• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abdul, Mudjieb M. Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Abdul, Mudjieb M. Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, cet ke-3.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Fiqh Empat Mazhab. jilid IV, Semarang: CV. Asy-Syifa‟, 1994. Anshori, A.Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2007.

Antonio, M.Syafi‟i. Bank Syariah; dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press, 2001, cet. ke-1.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Bank Muamalat Indonesia. Buku Panduan Pelaksanaan Pembiayaan. Jakarta: BMT Tbk, 1996.

Bank Muamalat. konsep Al-Mudharabah. Jakarta: Grup Rekayasa Bisnis.

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: DSN, 2000.

Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2003.

Firdaus, Muhammad. Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah. Jakarta: Reinansan, 2005, cet. ke-1.

Harahap, Yahya. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Lathif, Azharuddin. Fiqh Muamalah. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Lathif, Azharuddin. Pengantar Hukum Bisnis; Pendekatan Hukum Positif dan Hukum Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, cet. ke-1.

Mas‟adi,Ghufron A. Fiqh Muamalat Kontekstual. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata di Indonesia. Yogyakarta: Liberty, 1998. Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: AMI YKPN, 2005, cet. ke-2.

Perwataatmadja, Karnaen. Apa dan bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992.

Renaisan. Mengatasi Masalah dan Penggadaian Syariah. Jakarta: 2005.

Rodoni. Ahmad, Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Bestari Buana Murni, 2008. Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Bandung: Al-Ma‟arif, 1987, juz XII.

Satrio. Hukum Jaminan Kebendaan. Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2007, cet. ke-5. Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: FEUI, 2001, cet. ke-4.

Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesi., Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007.

Soedewi Masjchoen Sofwan, Sri. Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-pokok Hukum Jaminan Perorangan. Yogyakarta: Liberty Ofset, 2001, cet. ke-2.

Subekti. Hukum Acara Perdata. Jakarta : BPHN, 1977.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonosia, 2003, cet.ke-2.

Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Suyuthi, Wildan. Sekitar Acara dan Hukum Perdata Agama. PUSDIKLAT: Pegawai

Mahkamah Agung RI, 2005.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989, cet. ke-2.

Undang-undang Perbankan No.7 Tahun 1992. Jakarta: Sinar Grafika, 1992, cet. ke-3. Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998. Jakarata: Sinar Grafika, 2001, cet. ke-1. Usman, Rachmadi. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2003, cet. ke-2.

Wawancara Pribadi dengan Ridwan. Jakarta. 14 Meret 2011.

Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim, 2007, cet. ke-3.

Hasil Wawancara : Perbandingan Konsep dan implementasi jaminan pada akad pembiayaan mudhârabah dan musyârakah di Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit

Responden : Ridwan

Jabatan : Consumer Financing Executive Hari/Tanggal : Senen, 14 Maret 2011

Tempat : Kantor BSM Cabang Warung Buncit Gedung Fortune Lantai Dasar

Jl. Mampang Prapatan No. 96 Jakarta Selatan

Telp. (021) 7989007, 7989009 Fax. (021) 7989006

Pertanyaan dan jawaban

X : Bagaimana Profil Umum BSM Cabang Warung Buncit?

Y : Pemegang Saham PT Bank Mandiri Tbk (99,9999999%) dan PT Mandiri Sekuritas (0,000001%), tanggal berdiri pada 1 November 1999, Modal disetor : IDR 1 Triliun, Modal ditempatkan : IDR 558 Milyar. Bank Mandiri dimiliki pemerintah Indonesia sebesar 30%, merupakan Bank komersial terbesar di Indonesia, Aset lebih dari Rp 300 triliun, dengan DPS oleh Prof. KH Ali Yafie.

X : Apa visi BSM Cabang Warung Buncit?

Y : Menjadi Bank Syariah terpercaya pilihan mitra syariah X : Apa misi BSM Cabang Warung Buncit?

Y : Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan, mengutamakan penghimpunan dana consumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM, merekrut dan mengembangkan pegawai professional dalam kerja lingkungan yang sehat, mengembangkan nilai-nilai syariah universal, dan menyelenggarakan operasional Bank sesuai standar perbankan yang sehat

X : Apa tujuan didirikan BSM Cabang Warung Buncit?

Y : Untuk mengimplementasian nilai keislaman berdasarkan prinsip syariah dalam perbankan

X : Produk apa yang ditawarkan BSM Cabang Warung Buncit?

Y : Penghimpunan dana, pembiayaaan dan pelayanan jasa. Penghimpunan dana terdiri dari giro wadiah, tabungan mudhârabah wadiah dan deposito mudhârabah. Dan produk pembiayaan terdiri dari mudhârabah, musyârakah, ijarah, salam, istisna. X : Bagaimana aplikasi pembiayaan mudhârabah?

Y : Aplikasi pembiayaan mudhârabah harus disertakan jaminan yang berupa BPKB atau SHM (Surat Hak Milik). Dimana Bank memberikan Dana atau modal 100% kepada nasabah, dan keuntungan sesuai nisbah bagi hasil.

X : Bagaimana aplikasi pembiayaan musyârakah?

Y : Aplikasi musyârakah juga harus disertakan jaminan yang berupa sertifikat tanah atau SHM,dan BPKB. Pembiayaan musyârakah dimana Bank bekerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan

X : Darimana sumber pembiayaan mudhârabah dan musyârakah pada BSM cabang Warung Buncit?

Y : Berasal dari nasabah dan simpanan berjangka. Dana tersebut merupakan dana milik masyarakat dan milik pribadi BSM Cabang Warung Buncit.

X : Berapa jumlah minimal dan maksimal untuk pembiayaan mudhârabah dan musyârakah?

Y : Jumlah minimal untuk pembiayaan mudhârabah dan musyârakah sama yaitu minimal 50 juta dan maksimal tidak terbatas sesuai permohonan nasabah. Untuk pembiayaan di bawah 50 juta masuk ke dalam pembiayaan UMKM.

X : Apakah dalam setiap pembiayaan mudhârabah dan musyârakah di BSM Cabang Warung Buncit harus menyertakan jaminan?

Y : Ya, karena jaminan merupakan salah satu prosedur pembiayaan yang ditetapkan manajemen BSM Cabang Warung Buncit dengan menggunakan prinsip prudential

demi mengamankan dana masyarakat yang disalurkan kepada nasabah yang membutuhkan.

X : Dalam bentuk apa jaminan itu diberikan nasabah kepada BSM Cabang Warung Buncit?

Y : Jaminan dapat berupa slip gaji dan agunan berupa BPKB, sertifikat tanah atau SHM (Sertifikat Hak Milik).

X : Langkah apa yang ditempuh BSM Cabang Warung Buncit bila terjadi wanprestasi atau kemacetan pada usaha nasabah?

Y : Memberikan tempo (waktu) kepada nasabah yang telah ditentukan BSM Cabang Warung Buncit sampai usaha tersebut membaik dan bila usaha tersebut memburuk maka akan dilakukan eksekusi jaminan.

X : Bagaimana eksekusi jaminan dilakukan?

Y : Eksekusi jaminan dilakukan apabila waktu toleransi yang telah ditentukan Bank belum dipenuhi kewajibannya maka BSM Cabang Warung Buncit akan menerbitkan SPKT (Surat Pemberitahuan Keterangan Telambat). Jika dalam seminggu berikutnya nasabah belum melunasi pinjamannya maka diberikan surat peringantan 1 kepada nasabah. Jika selama 1 bulan dan tiga kali surat peringatan berturut-turut tidak dihiraukan maka pihak bank akan memanggil nasabah yang besangkutan untuk mengeksekusi jaminan untuk penyelesaian tunggakan nasabah yang tersisa.

X : Bagaimana eksekusi prosedur jaminan?

Y : Eksekusi jaminan dilakukan setelah disetujui pemilik jaminan tersebut dan eksekusi jaminan dilelang atau dijual dihadapan pemilik barang jaminan tersebut. Harga yang diperoleh dari harga penjualan tersebut akan diberikan kepada Bank terhadap sisa pembayaran yang belum terlunasi. Bila terdapat kelebihan dari penjualan tersebut akan dikembalikan kepada nasabah tersebut. Dalam pembiayaan eksekusi jaminan menjadi tanggungan pemilik jaminan.

X : Kendala apa yang dihadapi BSM Cabang Warung Buncit dalam menerapkan pada pembiayaan mudhârabah dan musyârakah?

Y : Salah satunya yaitu bagi nasabah yang enggan untuk menyertakan jaminan. Dan pada saat jatuh tempo, pihak nasabah tidak mau menjual jaminan maka di selesaikan di pengadilan perbankan (Arbitrase Syariah).

Jakarta, 4 April 2011

Mengetahui,

Yang mewancarai PT. Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Warung Buncit