• Tidak ada hasil yang ditemukan

[Anonim]. 2011. Menggugat angka produksi padi. http://agroindonesia.co.id/ 2011/07/19/ menggugat-angka-produksi-padi/ [3 Desember 2011].

Anggraeni WM. 2002. Studi ketahanan varietas padi terhadap wereng batang coklat Nilaparvata lugens Stål (Homoptera: Delphacidae) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ardiwinata AN, Bahagiawati, Iman M. 1991. Komposisi asam amino dalam batang padi, wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stål) dan cairan ekskretanya. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Bogor 19-20 Februari 1991. Bogor: Puslitbangtan.

Baehaki SE. 1984. Studi perkembangan populasi wereng coklat Nilaparvata lugens Stål asal imigran dan pemencarannya di pertanaman [disertasi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Baehaki SE. 1987. Dinamika populasi wereng coklat Nilaparvata lugens Stål. Di dalam: Soejitno, editor. Wereng Coklat. Edisi Khusus 1:16-30.

Baehaki SE, Iman M. 1991. Status hama wereng pada tanaman padi dan pengendaliannya. Di dalam: Sunarjo E, Damardjati DS, Syam M, editor.

Padi3. Bogor: Puslitbangtan.

Baehaki SE. 1993. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Bandung: Angkasa Baehaki SE. 2007. Perkembangan wereng coklat biotipe 4. http://www.litbang.

deptan.go.id/artikel/one/171/pdf/perkembangan%20Wereng%20Coklat%20 Biotipe%204.pdf [10 Juli 2008].

Baehaki SE, Abdullah B. 2007. Evaluasi karakter ketahanan galur padi terhadap wereng cokelat biotipe 3 melalui uji penapisan dan uji peningkatan populasi.

Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi. BB Padi. http://www.litbang.dep tan.go.id /special/padi/bbpadi_2008_p2bn1_25.pdf [2 Maret 2012].

Baehaki SE, Munawar D. 2007. Identifikasi biotipe wereng cokelat di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi dan reaksi ketahanan kultivar padi. Di dalam: Baehaki SE, Hidayat S, editor. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi. BB Padi. 15p.

Baehaki SE. 2008. Perubahan wereng coklat biotipe 4 di beberapa sentra produksi padi. Di dalam: Sutrisno H, Baehaki SE, Daradjat AA, editor.

Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding Seminar Nasional V Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI); Bogor 18 Maret 2008. Bogor: PEI.

Baehaki SE, Widiarta IN. 2008. Hama wereng dan cara pengendaliannya pada tanaman padi. Di dalam: Daradjat AA, Setyono A, Makarim AK, Hasanudin A, editor. Padi 2: Inovasi Teknologi Produksi. Jakarta: LIPI Press.

[BB Padi ] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi . 2011. Wereng cokelat. BB Padi. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/hama-padi/228-wereng -coklat- [7 Desember 2011].

CAB International. 2005. Crop Protection compendium. Waliingford, UK: CAB (Commonwealth Agricultural Bureaux) International. Disajikan dalam Compact disc.

Chapman RF. 1998. The Insect Structure and Function. Ed ke 4. Cambridge University Press. Cambridge.

Chen YH, Bernal CC, Tang J, Horgan FG, Fitzgerald MA. 2011. Planthopper ‘adaptation’ to resistant rice varieties. Journal of Insect Physiology 57 (10): 1375-1384p.

Dadang. 2006. Konsep hama dan dinamika populasi. Di dalam: Workshop Hama dan Penyakit pada Tanaman Jarak (Jatropha curcas linn.). Potensi Kerusakan dan Teknik Pengendaliannya. Bogor, 5-6 Desember 2006. http://repository.ipb.ac.id/ bitstream /handle/ 123456789 /25631/ workshop_hama_jarak_pagar-1.pdf?sequence=1 [8 Desember 2011]. Grodnitsky DC. 1999. The Evolution of Biological Structures. London: The

John Hopkins University Press.

Harahap IS, Tjahjono B. 1997. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hidayati T. 1991. Pengaruh kepadatan nimfa wereng coklat Nilaparvata lugens

Stål. (Homoptera: Delphacidae) terhadap mortalitas nimfa dan pembentukan makroptera pada beberapa stadia tanaman padi (Oryza sativa) [laporan makalah khusus]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hoffmann AA, Woods RE, Collins E, Wallin K, White A, McKenzie JA. 2005.

Wing shape versus asymmetry as indicator of changing environmental conditions in insects. Australian Journal of Entomology 44: 233-243p.

Iriana DW. 2009. Lampu merah swasembada beras. Agrina 25 November 2009:6 (kolom 2).

Kalode MB, Khrisnha TS. 1979. Varietal resistance to brown planthopper in India. In Brown Plantopper, Threat to Rice Production in Asia. International Rice Research Institute. 187-199p.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Kartohardjono A, Trisnaningsih, Abdullah B. 2010. Reaksi ketahanan varietas differensial terhadap wereng cokelat, Nilaparvata lugens STAL, koloni IR

64 dibanding biotipe 3. Di dalam: Sutrisno H Baehaki SE, Daradjat AA, editor. Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding Seminar Nasional V Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI); Bogor 18 Maret 2008. Bogor: PEI. hlm 84-90. Kazushige S, Pathak MD. 1970. Mechanisms of brown planthopper resistance in

Mudgo variety of rice (Hemiptera: Delphacidae). Applied Entomology and Zoology 5 (3):145-158p.

Laksono C. 1991. Pengaruh zat tumbuh hidrasil, atonik dan dharmasri terhadap peletakan telur, siklus hidup, dan pertumbuhan populasi wereng cokelat (Nilaparvata lugens Stål.) serta tingkat kerusakan pada padi varietas Cisedane [laporan makalah khusus]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mochida O, Okada T. 1979. Taxonomy and biology of Nilaparvata lugens

(Hom: Delphacidae). In Brown Plantopper, Threat to Rice Production in Asia. International Rice Research Institute. 369p.

Mustaghfirin H. 2008. Bioekologi, peramalan, dan pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal). Jakarta: BBPOPT. http://agribisnis.web.id /web/diperta-ntb/artikel/ wereng.htm [20 Mei 2009].

Nasoetion AH. 2001. Pengantar Ilmu-Ilmu Pertanian. Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa.

Odum EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Ed ke-3. Tjahjono S, penerjemah. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Fundamental of Ecology.

Oka IN, Bahagiawati AH. 1991. Pengendalian hama terpadu. Di dalam: Sunarjo E, Damardjati DS, Syam M, editor. Padi buku 3. Bogor: Puslitbangtan. Price PW. 1997. Insect Ecology. Ed ke-3. New York: John Wiley & Sons Inc. Saxena RC, Pathak MD. 1979. Factor governing susceptibility and resistance of

certain rice varieties to the brown planthopper. In Brown Plantopper, Threat to Rice Production in Asia. International Rice Research Institute. 303-317p. Saxena RC, Okech SH, Liquido NJ. 1981. Wing morphism in the brown

planthopper, Nilaparvata lugens. Insect Science Applications, 1(4): 343-348p.

Schoonhoven LM, Loon JJ Van, Dicke M. 2005. Insect Plant Biology. Ed ke-2. England: Oxford University Press.

Soesilohadi RCH, Permana AD, Subahar TSS, Sastrodiharjo S. 2003. Fluktuasi rasio seks lalat buah (Bractocera carambolae) dan parasitoid (Biosteres vandenboschi) sebagai tanggapan terhadap fluktuasi kelimpahan inang dan suhu lingkungan. Biologi 3 (1): hlm 9-23.

Sumarno. 1992. Pemuliaan untuk ketahanan terhadap hama. Prosiding symposium Pemuliaan Tanaman I. Surabaya: Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia.

Suprihatno B, Daradjat AA, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, Setyono A, Indrasari SD, Wardhana IP, Sembiring H. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Sukamandi: BB Padi.

Sutan ZE. 2008. Interaksi populasi wereng batang cokelat Nilaparvata lugens

Stal (Hemiptera: Delphacidae) dengan kepik predator Cyrtorhinus lividipennis (Hemiptera: Miridae) pada padi Ciherang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Syam M, Suparyono, Hermanto, Wuryandari D. 2007. Masalah lapang: hama, penyakit, hara pada padi. Pusat Penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan.http://www.knowledgebank.irri.org/regionalsites/indonesia/PDF%2 0files/buklet520hapen%203rd%20ed.pdf [10 Mei 2008].

Van Alphen JJM, Jervis MA. 1996. Foraging behaviour. In Jervis M, Kidd N, editor. Insect Natural Enemies Practical Approaches to Their Study and Evaluation. London: Chapman and Hall.

Yamada S. 1990. The relation of adult wing-form in the brown planthopper

Nilaparvata lugens Stål (Homoptera: Delphacidae) to wing-pad length of last instar nymphs. Applied Entomology and Zoology 25 (4): 439-446p. Ying Z, Xiao-li T, Feng-kuan H. 2006. Content variation of the secondary

compounds in rice plants and their influence on rice resistance to brown planthopper Nilaparvata lugens. Rice Science 13 (1): 75-78p.

Lampiran 1 Sidik ragam interaksi antara varietas dengan kelompok pelepasan wereng (satu dan sepuluh pasang induk) dan kelompok biotipe (1, 2, dan 3) terhadap perkembangan populasi wereng

Sumber Db JK KTG F hitung P value

Pelepasan 1 2389298.000 2389298.00 33.87 <.0001 Varietas 8 7887934.111 985991.764 13.98 <.0001 Pelepasan*Varietas 8 2409739.222 301217.403 4.27 0.0002 Biotipe 2 392485.444 196242.722 2.78 0.0664 Pelepasan*Biotipe 2 287728.259 143864.130 2.04 0.1351 Varietas*Biotipe 16 2091677.222 130729.826 1.85 0.0330 Pelepasan*Varietas*Biotipe 16 4943718.852 308982.428 4.38 <.0001 Galat 108 7618772.00 70544.19 Total 161 28021353.11 R-square = 0.728108= 72,81%

Lampiran 2 Sidik ragam interaksi antara varietas dengan kelompok pelepasan wereng (satu dan sepuluh pasang induk) dan kelompok biotipe (1, 2, dan 3) terhadap waktu kemunculan makroptera

Sumber Db JK KTG F hitung P value

Pelepasan 1 96.450617 96.450617 1.28 0.2603 Varietas 8 1916.444444 239.555556 3.18 0.0028 Pelepasan*Varietas 8 605.382716 75.672840 1.00 0.4370 Biotipe 2 1036.925926 518.462963 6.88 0.0015 Pelepasan*Biotipe 2 28.012346 14.006173 0.19 0.8306 Varietas*Biotipe 16 3721.074074 232.567130 3.09 0.0003 Pelepasan*Varietas*Biotipe 16 2581.987654 161.374228 2.14 0.0112 Galat 108 8135.33333 75.32716 Total 161 18121.61111 R-square = 0.551070= 55,10%

Lampiran 3 Sidik ragam interaksi antara varietas dengan kelompok pelepasan wereng (satu dan sepuluh pasang induk) dan kelompok biotipe (1, 2, dan 3)

terhadap populasi brakhiptera

Sumber Db JK KTG F hitung P value

Pelepasan 1 76440.5000 76440.5000 9.78 0.0023 Varietas 8 499093.5556 62386.6944 7.98 <.0001 Pelepasan*Varietas 8 120829.7778 15103.7222 1.93 0.0622 Biotipe 2 498502.3704 249251.1852 31.90 <.0001 Pelepasan*Biotipe 2 8722.8148 4361.4074 0.56 0.5739 Varietas*Biotipe 16 175479.1852 10967.4491 1.40 0.1536 Pelepasan*Varietas*Biotipe 16 166155.4074 10384.7130 1.33 0.1931 Galat 108 843922.667 7814.099 Total 161 2389146.278 R-square = 0.646768= 64,67%

Lampiran 4 Sidik ragam interaksi antara varietas dengan kelompok pelepasan wereng (satu dan sepuluh pasang induk) dan kelompok biotipe (1, 2, dan 3)

terhadap populasi makroptera

Sumber Db JK KTG F hitung P value

Pelepasan 1 304.222222 304.222222 3.51 0.0636 Varietas 8 3484.666667 435.583333 5.03 <.0001 Pelepasan*Varietas 8 486.666667 60.833333 0.70 0.6887 Biotipe 2 3061.814815 1530.907407 17.68 <.0001 Pelepasan*Biotipe 2 87.148148 43.574074 0.50 0.6060 Varietas*Biotipe 16 1816.629630 113.539352 1.31 0.2036 Pelepasan*Varietas*Biotipe 16 2309.962963 144.372685 1.67 0.0641 Galat 108 9352.00000 86.59259 Total 161 20903.11111 R-square = 0.614981= 61,49%

Lampiran 5 Sidik ragam interaksi antara varietas kelompok pelepasan wereng (satu dan sepuluh pasang induk) dan kelompok biotipe (1, 2, dan 3) terhadap rasio seks brakhiptera

Sumber Db JK KTG F hitung P value

Pelepasan 1 23.7130889 23.7130889 8.43 0.0045 Varietas 8 133.2811556 16.6601444 5.93 <.0001 Pelepasan*Varietas 8 25.4418222 3.1802278 1.13 0.3485 Biotipe 2 8.1845778 4.0922889 1.46 0.2378 Pelepasan*Biotipe 2 4.2606815 2.1303407 0.76 0.4712 Varietas*Biotipe 16 37.7835111 2.3614694 0.84 0.6383 Pelepasan*Varietas*Biotipe 16 26.9568074 1.6848005 0.60 0.8784 Galat 108 303.6650667 2.8117136 Total 161 563.2867111 R-square = 0.540381= 54,03%

Lampiran 6 Sidik ragam interaksi antara varietas dengan kelompok pelepasan wereng (satu dan sepuluh pasang induk) dan kelompok biotipe (1, 2, dan 3) terhadap rasio seks makroptera

Sumber Db JK KTG F hitung P value

Pelepasan 1 0.02568889 0.02568889 0.49 0.4837 Varietas 8 0.99436049 0.12429506 2.39 0.0207 Pelepasan*Varietas 8 0.62333333 0.07791667 1.50 0.1664 Biotipe 2 0.86429753 0.43214877 8.31 0.0004 Pelepasan*Biotipe 2 0.33903333 0.16951667 3.26 0.0423 Varietas*Biotipe 16 1.24810247 0.07800640 1.50 0.1130 Pelepasan*Varietas*Biotipe 16 1.06787778 0.06674236 1.28 0.2212 Galat 108 5.61846667 0.05202284 Total 161 10.78116049 R-square = 0.478863= 47,88%

Lampiran 7 Sidik ragam interaksi antara varietas dengan kelompok pelepasan wereng (satu dan sepuluh pasang induk) dan kelompok biotipe (1, 2, dan 3) terhadap produksi padi

Sumber Db JK KTG F hitung P vaule

Pelepasan 1 202.3743340 202.3743340 42.57 <.0001 Varietas 7 682.9351604 97.5621658 20.52 <.0001 Pelepasan*Varietas 7 60.4107493 8.6301070 1.82 0.0930 Biotipe 2 66.9078347 33.4539174 7.04 0.0014 Pelepasan*Biotipe 2 3.5517097 1.7758549 0.37 0.6893 Varietas*Biotipe 14 294.9898542 21.0707039 4.43 <.0001 Pelepasan*Varietas*Biotipe 14 84.0458236 6.0032731 1.26 0.2450 Galat 96 456.383600 4.753996 Total 143 1851.599066 R-square = 0.753519= 75,35%

Lampiran 8 Sidik ragam regresi terhadap pelepasan satu pasang WBC

Sumber Db JK KTG F hitung P value

Regresi 1 175,603 175,603 15,16 0,000

Error 70 810,881 11,584

Total 71 986,483

Lampiran 9 Sidik ragam regresi terhadap pelepasan sepuluh pasang WBC

Sumber Db JK KTG F hitung P value

Regresi 1 165,737 165,737 23,34 0,000

Error 70 497,005 7,100

ABSTRAK

WAHYU FITRININGTYAS. Perkembangan Populasi dan Pembentukan Makroptera Tiga Biotipe Wereng Batang Cokelat Nilaparvata lugens Stål pada Sembilan Varietas Padi. Dibimbing oleh ENDANG SRI RATNA dan ARIFIN KARTOHARDJONO.

Wereng batang cokelat (WBC) Nilaparvata lugens Stål merupakan salah satu hama potensial penyebab kerusakan tanaman padi di Indonesia. Varietas padi tahan umum digunakan dalam mengendalikan hama WBC. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perkembangan populasi WBC biotipe 1, 2, dan 3 serta proporsi pembentukan makroptera yang diinfestasikan pada sembilan varietas padi. Satu dan sepuluh pasang setiap biotipe 1, 2, dan 3 WBC brakhiptera diambil dari populasi stok kemudian dilepas pada sembilan varietas padi uji yang ditanam pada sebuah ember berdiameter 25 cm dan dikurung di dalam kurungan kasa berkerangka besi. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati adalah jumlah populasi WBC setiap 2 hari setelah 7 hari infestasi, waktu dan jumlah pembentukan serangga makroptera, jumlah populasi brakhiptera dan makroptera, serta jumlah bulir padi serta berat gabah pada akhir penelitian. Hasil pelepasan satu pasang induk cenderung memicu perkembangan populasi WBC biotipe 1, 2, dan 3 paling cepat pada varietas IR 64, dengan jumlah individu tertinggi berturut-turut ± 184, 242, dan 419 ekor/rumpun dan WBC biotipe 2 pada varietas Inpari 3 sebesar 212 ekor/rumpun, dicapai pada puncak populasi generasi ke dua. Pelepasan sepuluh pasang induk meningkatkan perkembangan populasi WBC biotipe 1, pada varietas Inpari 4, dan WBC biotipe 2 pada IR 64, dengan jumlah individu tertinggi berturut-turut ± 785 dan 491 ekor/rumpun dicapai pada puncak populasi generasi ke dua. Pelepasan yang sama meningkatkan perkembangan populasi WBC biotipe 3 sejak generasi pertama pada seluruh varietas uji dengan jumlah individu mencapai rata-rata 300 ekor/rumpun. Varietas Inpari 6, Inpari 4, dan IR 64 berespon rentan terhadap WBC biotipe 1 dengan produksi gabah kering 1,8-3,2 g/rumpun dibandingkan Inpari 13 berespon agak tahan dengan produksi 6,4 g/rumpun. Varietas IR 64, Inpari 3 dan Inpari 6 berespon rentan terhadap WBC biotipe 2 dengan produksi 1,2-2,3 g/rumpun dibandingkan Inpari 13 berespon tahan dengan produksi 6,6 g/rumpun. Tujuh varietas padi uji berespon rentan terhadap WBC biotipe 3 dengan produksi 0-0,5 g/rumpun kecuali PTB 33 dan Inpari 13 berespon tahan dengan produksi 10,7 g/rumpun. Pada populasi WBC biotipe 1, 2, maupun 3, jumlah brakhiptera berturut-turut 16-23, 11, dan 13-32 kali lipat lebih besar dari makroptera ditemukan pada varietas rentan dibandingkan 4-13, 5-7 dan 3-8 kali lipat pada varietas tahan. Ratio seks betina : jantan WBC brakhiptera biotipe 1, 2, maupun 3 ditemukan berkembang pada varietas rentan yaitu 1,4- 2,24 relatif lebih besar dibandingkan dengan varietas tahan, yaitu 0,8-1,3. Rasio seks makroptera relatif hampir sama antara varietas rentan dan tahan, yaitu 1,2-1,3 pada biotipe 1, 0,8-1 pada biotipe 2, dan 1,2-1,3 biotipe 3. Populasi WBC biotipe 1, 2, dan 3 berkembang lambat pada varietas Inpari 13 dengan jumlah populasi rendah, namun relatif tidak menurunkan kualitas maupun kuantitas produksi gabah, sehingga varietas tersebut dianggap sebagai varietas durable resistance.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak dahulu komoditi pangan khususnya padi di Indonesia memegang peranan yang sangat penting karena merupakan sumber bahan makanan utama sebagian besar penduduk Indonesia (Nasoetion 2001). Penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat penduduk Indonesia yang tumbuh pesat merupakan tantangan berat karena beberapa hal seperti ketersediaan pangan yang harus dipenuhi dalam kondisi lahan yang subur yang berkurang setiap tahun, keterbatasan sistem irigasi tanaman dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang sering menghambat proses budidaya tanaman sehingga menurunkan hasil panen.

Wereng batang cokelat (WBC) Nilaparvata lugens Stål, famili Delphacidae termasuk OPT utama pada tanaman padi. Hama ini menyerang seluruh fase pertumbuhan tanaman. WBC mengakibatkan kekeringan pada seluruh jaringan tanaman akibat isapannya atau disebut hopperburn, selain itu dapat menjadi vektor penyakit virus kerdil hampa dan kerdil rumput (Oka & Bahagiawati 1991). Hama ini dilaporkan menyerang berbagai varietas tanaman padi khususnya padi tipe baru (PTB), padi hibrida dan padi varietas unggul baru (VUB) (Baehaki & Widiarta 2008). Pada bulan Januari-Juni 2011 menurut Data Kementerian Pertanian, serangan WBC mencapai luasan 105.010 ha dan puso 20.345 ha yang persebarannya meliputi 26 provinsi di Indonesia (Anonim 2011).

WBC dikenal memiliki biotipe. Tiga biotipe wereng yang tersebar di wilayah pertanaman padi di Indonesia, yaitu biotipe 1, 2, dan 3 telah ditetapkan berdasarkan penapisan tingkat kemampuan perusakan tanaman setiap biotipe tersebut terhadap perubahan varietas padi baru tertentu yang dianggap tahan dan diintroduksikan di lapangan. WBC memiliki plastisitas genetik yang tinggi sehingga dengan mudah membentuk biotipe baru. Pada tahun 2006, wereng biotipe 3 dilaporkan menunjukkan tingkat keganasan yang lebih parah yaitu menyebabkan ketahanan varietas IR 64 dan Ciherang yang sebelumnya dianggap tahan berubah menjadi tidak tahan (Baehaki 2007). Peledakan populasi WBC

dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan yang pesat, seperti dicirikan dengan tipe pertumbuhan populasi r-strategi (Baehaki & Widiarta 2008). Pertumbuhan populasi ini sangat bergantung pada kemampuan dan kesesuaian hidup serta kemampuan reproduksi setiap individu wereng pada habitatnya. Peledakan populasi terjadi karena wereng berhasil hidup dan berkembangbiak dengan baik pada varietas tanaman rentan. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh petani untuk mengendalikan WBC di antaranya yaitu menanam varietas padi tahan. Cara ini dianggap paling ideal karena mudah digunakan, murah, dan kurang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Varietas padi tahan bergantung pada biotipe WBC yang berkembang di suatu ekosistem, walaupun demikian pertahanan ini dapat patah karena WBC diduga memiliki kemampuan adaptasi terhadap varietas inang dan lingkungan (Syam et al. 2007). Seperti contohnya varietas IR 64 dan beberapa varietas unggul baru (VUB) telah teruji memiliki ketahanan terhadap WBC, namun pada kenyataan di lapang, masih sering dilaporkan serangan populasi wereng yang relatif tinggi pada varietas tersebut. Oleh karena itu, ketahanan varietas padi ini penting dikaji kembali melalui pengujian respon pertumbuhan tiga biotipe WBC pada beberapa varietas padi khususnya inhibrida dan VUB untuk mendapatkan varietas durable resistance.

Awal infestasi serangan hama di antaranya WBC pada tanaman sangat ditentukan oleh kemampuan terbang serangga, yang berpengaruh terhadap aktivitas pemencaran dan pencapaian atau penemuan habitat inangnya. Aktivitas ini mendasari pola penemuan dan pemilihan tanaman inang, yang kemudian menentukan kemampuan hidup dan perkembangbiakan serangga (Van Alphen & Jervis 1996). Sayap serangga merupakan bagian alat gerak dalam aktivitas pemencaran populasi suatu spesies (Chapman 1998). WBC memiliki dua tipe sayap yaitu brakhiptera (bersayap pendek) dan makroptera (bersayap panjang). Makroptera sangat berpotensi dalam perilaku memencar jarak pendek antar pertanaman dan migrasi jarak jauh untuk menemukan tanaman inang (Baehaki 1984). Pada tanaman inang baru, WBC makroptera meletakkan telur yang akan menetas menjadi nimfa calon individu brakhiptera. WBC makroptera akan terinisiasi kembali apabila kepadatan populasi nimfa meningkat (Yamada 1990).

Peningkatan ini dipengaruhi faktor kualitas habitat dan makanan tempat wereng tumbuh dan berkembangbiak. Introduksi varietas padi tertentu diduga berpengaruh terhadap pembentukan WBC makroptera sebagai pemicu meluasnya serangan WBC. Dengan demikian, potensi pembentukan makroptera pada varietas inhibrida maupun VUB juga perlu diteliti.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan perkembangan populasi WBC biotipe 1, 2, dan 3 serta proporsi pembentukan makroptera yang diinfestasikan pada sembilan varietas padi.

Hipotesis

Setiap varietas tanaman padi uji memiliki respon yang berbeda dalam menunjang pertumbuhan populasi WBC dan pembentukan sayap makroptera, baik biotipe 1, 2, maupun 3. Peningkatan populasi WBC terjadi pada tanaman rentan. Varietas padi yang diserang WBC pada tingkat populasi rendah dan masih menghasilkan gabah diduga bersifat durable resistance. Nilai proporsi pertumbuhan makroptera paling tinggi terjadi pada kepadatan populasi nimfa yang tinggi pada varietas tanaman uji paling rentan.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi ketidakmampuan WBC biotipe 1, 2, dan 3 untuk hidup dan berkembang pada varietas padi uji. Varietas padi yang bersifat durable resistance terhadap WBC dapat dijadikan salah satu komponen penentu dalam perakitan varietas tahan.

Dokumen terkait