• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adie, M. M. dan A. Krisnawati. 2007. Biologi tanaman kedelai. Dalam Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan. Sumarno, Suyamto, Adi Widjono, Hermanto, dan Husni K. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang. 517 hal. Adisarwanto, T. dan R. Wudianto. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di

Lahan Sawah Kering Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hal. Badan Pusat Statistik. 2010. Luas panen-produktivitas-produksi tanaman kedelai

Indonesia. http://www.bps.go.id. [17 November 2010]

Copeland, L.O. and M. B. McDonald. 2001. Principles of Seed Sience and Technology. Fourth edition. Kluwer Academic Publisher. London. 467 p. Desai, B.B., P.M. Kotecha, and D.K. Salunkhe. 1997. Seeds Handbook Biology,

Production, Processing, and Storage. Marcel Dekker Inc. New York. 627 p.

Hasanah, M. 2002. Peran mutu fisiologik benih dan pengembangan industri benih tanaman industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XXI(3):84-91.

ISTA. 2007. International Rule for Seed Testing. Edition 2007. International Seed Testing Association. Zurich. Swizerland.

Justice, O.L. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Peyimpanan Benih (Terjemahan). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 445 hal.

Musaddad, A. 2008. Teknologi Produksi Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang. 33 hal.

Pramono, A. 1997. Studi Penanganan Benih Kedelai pada Aplikasi Sistem Distribusi dalam Jalinan Arus benih Antar Lapang. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 51 hal. Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia. Jakarta. 143 hal.

________. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia. Jakarta.

Sadjad, S., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. PT Grasindo dan PT Sang Hyang Seri, Jakarta. 185 hal.

Sadjad, S., H. Suseno, S. S. Harjadi, J. Sutakarja. Sugiharso, dan Sudarsono. 1974/1975. Dasar-dasar Teknologi Benih. Capita Selecta. Departemen Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Biro Penataran. 216 hal.

Siskasari, E. 1990. Studi Pendugaan Viabilitas Benih Gmelina (Gmelina arborea

Linn.) Berdasarkan Uji Daya Hantar Listrik. Skripsi. Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 32 hal. Sudjindro, 1994. Indikasi Kemunduran Viabilitas oleh Dampak Guncangan pada

Benih Kenaf (Hibiscus cannabinus L.). Disertasi. Program Pasca Sarjana, Fakultas Pertanian, Insititut Pertanian Bogor. Bogor. 176 hal.

Sukarman dan Hasanah, M. 2003. Perbaikan mutu benih aneka tanaman perkebunan melalui cara panen dan penanganan benih. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XXII(1):16-22.

Suseno, H. 1974. Fisiologi dan biokimia kemunduran benih. hal 98-126. Dasar- dasar Teknologi Benih. Sjamsoe’oed Sadjad, Hari Suseno, Sri Setyati H., Jusup S., Sugiharto, dan Sudarsono. Departemen Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Biro Penataran. 216 hal.

Thelma. 1990. Analisis Ketahanan Benih Beberapa Varietas kedelai (Glycine max

(L.) Merr.) terhadap Deraan Cuaca Lapang Akibat Penundaan Panen. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 57 hal.

Wikipedia. 2010. Kedelai. http://www.wikipedia.org./kedelai. [25 November 2010]

Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Jakarta. Penebar Swadaya. 120 hal.

Yuniarti, N., E. Suita, D. Syamsuwida, A.R. Hidayat, D. Haryadi, dan E.R. Kartiana. 2005. Teknik Pengemasan dan Transportasi Benih dan Semai Gaharu dan Kemenyan. Laporan Hasil Penelitian No. 437. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Simulasi Transportasi

Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas Wilis Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 1.12 0.37 2 0.1672 tn Kondisi suhu/RH (S) 2 0.67 0.33 1.78 0.2098 tn G X S 6 0.41 0.07 0.37 0.8853 tn Galat 22 2.24 0.19 Umum 4.45 KK = 4.5%

Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Sumber Keragaman Db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 4.59 1.53 6.87 0.0060** Kondisi suhu/RH (S) 2 3.09 1.54 6.94 0.0099** G X S 6 1.57 0.26 1.18 0.3799 tn Galat 22 2.67 0.22 Umum 11.94 KK = 4.7%

Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 9405.95 3135.32 9.35 0.0003** Kondisi suhu/RH (S) 2 668.98 334.49 1.00 0.3837 tn G X S 6 547.18 91.19 0.27 0.9447 tn Galat 22 8049.57 335.39 Umum 18671.68 KK = 4.7%

Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 17857.15 5952.38 2.58 0.0773 tn Kondisi suhu/RH (S) 2 1207.17 603.58 0.26 0.7722 tn G X S 6 590.86 98.48 0.04 0.9996 tn Galat 22 55437.53 2309.89 Umum 75092.72 KK = 10.9%

Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 1910.67 636.89 13.91 <.0001** Kondisi suhu/RH (S) 2 99.56 49.78 1.09 0.3531 tn G X S 6 42.67 7.11 0.16 0.9860 tn Galat 22 1098.67 45.78 Umum 3151.56 KK = 7.7%

Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 154.22 51.41 0.93 0.4436 Kondisi suhu/RH (S) 2 18.67 9.33 0.17 0.8463 G X S 6 41.78 6.96 0.13 0.9921 Galat 22 1333.33 55.56 Umum 1548 KK = 8.7%

Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Indeks Vigor pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 2262.67 754.22 6.43 0.0024** Kondisi suhu/RH (S) 2 43.56 21.78 0.19 0.2098 tn G X S 6 109.33 18.22 0.16 0.8853 tn Galat 22 22816 117.33 Umum 5231.56 KK = 19.4%

Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Indeks Vigor pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 80 26.67 0.72 0.5482 tn Kondisi suhu/RH (S) 2 214.22 107.11 2.90 0.0742 tn G X S 6 312 52 1.41 0.2517 tn Galat 22 885.33 36.89 Umum 1491.56 KK = 22.6%

Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 47.42 15.81 3.76 0.0242* Kondisi suhu/RH (S) 2 4.81 2.40 0.57 0.5721 tn G X S 6 5.24 0.87 0.21 0.9710 tn Galat 22 100.99 4.21 Umum 158.46 KK = 7.1%

Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 70.70 23.57 3.84 0.0224* Kondisi suhu/RH (S) 2 10.08 5.04 0.82 0.4523 tn G X S 6 12.02 2 0.33 0.9167 tn Galat 22 147.48 6.14 Umum 240.29 KK = 10.5%

Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Keserempakan Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 208 69.33 1.10 0.3689 tn Kondisi suhu/RH (S) 2 43.56 21.78 0.35 0.7116 tn G X S 6 109.33 18.22 0.29 0.9365 tn Galat 22 1514.67 63.11 Umum 1875.56 KK = 8.7%

Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Keserempakan Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Sumber Keragaman db JK KT F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 900.53 300.18 2.70 0.0684 tn Kondisi suhu/RH (S) 2 55.64 27.82 0.25 0.7808 tn G X S 6 228.83 38.14 0.34 0.9071 tn Galat 22 2670.29 111.26 Umum 3855.29 KK = 14.9%

Lampiran 13. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah Normal pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Sumber Keragaman db JK (10-5) KT (10-5) F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 3.21 1.07 1.59 0.2174 tn Kondisi suhu/RH (S) 2 0.46 0.23 0.34 0.7139 tn G X S 6 1.13 0.19 0.29 0.9399 tn Galat 22 16.12 0.67 Umum 20.92 KK = 7.4%

Lampiran 14. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah Normal pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Sumber Keragaman db JK (10-5) KT (10-5) F-hit Pr > F Lama guncangan (G) 3 4.73 1.58 0.93 0.4424 tn Kondisi suhu/RH (S) 2 2.10 1.05 0.62 0.5468 tn G X S 6 1.65 0.27 0.16 0.9846 tn Galat 22 40.75 1.69 Umum 49.23 KK = 8.7% Keterangan :

* = nyata pada taraf α = 5% ** = nyata pada taraf α =1% tn = tidak nyata

db = derajat bebas JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Total

Transportasi Sesungguhnya

Gambar Lampiran 1. Mesin Simulasi Transportasi

Lampu di atas setiap bak untuk Bagian bawah bak untuk mengatur suhu meletakkan kain lembap dan benih

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan utama di Indonesia setelah padi dan jagung. Biji kedelai mengandung protein (35 - 42) %, lemak (18 - 32)%, air (7%), vitamin (asam fitat) dan lesitin (Ristek, 2010). Produksi kedelai nasional dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat, meskipun terjadi peningkatan produksi sebesar 775 110 ton pada tahun 2008 dan 592 534 ton pada tahun 2009, sehingga pemerintah melakukan kebijakan impor (BPS, 2010).

Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan penggunaan benih kedelai yang unggul sejak awal tanam. Benih bermutu adalah benih yang terjamin mutu genetik, fisik, dan fisiologisnya (Sadjad, 1993). Hal ini dapat terlaksana jika dilakukan penanganan benih kedelai yang tepat dan efektif. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penanganan benih kedelai adalah saat benih mengalami transportasi ke konsumen benih karena periode ini sangat mempengaruhi viabilitas benih.

Menurut Sadjad (1993), setelah benih keluar dari periode simpan (Periode II) dan akan memasuki periode kritikal (Periode III) benih berada pada Periode Konservasi sebelum Tanam (PKT). Benih yang sedang ditransportasikan juga

termasuk ke dalam periode konservasi ini. Benih yang menjalani periode transportasi juga mengalami prinsip penyimpanan sama seperti benih yang berada pada gudang penyimpanan. Akan tetapi, faktor lingkungan pada saat benih ditransportasikan lebih cepat berubah (Justice dan Bass , 2002). Benih mengalami deraan suhu dan kelembaban nisbi yang tinggi atau mengalami kerusakan fisik akibat penanganan yang kurang hati-hati. Kerusakan fisik ini dapat disebabkan oleh guncangan yang terjadi saat proses transportasi, dimana hal ini dapat mempengaruhi viabilitas benih (Sadjad, 1994). Sadjad et al. (1999) menambahkan bahwa benih yang mengalami proses transportasi atau paling tidak proses translokasi, keadaannya tidak kondusif. Misalnya diangkut dengan truk yang ditutup terpal yang dapat meningkatkan suhu di siang hari yang panas atau kelembaban nisbi udara yang meninggi akibat turun hujan, atau benih diangkut di

malam hari yang suhunya rendah dan lembab. Oleh sebab itu, meskipun vigor konservasi sebelum tanam di awal pengiriman benih dilaporkan masih tinggi, namun ketika sampai di tempat penanaman vigor konservasi sudah rendah.

Kandungan protein yang tinggi dalam benih kedelai menyebabkan benih sangat peka terhadap kerusakan fisik akibat guncangan selama transportasi. Indeks kerusakan benih (Damage Susceptibility Index, DSI) dipengaruhi oleh struktur benih dan komposisi kimia benih, yaitu semakin terbukanya struktur benih maka semakin tinggi nilai indeks kerusakannya (Pots, 1972 dalam Wirawan dan Sri, 2002). Hal ini ditunjukkan oleh nilai DSI benih kedelai yang tinggi dibandingkan padi dan jagung. Kerusakan yang terjadi akibat guncangan dan benturan selama benih ditransportasikan dapat menyebabkan kemunduran benih. Menurut Sadjad (1993) kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan pada benih baik fisik, fisiologi, maupun kimiawi yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih.

Perubahan mutu fisik benih selama proses transportasi dapat disimulasi melalui percobaan simulasi transportasi benih dengan menggunakan mesin pengguncang benih. Simulasi dirancang dengan menggunakan faktor suhu dan kelembaban nisbi sebagai perlakuan untuk mengkondisikan lingkungan sama seperti lingkungan transportasi benih yang sesungguhnya. Hasil penelitian Sudjindro (1994) dan Pramono (1997) menunjukkan bahwa mesin pengguncang benih dapat digunakan sebagai mesin simulasi transportasi benih. Sadjad (1994) menyatakan bahwa benih kedelai Varietas Orba yang berkadar air 11% setelah diguncang dalam mesin pengguncang yang lembab dan panas menunjukkan nilai indeks Vigor Konservasi (VKS) yang mengalami penurunan hampir 50% dari 8.0

menjadi 3.7 pada lama guncangan 2-6 jam dan hampir 100% pada lama guncangan 18 jam yakni dari 8.0 menjadi 0.27. Sudjindro (1994) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa guncangan berinteraksi dengan suhu dan kelembaban nisbi udara, dan bahan kemas berpengaruh nyata pada vigor benih kenaf.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama guncangan pada beberapa taraf suhu/RH terhadap viabilitas benih kedelai dengan menggunakan mesin simulasi transportasi dan membandingkan hasil penelitian simulasi transportasi dengan transportasi benih sesungguhnya.

Hipotesis

1. Semakin lama perlakuan lama guncangan akan semakin menurunkan viabilitas benih kedelai.

2. Meningkatnya kondisi suhu/RH akan mempercepat penurunan viabilitas benih kedelai.

3. Terdapat interaksi antara lama guncangan dan suhu/RH dalam menurunkan viabilitas benih kedelai selama proses transportasi.

Dokumen terkait