• Tidak ada hasil yang ditemukan

Afifi, C. dan Sugiarti, L., 2016. Analisis Mikrobiologis Jamu Tujuh Angin dan Sari Asih PT. Jamu Air Mancur Surakarta dengan metode ALT dan AKK. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendikia Utama Kudus, 1(5),65-71.

Ahmad, R. Z., 2009. Cemaran Kapang Pada Pakan dan Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor. 15

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2018.

Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2006. Metode Analisis PPOMN. MA PPOMN nomor 97/mik/00. Uji Angka Kapang/Khamir dalam Obat Tradisional. Jakarta. 108-110.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional, 2008. Metode Pengujian Cemaran Mikroba. SNI 2897:2008. Jakarta. 14-32.

Badan Standarisasi Nasional, 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. SNI 7388:2009. Jakarta. 6

Cappuccino, J. G., Sherman, N., 2011. Microbiology : A Laboratory Manual 9th edition. Pearson Education, Inc., USA.

Cappuccino, J. G., Sherman, N., 2014. Microbiology : A Laboratory Manual 10th edition. Pearson Education, Inc., USA.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 006 tahun 2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Dion, R., Susiana, P., 2020. Analisis Cemaran Kapang dan Khamir pada Jamu Serbuk Instan Jahe Merah dan Temulawak. Jurnal Bioteknologi, 3(2).

Djais, A. A., Theodorea, C, F., 2019. The Effect of Presto Cooker as an Alternative Sterilizer Device for Dental Equipment. Journal of Indonesian Dental Association. 2(1), 2-13.

24

Ismono, I., Suyatno, S., Hidajati, N. 2018. Pelatihan pembuatan serbuk minuman herbal instan untuk Warga desa jajar, kecamatan talun, kabupaten blitar.

Jurnal Abdi: Media pengabdian kepada masyarakat, 3(2), 76-83.

Istini, 2020. Pemanfaatan Plastik Polipropilen Standing Pouch Sebagai Salah Satu Kemasan Sterilisasi Peralatan Laboratorium. Indonesian Journal Of Laboratory, 2(3), 41-46.

Jayanti, N. K. S., Nyoman, J., 2018. Isolasi Candida albicans dari Swab Mukosa Mulut Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Teknologi Laboratorium.

7(1): 01-07.

Latief, A., 2009. Obat Tradisional. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 48-49, 259.

Nurcholis, W., Laksmi, A., Ni Luh, P. E. K. S., Latifah,K.D., 2012. Curcuminoid Contents Antioxidant and Anti-Inflammatory Activities of Curcuma xanthorrhiza RoxB. and Curcuma domestica Val. Promising Lines From Sukabumi of Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012.

978–979.

Nurmalia, R., 2012. 24 Herbal Legendaris Untuk Kesehatan Anda. Gramedia, Jakarta, 329-335.

Octavia, A. dan Wantini, S., 2017. Perbandingan Pertumbuhan Jamur Aspergillus flavus Pada Media PDA (Potato Dextrose Agar) dan Media Alternatif dari Singkong (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Analis Kesehatan, 6(2), 625-631.

Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobio Farmasi. Fakultas Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 38, 135-140, 206-207.

Puspandari, N., Ani, I.,2015. Deskripsi Hasil Uji Angka Lempeng Total (ALT) Pada Beberapa Susu Formula Bayi. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(2)00 106-112.

Radji, M., 2009. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Radji, M., 2010. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Dewi, T. M., Nurbaity, A., Suryatmana, P., Sofyan, E.T., 2017. Effect Of Sterilization And Medium Composition For Mycorrhizal Fungi On Root Colonisation, Length And Weight Of Sorghum Root. Jurnal Agro, 4(1).

25

Soesetyaningsih, E. dan Azizah, 2020. Berkala Sainstek, 8(3), 76-78.

Susanti., Emma., Riza, A., 2017. Uji Cemaran Mikroba Pada Jamu Keliling Yang Dijual Di Kelurahan Simpang Baru Panam Pekanbaru Dengan Metode Mpn (Most Probable Number). Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 6(2), 56-60.

Tyas, D. E., Niniek, W., Anhar, S., 2018. Perbedaan Jumlah Bakteri Dalam Sedimen Pada Kawasan Bermangrove Dan Tidak Bermangrove Di Perairan Desa Bedono, Demak. Journal Of Maquares. 7(2), 189-196.

Wasito, H., 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

13-15, 29, 41-42, 51.

Yonathan, D. Y., 2013. Hubungan Antara Kualitas Sarana & Prasarana Rumah dan Perilaku Sehat dengan Kejadian Demam Typhoid di Wilayah Kerja Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2(1), 1

26

LAMPIRAN

27

Lampiran 1. Sampel jamu serbuk temulawak

Sampel jamu serbuk temulawak

Lampiran 2. Nilai ALT dan perhitungan ALT sampel jamu serbuk temulawak sampel A inkubasi 24 jam

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni Nilai ALT (koloni/g)

: angka yang masuk dalam perhitungan ALT

28

Lampiran 3. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 1

Pengenceran 10-1

⟶30 + 32

2 x101 = 310 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 1 = 310 ~ 3,1 x 102 koloni/g

29

Lampiran 4. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 2

Pengenceran 10-1

⟶25 + 31

2 x101 = 280 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 2 = 280 ~ 2,8x 102 koloni/g

30

Lampiran 5. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 3

Pengenceran 10-1

⟶33 + 27

2 x101 = 300 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 3 = 300 ~ 3 x 102 koloni/g

Rata − rata ALT Sampel A =310 + 280 + 300

3 = 296 ~ 2,9 x 102 koloni/g

31

Lampiran 6. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT Sampel A

Replikasi X X̅ X -X̅ (X -X̅)2

1 310 296 14 196

2 280 296 -16 256

3 300 296 4 16

∑(X − X̅)2 468

n=3

SD =

∑(X −X̅)2

𝑛−1

=

468

2 = 15,3

CV = 𝑆𝐷

= 15,3296 x 100%

= 5,1%

32

Lampiran 7. Nilai ALT dan perhitungan ALT sampel jamu serbuk temulawak sampel B inkubasi 24 jam

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni ALT (koloni/g)

: angka yang masuk dalam perhitungan ALT

33

Lampiran 8. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 1 Pengenceran 10-1

⟶35 + 37

2 x101 = 360 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 1 = 360 ~ 3,6 x 102 koloni/g

34

Lampiran 9. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 2

Pengenceran 10-1

⟶32 + 28

2 x101 = 300 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 2 = 300 ~ 3 x 102 koloni/g

35

Lampiran 10. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 3 Pengenceran 10-1

⟶33 + 35

2 x101 = 340 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 3 = 340 ~ 3,4 x 102 koloni/g

Rata − rata ALT Sampel B =360 + 300 + 340

3 = 333 ~ 3,3 x 102 koloni/g

36

Lampiran 11. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT Sampel B

Replikasi X X̅ X -X̅ (X -X̅)2

1 360 333 27 729

2 300 333 -33 1089

3 340 333 7 49

∑(X − X̅)2 1867

n=3

SD =

∑(X −X̅)2

𝑛−1

=

1867

2 = 30,5

CV = 𝑆𝐷

= 30,5333x 100%

= 9,1%

37

Lampiran 12. Nilai ALT dan perhitungan ALT sampel jamu serbuk temulawak sampel C inkubasi 24 jam

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni ALT (koloni/g)

: angka yang masuk dalam perhitungan ALT

38

Lampiran 13. Perhitungan ALT sampel C Replikasi 1

Pengenceran 10-1

⟶19 + 15

2 x101 = 170 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 1 = 170 ~ 1,7 x 102 koloni/g

39

Lampiran 14. Perhitungan ALT sampel C Replikasi 2

Pengenceran 10-1

⟶17 + 21

2 x101 = 190 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 2 = 190 ~ 1,9 x 102 koloni/g

40

Lampiran 15. Perhitungan ALT sampel C Replikasi 3

Pengenceran 10-1

⟶16 + 20

2 x101 = 180 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 3 = 180 ~ 1,8 x 102 koloni/g

Rata − rata ALT Sampel C =170 + 190 + 180

3 = 180 ~ 1,8 x 102 koloni/g

41

Lampiran 16. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT Sampel C

Replikasi X X̅ X -X̅ (X -X̅)2

1 170 180 -10 100

2 190 180 10 100

3 180 180 0 0

∑(X − X̅)2 200

n=3

SD =

∑(X −X̅)2

𝑛−1

=

200

2 = 10

CV = 𝑆𝐷

= 18010 x 100%

= 5,5%

42

Lampiran 17. Nilai AKK dan perhitungan AKK sampel jamu serbuk temulawak sampel A inkubasi 5 hari

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK (koloni/g)

: angka yang masuk dalam perhitungan AKK

• Dipilih pengenceran 10-1 karena bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka AKK dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah) (PPOMN, 2006).

43

Lampiran 18. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 1 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

44

Lampiran 19. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 2 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

45

Lampiran 20. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 3 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

Rata − rata AKK Sampel A =< 10+< 10+ < 10

3 =< 10 koloni/g

46

Lampiran 21. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) AKK Sampel A

Replikasi X X̅ X -X̅ (X -X̅)2

1 0 0 0 0

2 0 0 0 0

3 0 0 0 0

∑(X − X̅)2 0

n=3

SD =

∑(X −X̅)2

𝑛−1

=

0

2 =0

CV = 𝑆𝐷 X̅ = 0

0x 100%

= 0%

47

Lampiran 22. Nilai AKK dan perhitungan AKK sampel jamu serbuk temulawak sampel B inkubasi 5 hari

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK (koloni/g)

: angka yang masuk dalam perhitungan AKK

• Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka AKK dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah) (PPOMN, 2006).

48

Lampiran 23. Perhitungan AKK sampel B Replikasi 1 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

49

Lampiran 24. Perhitungan AKK sampel B Replikasi 2 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

50

Lampiran 25. Perhitungan AKK sampel B Replikasi 3 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

Rata − rata AKK Sampel A =< 10+< 10+ < 10

3 =< 10 koloni/g

51

Lampiran 26. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) AKK Sampel B

Replikasi X X̅ X -X̅ (X -X̅)2

1 0 0 0 0

2 0 0 0 0

3 0 0 0 0

∑(X − X̅)2 0

n=3

SD =

∑(X −X̅)2

𝑛−1

=

0

2 = 0

CV = 𝑆𝐷 X̅ = 0

0x 100%

= 0%

52

Lampiran 27. Nilai AKK dan perhitungan AKK sampel jamu serbuk temulawak sampel C inkubasi 5 hari

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK (koloni/g)

: angka yang masuk dalam perhitungan AKK

• Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka AKK dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah) (PPOMN, 2006).

53

Lampiran 28. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 1 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

54

Lampiran 29. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 2 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

55

Lampiran 30. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 3 Pengenceran 10-1

⟶ < 1 x10−1 = < 10 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah AKK replikasi 1 =< 10 koloni/g

Rata − rata AKK Sampel A =< 10+< 10+ < 10

3 =< 10 koloni/g

56

Lampiran 31. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) AKK Sampel A

Replikasi X X̅ X -X̅ (X -X̅)2

1 0 0 0 0

2 0 0 0 0

3 0 0 0 0

∑(X − X̅)2 0

n=3

SD =

∑(X −X̅)2

𝑛−1

=

0

2 =0

CV = 𝑆𝐷 X̅ = 0

0x 100%

= 0%

57

Lampiran 32. Hasil ALT sampel A Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu A pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu A pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu A pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu A pengenceran 10-6 (cawan 2)

58

Lampiran 33. Hasil ALT sampel A Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 2) E1: Sampel jamu A pengenceran 10-5 (cawan 1) E2: Sampel jamu A pengenceran 10-5 (cawan 2) F1: Sampel jamu A pengenceran 10-6 (cawan 1) F2: Sampel jamu A pengenceran 10-6 (cawan 2)

59

Lampiran 34. Hasil ALT sampel A Replikasi 3

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 2) E1: Sampel jamu A pengenceran 10-5 (cawan 1) E2: Sampel jamu A pengenceran 10-5 (cawan 2) F1: Sampel jamu A pengenceran 10-6 (cawan 1) F2: Sampel jamu A pengenceran 10-6 (cawan 2)

60

Lampiran 35. Hasil ALT sampel B Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 2) E1: Sampel jamu B pengenceran 10-5 (cawan 1) E2: Sampel jamu B pengenceran 10-5 (cawan 2) F1: Sampel jamu B pengenceran 10-6 (cawan 1) F2: Sampel jamu B pengenceran 10-6 (cawan 2)

61

Lampiran 36. Hasil ALT sampel B Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 2) E1: Sampel jamu B pengenceran 10-5 (cawan 1) E2: Sampel jamu B pengenceran 10-5 (cawan 2) F1: Sampel jamu B pengenceran 10-6 (cawan 1) F2: Sampel jamu B pengenceran 10-6 (cawan 2)

62

Lampiran 37. Hasil ALT sampel B Replikasi 3

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 2) E1: Sampel jamu B pengenceran 10-5 (cawan 1) E2: Sampel jamu B pengenceran 10-5 (cawan 2) F1: Sampel jamu B pengenceran 10-6 (cawan 1) F2: Sampel jamu B pengenceran 10-6 (cawan 2)

63

Lampiran 38. Hasil ALT sampel C Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 2) E1: Sampel jamu C pengenceran 10-5 (cawan 1) E2: Sampel jamu C pengenceran 10-5 (cawan 2) F1: Sampel jamu C pengenceran 10-6 (cawan 1) F2: Sampel jamu C pengenceran 10-6 (cawan 2)

64

Lampiran 39. Hasil ALT sampel C Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 2) E1: Sampel jamu C pengenceran 10-5 (cawan 1) E2: Sampel jamu C pengenceran 10-5 (cawan 2) F1: Sampel jamu C pengenceran 10-6 (cawan 1) F2: Sampel jamu C pengenceran 10-6 (cawan 2)

65

Lampiran 40. Hasil ALT sampel C Replikasi 3

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 2) E1: Sampel jamu C pengenceran 10-5 (cawan 1) E2: Sampel jamu C pengenceran 10-5 (cawan 2) F1: Sampel jamu C pengenceran 10-6 (cawan 1) F2: Sampel jamu C pengenceran 10-6 (cawan 2)

66

Lampiran 41. Hasil AKK sampel A Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 2)

67

Lampiran 42. Hasil AKK sampel A Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 2)

68

Lampiran 43. Hasil AKK sampel A Replikasi 3

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu A pengenceran 10-4 (cawan 2)

69

Lampiran 44. Hasil AKK sampel B Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 2)

70

Lampiran 45. Hasil AKK sampel B Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 2)

71

Lampiran 46. Hasil AKK sampel B Replikasi 3

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4 (cawan 2)

72

Lampiran 47. Hasil AKK sampel C Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 2)

73

Lampiran 48. Hasil AKK sampel C Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 2)

74

Lampiran 49. Hasil AKK sampel C Replikasi 3

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C pengenceran 10-3 (cawan 2) D1: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 1) D2: Sampel jamu C pengenceran 10-4 (cawan 2)

75

Dokumen terkait