• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Transportasi untuk Pendugaan Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Simulasi Transportasi untuk Pendugaan Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI TRANSPORTASI UNTUK PENDUGAAN

VIABILITAS BENIH KEDELAI (

Glycine max

(L.) Merr.)

EVIE RIZKY DWIJAYATI

A24070053

 

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

EVIE RIZKY DWIJAYATI. Simulasi Transportasi untuk Pendugaan Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). (Dibimbing oleh ENY WIDAJATI).

Benih yang sedang mengalami transportasi mengalami prinsip penyimpanan layaknya benih yang berada di gudang penyimpanan, namun faktor lingkungan pada saat benih ditransportasikan lebih cepat berubah, yakni suhu dan kelembaban nisbi udara (RH). Kandungan protein yang tinggi dalam benih kedelai menyebabkan benih sangat peka terhadap kerusakan fisik akibat guncangan selama transportasi yang dapat menyebabkan kemunduran benih.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama guncangan pada beberapa taraf suhu dan RH terhadap viabilitas benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dengan menggunakan mesin simulasi transportasi dan membandingkan hasil penelitian simulasi transportasi dengan transportasi benih sesungguhnya.

Penelitian terdiri dari penelitian simulasi transportasi dan penelitian transportasi sesungguhnya. Setiap penelitian terdiri atas dua percobaan dengan menggunakan benih kedelai Varietas Wilis dan Grobogan. Penelitian Simulasi Transportasi menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) Faktorial, dengan faktor pertama adalah lama guncangan yang terdiri dari 4 taraf, yaitu 0 jam, 3 jam, 6 jam, dan 9 jam. Sedangkan faktor kedua adalah kombinasi suhu/RH yang terdiri atas 3 taraf, yaitu suhu (25- 29)0C/RH (80-90) %, suhu (30 – 35)0C/RH (65-75) %, dan suhu (36-40) 0C/RH (50-60) %. Penelitian transportasi sesungguhnya dilakukan dengan mengemas benih menggunakan plastik kedap udara masing-masing 1 kg untuk setiap Varietas kemudian ditransportasikan dengan mobil box sejauh 1500 km selama 7 hari.

(3)

Tumbuh dan kadar air. Faktor kondisi suhu/RH hanya memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air.

Semakin lama perlakuan lama guncangan akan menyebabkan penurunan viabilitas benih Varietas Wilis dan Grobogan yang semakin besar. Lama guncangan 3 jam menurunkan secara nyata nilai Daya Berkecambah benih Varietas Wilis sebesar 13.3%. Lama guncangan 9 jam menaikkan secara nyata nilai DHL pada Varietas Wilis sebesar 11% dan pada Varietas Grobogan sebesar 14.6%. Pada Varietas Wilis, lama guncangan 6 jam menurunkan Indeks Vigor secara nyata sebesar 20%, sedangkan lama guncangan 9 jam menurunkan secara nyata nilai KCT sebesar 11%. Pada Varietas Grobogan lama guncangan 9 jam

menurunkan secara nyata nilai KCT sebesar 16% dan KST sebesar 18%. Kadar Air

Varietas Grobogan mengalami penurunan secara nyata pada lama guncangan 6 jam sebesar 6%.

Faktor kondisi suhu (36 -40)0C/RH (50-60) % menurunkan nilai kadar air secara nyata sebesar 6 % pada Varietas Grobogan. Nilai kadar air yang tidak berbeda nyata pada Varietas Wilis diduga akibat ukuran benih Wilis yang lebih kecil. Selain itu, nilai kadar air pada benih Varietas Wilis yang tidak berbeda nyata juga disebabkan oleh kemasan plastik yang digunakan untuk mengemas benih saat diguncang.

(4)

SIMULASI TRANSPORTASI UNTUK PENDUGAAN

VIABILITAS BENIH KEDELAI (

Glycine max

(L.) Merr.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

EVIE RIZKY DWIJAYATI

A24070053

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul

:

SIMULASI

TRANSPORTASI

UNTUK

PENDUGAAN VIABILITAS BENIH KEDELAI

(

Glycine max

(L.) Merr.)

Nama :

EVIE RIZKY DWIJAYATI

NIM :

A24070053

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eny Widajati, MS NIP. 19610106 198503 2 002

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 28 Maret 1989. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Usman Akuba dan Ibu Endang Pujiningsih.

Tahun 2001 penulis lulus dari SDN Sasana Wiyata I, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Kota Bogor. Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 2007.

Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian yang berjudul “Simulasi Transportasi untuk Pendugaan Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan arahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi. dan Dr. Ir. Abdul Qodir, MS. yang telah bersedia menjadi penguji skripsi, terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan dan nasehat yang telah diberikan.

4. Staf Laboratorium Benih IPB yang turut membantu selama penelitian berlangsung (Pak Rahmat, Mbak Nova, dan pihak keamanan di Leuwikopo)

5. Ayahanda, Ibunda dan kakak tercinta yang telah memberikan doa, semangat, tenaga, dan perhatian yang tidak pernah putus selama menjalani studi.

6. Sahabat-sahabat terkasih (Okti, Isti, Tahu, Ita, Lilis, Feni) terima kasih atas pengorbanan, dukungan, dan kebersamaan selama menjalani masa studi dan penelitian.

7. Keluarga besar AGH 44, khususnya tim lab benih (Meli, Enen, Cutrisni, Nazima, Prima) terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya.

8. Keluarga di Wisma Gareulis (Via, Mia, Enen, Rianda, Imas, Febri, Woro, dan Maya) terima kasih atas dukungan dan semangatnya selama menjalani studi dan penelitian.

(8)

10.Om Yanto beserta istri yang sudah banyak memberikan bantuan dan nasehat selama menjalani penelitian.

11.Rio Weldi, terima kasih atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama menjalani masa studi dan penelitian.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan penelitian yang akan datang sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Tanaman Kedelai ... 4

Viabilitas Benih ... 5

Pengaruh Suhu dan RH Transportasi terhadap Viabilitas Benih 6 Transportasi Benih ... 7

Mesin Simulasi Transportasi ... 8

BAHAN DAN METODE ... 9

Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 10

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Simulasi Transportasi ... 14

Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Viabilitas Potensial ... 15 Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Daya Simpan ... 17

Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Kekuatan Tumbuh ... 19

Pengaruh Faktor Lama Guncangan dan Kondisi suhu/RH terhadap Kadar Air Varietas Grobogan ... 21

Transportasi Sesungguhnya ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lama Guncangan (G) dan Kondisi Suhu/RH (S) terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik (DHL), Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), Kecepatan Tumbuh (KCT), Keserempakan Tumbuh (KST), Kadar

Air (KA), dan Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada

Benih Kedelai Varietas Wilis dan Grobogan ... 14 2. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur Daya

Berkecambah pada Benih Kedelai Varietas Wilis ... 16 3. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur Daya

Berkecambah pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ... 17 4. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur Daya

Hantar Listrik pada Benih Kedelai Varietas Wilis ... 18 5. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur Daya

Hantar Listrik pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ... 18 6. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Kekuatan

Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Wilis ... 20 7. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Kekuatan

Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ... 21 8.. Pengaruh Faktor Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ... 22 9. Hasil Uji-t Daya Hantar Listrik antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

Wilis ... 23 10. Hasil Uji-t Daya Hantar Listrik antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

Grobogan ... 24 11. Hasil Uji-t Daya Berkecambah antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

(11)

Nomor Halaman 12. Hasil Uji-t Daya Berkecambah antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

Grobogan ... 25 13. Hasil Uji-t Berat Kering Kecambah Normal antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

Wilis ... 26 14. Hasil Uji-t Berat Kering Kecambah Normal antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

Grobogan ... 27 15. Hasil Uji-t Kadar Air antara Benih yang Ditansportasikan

Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan

Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis ... 27 16. Hasil Uji-t Kadar Air antara Benih yang Ditansportasikan

Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan

Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ... 28 17. Hasil Uji-t Indeks Vigor antara Benih yang Ditansportasikan

Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan

Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis ... 29 18. Hasil Uji-t Indeks Vigor antara Benih yang Ditansportasikan

Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan

Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ... 29 19. Hasil Uji-t Kecepatan Tumbuh antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis ...

30

20. Hasil Uji-t Kecepatan Tumbuh antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

Grobogan ... 31 21. Hasil Uji-t Keserempakkan Tumbuh antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

(12)

Nomor Halaman 22. Hasil Uji-t Keserempakkan Tumbuh antara Benih yang

Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas

Grobogan. ... 32 23. Rekapitulasi Hasil Uji-t Perlakuan Transportasi Sesungguhnya

dengan Simulasi Transportasi terhadap Semua Tolok Ukur

Viabilitas pada Benih Kedelai Varietas Wilis ... 33 24. Rekapitulasi Hasil Uji-t Perlakuan Transportasi Sesungguhnya

dengan Simulasi Transportasi terhadap Semua Tolok Ukur

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas

Wilis ... 39 2. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas

Grobogan ... 39 3. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Daya Hantar LIstrik pada Benih Kedelai

Varietas Wilis ... 39 4. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik pada Benih Kedelai

Varietas Grobogan ... 39 5. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah pada Benih Kedelai

Varietas Wilis ... 40 6 Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah pada Benih Kedelai

Varietas Grobogan ... 40 7. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Indeks Vigor pada Benih Kedelai Varietas

Wilis ... 40 8. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Indeks Vigor pada Benih Kedelai Varietas

Grobogan ... 40 9. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh Benih Kedelai

Varietas Wilis ... 41 10. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh pada Benih Kedelai

Varietas Grobogan ... 41 11 Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Keserempakkan Tumbuh pada Benih

(15)

Nomor Halaman 12. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Keserempakkan Tumbuh pada Benih

Kedelai Varietas Grobogan ... 41 13. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah Normal pada

Benih Kedelai Varietas Wilis ... 42 14. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH

terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah Normal pada

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan utama di Indonesia setelah padi dan jagung. Biji kedelai mengandung protein (35 - 42) %, lemak (18 - 32)%, air (7%), vitamin (asam fitat) dan lesitin (Ristek, 2010). Produksi kedelai nasional dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat, meskipun terjadi peningkatan produksi sebesar 775 110 ton pada tahun 2008 dan 592 534 ton pada tahun 2009, sehingga pemerintah melakukan kebijakan impor (BPS, 2010).

Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan penggunaan benih kedelai yang unggul sejak awal tanam. Benih bermutu adalah benih yang terjamin mutu genetik, fisik, dan fisiologisnya (Sadjad, 1993). Hal ini dapat terlaksana jika dilakukan penanganan benih kedelai yang tepat dan efektif. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penanganan benih kedelai adalah saat benih mengalami transportasi ke konsumen benih karena periode ini sangat mempengaruhi viabilitas benih.

Menurut Sadjad (1993), setelah benih keluar dari periode simpan (Periode II) dan akan memasuki periode kritikal (Periode III) benih berada pada Periode Konservasi sebelum Tanam (PKT). Benih yang sedang ditransportasikan juga

(17)

malam hari yang suhunya rendah dan lembab. Oleh sebab itu, meskipun vigor konservasi sebelum tanam di awal pengiriman benih dilaporkan masih tinggi, namun ketika sampai di tempat penanaman vigor konservasi sudah rendah.

Kandungan protein yang tinggi dalam benih kedelai menyebabkan benih sangat peka terhadap kerusakan fisik akibat guncangan selama transportasi. Indeks kerusakan benih (Damage Susceptibility Index, DSI) dipengaruhi oleh struktur benih dan komposisi kimia benih, yaitu semakin terbukanya struktur benih maka semakin tinggi nilai indeks kerusakannya (Pots, 1972 dalam Wirawan dan Sri, 2002). Hal ini ditunjukkan oleh nilai DSI benih kedelai yang tinggi dibandingkan padi dan jagung. Kerusakan yang terjadi akibat guncangan dan benturan selama benih ditransportasikan dapat menyebabkan kemunduran benih. Menurut Sadjad (1993) kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan pada benih baik fisik, fisiologi, maupun kimiawi yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih.

Perubahan mutu fisik benih selama proses transportasi dapat disimulasi melalui percobaan simulasi transportasi benih dengan menggunakan mesin pengguncang benih. Simulasi dirancang dengan menggunakan faktor suhu dan kelembaban nisbi sebagai perlakuan untuk mengkondisikan lingkungan sama seperti lingkungan transportasi benih yang sesungguhnya. Hasil penelitian Sudjindro (1994) dan Pramono (1997) menunjukkan bahwa mesin pengguncang benih dapat digunakan sebagai mesin simulasi transportasi benih. Sadjad (1994) menyatakan bahwa benih kedelai Varietas Orba yang berkadar air 11% setelah diguncang dalam mesin pengguncang yang lembab dan panas menunjukkan nilai indeks Vigor Konservasi (VKS) yang mengalami penurunan hampir 50% dari 8.0

(18)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama guncangan pada beberapa taraf suhu/RH terhadap viabilitas benih kedelai dengan menggunakan mesin simulasi transportasi dan membandingkan hasil penelitian simulasi transportasi dengan transportasi benih sesungguhnya.

Hipotesis

1. Semakin lama perlakuan lama guncangan akan semakin menurunkan viabilitas benih kedelai.

2. Meningkatnya kondisi suhu/RH akan mempercepat penurunan viabilitas benih kedelai.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kedelai

Kedelai (Glycine max (L.) Merr) termasuk famili Leguminaseae, subfamili Papiloonoideae. Karakteristik kedelai yang dibudidayakan di Indonesia merupakan tanaman semusim, tanaman tegak dengan tinggi 40-90 cm, bercabang memiliki daun tunggal dan daun bertiga, bulu pada daun dan polong tidak terlalu padat dan umur tanaman antara 72-90 hari.

Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis. Bentuk biji bervariasi, mulai dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai yang ada di Indonesia berkriteria lonjong. Di Indonesia, pengelompokan biji kedelai terbagi atas tiga macam, yakni berukuran besar dengan berat > 14 gram/100 biji, sedang dengan berat 10-14 gram/100 biji, dan kecil dengan ukuran berat < 10 gram/100 biji (Adie dan Krisnawati, 2007).

Biji sebagian besar tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji

(testa). Antara kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm. Warna biji kedelai bervariasi dari kuning, hijau, coklat, hitam. Pigmen kulit biji sebagian besar terletak pada lapisan palisade, terdiri dari pigmen antosianin di dalam vakuola, klorofil dalam plastida, dan berbagai kombinasi hasil uraian produk-produk pigmen tersebut. Lapisan palisade dan parenkim dalam hilum juga mengandung pigmen sehingga intensitas warnanya lebih gelap. Kotiledon pada embrio yang sudah tua umumnya berwarna hijau, kuning, atau kuning tua. , namun umumnya berwarna kuning. Kombinasi berbagai pigmen yang ada di kulit biji dan kotiledon akan membentuk warna biji yang beragam pada kedelai (Adie dan Krisnawati, 2007).

(20)

Viabilitas Benih

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom, atau garis viabilitas (Sadjad, 1994). Viabilitas benih dibagi ke dalam dua kriteria yaitu viabilitas potensial (Vp) dan vigor benih (Vg). Viabilitas potensial adalah viabilitas benih pada keadaan optimum yang secara potensial mampu menghasilkan tanaman berproduksi normal. Kondisi di lapang sering jauh dari faktor-faktor yang mendukung pertanaman, sehingga diperlukan pengujian vigor benih. Vigor benih merupakan kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal pada keadaan yang sub optimum, serta mampu bertahan ketika disimpan pada keadaan yang tidak ideal. Vigor benih terbagi atas dua klasifikasi, yaitu Vigor Kekuatan Tumbuh dan Vigor Daya Simpan (Sadjad, 1993).

Menurut Sadjad (1994), tolok ukur daya berkecambah dan berat kering (BK) merupakan tolok ukur Vp. Hal ini didasarkan pada pengertian bahwa struktur tumbuh pada kecambah normal tentu mempunyai kesempurnaan tumbuh yang dapat dicerminkan dari bobot bahan keringnya. Tolok ukur untuk Vg adalah Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) dan Vigor Daya Simpan (VDS).

Copeland dan McDonald (1995) mengemukakan bahwa proses kemunduran vigor benih secara fisiologis ditandai dengan penurunan pada daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan kecambah di lapang, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman. Pengujian vigor benih dapat memberikan informasi yang lebih banyak dibandingkan pengujian daya berkecambah, dan bermanfaat untuk melihat potensi daya simpan, prakiraan nilai penanaman atau pertumbuhan benih di lapang. Pengujian vigor benih merupakan indeks mutu benih yang lebih peka dibanding pengujian daya berkecambah, karena penurunan vigor terjadi lebih dulu sebelum penurunan perkecambahan.

(21)

dilakukan terhadap setiap individu benih. Metode tidak langsung apabila deteksi viabilitas dilakukan terhadap sejumlah benih sekaligus. Setiap metode terdapat indikasi langsung dan tidak langsung. Pengujian viabilitas banih secara langsung menilai pertumbuhan setiap kecambah, sedangkan secara tidak langsung menilai gejala metabolismenya atau mengamati kondisi beberapa komponen makro molekul sitoplasma dan aberasi kromosom di dalam inti sel.

Pengaruh Suhu dan RH Transportasi terhadap Viabilitas Benih

Proses transportasi benih merupakan periode simpan yang relatif singkat (Sadjad, 1993). Hal ini menyebabkan faktor-faktor yang mempengaruhinya sama dengan faktor-faktor pada penyimpanan. Penelitian Sudjindro (1994) menunjukkan bahwa kombinasi beberapa lembar kain basah dan panas dari nyala lampu pada mesin pengguncang dapat menggambarkan simulasi faktor lingkungan abiotik (suhu dan RH) saat benih ditransportasikan. Ada tiga taraf dalam kombinasi tersebut yang menciptakan suhu dan kelembaban nisbi yang berbeda-beda, yakni : (1) kombinasi lima lembar kain pel basah dan tanpa nyala lampu menghasilkan suhu (25- 29)0C dan kelembaban nisbi (80-90)%, (2) kombinasi lima lembar kain pel basah dan dua lampu menyala menghasilkan suhu (30 – 35)0C dan kelembaban nisbi (65-75)%, dan (3) kombinasi lima lembar kain pel basah dan dua lampu menyala menghasilkan suhu (36 -40)0C dan kelembaban nisbi (50-60)%.

Suhu dan kelembaban nisbi udara merupakan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi viabilitas benih (Justice dan Bass, 2002). Suhu dan kelembaban nisbi udara yang dialami benih saat transportasi ataupun translokasi cenderung tidak kondusif. Sadjad et al. (1999) menyebutkan bahwa transportasi benih yang diangkut dengan truk yang ditutup terpal dapat meningkatkan suhu di siang hari yang panas atau meningkatkan kelembaban nisbi udara akibat turun hujan, sedangkan atau di malam hari yang suhu lingkungan rendah dan udara lembab. Tidak mengherankan kalau di awal pengiriman benih dilaporkan masih memiliki (vigor konservasi sebelum tanam) yang tinggi, namun ketika sampai di tempat penanaman VKS (vigor konservasi) sudah rendah. Hal ini menunjukkan

(22)

benih. Suseno (1974) menyebutkan bahwa kemunduran benih diartikan sebagai menurunnya kualitas, sifat, atau vitalitas benih yang mengakibatkan penurunan vigor dan rendahnya pertanaman dan hasil. Menurut Baki dan Anderson (1972)

dalam Sudjindro (1994) kemunduran benih dapat ditunjukkan oleh gejala fisiologis sebagai berikut : (a) terjadinya perubahan warna benih, (b) tertundanya perkecambahan, (c) menurunnya, toleransi terhadap kondisi lingkungan suboptimum selama perkecambahan, (d) rendahnya toleransi terhadap kondisi simpan yang kurang sesuai, (e) peka terhadap radiasi, (f) menurunnya pertumbuhan kecambah, (g) menurunnya daya berkecambah, dan (h) meningkatnya jumlah kecambah abnormal.

Transportasi Benih Sesungguhnya

(23)

menambahkan bahwa benih yang mengalami transportasi dengan kereta api selama beberapa hari mengalami kelembaban dan suhu yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan penurunan daya berkecambah. Benih yang diangkut dengan truk pick-up selama sehari dan mengalami deraan suhu lingkungan 440C akan mengalami suhu lebih tinggi pada benihnya hingga 600C. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjaga kemampuan berkecambah benih harus lebih mempertimbangkan aspek periode simpan benih secara menyeluruh, bukan hanya terkait pada waktu penyimpanan saja. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip penyimpanan benih yang baik berlaku untuk semua tahapan dalam kehidupan benih, meskipun seringkali pembahasan hanya berpusat pada tempat penyimpanan.

Mesin Simulasi Transportasi

Mesin pengguncang benih diciptakan untuk membuat simulasi transportasi yang sebenarnya. Guncangan pada mesin lebih bersifat vertikal daripada horizontal. Mesin pengguncang terdiri atas tiga bak mini yang berfungsi sebagai wadah tempat meletakkan benih (kotak). Saat percobaan berlangsung, benih-benih di dalam wadah ditutupi kain terpal. Kotak tersebut diguncangkan oleh sebuah elektromotor yang putarannya diperkecil dengan memodifikasi puli sedangkan perubahan gerakan berputar ke gerakan vertikal dengan memodifikasi engkol. Gerakan naik turun kotak dibuat dengan bantuan pegas yang dipasang pada ke empat ujung dasar kotak (Sadjad, 1994). Hentakan yang terjadi pada mesin ini rata-rata 72 hentakan setiap menitnya. Hentakan ini menggambarkan guncangan yang terjadi pada benih selama transportasi berlangsung.

(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai Varietas Wilis (biji kecil) dan Varietas Grobogan (biji besar), air bebas ion, kertas tisu, kemasan plastik polypropylene (PP) dengan ketebalan 0.8 mm, kertas stensil, dan kain pel dengan ukuran (59 x 38) cm dan berat per lembar 131,4 gram . Peralatan yang digunakan adalah mesin simulasi transportasi (Gambar Lampiran 1 dan 2),

telethermometer, Electric conductivity meter, Alat Pengecambah Benih (APB) tipe IPB 72 – 1, alat pengepres kertas IPB 75-1, desikator, dan oven.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak yang terdiri dari dua faktor. Faktor yang pertama adalah lama guncangan (G) yang terdiri dari empat taraf, G1 : 0 jam, G2 : 3 jam,

G3 : 6 jam, G4 : 9 jam. Faktor yang kedua adalah kombinasi suhu dan RH (S)

yang terdiri dari tiga taraf, S1: (25- 29)0C/RH (80-90) %, S2: (30 – 35)0C/RH

(65-75) %, dan S3 : (36 -40) 0C/RH (50-60) %.

Penelitian ini menggunakan 12 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga setiap Varietas didapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan menggunakan contoh benih sebanyak 250 butir.

Model linier dari rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk = µ + Bi + Gj + Rk + GSjk + ∑ijkl

dimana :

Yijk = nilai peubah yang diamati

(25)

Bi = pengaruh blok ke -i

Gj = pengaruh lama guncangan pada taraf ke-j

Sk = pengaruh suhu/RH pada taraf ke-k

GSjk = pengaruh interaksi antara lama guncangan pada taraf ke-j dan

suhu/RH pada taraf ke-k ∑ijkl = pengaruh acak

Penelitian simulasi transportasi, dilakukan juga penelitian pada transportasi sesungguhnya. Penelitian ini dilaksanakan untuk melakukan perbandingan terhadap hasil dari penelitian utama. Metode penelitian ini adalah dengan mengemas benih menggunakan plastik kedap udara masing-masing 1 kg untuk setiap varietas kemudian ditransportasikan dengan mobil box sejauh 1500 km selama 7 hari.

Pengujian terhadap hasil pengamatan dilakukan dengan uji-F. Jika hasilnya berbeda nyata, dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%. Uji t-student dilakukan untuk membandingkan penelitian simulasi transportasi dengan transportasi sesungguhnya.

Penelitian simulasi transportasi dan transportasi sesungguhnya masing-masing menggunakan dua Varietas benih kedelai yang berbeda, yakni Varietas Wilis dan Varietas Grobogan. Pengamatan terhadap kedua Varietas benih kedelai ini dilakukan secara terpisah.

Pelaksanaan Penelitian

Kain kering seberat ± 131 gram direndam dalam 150 ml air hingga jenuh. Kain basah tersebut kemudian diletakkan di bawah setiap bak untuk menciptakan kelembaban nisbi udara. Lalu, benih sebanyak 250 butir dikemas dalam kantong plastik PP dan dimasukkan pada setiap bak. Lampu yang terdapat di atas bak dinyalakan sesuai dengan perlakuan.

(26)

8 lembar kain lembab dan 3 nyala lampu. Kondisi suhu (36 -40) 0C dan RH (50-60) % didapat dari kombinasi 5 lembar kain lembab dan 4 nyala lampu.

Setelah itu, mesin dinyalakan dengan menyesuaikan lama guncangan. Pengamatan terhadap perubahan suhu dan RH dilakukan satu jam sekali dengan alat tele- thermometer.

Rancangan simulasi ini diharapkan mampu melakukan pendugaan terhadap viabilitas benih selama transportasi. Penelitian Sudjindro (1994) menyatakan bahwa transportasi aktual pada benih kenaf menyebabkan penurunan viabilitas benih. Hal ini disebabkan oleh keadaan benih kenaf yang berlemak sehingga peka terhadap guncangan saat transportasi. Faktor lingkungan juga mempengaruhi viabilitas benih kenaf selama transportasi. Kondisi udara yang semakin panas dan kering menyebabkan penurunan Viabilitas Potensial (Vp) dan Vigor Daya Simpan (VDS). Hasil penelitian Pramono (1997) menunjukkan bahwa

benih kedelai yang ditransportasikan dengan kadar air awal lebih rendah, yakni 10-13% memiliki VKT yang relatif lebih baik dibandingkan benih dengan kadar air

awal 17-20%. Daya berkecambah benih kedelai juga lebih baik jika ditransportasikan menggunakan rak, sehingga antar kemasan benih tidak bergesekan.

Pengamatan

1. Kadar Air Benih

(27)

Keterangan : M1= bobot cawan kosong

M2= bobot cawan+benih sebelum dioven M3= bobot cawan+benih setelah dioven

2. Daya Berkecambah (DB)

Benih sebanyak 25 butir per ulangan ditanam pada substrat kertas stensil dengan metode pengujian UKDdp, kemudian dimasukkan ke dalam APB IPB 72-1. Pengamatan terhadap kecambah normal dan benih tidak tumbuh dilakukan pada hitungan pertama (3 HST) dan pengamatan kedua pada 5 HST. Kecambah yang diamati adalah kecambah normal, kecambah abnormal, benih segar tidak tumbuh, dan benih mati. Persen daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

3. IV (Indeks Vigor)

Penghitungan Indeks Vigor (IV) dilakukan berdasarkan persentase kecambah normal pada pengamatan pertama ( KN hitungan I) yaitu pada hari ke- 3. Rumus menghitung nilai Indeks Vigor adalah :

4. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

(28)

5. Keserempakan Tumbuh Benih (KST)

Metode pengujian sama dengan daya berkecambah. Pengamatan dilakukan pada 4 HST dengan menghitung persentase jumlah kecambah normal kuat terhadap jumlah benih yang ditanam. Kriteria kecambah normal kuat yang diamati adalah kecambah dengan panjang minimal empat kali ukuran benih. Persen KST dapat dihitung dengan rumus :

6. Kecepatan Tumbuh Benih (KCT)

Metode pengujian sama dengan daya berkecambah. Pengamatan dilakukan setiap hari, mulai awal pengujian sampai 5HST. Nilai kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan persen kecambah normal dalam satuan waktu etmal dengan rumus sebagai berikut :

KCT

=

Keterangan : i = kurun waktu perkecambahan (5 hari)

d = tambahan persentase kecambah normal per etmal

7. Daya Hantar Listrik (DHL)

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Transportasi

Hasil analisis ragam pengaruh lama guncangan dan kondisi suhu/RH dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan 14. Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh faktor lama guncangan, suhu/RH, dan interaksi antar kedua faktor terhadap tolok ukur Daya Hantar Listrik (DHL), Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), Kecepatan Tumbuh (KCT), Keserempakan

Tumbuh (KST), Kadar Air (KA), dan Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

pada benih kedelai Varietas Wilis dan Grobogan.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik (DHL), Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), Kecepatan Tumbuh (KCT), Keserempakan Tumbuh (KST), Kadar Air (KA), dan Bobot

Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Benih Kedelai Varietas Wilis dan Grobogan.

Ket : * = berpengaruh nyata pada uji-F 5% ** = berpengaruh sangat nyata pada uji-F 1% tn = tidak nyata

No Tolok ukur Lama guncangan Suhu/RH GxS kk (%) Percobaan 1 : Varietas Wilis

1. DHL ** tn tn 4.7

2. DB * tn tn 7.7

3. IV * tn tn 19.4

4. KCT * tn tn 7.1

5. KST tn tn tn 8.7

6. KA tn tn tn 4.5

7. BKKN tn tn tn 7.4

Percobaan II : Varietas Grobogan

1. DHL * tn tn 10.9

2. DB tn tn tn 8.7

3. IV tn tn tn 22.6

4. KCT tn tn tn 10.5

5. KST * tn tn 14.9

6. KA * * * 4.7

(30)

Hasil rekapitulasi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor lama guncangan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur Uji Daya Hantar Listrik (DHL) dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), dan Kecepatan Tumbuh (KCT) pada Varietas Wilis. Pada

Varietas Grobogan, faktor lama guncangan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur uji Daya Hantar Listrik (DHL), Keserempakan Tumbuh (KST) dan Kadar Air

(KA).

Faktor kondisi suhu/RH tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua tolok ukur pada kedua Varietas benih kedelai, kecuali terhadap KA benih pada benih Varietas Grobogan. Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati.

Pengaruh Lama Guncangan terhadap Viabilitas Potensial

Daya berkecambah adalah tolok ukur viabilitas potensial atau viabilitas optimum yang menunjukkan kemampuan benih untuk berkecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum selama waktu yang ditentukan (Sadjad, 1993). Semakin besar nilai DB, maka semakin besar viabilitas potensial benih tersebut.

Pengaruh faktor lama guncangan terhadap tolok ukur DB pada Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan menaikkan secara nyata sejak benih diguncang selama 3 jam.

Tabel 2. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur DB Benih Kedelai Varietas Wilis

Lama

guncangan DB (%)

0 jam 100.00 a

3 jam 86.67 b

6 jam 84.00 b

9 jam 80.89 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

(31)

Hal ini diduga akibat waktu pemanenan Wilis saat cuaca basah, dimana kondisi suhu dan kelembapan tinggi. Menurut Adisarwanto dan Rini (2002) benih yang dipanen dalam kondisi suhu dan kelembaban tinggi akan mengalami proses respirasi dalam benih sehingga daya tumbuh benih akan cepat menurun. Kuswanto (2003) menambahkan bahwa benih yang dipanen saat cuaca basah akan memiliki daya tahan yang lebih rendah dibanding benih yang dipanen saat cuaca kering.

[image:31.595.124.488.246.470.2]

Daya tumbuh benih Varietas Wilis yang lebih rendah ini terlihat pada Gambar 1, dimana penampakkan benihnya yang kusam dan bentuknya kurang seragam.

Gambar 1. Perwujudan Fisik Benih Kedelai Varietas Wilis dan Grobogan Sadjad (1993) mengatakan bahwa benih bermutu adalah benih yang baik secara mutu genetik, fisiologis, dan fisik. Benih bermutu secara mutu fisik ini diantaranya menunjukkan perwujudan yang seragam bentuk, ukuran, warna, dan berat per jumlah atau volume. Menurut Adisarwanto dan Rini (2007), benih yang diperoleh dari pertanaman musim hujan dapat menyebabkan daya berkecambah benih yang rendah dan persentase biji yang menjadi benih rendah akibat mutu fisik yang buruk.

Pengaruh faktor lama guncangan terhadap tolok ukur DB pada Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan tidak memberikan pengaruh terhadap tolok ukur DB.

(32)

Tabel 3. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur DB Benih Kedelai Varietas Grobogan

Lama

guncangan DB

0 jam 88.00 a

3 jam 87.11 a

6 jam 84.89 a

9 jam 82.67 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Penurunan DB yang terjadi pada Varietas Grobogan setelah benih diguncang selama 9 jam adalah sebesar 6 %, yakni dari 88 ke 82.67. Nilai DB awal yang dimiliki Varietas Grobogan cukup rendah, namun ia mampu mempertahankan viabilitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan hingga 9 jam tidak mampu menurunkan viabilitas potensial benih kedelai Varietas Grobogan melalui tolok ukur DB.

Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) merupakan tolok ukur untuk viabilitas potensial. BKKN mengindikasikan status viabilitas benih secara tidak langsung karena berkaitan dengan sumber energy untuk pertumbuhannya yang dihasilkan dari perombakkan cadangan bahan energi dalam benih. Benih yang memiliki viabilitas potensial tinggi, akan memiliki BKKN yang tinggi pula, namun faktor lama guncangan dan kondisi suhu/RH tidak memberikan pengaruh yang nyata pada tolok ukur BKKN untuk kedua Varietas Wilis dan Grobogan. Hal ini diduga akibat ukuran kecambah yang tidak seragam, sehingga perbedaan nilai BBKN antar satuan percobaan tidak terlalu signifikan.

Pengaruh Lama Guncangan terhadap Vigor Daya Simpan

Pengujian Daya Hantar Listrik merupakan salah satu parameter yang mengindikasikan Vigor Daya Simpan benih. Semakin tinggi nilainya, maka viabilitas benih akan semakin turun. Hal ini disebabkan oleh kerusakan yang menyebabkan kebocoran elektrolit pada benih tersebut (ISTA, 2007).

(33)

guncangan menaikkan nilai DHL secara nyata setelah benih diguncang selama 9 jam pada Varietas Wilis.

Tabel 4. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur DHL pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Lama

guncangan DHL (µMhos/g benih)

0 jam 370.87 b

3 jam 380.19 b

6 jam 387.12 b

9 jam 414.27 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Peningkatan nilai DHL yang terjadi pada Varietas Wilis setelah benih diguncang selama 9 jam adalah sebesar 43.4, yakni dari 370.87 µMhos/g benih ke 414.27 µMhos/g benih. Nilai DHL yang semakin besar mengindikasikan viabilitas benih yang semakin rendah. Saenong (1988) menyebutkan bahwa viabilitas benih yang diukur melalui tolok ukur DHL akan lebih dini dalam mendeteksi kemunduran benih. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan mampu menurunkan viabilitas benih Varietas Wilis.

Pengaruh faktor lama guncangan terhadap tolok ukur DHL pada varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan menaikkan nilai DHL secara nyata setelah benih diguncang selama 9 jam pada Varietas Grobogan.

Tabel 5. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur DHL pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Lama

guncangan DHL (µMhos/g benih)

0 jam 401.46 b

3 jam 438.80 ab

6 jam 450.14 ab

9 jam 460.39 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

(34)

ke 460.39 µMhos/g benih. Varietas Grobogan memiliki nilai DHL yang cukup besar. Hal ini berkaitan dengan ukuran benih kedelai Varietas Grobogan yang tergolong dalam benih berukuran besar, yakni 18 g per 100 biji (Musaddad, 2008). Menurut Thelma (1990), semakin besar ukuran benih akan semakin rendah viabilitasnya. Hal ini berkaitan dengan semakin tipis kulit benihnya, sehingga mudah terjadi kerusakan fisik.

Pengujian DHL merupakan pengujian secara fisik untuk melihat tingkat kebocoran membran sel. Struktur membran yang rusak menyebabkan kebocoran sel yang erat hubungannya dengan benih yang rendah vigornya. Semakin banyak elektrolit seperti asam amino, asam organik lainnya yang dikeluarkan benih ke air rendaman akan semakin tinggi nilai pengukuran konduktivitasnya (Sadjad, 1993). Nilai pada Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa benih-benih kedelai ini mengalami kerusakan membran akibat proses mekanis, yakni baik karena guncangan mesin ataupun gesekan antar benih. Suseno (1974) menambahkan bahwa kebocoran yang diakibatkan oleh kerusakan membran tidak hanya terjadi pada biji-biji yang menua, melainkan dapat terjadi pada biji-biji yang rusak akibat mekanis.

Pengaruh Lama Guncangan dan terhadap Vigor Kekuatan Tumbuh

Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)diindikasikan oleh tolok ukur IV, KCT, dan

KST (Sadjad, 1994). Sadjad et al. (1999) menyebutkan bahwa Vigor kekuatan

Tumbuh adalah kemampuan benih untuk menghasilkan tanaman yang tegar di lapang meskipun kondisi lapang atau lingkungan tumbuhnya tidak optimum.

Menurut Sadjad (1993), tolok ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang sub optimum. Semakin tinggi nilai KCT semakin

tinggi pula vigor benih tersebut.

(35)

Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap VKT yang diukur dengan

tolok ukur IV dan KCT pada Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6

menunjukkan bahwa nilai IV dan KCT cenderung mengalami penurunan pada

benih Varietas Wilis.

Tabel 6. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Kekuatan Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Lama

guncangan IV (%) KCT (% KN/etmal)

0 jam 66.67 a 30.42 a

3 jam 58.67 ab 29.02 ab

6 jam 53.33 bc 28.86 ab

9 jam 44.88 c 27.18 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Pada benih Varietas Wilis, IV mengalami penurunan secara nyata sejak benih diguncang selama 6 jam. Nilai IV awal sebesar 66.67 % menunjukkan vigor yang kurang tinggi. Menurut Kartasapoetra (2003), apabila pada hitungan pertama benih yang berkecambah normal berjumlah 75% dari seluruh total benih yang disemaikan dalam pengujian maka IV benih tersebut adalah tinggi.

Tolok ukur KCT benih Varietas Wilis mengalami penurunan yang nyata

setelah diguncang selama 9 jam. Nilai KCT sebelum benih diguncang sebesar

30.42% etmal menunjukkan nilai VKT yang kuat, namun setelah diguncang selama

9 jam, nilai KCT turun sebesar 3 menjadi 27.18 (% KN/etmal). Nilai ini

menunjukkan VKT benih varietas Wilis menjadi kurang kuat. Sadjad (1993)

menyebutkan bahwa benih yang mempunyai nilai KCT lebih besar dari 30 (%

KN/etmal) memiliki VKT kuat, sedangkan (25-30) % kurang kuat.

Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap VKT yang diukur dengan

tolok ukur KCT dan KST pada Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel

7 menunjukkan bahwa nilai KCT dan KST cenderung mengalami penurunan pada

benih Varietas Grobogan.

Pada benih Varietas Grobogan, KCT mengalami penurunan secara nyata

sejak benih diguncang selama 9 jam. Nilai KCT sebelum diguncang sebesar 25.73

(36)

menjadi 21.82 (% KN/etmal). Nilai ini menunjukkan bahwa VKT benih varietas

Grobogan tergolong kurang kuat sejak benih belum mendapat perlakuan guncangan dan terus berkurang setelah diguncang.

Tabel 7. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Kekuatan Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Lama

guncangan KCT (% KN/etmal) KST (%)

0 jam 25.73 a 77.33 a

3 jam 23.76 ab 71.56 ab

6 jam 23.26 ab 71.56 ab

9 jam 21.82 b 63.29 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Tolok ukur KST benih Varietas Grobogan mengalami penurunan yang

nyata setelah diguncang selama 9 jam. Nilai KST sebelum benih diguncang sebesar

77.33% menunjukkan nilai VKT yang tinggi, namun setelah diguncang selama 9

jam, nilai KST turun sebesar 14% menjadi 63.29%. Sadjad (1993) menyebutkan

bahwa benih yang mempunyai nilai KST lebih besar dari 70% memiliki VKT yang

tinggi, sedangkan KST yang kurang dari 40% mengindikasikan benih yang kurang

vigor.

Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Kadar Air Varietas Grobogan

Kadar air merupakan faktor penting agar viabilitas benih dapat dipertahankan dalam penyimpanan. Justic dan Bass (2002) menyatakan bahwa kadar air benih akan selalu mengadakan keseimbangan dengan kelembaban nisbi udara sekitarnya.

(37)

Perlakuan lama guncangan selama 6 jam menurunkan nilai kadar air secara nyata pada Varietas Grobogan. Faktor kondisi suhu (36 -40)0C/RH (50-60)% menurunkan nilai kadar air secara nyata sebesar 6 %. Penurunan yang terjadi pada kondisi tersebut menunjukkan bahwa benih mengeluarkan kandungan air dalam benih. Padahal pada RH yang tinggi, benih seharusnya mengalami kenaikan kadar air. Hal ini mengindikasikan RH tidak berpengaruh terhadap kadar air benih, melainkan hanya suhu saja. Hal ini seperti menggambarkan keadaan pengeringan benih.

Tabel 8. Pengaruh Faktor Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH terhadap Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

.

Lama guncangan KA (%)

0 jam 10.58 a

3 jam 10.12 ab

6 jam 9.83 bc

9 jam 9.38 c

Kondisi suhu/RH

(25-29) 0C/ RH (80-90)% 10.43 a (30-35) 0C/ RH (65-75)% 9.97 ab (36-40) 0C/ RH (50-60) % 9.55 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

(38)

Transportasi Sesungguhnya

Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan viabilitas benih yang mengalami simulasi transportasi pada penelitian simulasi transportasi dengan transportasi sesungguhnya. Nilai yang paling mendekati pada setiap taraf perlakuan penelitian simulasi transportasi dengan transportasi sesungguhnya menjadi gambaran bahwa terdapat perlakuan pada penelitian simulasi transportasi yang dapat mensimulasikan penurunan viabilitas yang terjadi pada transportasi sesungguhnya.

Tolok Ukur Daya Hantar Listrik

Hasil Uji-t DHL antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan bahwa hanya perlakuan lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % yang tidak berbeda nyata terhadap nilai DHL transportasi sesungguhnya.

Tabel 9. Hasil Uji-t DHL antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 378.6 a 362.5 a Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 378.9 a 362.5 b Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 383 a 362.5 b Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 379.5 a 362.5 b

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 389 a 362.5 b

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 392 a 362.5 b

(39)

Hasil Uji-t DHL antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa hanya perlakuan lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % yang berbeda nyata terhadap nilai DHL transportasi sesungguhnya.

Tabel 10. Hasil Uji-t DHL antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Tolok Ukur Daya Berkecambah

Hasil Uji-t DB antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan 6 jam, suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % dan lama guncangan 9 jam, suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % tidak berbeda nyata terhadap nilai DB transportasi sesungguhnya.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 433.3 a 406.7 a Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 435.6 a 406.7 b Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 447.5 a 406.7 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 442 a 406.7 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 449.2 a 406.7 a Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 459.1 a 406.7 a

(40)

Tabel 11. Hasil Uji-t DB antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Hasil Uji-t DB antara benih yang ditansportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % dan lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % tidak berbeda nyata terhadap nilai DB transportasi sesungguhnya.

Tabel 12. Hasil Uji-t DB antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 88 a 93.33 a

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 88 a 93.33 a

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 84 a 93.33 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 84 a 93.33 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 86.67 a 93.33 a Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 81.33 a 93.33 b

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 81.33 a 93.33 b

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 84 a 93.33 a

Lama guncangan 9 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 77.33 a 93.33 a

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 86.67 a 74.67 b Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 89.33 a 74.67 b Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 85.33 a 74.67 a Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 86.67 a 74.67 a Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 85.33 a 74.67 a Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 86.67 a 74.67 a

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 81.33 a 74.67 a Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 82.67 a 74.67 a

(41)

Tolok Ukur Berat Kering Kecambah Normal

Hasil Uji-t BKKN antara benih yang ditansportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 menunjukkan bahwa semua perlakuan pada simulasi transportasi tidak berbeda nyata terhadap nilai BKKN transportasi sesungguhnya.

Tabel 13. Hasil Uji-t BKKN antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Hasil Uji-t BKKN antara benih yang ditansportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa semua perlakuan pada simulasi transportasi tidak berbeda nyata terhadap nilai BKKN transportasi sesungguhnya.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 0.0355 0.0362

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 0.034 0.0362

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 0.0349 0.0362

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 0.0339 0.0362

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 0.0351 0.0362

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 0.0332 0.0362

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 0.0353 0.0362

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 0.0341 0.0362

(42)

Tabel 14. Hasil Uji-t BKKN antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Tolok Ukur Kadar Air

Hasil Uji-t KA antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 menunjukkan bahwa semua perlakuan lama tidak berbeda nyata terhadap nilai KA transportasi sesungguhnya.

Tabel 15. Hasil Uji-t KA antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 0.0473 0.0519

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 0.0475 0.0519

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 0.0464 0.0519

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 0.0462 0.0519

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 0.0493 0.0519

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 0.047 0.0519

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 0.0478 0.0519

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 0.0508 0.0519

Lama guncangan 9 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 0.0475 0.0519

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 9.67 9.86

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 9.41 9.86

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 9.26 9.86

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 9.89 9.86

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 9.78 9.86

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 9.56 9.86

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 10.29 9.86

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 9.93 9.86

(43)

Hasil Uji-t KA antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 menunjukkan bahwa hanya perlakuan lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % yang berbeda nyata terhadap nilai KA transportasi sesungguhnya.

Tabel 16. Hasil Uji-t KA antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Tolok Ukur Indeks Vigor

Hasil Uji-t IV antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) %, lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) %, dan lama guncangan 9 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % tidak berbeda nyata terhadap nilai IV transportasi sesungguhnya.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 10.93 a 8.9 a

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 9.9 a 8.9 a

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 9.15 a 8.9 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 10.19 a 8.9 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 9.84 a 8.9 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 9.45 a 8.9 a

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 10 a 8.9 a

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 9.54 a 8.9 b

(44)

Tabel 17. Hasil Uji-t IV antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Hasil Uji-t IV antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 menunjukkan bahwa hanya perlakuan lama guncangan 9 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % yang tidak berbeda nyata terhadap nilai IV transportasi sesungguhnya.

Tabel 18. Hasil Uji-t IV antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 64 a 42.67 b

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 57.33 a 42.67 b Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 54.67 a 42.67 b Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 54.67 a 42.67 b Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 53.33 a 42.67 b

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 52 a 42.67 b

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 44 a 42.67 a

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 45.33 a 42.67 a Lama guncangan 9 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 45.33 a 42.67 a

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 32 a 6.67 b

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 25.33 a 6.67 b

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 28 a 6.67 b

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 34.67 a 6.67 b Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 22.67 a 6.67 b

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 24 a 6.67 b

(45)

Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh

Hasil Uji-t KCT antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan

[image:45.595.99.519.200.812.2]

benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 menunjukkan bahwa hanya perlakuan lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % yang berbeda nyata terhadap nilai KCT transportasi sesungguhnya.

Tabel 19. Hasil Uji-t KCT antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi

dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Hasil Uji-t KCT antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan

benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 menunjukkan bahwa semua perlakuan pada simulasi transportasi tidak berbeda nyata terhadap nilai KCT transportasi

sesungguhnya.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 29.56 a 25.49 b Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 29.11 a 25.49 a Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 28.38 a 25.49 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 29.1 a 25.49 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 28.6 a 25.49 a

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 28.89 a 25.49 a

(46)

Tabel 20. Hasil Uji-t KCT antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi

dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Tolok Ukur Keserempakkan Tumbuh

Hasil Uji-t KST antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan

benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada Varietas Wilis dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 menunjukkan bahwa semua perlakuan pada simulasi transportasi tidak berbeda nyata terhadap nilai KST transportasi sesungguhnya.

Tabel 21. Hasil Uji-t KST antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi

dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 25.33 19.31

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 23.44 19.31

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 22.49 19.31

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 23.76 19.31

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 23.04 19.31

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 22.98 19.31

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 22.02 19.31

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 22.89 19.31

Lama guncangan 9 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 20.55 19.31

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 89.33 82.67

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 92 82.67

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 90.67 82.67

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 93.33 82.67

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 88 82.67

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 89.33 82.67

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 92 82.67

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 88 82.67

(47)

Hasil Uji-t KST antara benih yang ditransportasikan secara simulasi dengan

benih yang ditransportasikan sesungguhnya pada benih kedelai Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 menunjukkan bahwa semua perlakuan pada simulasi transportasi tidak berbeda nyata terhadap nilai KCT transportasi

sesungguhnya.

Tabel 22. Hasil Uji-t KST antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi

dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Keterangan : angka yang diikut huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%.

Tabel 23 menunjukkan rekapitulasi hasil uji-t perlakuan transportasi sesungguhnya dengan simulasi transportasi terhadap semua tolok ukur viabilitas pada benih kedelai Varietas Wilis. Perlakuan simulasi transportasi yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan hasil transportasi sesungguhnya banyak terdapat pada lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % juga lama guncangan 9 jam dan suhu suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % juga lama guncangan 9 jam dan suhu suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % dapat mensimulasi trasnportasi benih kedelai Varietas Wilis sejauh 1500 km.

Taraf perlakuan simulasi transportasi Transportasi

sesungguhnya

Lama guncangan 3 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 76 66.67

Lama guncangan 3 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 68 66.67

Lama guncangan 3 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 70.67 66.67

Lama guncangan 6 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 74.67 66.67

Lama guncangan 6 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 68 66.67

Lama guncangan 6 jam dan suhu (36-40) 0C/ RH (50-60) % 72 66.67

Lama guncangan 9 jam dan suhu (25-29) 0C/ RH (80-90) % 62.67 66.67

Lama guncangan 9 jam dan suhu (30-35) 0C/ RH (65-75) % 68 66.67

(48)
[image:48.595.112.517.118.464.2]

Tabel 23. Rekapitulasi Hasil Uji-t Perlakuan Transportasi Sesungguhnya dengan Simulasi Transportasi terhadap Semua Tolok Ukur Viabilitas pada Benih Kedelai Varietas Wilis

Simulasi Transportasi Tolok Ukur

DHL DB BKKN KA IV KCT KST

Lama guncangan

3 jam

suhu (25-29)0C/

RH (80-90) % tn tn tn tn * * tn

suhu (30-35) 0C/

RH (65-75) % * tn tn tn * tn tn

suhu (36-40) 0C/

RH (50-60) % * tn tn tn * tn tn

Lama guncangan

6 jam

suhu (25-29) 0C/

RH (80-90) % * tn tn tn * tn tn

suhu (30-35) 0C/

RH (65-75) % * tn tn tn * tn tn

suhu (36-40) 0C/

RH (50-60) % * * tn tn * tn tn

Lama guncangan

9 jam

suhu (25-29) 0C/

RH (80-90) % * * tn tn tn tn tn

suhu (30-35) 0C/

RH (65-75) % * tn tn tn tn tn tn

suhu (36-40) 0C/

RH (50-60) % * tn tn tn tn tn tn

Keterangan : * = berpengaruh nyata pada uji-t taraf 5% ** = berpengaruh sangat nyata pada uji-t taraf 5% tn = tidak nyata

(49)
[image:49.595.109.519.130.450.2]

Tabel 24. Rekapitulasi Hasil Uji-t Perlakuan Transportasi Sesungguhnya dengan Simulasi Transportasi terhadap Semua Tolok Ukur Viabilitas pada Benih Kedelai Varietas Grobogan

Simulasi Transportasi Tolok Ukur

DHL DB BKKN KA IV KCT KST

Lama guncangan

3 jam

suhu (25-29)0C/

RH (80-90) % * * tn tn * tn tn

suhu (30-35) 0C/

RH (65-75) % tn * tn tn * tn tn

suhu (36-40) 0C/

RH (50-60) % * tn tn tn * tn tn

Lama guncangan

6 jam

suhu (25-29) 0C/

RH (80-90) % * tn tn tn * tn tn

suhu (30-35) 0C/

RH (65-75) % * tn tn tn * tn tn

suhu (36-40) 0C/

RH (50-60) % * tn tn tn * tn tn

Lama guncangan

9 jam

suhu (25-29) 0C/

RH (80-90) % * tn tn tn * tn tn

suhu (30-35) 0C/

RH (65-75) % * tn tn * * tn tn

suhu (36-40) 0C/

RH (50-60) % * tn tn tn tn tn tn

Keterangan : * = berpengaruh nyata pada uji-t taraf 5% ** = berpengaruh sangat nyata pada uji-t taraf 5% tn = tidak nyata

Perlakuan lama guncangan 9 jam dan kondisi suhu (36 -40) 0C/RH (50-60) % merupakan perlakuan simulasi transportasi yang paling banyak menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada benih kedelai Varietas Wilis dan Grobogan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan 9 jam dan kondisi suhu (36 -40)

0

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Semakin lama perlakuan lama guncangan akan menyebabkan penurunan viabilitas benih Varietas Wilis dan Grobogan yang semakin besar. Pada viabilitas potensial benih, lama guncangan 3 jam menurunkan secara nyata nilai Daya Berkecambah benih Varietas Wilis sebesar 13.3%. Lama guncangan 9 jam menaikkan secara nyata nilai DHL pada Varietas Wilis sebesar 11% dan pada Varietas grobogan sebesar 14.6%. Pada Varietas Wilis, lama guncangan 6 jam menurunkan Indeks Vigor secara nyata sebesar 20%, sedangkan lama guncangan 9 jam menurunkan secara nyata nilai KCT sebesar 11%. Pada Varietas Grobogan lama guncangan 9 jam

menurunkan secara nyata nilai KCT sebesar 16% dan KST sebesar 18%.

Kadar Air Varietas Grobogan mengalami penurunan secara nyata pada lama guncangan 6 jam sebesar 6%.

2. Perlakuan kondisi suhu/RH tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua tolok ukur pengamatan, kecuali kadar air Varietas Grobogan yang mengalami penurunan secara nyata pada kondisi suhu (36-40)0C/RH (50-60) % sebesar 10% dibanding kontrol.

3. Hasil penelitian simulasi transportasi dengan transportasi sesungguhnya menunjukkan bahwa transportasi sesungguhnya dapat digambarkan melalui simulasi transportasi dengan lama guncangan dan suhu/RH tertentu. Berdasarkan hasil pada Varietas Wilis dan Grobogan, perlakuan lama guncangan 9 jam dan kondisi suhu (36 -40) 0C/RH (50-60) % dapat digunakan untuk mensimulasikan transportasi benih kedelai sejauh 1500 km.

Saran

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Adie, M. M. dan A. Krisnawati. 2007. Biologi tanaman kedelai. Dalam Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan. Sumarno, Suyamto, Adi Widjono, Hermanto, dan Husni K. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang. 517 hal. Adisarwanto, T. dan R. Wudianto. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di

Lahan Sawah Kering Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hal. Badan Pusat Statistik. 2010. Luas panen-produktivitas-produksi tanaman kedelai

Indonesia. http://www.bps.go.id. [17 November 2010]

Copeland, L.O. and M. B. McDonald. 2001. Principles of Seed Sience and Technology. Fourth edition. Kluwer Academic Publisher. London. 467 p. Desai, B.B., P.M. Kotecha, and D.K. Salunkhe. 1997. Seeds Handbook Biology,

Production, Processing, and Storage. Marcel Dekker Inc. New York. 627 p.

Hasanah, M. 2002. Peran mutu fisiologik benih dan pengembangan industri benih tanaman industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XXI(3):84-91.

ISTA. 2007. International Rule for Seed Testing. Edition 2007. International Seed Testing Association. Zurich. Swizerland.

Justice, O.L. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Peyimpanan Benih (Terjemahan). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 445 hal.

Musaddad, A. 2008. Teknologi Produksi Kedelai, Kacang

Gambar

Gambar 1, dimana penampakkan benihnya yang kusam dan bentuknya kurang
Tabel 19. Hasil Uji-t KCT antara Benih yang Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih
Tabel 23. Rekapitulasi Hasil Uji-t Perlakuan Transportasi Sesungguhnya dengan Simulasi Transportasi terhadap Semua Tolok Ukur Viabilitas pada Benih Kedelai Varietas Wilis
Tabel 24. Rekapitulasi Hasil Uji-t Perlakuan Transportasi Sesungguhnya dengan Simulasi Transportasi terhadap Semua Tolok Ukur Viabilitas pada Benih Kedelai Varietas Grobogan
+7

Referensi

Dokumen terkait

The effective interest rate is the rate that exactly discounts estimated future cash receipts or payments (including all fees and points paid or received that form

Seperti yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya bahwa perbedaan budaya adalah perbedaan dalam cara bersikap atau bertingkah laku dan berinteraksi yang

Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan hasil belajar aspek kognitif dan afektif siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Guided Discovery Learning

Penulis pada akhirnya menyimpulkan Pedagang asongan yang berjualan di sekitar Terminal Terpadu Amplas Medan mempunyai strategi bertahan hidup yang monoton dan

Mixed linear models are used with repeated measures data to accommodate the xed eects of treatment and time and the covariation between observations on the same subject at

Fokus dalam penelitian ini adalah pemberdayaan kelompok kerja guru (KKG) sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada Gugus Hasanudin di Kecamatan Karangrayung2.

Sebuah instansi membutuhkan aplikasi yang dapat membantu dalam pengelolaan surat.. Pengelolaan surat di instansi yang menggunakan file cetak sering terjadi kesalahan

Memiliki Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi/Jasa Penunjang tenaga listrik untuk Sub Bidang Usaha Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Tegangan