• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Baharuddin. 2004. Penggunaaan Taraf Naungan dan Jenis Mulsa Untuk Meningkatkan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal

Agroland Vol II, Penerbit Universitas Tadulako, Palu dalam Pengaruh

Naungan Dan Tekstur Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine americana MERR.). Yusuf, H. 2009.

USU Repository © 2009.

Bengen, D. 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosiistem Mangrove. PKSPL. IPB. Bogor.

Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sipnosis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahuri R., Rais Y., Putra S.,G., Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan Sumber daya

Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Daniel T. W, J. A. Helms and F. S. Baker, 1992. Prinsip – Prinsip Silvikultur (Terjemahan). Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Devkota, A., P. K, Jha. 2010. Effects of Different Light level on the Growth Traits and Yield of Cantella Asiatica. Meddle-East Journal of Scientific

Research 5(4) : 226-230

Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan [Ditjen RLL]. 1999. Inventarisasi dan Identifikasi Hutan Bakau (Mangrove) yang Rusak di Indonesia. Laporan Akhir. PT Insan Mandiri Konsultan. Jakarta.

Djamali, A. 1994. Komunitas Ikan di Perairan Sekitar Mangrove (Studi Kasus di Muara Sungai Berau, Kalimantan Timur, Cilacap, Jawa Tengah dan Teluk Bintuni, Irian Jaya). Hlm. 160 - 167.

Djamali, R. A., 2004. Persepsi Masyarakat Desa Pantai Terhadap Kelestarian Hutan Mangrove (Studi Kasus di Kabupaten Probolinggo). Makalah Pribadi Filsafah Sains (PPS 702), Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia : Jakarta

dalam Respon Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun Nilam (Pogostemon cublin Benth) pada Tingkat Naungan yang Berbeda. Haryani, S. 2008.

Ekawati. R. 2009. Skripsi : Pengaruh Naungan Tegakan Pohon terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Beberapa Tanaman Sayuran Indigenous. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor

Faridah E, 1996. Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza dan Serbuk Arang pada Pertumbuhan Alam Drybalanops sp. Buletin Penelitian Nomor 29. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Gardner, F. P; R. B. Pearce, and R.L Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H. Susilo. Ui-Press : Jakarta.

Gomez, K.A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian

Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S Baharsyah. UI – Press : Jakarta.

Gunawan. H., Anwar. C., 2007. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian. Bogor.

Guslim. 2007. Agroklimatologi. USU Press. Medan

Harjadi, S.S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 506 hal dalam Skripsi : Pengaruh Naungan Tegakan Pohon terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Beberapa Tanaman Sayuran Indigenous. Ekawati. R. 2009. Haryani, S. 2008. Respon Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun Nilam

(Pogostemon cublin Benth) pada Tingkat Naungan yang Berbeda. Buletin

Anatomi dan Fisiologi, XVI (2). 20 -26. ISSN 0854-5637.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Khazali, M. 1999. Panduan Teknis : Penanaman Mangrove bersama Masyarakat. Wetlands International – Indonesia Programme, Bogor.

Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, dan S. Baba. 1997. Handbook of Mangrove in Indonesia : Bali and Lombok, Denpasar dalam Ekosistem Mangrove di Jawa : Restorasi, Setyawan, A. D., Kusumo, W., dan Purin, C. P. 2003.

Biodiversitas. 5:105-118

Kramer P. J. and T. T. Kozlowsky, 1979. Physiology of Woody Plants. Academic Press, Inc. Florida.

Kusmana, C., S. Takeda, and H. Watanabe. 1995. Litter Production of a Mangrove Forest in East Sumatera, Indonesia. Prosidings Seminar V: Ekosistem Mangrove, Jember, 3-6 Agustus 1994: 247-265. Kontribusi MAB Indonesia No. 72-LIPI, Jakarta dalam Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah

Pesisir. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian. Gunawan. H., Anwar. C., 2007.

Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta dalam Pengaruh Naungan Dan Tekstur Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine americana MERR.). Yusuf, H. 2009. USU Repository © 2009.

. 1995. .Hortikultura: Teori, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta dalam Pengaruh Naungan dan Tekstur Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine

americana MERR.)., Yusuf, H. 2009. USU Repository © 2009.

Macnae, W. 1986. A General Account of the Fauna of the Mangrove Swamps of and Forests In The Indo-West Pacific Region dalam Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Ningsih, S. S. 2008. Tesis : USU e-Repository. Medan.

Martodiwirjo, S. 1994. Kebijaksanaan Pengelolaan dan Rehabilitasi Hutan Mangrove dalam Pelita VI. Bahan Diskusi Panel Pengelolaan Hutan Mangrove, Mangrove Center, Denpasar, 26-28 Oktober 1994 (tidak diterbitkan).

Naamin, N., dan A. Hardjamulia. 1991. Potensi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Indonesia. Prosiding Puslitbang. Jakarta.

Ningsih, S. S. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya

Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Tesis :

USU e-Repository. Medan.

Priyono, A. 2010. Panduan Praktis Teknik Rehabilitasi Mangrove Di Kawasan Pesisir Indonesia. Kesemat : Semarang.

Purwoko, B. S., dan Djukri. 2003. Pengaruh Naungan Paranet Terhadap Sifat Toleransi Tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). Ilmu

Pertanian, Vol. 10 No.2 : 17-25.

Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Nasional. Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta.

Suhardi, 1995. Effect Of Shading, Mycorrhizza Inoculated And Organic Matter On The Growth Of Hopea Gregaria Seedling Buletin Penelitian Nomor 28. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah mada Yogyakarta.

Sutarmi, S. 1983. Botani Umum Jilid II. Angkasa. Bandung. 180 hal dalam Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Widiastuti, L. 2004. Jurnal

Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 35-42.

Wardiana, E and M. Herman. 2011. Effects of Light Intensity and Seedling Media on the Growth Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw Seedling. Agrivita

Volume 33 No. 1 hal 33-34.

Wibisono, I.T, Priyanto, E.B, dan Suryadiputra, I.N. 2006. Panduan Praktis Rahabilitasi Pantai : Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor.

Widiastuti, L., Tohari dan E. Sulistyaningsih. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 35-42. Wilkins, M. B. 1969. Fisiologi Tanaman. Edisi pertama. (Diterjemahkan oleh

Sutedjo dan Kartasapoetra). PT Bina Aksara. Jakarta

Yusuf, H. 2009. Pengaruh Naungan Dan Tekstur Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine americana MERR.), USU

Lampiran 1. Analisis Rancangan Percobaan Tinggi (cm) Bibit R. Apiculata pada Berbagai Intenstias Naungan

Tabel 11. Pertambahan tinggi bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan Kelompok Intensitas Naungan Total

Rata-rata 0% 25% 50% 75% 100% P1 14,10 28,20 28,90 27,20 27,10 125,50 25,10 P2 18,20 29,90 23,90 27,70 27,20 126,90 25,38 P3 10,10 13,80 28,10 20,10 27,80 99,90 19,98 P4 15,10 21,60 26,10 27,70 29,10 119,60 23,92 P5 19,80 22,10 23,10 25,70 26,90 117,60 23,52 P6 22,10 28,40 15,60 30,00 27,90 124,00 24,80 P7 20,00 21,00 21,60 25,09 19,10 106,79 21,36 P8 11,40 24,40 22,10 31,80 26,40 116,10 23,22 P9 17,20 24,30 22,80 25,60 26,05 115,95 23,19 P10 15,10 26,30 19,70 30,10 24,70 115,90 23,18 Total 163,10 240,00 231,90 270,99 262,25 1168,24 Rata-rata 16,31 24,00 23,19 27,10 26,23

Tabel 12. Hasil analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Sumber

Keragaman Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat

Tengah F-Hitung F-Tabel Perlakuan 4 723,292 180,823 12,653* 2,63 Kelompok 9 125,169 13,908 0,973tn 2,15 Galat 36 514,465 14,291

Total 49 1362,927

Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada taraf 95% tn = Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 2. Analisis Rancangan Percobaan Diameter Batang (cm) Bibit R. apiculata Pada Berbagai Intensitas Naungan

Tabel 13. Pertambahan diameter bibit batang R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Kelompok Intensitas Naungan Total Rata-rata 0% 25% 50% 75% 100% P1 0,43 0,50 0,63 0,49 0,50 2,55 0,85 P2 0,50 0,53 0,51 0,50 0,52 2,56 0,85 P3 0,47 0,45 0,55 0,50 0,50 2,47 0,82 P4 0,42 0,50 0,50 0,50 0,53 2,45 0,82 P5 0,51 0,54 0,54 0,50 0,51 2,60 0,87 P6 0,56 0,57 0,49 0,49 0,50 2,61 0,87 P7 0,50 0,50 0,50 0,49 0,50 2,49 0,83 P8 0,46 0,60 0,61 0,50 0,50 2,67 0,89 P9 0,50 0,49 0,51 0,50 0,50 2,50 0,83 P10 0,50 0,47 0,44 0,50 0,50 2,41 0,80 Total 4,85 5,15 5,28 4,97 5,06 25,31 Rata-rata 0,49 0,52 0,53 0,50 0,51

Tabel 14. Hasil analisis sidik ragam pertambahan diameter bibit batang R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Sumber

keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung F-tabel Perlakuan 4 0,011 0,003 1,863tn 2,63 Kelompok 9 0,012 0,001 0,901tn 2,15

Galat 36 0,052 0,001

Total 49 0,075

Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada taraf 95% tn = Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 3. Analisis Rancangan Percobaan Jumlah Daun Bibit R. apiculata Pada Berbagai Intensitas Naungan

Tabel 15. Jumlah helai daun bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Kelompok Intensitas Naungan Total Rata-rata 0% 25% 50% 75% 100% P1 4 4 8 4 4 24 5 P2 4 4 6 4 4 22 4 P3 6 4 4 4 4 22 4 P4 4 4 4 6 6 24 5 P5 4 6 4 6 12 32 6 P6 6 6 6 6 4 28 6 P7 4 4 4 4 4 20 4 P8 4 6 6 4 4 24 5 P9 4 4 6 6 6 26 5 P10 6 10 4 6 6 32 6 Total 46 52 52 50 54 254 Rata-rata 5 6 6 6 6

Tabel 16. Hasil analisis sidik ragam jumlah bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Sumber

keragaman Derajat bebas

Jumlah

kuadrat Kuadrat tengah F-Hitung F-Tabel Perlakuan 4 3,680 0,920 0,347tn 2,63 Kelompok 9 30,480 3,387 1,276tn 2,15

Galat 36 95,520 2,653

Total 49 129,680

Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada taraf 95% tn = Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 4. Analisis Rancangan Percobaan Luas Permukaan Daun Bibit R. apiculata Pada Berbagai Intensitas Naungan

Tabel 17. Luas permukaan daun bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Kelompok Intensitas Naungan Rata-rata

0% 25% 50% 75% 100% Total P1 59,867 113,618 149,357 119,519 94,529 536,889 107,378 P2 74,548 126,289 134,972 123,562 89,310 548,680 109,736 P3 50,296 13,934 123,746 94,759 80,815 363,550 72,710 P4 45,530 122,819 115,226 119,772 92,597 495,944 99,189 P5 65,628 116,425 101,157 134,959 111,145 529,314 105,863 P6 116,520 187,029 78,768 101,553 78,778 562,647 112,529 P7 57,953 84,581 71,641 96,81597 96,305 407,295 81,459 P8 46,727 147,271 150,287 115,859 85,434 545,577 109,115 P9 80,368 146,305 143,406 134,897 115,4798 620,456 124,091 P10 101,791 139,940 46,366 138,478 96,099 522,674 104,535 Total 699,227 1198,210 1114,925 1180,173 940,492 5133,026 Rata-rata 69,923 119,821 111,492 118,017 94,049

Tabel 18. Hasil analisis sidik ragam luas permukaan daun bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Sumber Keragaman

Derajat

bebas Jumlah Kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung F-Tabel Perlakuan 4 17542,383 4385,596 5,434* 2,63 Kelompok 9 10215,045 1135,005 1,406tn 2,15 Galat 36 29055,716 807,103

Total 49 56813,145

Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada taraf 95% tn = Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 5. Analisis Rancangan Percobaan Bobot Kering Akar Bibit R. apiculata Pada Berbagai Intensitas Naungan

Tabel 21. Biomassa akar bibit R. apiculata pada berbagai Intensitas Naungan

Kelompok Intensitas Naungan Total Rata-rata 0% 25% 50% 75% 100% P1 0,273 0,111 0,048 0,167 0,100 0,698 0,140 P2 0,400 0,083 0,250 0,100 0,154 0,987 0,197 P3 0,750 0,400 0,174 0,143 0,125 1,592 0,318 P4 0,625 0,357 0,267 0,067 0,071 1,387 0,277 P5 0,444 0,333 0,364 0,100 0,176 1,418 0,284 P6 0,522 0,417 0,200 0,200 0,364 1,702 0,340 P7 0,688 0,600 0,571 0,371 0,200 2,430 0,486 P8 0,714 0,438 0,059 0,211 0,091 1,512 0,302 P9 0,438 0,286 0,083 0,200 0,069 1,076 0,215 P10 0,300 1,000 0,083 0,182 0,077 1,642 0,328 Total 5,153 4,025 2,099 1,740 1,427 14,444 Rata-rata 0,515 0,402 0,210 0,174 0,143

Tabel 22. Hasil analisis sidik ragam bobot kering akar bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Jumlah

kuadrat F-Hitung F-Tabel Perlakuan 4 1,050 0,263 11,131* 2,63 Kelompok 9 0,402 0,045 1,893tn 2,15 Galat 36 0,849 0,024

Total 49 2,301

Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada taraf 95% tn = Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 6. Analisis Rancangan Percobaan Bobot Kering Tajuk Bibit R. apiculata Pada Berbagai Intensitas Naungan

Tabel 23. Bobot kering tajuk bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Kelompok Intensitas Naungan

Rata-rata 0% 25% 50% 75% 100% Total P1 1,83 2,61 3,05 3,73 3,250 14,47 2,89 P2 1,51 2,90 2,65 3,66 2,252 12,97 2,59 P3 2,83 7,23 2,51 3,59 2,372 18,52 3,70 P4 2,37 2,59 2,94 6,38 2,582 16,85 3,37 P5 2,25 3,78 3,28 3,90 3,269 16,47 3,29 P6 1,36 3,54 2,96 3,00 2,594 13,45 2,69 P7 1,29 1,65 1,98 2,73 1,698 9,35 1,87 P8 2,47 3,29 2,64 3,54 3,186 15,12 3,02 P9 1,58 3,37 2,32 2,82 2,22 12,31 2,46 P10 1,26 2,52 2,05 3,49 2,399 11,72 2,34 Total 18,75 33,48 26,38 36,82 25,82 141,24 Rata-rata 1,87 3,35 2,64 3,68 2,58

Tabel 24. Hasil analisis sidik ragam bobot kering tajuk bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Sumber

Keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-Hitung F-Tabel Perlakuan 4 20,078 5,020 7,803* 2,63 Kelompok 9 13,452 1,495 2,323* 2,15 Galat 36 23,159 0,643

Total 49 56,689

Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada taraf 95% tn = Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 7. Analisis Rancangan Percobaan Rasio Bobot Kering Tajuk per Akar Bibit R. apiculata Pada Berbagai Intensitas Naungan

Tabel 25. Rasio bobot kering tajuk akar bibit R. apiculata pada berbagai Intensitas Naungan

Kelompok Intensitas Naungan Total Rata-rata 0% 25% 50% 75% 100% P1 6,712 23,534 64,036 22,368 32,500 149,150 29,830 P2 3,769 34,841 10,598 36,556 14,640 100,404 20,081 P3 3,770 18,068 14,440 25,107 18,975 80,360 16,072 P4 3,784 7,249 11,026 95,681 36,142 153,882 30,776 P5 5,053 11,340 9,025 38,986 18,522 82,926 16,585 P6 2,609 8,493 14,780 14,976 7,134 47,992 9,598 P7 1,880 2,754 3,467 19,098 8,491 35,690 7,138 P8 3,461 7,513 44,890 16,792 35,047 107,703 21,541 P9 3,614 11,787 27,875 14,110 19,163 76,548 15,310 P10 4,213 2,516 24,591 19,197 31,187 81,704 16,341 Total 38,864 128,097 224,728 302,871 221,799 916,359 Rata-rata 3,886 12,810 22,473 30,287 22,180

Tabel 26 Hasil analisis sidik ragam bobot kering tajuk akar bibit R. apiculata pada berbagai intensitas naungan

Sumber Keragaman Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-Hitung F-Tabel Perlakuan 4 4140,489 1035,122 4,672* 2,63 Kelompok 9 2616,296 290,700 1,312tn 2,15 Galat 36 7975,362 221,538

Total 49 14732,146

Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada taraf 95% tn = Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 8. Persentase hidup bibit R. apiculata Pada Berbagai Intensitas Naungan Paranet 0% = 100% 10 10 x = 100% Paranet 25% = 100% 10 10 x = 100% Paranet 50% = 100% 10 10 x = 100% Paranet 75% = 100% 10 9 x = 90% Paranet 100% = 100% 10 9 x = 90

Lampiran 9. Foto Lokasi dan Kondisi Penelitian

Gambar 7. Kondisi tanpa intensitas naungan

Gambar 9. Kondisi dengan intensitas naungan 50%

Dokumen terkait