Apocynaceae Alstonia scholaris R.Br . 1 2,08 1,54 0,08 3,13 4,66 0,06
Lampiran 2Indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener vegetasi tingkat pertumbuhan pancang NO
PANCANG
pi.ln(pi)
Nama Lokal Famili Nama Latin JLH K KR (%) F FR (%) NIP
1 Toru Chloranthaceae Chloranthus erecthus Burck. 3 6,25 3,66 0,08 3,13 6,78 0,11 2 Komoripi Myristicaceae Horsfieldia sylvestis Warb. 1 2,08 1,22 0,08 3,13 4,34 0,05
3 Kirituni Malvaceae Hibiscus tiliaceus L. 2 4,17 2,44 0,08 3,13 5,56 0,08
4 Komi Myrtaceae Tristania microsperma Ridl. 2 4,17 2,44 0,08 3,13 5,56 0,08
5 Risaseworo Myrtaceae Syzygium sp. 4 8,33 4,88 0,08 3,13 8,00 0,13
6 Manyawekoipi Moraceae Ficus callosa Willd. 7 14,58 8,54 0,17 6,25 14,79 0,19
7 Fabaceae Adenanthera microsperma T.et.B. 5 10,42 6,10 0,17 6,25 12,35 0,15
8 Ariai Annonaceae Cananga odorata Hook.f. 3 6,25 3,66 0,08 3,13 6,78 0,11
9 Ruruwei Euphorbiaceae Glochidion macrocarpum Bl. 20 41,67 24,39 0,25 9,38 33,77 0,32
10 Rong Fabaceae Intsia bijuga L. 2 4,17 2,44 0,17 6,25 8,69 0,08
11 Ayatiron Ulmaceae Celtis latifolia Planch. 2 4,17 2,44 0,25 9,38 11,81 0,08
12 Borempi Sapotaceae Palaquium obovatum Engl. 1 2,08 1,22 0,08 3,13 4,34 0,05
13 Ade Moraceae Ficus punctata Thumb. 2 4,17 2,44 0,08 3,13 5,56 0,08
14 Kartabopi Moraceae Ficus glandulifera (Miq) Wallet. 2 4,17 2,44 0,08 3,13 5,56 0,08 15 Papiri Sterculiaceae Pterrygota horsfieldii F.v.M. 2 4,17 2,44 0,08 3,13 5,56 0,08 16 Waitababohat Loganiaceae Stychnos colubrima L. 1 2,08 1,22 0,08 3,13 4,34 0,05
PANCANG
pi.ln(pi)
NO Nama Lokal Famili Nama Latin JLH K KR (%) F FR (%) NIP
17 Melastomataceae Memecylon sp. 2 4,17 2,44 0,08 3,13 5,56 0,08
18 Bitau Theaceae Gordonia papuana Kobuski. 1 2,08 1,22 0,08 3,13 4,34 0,05
19 Katawam Icacinaceae Gonocaryum litorale L. 3 6,25 3,66 0,08 3,13 6,78 0,11
20 Kangkorang borempi Moraceae Antiaris toxicarya Lesch. 1 2,08 1,22 0,08 3,13 4,34 0,05
21 Asere Moraceae Ficus benjamina L. 1 2,08 1,22 0,08 3,13 4,34 0,05
22 Kamorin Sapotaceae Palaquium warbugianum Schltr. 6 12,50 7,32 0,08 3,13 10,44 0,17 23 Anggenipi Sapotaceae Palaquium lobbianum Burck. 3 6,25 3,66 0,08 3,13 6,78 0,11
24 Kamorin Moraceae Ficus disticha L. 1 2,08 1,22 0,08 3,13 4,34 0,05
25 Awar awar Moraceae Ficus septica Burm.f. 5 10,42 6,10 0,08 3,13 9,22 0,15
Lampiran 3Indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener vegetasi tingkat pertumbuhan tiang
NO TIANG
Pi.ln(pi)
Nama Lokal Famili Nama Latin JLH K KR(%) F FR (%) D DR (%) INP (%)
1 Komi Myrtaceae Tristania microsperma Ridl. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,03 3,17 7,52 0,09
2 Kangkoreng borompi
Moraceae Antiaris toxicarya Lesch. 2 4,17 5,00 0,08 1,85 0,04 3,79 10,64 0,15 3 Ruruwei Euphorbiaceae Glochidion macrocarpum Bl. 5 10,42 12,50 0,42 9,26 0,08 8,40 30,16 0,26 4 Toru Chloranthaceae Chloranthus erecthus Burck. 5 10,42 12,50 0,25 5,56 0,06 5,77 23,83 0,26
5 Ancawen Sapindaceae Pometia acuminata Radlk. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,05 5,19 9,54 0,09
6 Kamo Myristicaceae Myristica sp. 2 4,17 5,00 0,17 3,70 0,03 2,74 11,45 0,15
7 Moraceae Ficus aureus L. 2 4,17 5,00 0,17 3,70 0,03 3,17 11,87 0,15
8 Anita Apocynaceae Athocarpus sp. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,03 2,74 7,10 0,09
9 Pansase Myrtaceae Eugenia sp 1 2,08 2,50 0,50 11,11 0,03 3,03 16,64 0,09
10 Akitupukiopi Anacardiaceae Camnosperma brevipetiolata Volkens. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,04 4,29 8,64 0,09 11 Ainusepi Capparidaceae Virbunum corieceum Blume. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,03 3,47 7,82 0,09
12 Arpe Ulmaceae Celtis philiphinensis Blanco. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,03 2,88 7,23 0,09
13 Waitababohat Loganiaceae Stychnos colubrima L. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,03 3,17 7,52 0,09 14 Ampurembo Icacinaceae Medusanthera papuana Howard. 1 2,08 2,50 0,25 5,56 0,02 2,10 10,16 0,09 15 Kayu susu Apocynaceae Alstonia scholaris R.Br. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,02 2,35 6,70 0,09
NO TIANG
Pi.ln(pi)
Nama Lokal Famili Nama Latin JLH K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%)
17 Kamorin putih Lauraceae Litsea firma Hook.f. 1 2,08 2,50 0,17 3,70 0,04 4,46 10,66 0,09
18 Risaseworo Myrtaceae Syzygium sp. 3 6,25 7,50 0,17 3,70 0,04 3,63 14,83 0,19
19 Kurarawoi Clusiaceae Garcinia dulcis Kurz. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,04 3,79 8,14 0,09
20 Moraceae Ficus variegata Bl. 2 4,17 5,00 0,08 1,85 0,05 4,82 11,67 0,15
21 Kamorin Sapotacea Palaquium warbugianum Schltr. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,03 2,88 7,23 0,09 22 Mora Elaeocarpaceae Elaeocarpus sphaericus K.Schum. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,04 4,46 8,81 0,09 23 Katawam Icacinaceae Gonocaryum litorale L. 1 2,08 2,50 0,67 14,81 0,03 3,17 20,49 0,09
24 Fabaceae Adenanthera microsperma Lesch. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,05 5,19 9,54 0,09
25 Moraceae Ficus disticha L. 1 2,08 2,50 0,17 3,70 0,03 2,88 9,09 0,09
26 Awar awar Moraceae Ficus septica Burm.f. 1 2,08 2,50 0,08 1,85 0,05 4,82 9,17 0,09
Lampiran 4Indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener vegetasi tingkat pertumbuhan pohon
NO POHON
pi.ln(pi)
Nama Lokal Famili Nama Latin JLH K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%)
1 Fabaceae Adenanthera microsperma T.et.B. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,02 0,05 2,47 0,04
2 Kangkoreng borempi
Moraceae Antiaris toxicarya Lesch. 4 8,33 3,51 0,25 4,62 0,54 1,33 9,45 0,12
3 Mare Clusiaceae Calophyllum inophyllum L. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,12 0,30 2,71 0,04
4 Akitupukiopi Anacardiaceae Camnosperma brevipetiolata Volkens. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,07 0,18 2,59 0,04
5 Ariai Annonaceae Cananga adorata Hook.f. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,07 0,18 2,60 0,04
6 Mampowa Burseraceae Canarium hirsutum Bl. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,11 0,27 2,69 0,04
7 Kiritui Malvaceae Hibiscus tilliaceus L. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,08 0,20 2,61 0,04
8 Oelaceae Chionanthus macrocarpa Val. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,08 0,21 2,62 0,04
9 Toru Chloranthaceae Chloranthus erecthus Burck. 11 22,92 9,65 0,50 9,23 4,45 11,03 29,91 0,23 10 Aniaipuoroipi Elaeocarpaceae Elaeocarpus milarii Wiebell. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,08 0,21 2,62 0,04 11 Mora Elaeocarpaceae Elaeocarpus multisectus Schltr. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,07 0,18 2,60 0,04
12 Rutaceae Evodia elleryana F.v.M. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,10 0,25 2,67 0,04
13 Angguipi Loganiaceae Fagraea racemosa Jack. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,09 0,21 2,63 0,04
14 Asere Moraceae Ficus benjamina L 7 14,58 6,14 0,25 4,62 2,56 6,34 17,10 0,17
15 Manyawekoipi Moraceae Ficus callosa Willd. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,08 0,20 2,62 0,04
16 Kartabopi Moraceae Ficus glandulifera (Miq.) Wallet. 5 10,42 4,39 0,33 6,15 1,70 4,22 14,76 0,14
17 Ade Moraceae Ficus punctata Thumb. 1 2,08 0,88 0,17 3,08 0,08 0,19 4,14 0,04
18 Moraceae Ficus variegata Bl. 2 4,17 1,75 0,08 1,54 2,22 5,50 8,80 0,07
19 Flacourtiaceae Flacourtia inermis Roxb. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,07 0,18 2,60 0,04
NO POHON
pi.ln(pi)
Nama Lokal Famili Nama Latin JLH K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%)
21 Kurarawoi Clusiaceae Garcinia dulcis Kurz. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,04 0,20 2,61 0,04
22 Worarei Euphorbiaceae Glochidion arborences T. et. B. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,24 1,26 3,67 0,04 23 Ruruwei Euphorbiaceae Glochidion macrocarpum Bl. 35 72,92 30,70 0,67 12,31 4,66 24,05 67,06 0,36
24 Euphorbiaceae Glochidion obscurum Bl. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,09 0,47 2,89 0,04
25 Warai Euphorbiaceae Glochidion rubrum Bl. 2 4,17 1,75 0,17 3,08 0,14 0,73 5,57 0,07
26 Marapipi Gnetaceae Gnetum gnemon L. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,05 0,24 2,66 0,04
27 Aikiriwi Myristicaceae Horsfieldia sylvestris Warb. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,04 0,21 2,62 0,04
28 Rong Fabaceae Intsia bijuga L. 8 16,67 7,02 0,25 4,62 4,57 23,59 35,22 0,19
29 Rubiaceae Ixora pucherima Roxb. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,07 0,37 2,79 0,04
30 Euphorbiaceae Macaranga tanarius F.v.M. 2 4,17 1,75 0,17 3,08 0,09 0,48 5,32 0,07
31 Ampurembo Icacinaceae Medusanthera papuana Howard. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,11 0,59 3,01 0,04
32 Aimarini Rutaceae Melicope trifoliata F.v.M. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,04 0,20 2,62 0,04
33 Anaweri Araliaceae Osmoxylon novaguinensis Bl. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,04 0,20 2,61 0,04
34 Sapotaceae Palaquium amboinense Burck. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,03 0,18 2,59 0,04
35 Ancawen Sapindaceae Pometia acuminata Radlk. 6 12,50 5,26 0,25 4,62 0,67 3,46 13,34 0,15
36 Risaseworo Myrtaceae Syzygium sp. 6 12,50 5,26 0,25 4,62 1,99 10,29 20,17 0,15
37 Ketapang hutan
Combretaceae Terminalia sp. 1 2,08 0,88 0,08 1,54 0,39 1,99 4,41 0,04
Lampiran 5 Petak plot pengamatan vegetasi
Lampiran 9 Pengukuran dan pencatatan diameter dan ketinggian pohon Lampiran 7 Tegakan pohon di lokasi
penelitian
Lampiran 10. Tim pengamatan vegetasi
Lampiran 12. Pohon sarang burung P. m. jobiensis
Lampiran 13. Tangga manual pengamatan danpengukuran tinggi letak sarang P. m. jobiensis
Lampiran 14 Proses pengamatan sarangburung dan vegetasi penyusun sarang
Lampiran 16 Kondisi desa Barawai
Lampiran 17 Kondisi perumahan dan jalan di Barawai