• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ahmad, R. Z. 2008. Pemanfaatan cendawan untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. J. Litbang Pertanian. Vol. 27 (3) : 84-92.

Amril, A. M., S. Rasjid, & Hasan. 1990. Rumput lapangan dan jerami padi amoniasi urea sebagai sumber hijauan dalam penggemukan sapi bali jantan dengan makanan penguat. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali, 20-22 September 1990.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar. 2010. Kecamatan Polombangkeng Utara dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar, Takalar. Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus penduduk 2010 : umur penduduk.

http://sp2010.bps.go.id/. [3 Agustus 2012].

Ball, H. & A. R. Peters. 2004. Reproduction in Cattle. 3rd Ed. Blackwell Publishing Ltd., Oxford.

Bamualim, A. & R. B. Wirdahayati. 2003. Nutrition and management strategies to improve bali cattle productivity in Nusa Tenggara. Management to facilitate genetic improvement of bali cattle in eastern Indonesia. Proceeding ACIAR Workshop on Strategies to Improve Bali Cattle in Eastern Indonesia, Bali, Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra, 4-7 Februari 2002.

Bearden, H. J., J. W. Fuquay, & S. T. Willard. 2004. Applied Animal Reproduction. 6th Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey.

Chotiah, S. 2008. Diare pada anak sapi : agen penyebab, diagnosa dan penanggulangan. Prosiding Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta, 21 April 2008.

Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB Press, Bogor. Darmadja, D. 1990. Potensi sapi bali sebagai kebanggaan nasional. Prosiding

Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali, 20-22 September 1990.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulawesi Selatan. 2012. Data Sapi Potong Sulawesi Selatan. Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau 2011 (PSPK 2011). http://disnaksulsel.info/. [1 Maret 2012].

Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Sapi bali betina. http://ditjennak.deptan.go.id/index.php?page=galerifoto&action=detailalbum &id=25. [1 Maret 2012].

Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.

52

Departemen Pertanian. 2010. Sapi Bali Jantan.

http://multimedia.deptan.go.id/vidiscript/play/Peternakan/Sapi_Bali_Jantan.[1 Maret 2012].

Febrina, D. & M. Liana. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ruminansia pada peternak rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. J. Peternakan. Vol. 5. No. 1 : 28-37.

Fletcher, K. 1990. Marketing Management and Information Technology. Prentice Hall International Ltd., London.

Fordyce, G., T. Panjaitan, Muzani, & D. Poppi. 2003. Management to facilitate genetic improvement of bali cattle in eastern Indonesia. Proceeding ACIAR Workshop on Strategies to Improve Bali Cattle in Eastern Indonesia, Bali, Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra, 4-7 Februari 2002.

Gunawan, A. R. Sari, Y. Parwoto, & M. J. Uddin. 2011. Non genetic factors effect on reproductive performance and preweaning mortality from artificially and naturally bred in bali cattle. J. Indonesian Trop. Anim. Agric. 36 (2) : 83-90. Google Map. Peta kabupaten Takalar. https://maps.google.co.id/. [20 Juli 2012]. Hardjopranjoto, H. S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University

Press, Surabaya.

Hardjosubroto, W. & J. M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Kadarsih, S. 2004. Performans sapi bali berdasarkan ketinggian tempat di daerah transmigrasi Bengkulu : II. performans reproduksi. J. Penelitian UNIB. Vol. X. 2 : 119-126.

Kairupan, A. N. 2011. Kajian perkembangan sapi lokal di kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) Batui Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Liwa, A. M. 1990. Produktivitas sapi bali di Sulawesi Selatan. Disertasi. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mangkoewidjoyo, S. 1990. Beberapa pemikiran tentang usaha peningkatan daya tahan sapi bali terhadap penyakit menular. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali, 20-22 September 1990.

Martojo, H. 1990. Upaya pemuliaan dan pelestarian sapi bali untuk menunjang pembangunan peternakan secara nasional. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali, 20-22 September 1990.

Mathius, I. W. 2008. Pengembangan sapi potong berbasis industri kelapa sawit. J. Pengembangan Inovasi Pertanian. Vol. 1(2): 206-224.

National Research Council (NRC). 1984. Nutrient Requirements of Beef Cattle. 6th Edition. National Academy Press, Washington DC.

53 Nell, A. J. & D. H. L. Rollinson. 1974. The Requirement and Availability of

Livestock Feed in Indonesia. UNDP Project INS/72/009, Jakarta.

Noor, R. R. 2003. Manajemen Inseminasi Buatan pada Sapi dan Unggas. Program Pendidikan Pertanian Terpadu (P3T) Ma’had Al Zaytun, Indramayu.

Paat, P. C. & M. Winugroho. 1990. Peningkatan produktivitas sapi bali pada kondisi pedesaan dengan memanfaatkan dedak padi sebagai pakan tambahan. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali, 20-22 September 1990.

Pane, I. 1990. Upaya peningkatan mutu genetik sapi bali di P3 Bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali, 20-22 September 1990.

Panjaitan, T., G. Fordyce, & D. Poppi. 2003. Bali cattle performance in the dry tropics of Sumbawa. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol. 8. No. 3 : 183-188. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press,

Jakarta.

Pemerintah Desa Pa’rappunganta. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Pemerintah Kabupaten Takalar, Takalar.

Prasojo, G., I. Arifiantini, & K. Mohamad. 2010. Korelasi antara lama kebuntingan, bobot lahir dan jenis kelamin pedet hasil inseminasi buatan pada sapi bali. J. Veteriner. Vol. 11. No. 1 : 41-45.

Priadi, A. & L. Natalia. 2000. Patogenesis Septicaemia epizootica (se) pada sapi/kerbau: gejala klinis, perubahan patologis, reisolasi, deteksi pasteurella

multocida dengan media kultur dan polymerase chain reaction (pcr). J. Ilmu

Ternak dan Veteriner.Vol. 5. No. 1 : 65-71.

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis : Reorientasi, Konsep dan Strategi untuk Menghadapi Abad 21. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Romjali, E. & A. Rasyid. 2007. Keragaan reproduksi sapi bali pada kondisi peternakan rakyat di Kabupaten Tabanan Bali. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Akselerasi Agribisnis Peternakan Nasional Melalui Pengembangan dan Penerapan IPTEK, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor, 21-22 Agustus 2007.

Salisbury, G.W. & N. L. VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Terjemahan R. Djanuar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Saleh, A. 2006. Tingkat penggunaan media massa dan peran komunikasi anggota kelompok peternak dalam jaringan komunikasi penyuluhan sapi potong. Media Peternakan. Vol. 29. No.2 : 107-120.

Santosa, K. A. & Harmadji. 1990. Peranan gaduhan, PUTP dan PIR dalam pengembangan peternakan sapi bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali, 20-22 September 1990.

54 Sariubang, M., A. Nurhayu, & A. Saenab. 2009. Pengkajian sistem pembibitan sapi bali pada peternakan rakyat di Kabupaten Takalar. Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009.

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro09-11.pdf. [20 September 2011].

Sastradipradja, D. 1990. Potensi internal sapi bali sebagai salah satu sumber plasma nutfah untuk menunjang pembangunan peternakan sapi potong dan ternak kerja secara nasional. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali, 20-22 September 1990.

Subdinas Peternakan Kabupaten Takalar. 2011. Populasi Ternak Besar Tiap Desa di Kecamatan Polombangkeng Utara. Dinas Pertanian Kabupaten Takalar, Takalar.

Sudardjat, S. & R. Pambudy. 2003. Menjelang Dua Abad Sejarah Peternakan dan Kesehatan Hewan di Indonesia: Peduli Peternak Rakyat. Yayasan Agrindo Mandiri, Jakarta.

Supriyantono, A., L. Hakim, Suyadi, & Ismudiono. 2008. Performansi sapi bali pada tiga daerah di Provinsi Bali. Berk. Penel. Hayati. 13 : 147 – 152.

Sutan, S. M. 1988. Suatu perbandingan performans reproduksi dan produksi antara sapi brahman, peranakan ongole, dan sapi bali di daerah transmigrasi Batumarta, Sumatera Selatan. Disertasi. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syamsu, J. A., L. A. Sofyan, K. Mudikjo, & E. G. Sa’id. 2003. Daya dukung limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. Wartazoa. Vol. 13. No.1. Hal : 30-37.

Syamsu, J. A., A. Natsir, S. Ahmad, E. Abustam, N. Kadir, H. M. Ali, M. Mukarram, A. M. Arasy, & A. H. Setiawan. 2006. Limbah Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pakan Ruminansia : Potensi dan Daya Dukung di Sulawesi Selatan. Yayasan Citra Emulsi dan Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Talib, C. 2002. Sapi bali di daerah sumber bibit dan peluang pengembangannya. Wartazoa. Vol. 12. No. 3. Hal : 100-107.

Talib, C., K. Entwistle, A. Siregar, T. S. Budiarti, & D. R. Lindsay. 2003. Survey of population and production dynamics of bali cattle and existing breeding programs in Indonesia. Proceeding ACIAR Workshop on Strategies to Improve Bali Cattle in Eastern Indonesia, ACIAR, Bali, 4 -7 Februari 2002. Hal : 3-9.

Toelihere, M. R. 1981a. Ilmu Kemajiran pada Ternak Sapi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Toelihere, M. R. 1981b. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

55 Wardhani, N. K. 1990. Respon sapi bali terhadap usaha perbaikan pakan dengan suplementasi. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, 20-22 September 1990.

Wiltbank, J. N. 1970. Research needs in beef cattle reproduction. J. Anim. Sci. 31 : 755 – 762.

57 Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak

Nomor :

Nama pewancara : Tanggal :

KUESIONER

PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA’RAPPUNGANTA

KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

1. Nama :………

2. Umur :………tahun. 3. Alamat :………

4. Telp. :………

5. Pendidikan terakhir :………

6. Mulai beternak sapi Bali :………

7. Alasan beternak sapi Bali :………......

……….......

8. Jumlah anggota keluarga……orang.  Anak :………orang (<16tahun)  Dewasa :………orang (>16tahun) 9. Beternak sapi Bali sebagai … a. Usaha utama b. Usaha sambilan 10. Jika usaha sambilan maka pekerjaan utamanya … a. petani e. pedagang b. buruh f. tukang/pengrajin c. pegawai negeri g. wirausaha d. pegawai swasta h. lainnya………

11. Pendapatan keluarga/bulan :………..

12. Jenis ternak lain yang dipelihara … a. Sapi Bali b. Ayam/itik/angsa/puyuh c. Kambing/domba d. Kuda e. Lainnya……….

13. Apakah pernah mendapatkan pelatihan atau penyuluhan … a. Ya b. Tidak 14. Jika ya, pihak atau institusi apa yang pernah memberikan pelatihan atau penyuluhan? ...

58 II. Ternak Sapi Bali

1. Jumlah ternak sapi Bali yang dipelihara :……ekor 2. Perbandingan jantan : betina = …

Umur Sapi Bali

Jumlah

Jantan Betina

0 – 1 tahun 1 tahun – 2 tahun >2 tahun

3. Status kepemilikan sapi Bali a. Milik sendiri :……ekor b. Gaduhan/bagi hasil :

a). ……ekor untuk peternak

b). ……ekor untuk pemilik

III. Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Bali 1. Sistem perkandangan/pemeliharaan sapi Bali …

a. Dikandangkan terus menerus (intensif) b. Digembalakan (ekstensif)

c. Malam dikandangkan, siang diikat di luar rumah/digembalakan (semi intensif) 2. Jika jawaban no.1 adalah c, maka…

a. Jam keluar kandang adalah………

b. Jam dikandangkan kembali adalah………

3. Kepemilikan kandang :………

4. Bentuk kandang …

a. Sendiri-sendiri b. Kelompok kecil

c. Kelompok besar/digembalakan

5. Luas kandang :………

6. Frekuensi pembersihan kandang :………

7. Bibit berasal dari…

a. beli di pasar hewan b. beli di peternak lain c. orang yang menitipkan d. pemerintah

8. Apakah dilakukan pemberian identitas sapi Bali atau tidak? a. Ya…..Bentuknya :……….

59 9. Hal/aspek apa saja yang dicatat selama ini?

a. Manajemen perkawinan/reproduksi (tanggal kawin, tanggal beranak, dll.) b. Performa anak yang dilahirkan (bobot lahir,jenis kelamin, dll.)

c. Kesehatan sapi Bali d. Kelahiran dan mortalitas

e. Lainnya………..

f. Tidak ada pencatatan

10. Peralatan yang digunakan untuk beternak :………...

IV. Pakan Ternak Sapi Bali

1. Sumber pakan rumput yang digunakan …

a. tumbuh sendiri b. ditanam

2. Hijauan yang diberikan/dimakan ternak …

a. Rumput gajah

b. Jerami padi c. Rumput raja d. Rumput lapang

e. Lainnya………..

3. Frekuensi pemberian hijauan …

a. Terus-menerus b. 3 kali/hari c. 2 kali/hari

d. 1 kali/hari e. Lainnya…

4. Apakah pemberian konsentrat dilakukan?... a. Ya

b. Tidak

5. Jika ya, jenis konsentrat yang diberikan adalah….

a. Dedak padi b. Jagung

c. Lainnya…

6. Frekuensi pemberian konsentrat a. Terus-menerus

b. 3 kali/hari

c. 2 kali/hari d. 1 kali/hari e. Tidak teratur

60 8. Bagaimana cara pemberian air minum?

a. Diberikan langsung b. Dicampur dengan garam

c. Lainnya……

V. Reproduksi

1. Umur berapa sapi Bali a. Berahi pertama : ...

b. Kawin pertama : ………

c. Beranak pertama : ……….

2. Lama siklus birahi : ……….

3. Lama berahi : ……….

4. Lama bunting : ……….

5. Berapa bulan sapi Bali kawin lagi setelah beranak? ………. bulan. 6. Jumlah panen anak/tahun adalah……ekor dari ……ekor induk. 7. Waktu yang diperlukan untuk berahi kembali setelah melahirkan……

8. Lama selang beranak adalah……tahun……bulan 9. Untuk sapi Bali kawin alam

a. Berapa kali kawin hingga bunting (S/C) =…….kali

b. Siapa milik pejantannya?...

10. Adakah sapi Bali yang di IB?

a. Jika ya, berasal dari………..

b. Jika tidak, alasannya……….

11. Apakah ada kesulitan saat proses melahirkan (distokia)?

a. Ya, cara mengatasinya………

b. Tidak

12. Apakah pernah terjadi kematian anak

a. Ya, umur ……. banyaknya rata-rata ……. ekor/tahun b. Tidak

13. Apakah kesulitan mencari pejantan?

a. Ya, karena………

b. Tidak

VI. Penanganan Kesehatan 1. Pemberian obat/vitamin

a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Penyakit yang pernah menyerang sapi Bali selama ini….

a. ngorok b. mencret

61 c. cacingan

3. Bagaimana cara mengobatinya? a. Ditangani sendiri

b. Memanggil teman peternak yang berpengalaman c. Memanggil dokter/mantri hewan

4. Apakah jika terdapat penyakit serius, langsung dikonsultasikan dengan dokter/mantri hewan? a. Ya

b. Tidak,karena………

VII. Pemasaran Sapi Bali

1. Biaya yang dikeluarkan untuk ternak Sapi Bali Rp…………bulan/tahun.

2. Tujuan atau motivasi penjualan sapi Bali:

a. Sudah tua atau tidak produktif b. Kebutuhan sehari-hari

c. Kebutuhan sekolah anak-anak (tabungan masa depan) d. Menambah jumlah sapi Bali

e. Mendapatkan keuntungan besar karena harganya relatif mahal f. Membuka usaha lain

g. Lainnya………

3. Sapi Bali sering digunakan oleh konsumen atau peternak sebagai :

a. Sumber daging b. Hewan penghela c. Acara pernikahan d. Upacara khitanan

e. Lainnya………

4. Harga rata-rata seekor sapi Bali : Rp………../ekor

5. Apakah harga tersebut menguntungkan? a. Ya, karena………

b. Tidak, karena………

6. Kepada siapa sapi Bali di jual? a. Langsung ke pasar hewan

b. Melalui pengumpul

c. Pesanan tetangga atau kenalan lainnya

d. Lainnya………

62 Lampiran 2. Form Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Sapi

Bali

Faktor Internal Bobot

(B) Rating (R) Nilai (B x R) Kekuatan : 1 2 3 4 5 Jumlah Kelemahan : 1 2 3 4 5 Jumlah Skor 1

Faktor Eksternal Bobot

(B) Rating (R) Nilai (B x R) Peluang : 1 2 3 4 5 Jumlah Ancaman : 1 2 3 4 5 Jumlah Skor 1

63 Lampiran 3. Perhitungan Analisis KPPTR di Desa Pa’rappunganta

No Sumber Hijauan Nilai Konversi Kesetaraan

Pembaku Keterangan

1 Padang rumput permanen atau PRP (sumber

pembaku)

Produksi : 15 ton BK/Ha/tahun

2 Sawah bera (SB) 10% luas setara PRP Asumsi : 20% luas sawah diberakan/tahun 3 Galengan Sawah (GS) 100% luas GS setara PRP Luas GS 3% luas

sawah 4 Hutan Budidaya (HB) 5% luas HB setara PRP

5 Hutan Sekunder (HS) 2% luas HS setara PRP 6 Tegalan/ Lahan kering (Tg) 1% luas Tg setara PRP 7 Perkebunan (Pk) 5% luas Pk setara PRP 8 Pinggir jalan Setiap 1 km panjang jalan

setara 0,5 ha PRP

Nilai Asumsi Produksi Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP)

No Bahan HHSP Produksi BK/ha (ton) Dikonsumsi Ternak (%)

1 Jerami padi 5,94 10

2 Jerami kacang hijau 4,94 40

3 Jerami tebu 6 10

Perhitungan Produksi Sumber Hijauan

No Sumber Luas (Ha) Konversi PRP (Ha) Produksi (ton BK/Ha/Tahun) 1 Sawah 151 2 Sawah bera 30,2 3,02 45,3 3 Galengan sawah 4,53 4,53 67,95 4 Tegalan 78,9 0,79 11,83 5 Perkebunan 492,42 24,62 369,315 6 Pinggir jalan 6 km 3 45

7 Padang rumput permanen 3 3 45

64 Perhitungan

 Sawah bera (30,2 ha)

Konversi PRP = 20 % x 151 ha = 30,2 ha

Produksi sawah bera = 10% x 30,2 x 15 ton/BK/tahun = 45,3 ton BK/Ha/tahun

 Galengan sawah (4,53 ha)

Konversi PRP = 3% x 151 ha = 4,53 ha

Produksi galengan sawah = 4,53 x 15 ton BK/Ha/tahun = 67,95 ton BK/Ha/tahun

 Tegalan (78,9 ha)

Konversi PRP = 1% x 78,9 ha = 0,79 ha

Produksi tegalan = 0,79 x 15 ton BK/Ha/tahun = 11,83  Perkebunan (492,42 ha)

Konversi PRP = 5% x 492,42 ha = 24,62 ha

Produksi perkebunan = 24,62 ha x 15 ton BK/Ha/tahun = 369,315 ton BK/ha/tahun

 Pinggir jalan (6 km)

Konversi PRP = 0,5 ha/km x 6 km = 3 ha

Produksi pinggir jalan = 3 ha x 15 ton BK/ha/tahun = 45 ton BK/ha/tahun  Padang rumput permanen (3 ha)

Konversi PRP = 100% x 3 ha = 3 ha

Produksi padang rumput = 3 ha x 15 ton BK/ha/tahun = 45 ton Bk/ha/tahun

No Bahan HHSP Luas panen (ha) Produksi (ton BK/Ha/tahun)

1 Jerami padi 151 179,388

2 Jerami kacang hijau 151 298,376

3 Jerami tebu 492,42 590,904

Perhitungan

 Produksi jerami padi

151 ha x 5,94 ton/ha (produksi/ha) x 2 kali panen x 10% = 179,388 ton BK/ha/tahun

 Produksi jerami kacang hijau

151 ha x 4,94 ton/ha x 1 x 40% = 298,376 ton BK/ha/tahun  Produksi tebu

492,42 ha x 6 ton/ha x 2 x 10% = 590,904 ton BK/ha/tahun

Total produksi HMT = sumber hijauan + sumber HHSP = 584,394 + 1068,668

65 = 1653,062 ton BK/ha/tahun

Kapasitas tampung wilayah = Total produksi HMT 2,3 ST

= 1653,062 2,3 ST = 719,97 ST

KPPTR (SL) = kapasitas tampung-populasi riil + kuda = 719,97 ST – (499 ST + 83 ST)

= 137,97 ST

Jumlah Sapi Bali di Desa Pa’rappunganta Tahun 2011

Kelompok Umur Jantan (ekor) Betina (ekor) Satuan Ternak (ST)

Anak (0-1 tahun) 165 123 72

Muda (1-2 tahun) 29 115 72

Dewasa (>2 tahun) 3 352 355

Dokumen terkait