• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agustina, H. 2006. Coping Strategy pada Keluarga Miskin Penerima Subsidi Langsung Tunai (SLT)-BBM dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Tingkat Kepuasan di Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian Bogor. IPB.

Anonim. 2008. Indonesia dan Krisis Global. http://piramidaindonesia.wordpress.com. [diakses 12 Januari 2009].

Arianti, R.T. 2002. Tingkat Stres dan Strategi Koping Ibu pada Keluarga dengan Anak Retardasi Mental [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

BPS. 2000. Statistik dan Indikator Gender. Jakarta: BPS

. 2003. Profil Wanita Kepala Rumah Tangga. Jakarta: BPS. . 2004. Jawa Barat dalam Angka. Jakarta: BPS.

. 2005. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bogor Tahun 2005. BPS Kabupaten Bogor.

. 2008. Data Strategis BPS. Jakarta: BPS.

. 2009. Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2009. BPS Provinsi Jawa Barat.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1996. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta. BKKBN.

[BAPEDA] Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah. 2005. Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2015. Bappeda Kabupaten Bogor, Bogor.

Borgatta, E. F. 1992. Encyclopedia of Sosiology, Volume 4. New York: Mac Millan Publishing Company.

Bryant, W. K. 1990. The Economic Organization of The Household. Cambridge University Press.

Deacon, R. E. and Firebaugh, M. 1981. Family Resoure Management: Principles and Applications. America: Allyn and Bacon, INC.

Diener, E. 2002. Finding on Subyective Well-being and Their Implication for Empowerment. Social Indicators Research. 79:661-8.

Djalil, S. A. 2005. Latar Belakang dan Kebijaksanaan Mengenai BBM. http://www.depkominfo.co.id [09 April 2006].

Djakarsih. 1987. Peran Dukungan Sosial untuk Lansia di Panti Werda, Tesis Bandung: Universitas Padjajaran.

Friedman, 1998. Family Nursing, Theory and Practice (3rd ed). Applenton & Lange, California.

Guhardja, S, Puspitawati, H, Hartoyo, Dwi, H .M. 1992. Diktat Manajemen Sumberdaya Keluarga. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Gunarsa dan Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gottlieb, B.H. 1985. Social Support and The Study of Personal Relationship. Journal of Social and Personal Relationship, 2. 351-315.

Handoko, 2000. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BPFE. Yogyakarta.

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Istiwidayati & Soedjarwo, Penerjemah; Silabat RM, editor. Mc Graw-Hill, Inc. Terjemahan dari Development Psychology. Iskandar, A. 2007. Analisis Praktek Manajemen Sumberdaya Keluarga Dan

Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga Di Kabupaten Dan Kota Bogor [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Kendig, H. 1986. Ageing and Families: A Social Network Perspective. Australia: Allen & Unwi.

Lazarus, R.S & Folkman S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Lukman, M. 2002. Strategi Koping Keluarga Dalam Menghadapi Masalah Kesehatan: Kasus Penyakit TB Paru Di Kabupaten Bandung. Tesis Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor.

Mangkuprawira, S. 1985. Alokasi waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

. 2002. Analisis pendapatan dan Pengeluaran Keluarga di Daerah Industri Tenun Perdesaan. Media Gizi dan Keluarga. Vol.25 No.2.

Megawangi, R. 1994. Gender Perspectives in Early Chilhood care and Development in Indonesia, The Consultative Group on early Chilhood Care and Development, Indonesia.

Myers, P. M. 1991. Minority Household: A Comparison of Selected Characteristic and Expenditures. Contributing to Future Economic Well-Being. Family Economic Review, 4 (2): 2.

Nasdian, F. T. 2003. Pengembangan Masyarakat. Bagian Ilmu-Ilmu Sosial, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. IPB.

Nuryani, N. 2007. Kajian Ketahanan Keluarga Petani: Hubungan Fungsi Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Pemeliharaan Sistem dengan Kesejahteraan Keluarga [skripsi]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pakpahan, A, Hermanto, Taryoto A.H. 1995. Metodologi Penelitian Kemiskinan di Pedesaan; Konsepsi dan Aplikasinya. Di dalam: Hermanto, Pakpahan A, Sawit MH, Taryoto AH, Zulham A, Saliem HP, editor. Kemiskinan di Pedesaan: Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. Buku 1. Jakarta: IPB Pr. Hlm: 13-24.

Puspitawati, H. 1998. Poverty Level and Conflicts Over Money within Family Program Master of Science, Iowa State University, Ames, Iowa.

. 1992. Time Management Strategies Used in Household in Which Income is Generated at Home. Iowa State University. Arnes, Iowa. . 2006. Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan Teman dan Sekolah

terhadap Kenakalan Pelajar Di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di kota Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

Puspitawati. H, Sarma. M, Herawati. T . 2006. Dampak Subsidi Langsung Tunai (SLT)-BBM pada Kesejahteraan Keluarga Miskin Di Bogor, Jawa Barat. Kerjasama Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan.

. 2009. Modul Peningkatan Fungsi Keluarga Menuju Ketahanan Pangan Keluarga Tani. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. IPB.

Purnomosari, D. 2004. Peran Wanita Karier Dalam Keluarga, Psikologi Keluarga, Percikan Iman. Jakarta: Percik Press.

Raharto, A. & Romdiati, H. 2000. Identifikasi Rumah Tangga Miskin. Di dalam Sera, A. K. et. al. Editor Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Tanggal 29 Februari-2 Maret 2000. Hal 259-284. Jakarta: LIPI.

Rambe, A. 2004. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga Dan Tingkat Kesejahteraan (Kasus Di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara) [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Raines, A. 1964. Managing Living Time. Illnois: Chas A BennettCo, Inc.

Saefuddin. 2003. Menuju Masyarakat Mandiri Pengembangan Model Sistem Keterjaminan Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sarafino, E.P. 1996. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. New York: Allyn and Bacon.

Singarimbun, M. S. Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Suandi. 2007. Modal Sosial dan Kesejahteraan Keluarga Di Daerah Pedesaan Propinsi Jambi [disertasi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo. 1989. Sosiobudaya Gizi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Gizi. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Suharto, E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sumodiningrat, G. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa: Mananggulangi Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tati, 2004. Pengaruh Tekanan Ekonomi Keluarga, Dukungan Sosial dan Kualitas Perkawinan terhadap Pengasuhan Anak [Thesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Turner, J R, and John W. G. 1983. Social Factor in Psychiatric Outcomes Toward the Resolution of Interpretive Controversies. American Sosiological Review 43: 368-382.

Unit Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalia Indonesia. UPPKH Pusat, 2007, Pedoman Umum PKH, Jakarta.

Yuliawan. 2002. Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Manggarai Propinsi NTT. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Lampiran 1 Pengukuran variabel penelitian No Variabel Jumlah Pertanyaan Skor Cronbach Skala

1 Umur contoh 1 - - 1= < 25 tahun

2=25-29 tahun 3= 30-39 tahun 4= 40-49 tahun 5= 50-59 tahun 6= >= 60 tahun 7= meninggal /pisah 2 Jumlah anggota

keluarga 1 - - 1= Kecil (<4 orang) 2= Sedang (5-7 orang) 3= Besar (> 7 orang) 3 Pendidikan orangtua 1 - - 1= Tidak Tamat SD

2= Tamat SD 3= Tamat SMP 4= Tamat SLTA

5= Tidak Pernah Sekolah 6= Meninggal/pisah 4 Lama pendidikan 1 - - 1= <= 9 tahun

2 = > 9 tahun 3= meninggal/pisah 5 Pekerjaan Suami 1 - - 1= buruh non-tani

2= buruh tani 3= dagang 4= becak

5= guru les, mengaji, menjaga masjid 6= karyawan swasta 7= pemulung 8= penceramah 9= supir 10= tidak bekerja 11= wiraswasta 12= meninggal/pisah 6 Pekerjaan Isteri 1 - - 1= buruh tani

2= buruh non-tani 3= dagang 4= karyawan swasta 5= maro kambing 6= pemulung 7= penyanyi 8= pisah 9= PRT 10= tidak bekerja

7 Kepemilikan Aset 35 - - Rupiah

8 Pendapatan Keluarga 4 - - Rupiah 9 Pengeluaran Pangan

& Non Pangan

45 - - Rupiah

10 Pengeluaran Hutang 1 - - Rupiah

11 Dukungan Sosial • Tetangga • Keluarga 6 6 1-12 1-12 0,342 0,661 1= tidak ada 2= ada 12 Strategi Koping

• Strategi penghematan • Strategi penambahan pendapatan 25 16 25-75 16-48 0,773 0,387 3= sering 13 Kesejahteraan Subyektif (Subjective Quality of Live) 22 22-66 0,791 1= tidak puas 2= cukup puas 3= puas *disesuaikan dengan pertanyaan

Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan non pangan keluarga

No Kategori

Pengeluaran n Pengeluaran pangan % Pengeluaran Non pangan n % n Total %

1 < Rp 50.000 2 1,3 65 43,3 0 0,0 2 50.000 - 99.999 34 22,7 69 46,0 9 6,0 3 100.000 - 149.999 54 36,0 11 7,3 26 17,3 4 150.000 - 199.999 41 27,3 4 2,7 48 32,0 5 200.000 - 249.999 13 8,7 1 0,7 34 22,7 6 250.000-299.999 4 2,7 0 0,0 20 13,3 7 >= 300000 2 1,3 0 0,0 13 8,7 Total 150 100,0 150 100,0 150 100,0 Rata-rata+SD 141.892,16 59.011,50 60.405,91 34.490,82 202.298,08 76.891,27 Kisaran (min, max) 40.111,11 466.750,00 12.666,67 203.202,78 70.166,67 627.250,00

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan strategi penghematan pengeluaran keluarga

No

Pertanyaan

Strategi Penghematan Pengeluaran Tidak pernah Kadang-kadang Sering n % n % n % A Pangan

1 Mengurangi pembelian kebutuhan pangan (jenis dan jumlah) 28 18,7 43 28,7 79 52,7 2 Membeli pangan yang lebih murah 4 2,7 25 16,7 121 80,7 3 Mengurangi porsi makan (misalnya 1 piring menjadi ½

piring) 102 68,0 29 19,3 19 12,7

4 Mengganti beras dengan makanan pokok lain (misalnya

dengan singkong) 135 90,0 12 8,0 3 2,0

5 Mengurangi frekuensi makan (misalnya dari 2 kali menjadi 1

kali makan) 97 64,7 35 23,3 18 12,0

6 Mengurangi penggunaan teh/kopi/gula 60 40,0 36 24,0 54 36,0

7 Mengurangi jajan anak 49 32,7 33 22,0 68 45,3

8 Merubah distribusi pangan (prioritas ibu jadi untuk anak) 46 30,7 45 30,0 59 39,3 9 Menyimpan makanan yang tidak habis untuk keesokan

harinya

50 33,3 51 34,0 49 32,7 10 Melewati hari-hari tanpa makan 134 89,3 8 5,3 8 5,3 B Kesehatan

1 Mengganti obat yang mahal dengan yang murah 103 68,7 26 17,3 21 14,0 2 Menggunakan jamu daripada obat modern 86 57,3 30 20,0 34 22,7 3 Mengurangi pembelian rokok 56 37,3 25 16,7 69 46,0 4 Memilih tempat berobat yang murah 14 9,3 9 6,0 127 84,7 5 Menangguhkan pengobatan bila ada anggota keluarga yang

sakit

69 46,0 46 30,7 35 23,3 C Pendidikan

1 Mengurangi uang saku anak sehari-hari 52 34,7 33 22,0 65 43,3

2 Anak berhenti sekolah 122 81,3 9 6,0 19 12,7

3 Anak terpaksa bolos (tidak ada biaya) 110 73,3 30 20,0 10 6,7

4 Membeli seragam bekas 140 93,3 4 2,7 6 4,0

5 Membeli sepatu bekas 140 93,3 4 2,7 6 4,0

6 Membeli buku bekas 143 95,3 2 1,3 5 3,3

D Pengeluaran Lainnya

1 Mengurangi penggunaan air/listrik/telepon 69 46,0 18 12,0 63 42,0

2 Mengurangi pembelian pakaian 7 4,7 4 2,7 139 92,7

3 Mengurangi pembelian perabot rumah tangga 8 5,3 3 2,0 139 92,7 4 Mengurangi pembelian peralatan dapur 7 4,7 3 2,0 140 93,3

Lampiran 4 Sebaran Contoh Berdasarkan Strategi Penambahan Pendapatan

No Pertanyaan Strategi penambahan pendapatanPKH

Tidak

pernah Kadang-kadang Sering n % n % n % A Pangan

1 Keluarga memanfaatkan lahan kosong untuk menanam

tanaman (jagung, ubi, singkong) 113 75,3 3 2,0 34 22,7 2 Beternak (unggas atau ikan) 85 56,7 5 3,3 60 40,0 3 Menerima makanan dari saudara 46 30,7 62 41,3 42 28,0 4 Membeli pangan dengan hutang 31 20,7 31 20,7 88 58,7

5 Meminjam uang 31 20,7 62 41,3 57 38,0

B Kesehatan

1 Keluarga memanfaatkan tanah pekarangan untuk tanaman

obat keluarga 126 84,0 1 7,0 23 15,3

2 Meminta obat gratis ke puskesmas/ tempat berobat lainnya 61 40,7 15 10,0 74 49,3 C Pendidikan

1 Anak bekerja/membantu orang tua untuk menambah keperluan sekolah

118 78,7 12 8,0 20 13,3 2 Keluarga mengusahakan beasiswa untuk sekolah anak 139 92,7 4 2,7 7 4,7 3 Meminta buku bekas ke sekolah/tetangga 144 96,0 4 2,7 2 1,3 D Pendapatan lainnya

1 ibu memiliki pekerjaan sampingan 119 79,3 13 8,7 18 12,0 2 Suami memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama 123 82,0 10 6,7 17 11,3 3 Mengontrakkan rumah untuk menambah keuangan keluarga 149 99,3 1 0,7 0 0 4 Menggadaikan barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari 139 92,7 9 6,0 2 1,3 5 Menjual aset untuk kebutuhan sehari-hari 114 76,0 24 16,0 12 8,0

Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan subjektif

No Pertanyaan Kesejahteraan Subjektif

Tidak

puas Cukup puas Puas n % n % n %

1 Keadaan keuangan keluarga 46 30,7 71 47,3 33 22,0

2 Keadaan makanan keluarga 39 26,0 72 48,0 39 26,0

3 Keadaan tempat tinggal 71 47,3 42 28,0 37 24,7

4 Keadaan materi/aset keluarga 82 54,7 42 28,0 26 17,3 5 Keadaan Spiritual/mental keluarga 33 22,0 47 31,3 70 46,7 6 Keadaan kesehatan fisik keluarga 24 16,0 48 32,0 78 52,0 7 Upaya bertahan hidup yang dilaksanakan keluarga 42 28,0 37 24,7 71 47,3 8 Gaya manajemen (cara pengelolaan) keuangan keluarga 47 31,3 36 24,0 67 44,7 9 Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan isteri 37 24,7 20 13,3 93 62,0 10 Hubungan/ komunikasi dengan orangtua/ mertua 6 4,0 35 23,3 107 71,3 11 Hubungan/ komunikasi dengan saudara/ kerabat 8 5,3 35 23,3 107 71,3 12 Hubungan / komunikasi dengan tetangga 6 4,0 33 22,0 111 74,0 13 Keterlibatan isteri dalam kegiatan sosial 46 30,7 28 18,7 76 50,7 14 Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki isteri 37 24,7 28 18,7 85 56,7 15 Perasaan isteri terhadap kebersihan rumah 36 24,0 26 17,3 88 58,7 16 Perasaan isteri terhadap sekolah anak 15 10,0 43 28,7 92 61,3 17 Perasaan isteri terhadap perilaku anak 21 14,0 46 30,7 83 55,3 18 Perasaan isteri terhadap penghasilan suami 76 50,7 40 26,7 34 22,7 19 Perasaan isteri isteri terhadap komunikasi dengan suami 27 18,0 35 23,3 88 58,7 20 Perasaan isteri terhadap perilaku suami dalam membantu

pekerjaan di rumah tangga 33 22,0 33 22,0 84 56,0

21 Kepuasan hubungan perkawinan dengan suami 23 15,3 38 25,3 89 59,3 22 Kebahagiaan hubungan perkawinan 25 16,7 58 38,7 67 44,7

Lampiran 6 Alokasi pengeluaran contoh ( indepth interview)

No Pengeluaran Kel. Janda Kel. lengkap Kel. lengkap

Anak <3 n=1 Anak >3 n=1 Anak <3 n=1 Anak >3 n=1 Suami bekerja (n=1) Suami tdk Bekerja (n=1) Pendidikan 1 Uang transpor 0 0 0 0 0 0 2 Uang jajan 0 0 0 0 0 6.667 3 Uang BP3 0 0 0 0 0 0 4 SPP 0 50.000 0 0 0 0 5 Uang les 0 0 0 0 0 0 6 Buku tulis 4.333 11.333 0 23.333 10.667 0 7 Buku pelajaran 0 30.000 0 0 0 0

8 Tas dan sepatu 16.667 56.667 0 70.000 25.000 8.333

9 Alat tulis 0 10.000 0 10.000 5.000 0 10 Meja belajar 0 0 0 0 0 0 11 Ektrakulikuler 0 0 0 0 0 0 12 Komite sekolah 0 0 0 0 0 0 13 LKS 0 0 0 0 0 0 14 Seragam 0 0 0 40.000 0 0 15 Seragam pramuka 0 0 0 0 0 0 16 Baju olahraga 0 0 0 0 13.333 0 17 Perpisahan 0 23.333 16.667 0 0 0 18 Bangku 0 0 0 0 0 0 19 Samenan 0 0 0 0 0 0 20 Baju TK 0 0 0 0 0 0 Total pendidikan 21.000 181.333 16.667 143.333 54.000 15.000 Non pendidikan 1 Beras 26.667 10.000 0 0 0 25.333 2 Hutang 16.667 0 0 33.333 0 0 3 Listrik 0 20.000 0 0 0 8.333 4 Kebutuhan dapur 0 3.333 0 22.333 0 24.000 5 Tabungan 0 16.667 0 8.333 33.333 3.333 6 Modal usaha 0 0 0 50.000 0 0 7 Potongan ketua 3.333 3.333 0 0 333 3.333 8 Potongan RT 3.333 1.667 0 0 333 0 9 Transportasi PKH 5.000 2.000 0 0 1.667 0

10 Baju dan keperluan anak 0 3.667 0 0 0 0

11 Transport ke ortu 0 3.000 0 0 0 0 12 Susu 0 0 0 0 0 0 13 Suami 0 0 0 0 0 0 14 Arisan 0 0 0 0 0 0 15 Sumbangan 0 0 0 0 0 0 16 Pembuatan akta 0 0 0 0 0 0 17 Memperbaiki Rmh 0 0 0 0 0 0 18 Keperluan kesehatan 0 0 0 0 0 0 19 Emas 0 0 0 0 0 0 20 Hajatan 0 0 100.000 0 0 0

Total non pendidikan 55.000 63.667 100.000 113.999 35.666 64.332 Total pendidikan dan non pendidikan 76.000 245.000 167.667 357.332 89.666 79.332 Dana PKH/3bln 200.000 600.000 433.000 772.000 733.000 200.000

Lampiran 7 Hasil uji korelasi spearman karakteristik keluarga, dukungan sosial, strategi koping fungsi ekonomi dan kesejahteraan subjektif

Besar anggota

keluarga Usia istri Lama pendidikan Pendapatan per kapita Pengeluaran pangan Pengeluaran

non pangan Aset

Dukungan tetangga Dukungan keluarga Strategi koping fungsi ekonomi Kesejahteraan subjektif Besar anggota keluarga 1,000 0,147 -0,126 -0,366** -0,325** -0,254** -0,600 -0,086 -0,131 0,254** -0,024 Usia isteri 1,000 -0,047 -0,176* -0,116 -0,046 0,060 -0,067 -0,080 0,212** 0,029 Lama pendidikan 1,000 0,152 0,070 0,135 0,029 -0,010 -0,044 -0,096 0,036 Pendapatan per kapita 1,000 0,230** 0,262** 0,119 0,104 0,079 -0,238** 0,094 Pengeluaran pangan 1,000 0,255** 0,127 -0,095 0,138 -0,039 0,176* Pengeluaran non pangan 1,000 0,029 0,073 0,215** -0,126 0,145 Aset 1,000 0,182* 0,064 -0,088 0,035 Dukungan tetangga 1,000 0,213** -0,020 -0,035 Dukungan keluarga 1,000 -0,073 -0,205* Strategi koping fungsi ekonomi 1,000 -0,264** Kesejahteraan keluarga subjektif 1,000

** Korelasi Nyata pada tingkat 99% * Korelasi Nyata pada tingkat 95%

Lampiran 8 Hasil uji regresi linier berganda Variables Entered/Removed b Pengeluar an Total Per Bulan Per Kapita, skor dukungan sosial, aset dalam rupiah pos, skor koping post pkh 100, umur isteri, DANA_PK H, lama penddikan isteri, jumlah anggota keluarga a , Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: kesejahteraan subyektif pos b. Model Summary ,493a ,243 ,199 17,28 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Pengeluaran Total Per Bulan Per Kapita, skor dukungan sosial, aset dalam rupiah pos, skor koping post pkh 100, umur isteri, DANA_PKH, lama penddikan isteri, jumlah anggota keluarga

ANOVAb 13395,390 8 1674,424 5,605 ,000a 41821,454 140 298,725 55216,844 148 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pengeluaran Total Per Bulan Per Kapita, skor dukungan sosial, aset dalam rupiah pos, skor koping post pkh 100, umur isteri, DANA_PKH, lama penddikan isteri, jumlah anggota keluarga

a.

Dependent Variable: kesejahteraan subyektif pos b. Coefficientsa 38,617 17,476 2,210 ,029 ,106 ,197 ,044 ,535 ,593 -2,078 ,752 -,243 -2,763 ,007 2,314 ,920 ,224 2,515 ,013 1,484 ,716 ,155 2,074 ,040 8,149E-07 ,000 ,027 ,352 ,726 -,805 ,152 -,426 -5,293 ,000 2,193E-04 ,000 ,115 1,380 ,170 6,558E-05 ,000 ,262 3,182 ,002 (Constant) umur isteri

lama penddikan isteri jumlah anggota keluarga skor dukungan sosial aset dalam rupiah pos skor koping post pkh 100 DANA_PKH

Pengeluaran Total Per Bulan Per Kapita Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardi zed Coefficien ts t Sig.

Dependent Variable: kesejahteraan subyektif pos a.

Lampiran 9 Deskriptif untuk Data Indepth-Interview

Keluarga lengkap dengan anak lebih dari 3 dan anak kurang dari 3

Berdasarkan analisis wawancara mendalam pada keluarga lengkap yang memiliki anak lebih dari 3 orang dan yang memiliki anak kurang dari 3 orang, dapat diketahui bahwa kesulitan hidup yang sering menjadi pemicu konflik dalam keluarga adalah masalah jajan anak. Hal ini terkait dengan keterbatasan uang yang dimiliki keluarga menurut penuturan ibu Eni (keluarga lengkap dengan anak kurang dua) beliau suka kesal karena anaknya belum bisa diberi pengertian sehingga terkadang uang yang seharusnya digunakan untuk membeli bahan pangan teralokasikan untuk membeli mainan. Sedangkan untuk pekerjaan suami tidak pernah menjadi sumber pertengkaran keluarga karena memang dari awal pernikahan contoh paham sekali dengan kondisi suaminya. Mereka hanya pasrah saja dan mensyukuri semua yang diberikan Tuhan. Ketika contoh merasa terbebani atau stress dengan segala kondisi yang membelitnya biasanya mereka melakukan beberapa cara ibu eni memilih untuk berkunjung ke rumah saudara atau orangtua sedangkan ibu Titin (keluarga lengkap dengan anak lebih dari 3) memilih untuk membaca buku. Suami contoh pada kedua keluarga ini tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan pendapatan kotor yang diterima setiap bulannya sebesar Rp.600.000,- sampai dengan Rp.900.000,-. Dengan penghasilan keluarga yang rendah suami/isteri harus menanggung beban hidup yang cukup besar. Beban hidup yang ditanggung dalam keluarga khususnya dalam hal keuangan kesehariannya keluarga mengandalkan hutang perorangan dan menurut penuturan ibu Titin selain hutang perorangan beliau biasa juga berhutang ke koperasi. Selain itu, karena ibu titin memiliki pekerjaan sampingan, yaitu berdagang hasil keuntungan dari sinilah menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain pendapatan dari suami.

Dukungan sosial dari tetangga maupun keluarga besar/saudara menjadi asupan tersendiri bagi keluarga contoh seperti ibu Eni menegaskan bahwa ketika tidak memiliki uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari biasanya beliau berhutang atau terkadang meminta ke orangtuanya. Sama halnya dengan ibu Titin beliau tidak

pernah meminta bantuan atau mendapatkan bantuan dari tetangga hanya keluarga besar yang terkadang membantunya dalam hal keuangan.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dipenuhi dengan dilakukannya pengurangan kebutuhan-kebutuhan baik pangan, kesehatan, pendidikan dan keuangan, diantaranya (a) memilih jenis makanan yang murah, (b) mengganti makanan protein hewani menjadi protein nabati, (c) mengurangi uang jajan disekolah, (d) memilih tempat berobat yang murah. Sedangkan dalam menghadapi krisis ekonomi kedua keluarga ini melakukan strategi penambahan pendapatan keluarga diantaranya adalah; (a) ibu bekerja untuk mencari tambahan keluarga, (b) adanya anggota keluarga lain yang membantu keuangan keluarga dan ditambah lagi untuk ibu Titin dengan cara berdagang. Baik sebelum dan setelah mendapatkan PKH contoh memiliki kecenderungan yang sama dalam melakukan cara untuk bisa bertahan hidup. Menurut contoh setelah mendapatkan PKH pemenuhan kebutuhan untuk keperluan sekolah menjadi tidak terlalu berat lagi. Dengan adanya PKH keluarga contoh merasa bahwa beban hidup yang dihadapi berkurang khususnya dalam hal keuangan sehingga meningkatkan ketenangan batin contoh.

Keluarga Janda dengan anak kurang dari 3 dan anak lebih dari 3

Berdasarkan hasil analisa wawancara mendalam diketahui bahwa beban hidup yang dirasakan oleh keluarga janda sangatlah besar baik itu yang memiliki anak kurang dari 3 maupun pada keluarga yang memiliki anak lebih dari 3. Status dalam keluarga yang tergantikan menjadi kepala keluarga menjadi beban tersendiri bagi contoh. Ditambah lagi, contoh tidak memiliki pekerjaan sehingga untuk hidup sehari-hari hanya bisa mengandalkan pemberian dari warga sekitar. Pada keluarga janda dengan anak kurang dari 3, contoh mengakui setelah tidak lagi menjadi kuli ngoret beliau menumpang hidup dari anaknya yang sudah menikah. Masalah keluarga yang sering dihadapi pada kedua keluarga ini, yaitu masalah keuangan keluarga dan ketika anak meminta jajan. Hutang perorangan menjadi andalan ketika memang dalam kondisi yang sulit mereka membutuhkan uang. Dukungan sosial baik dari tetangga

ataupun keluarga besar yang diterima pada kedua keluarga sangat tinggi sehingga sedikit mengurangi beban mereka.

Baik sebelum dan setelah mendapatkan PKH, cara contoh memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam kondisi keuangan yang serba kekurangan dengan melakukan strategi penghematan diantaranya; (a) mengurangi pembelian kebutuhan pokok, (b) mengganti bahan makanan protein hewani menjadi protein nabati, (c) mengurangi uang saku anak, (d) terkadang anak terpaksa membolos karena memang tidak ada ongkos untuk transport. Selain itu, contoh pada kedua keluarga ini melakukan strategi menambah pendapatan dengan cara; (a) mendapat bantuan keuangan dari anggota keluarga lain, (b) berhutang ke warung untuk membeli kebutuhan pangan sehari-hari, (c) pada keluarga janda yang memiliki anak lebih dari tiga beliau mengusahakan beasiswa untuk anak-anaknya. Pada kedua keluarga janda baik yang memiliki anak lebih dari tiga maupun yang memiliki anak kurang dari tiga menegaskan bahwa kesejahteraan subyektif yang dirasakan antara sebelum dan setelah PKH sama bahkan semakin menurun. Untuk keluarga ibu titi sumarti (janda dengan anak lebih dari 3) beliau menuturkan bahwa setelah suaminya meninggal tepatnya enam bulan lalu kesejahteraan subyektif keluarga khususnya dalam hal materi sangat menurun.

Keluarga lengkap dengan suami bekerja dan tidak bekerja

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa keluarga dengan suami bekerja dan tidak bekerja memberikan efek yang sangat berbeda dengan kondisi keuangan keluarga. Pada keluarga dengan suami bekerja, pencari nafkah keluarga tetap pada suami sebagai kepala keluarga. Sedangkan pada keluarga dengan suami tidak bekerja isteri beralih fungsi menjadi pencari nafkah keluarga. Jenis pekerjaan yang dijalani contoh pun akan mempengaruhi pendapatan yang diterima. Pada keluarga dengan suami bekerja setiap bulannya isteri menerima Rp.900.000,- sedangkan untuk keluarga dengan suami tidak bekerja pendapatan yang diterima setiap bulannya Rp.300.000,-. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah pendapatan antara kedua keluarga ini. Kedua keluarga ini mengaku sangat

sulit mengatur uang agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Salah satu solusi ketika mereka terhimpit kebutuhan, yaitu berhutang perorangan kepada saudara atau teman terdekat. Dukungan sosial baik dari tetangga maupun dari keluarga besar yang diterima kedua keluarga sangat rendah. Mereka mengaku bahwa mereka tidak pernah menerima bantuan dalam bentuk apapun dari tetangga sekitar.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh kedua keluarga ini, yaitu masalah keuangan dan masalah kenakalan anak. Contoh mengaku suka pusing ketika anak meminta uang jajan yang terbilang besar setiap harinya. Ketika contoh merasa stress kegiatan yang biasa dilakukan adalah main kerumah saudara menurut penuturan salah satu contoh yang penting keluar dari rumah. Dalam mengatasi krisis keuangan kedua keluarga cenderung memiliki cara yang sama baik yang dilakukan sebelum maupun setelah mendapatkan PKH diantaranya; melakukan pengurangan pembelian kebutuhan pangan, mengganti bahan makanan protein hewani dengan protein nabati. Selain itu, keluarga melakukan strategi menambah pendapatan diantaranya pada keluarga dengan suami bekerja memilih berdagang untuk menambah pendapatan keluarga dan kedua keluarga biasa berhutang ke warung terlebih dahulu ketika tidak mempunyai uang untuk belanja. Bahkan untuk keluarga ibu juju (keluarga dengan suami tidak bekerja) setiap harinya beliau harus berhutang ke warung untuk makan anggota keluarga dan dibayarnya ketika beliau mendapat gaji sebulan sekali. Dalam kesehariannya kedua keluarga sering mengurangi uang saku anak ketika tidak memiliki uang. Kedua keluarga menegaskan bahwa setelah mendapat PKH kesejahteraan keluarga semakin meningkat khusunya dalam hal ekonomi. Dengan adanya PKH sangat membantu contoh dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik itu dalam hal pendidikan, keuangan, dan kesehatan keluarga.

Lampiran 10 Foto Lapang

Dokumen terkait