• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ai NS, Tondais SM, Regina B. 2010. Evaluasi indikator toleransi cekaman kekeringan pada fase perkecambahan padi (Oryza sativa L.). J Biol 14(1):50– 54.

Baihaki A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Bandung (ID): Universitas Padjadjaran.

Brix H. 1962. The effect of water stress on the rates of photosynthesis and respiration in loblolly pine seedling. Physiol Plant 15:10-20.

Chandrasari SE, Nasrullah S. 2013. Uji daya hasil delapan galur harapan padi sawah (Oryza sativa L.). Vegetalika 1(2):99-107.

Chen G, Liu SH, Zhang CJ. 2004. Effects of drought on photosynthetic characteristics of flag leaves of a newly-developed super-high-yield rice hybrid. Photosynthetica 42(2):573-578.

Daryanto, Sriani S dan Muhamad S. 2010. Heterosis dan daya gabung karakter agronomi cabai (Capsicum annuum L.) hasil persilangan half diallel. J Agron Indonesia 38(2):113-121.

Fukai S, Cooper M. 1995. Development of drought-resistant cultivars using physiomorphological traits in rice. Field Crops Res 40:67-86.

Gorashy SR, Pendleton JW, Bernard RL and Barner ME. 1971. Effect of leaf pubescence on transpiration, photosynthetic rate, and seed yield of three Near Isogenic Lines of soybeans. Crop Sci 11:426-427.

Griffing B. 1956. Concept of general and specific combining ability in relation to diallel crossing systems. Aust J biol Scie 9:463-493.

Hadiarto T, Tran L. 2011. Progress studies of drought-responsive genes in rice. Plant Cell Reports 30(3):297-310.

Hafsah S, Sarsidi S, Sriani S, Sobir, Sri HH. 2007. Daya gabung dan heterosis ketahanan pepaya (Carica papaya L.) terhadap penyakit antraknosa. Bul Agron 35(3):197–204.

Hayman, BI. 1954. The theory and analysis of diallel crosses. Genetics 39:789-809.

Hirayama M, Yoshiharu W, Hiroshi N. 2006. Estimation of drought tolerance based on leaf temperature in upland rice breeding. Breeding Sci 56(1):47-54. Israelsen, OW dan VE Hansen. 1962. Irrigation Principle. Third ed. New York

(US): John Willey and Sons, Inc.

Jensen NF. 1970. A diallel selective mating system for cereal breeding. Crop Sci 10:629-635.

41

Kusumawardana Y, H Aswidinnoor. 2009. Potensi produksi galur harapan padi sawah tipe baru ipb dengan sistem budi daya legowo. [Skripsi]: Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 32 hal.

Kramer PJ. 1969. Plant and Water Relationships: A Modern Synthesis. New York (US): McGraw Hill Comp. 482p.

Lestari EG dan Sukmadjaja D. 2006. Uji toleransi kekeringan pada galur somaklonal IR 64 dan Towuti hasil seleksi in vitro. J Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 25(2):85-90.

Moose SP dan Rita HM. 2008. Molecular plant breeding as the foundation for 21st century crop improvement. Plant Physiol 147:969–977.

Nasir M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Peleg Z, Maria R, Ellen T. 2011. Cytokinin-mediated source/sink modifications improve drought tolerance and increase grain yield in rice under water-stress. Plant Biotechnol J 9(7):747–758.

Poehlman JM, Sleper DA. 1995. Breeding Fields Crops. Ed ke-4. USA(US): Iowa State University Pr/Ames.

Satria A, FC Suwarno, Suwarno. 2009. Pengujian toleransi kekeringan padi gogo (Oryza sativa L.) pada stadia awal pertumbuhan. [Skripsi]: Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Sembiring H. 2007. Kebijakan penelitian dan rangkuman hasil penelitian BB Padi dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Apresiasi Penelitian Padi. 21 hal.

Silfianah H, Zahratul M, FY Ratna. 2012. Pengaruh tetua betina pada pewarisan ketahanan cabai terhadap chili veinal mottle virus dalam populasi persilangan PBC495XPBC275. J Ilmu Pertanian dan Perikanan 1:43-47.

Singh RK, Chaudhary RD. 1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. New Delhi (IN): Kalyani Publishers. 302p.

Slatyer RO. 1967. Plant-Water Relationship. New York (US): Academic Press. P.288-298.

Suardi D. 2002. Perakaran galur dan varietas padi berpotensi hasil tinggi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 21:54-58.

Suardi D, B Abdullah. 2003. Padi liar tetua toleran kekeringan. Bul Plasma Nutfah 9(1):33-38.

Subagyono K, A Dairiah, E Surmaini, dan U Kurnia. 2004. Pengelolaan Air pada Tanah Sawah. (ID): Kata Pengantar. 223.

Sulistyono E, MA Chozin, Femilia R. 2002. Uji potensi hasil beberapa galur padi gogo (Oryza sativa L.) pada beberapa tingkat naungan. Bul Agron Indonesia 30(1). 1-5 hal.

Sulistyono E. 2012. Pengaruh kandungan Cu dalam air irigasi terhadap pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa L.). J Agron Indonesia 40(3): 180-183 hal.

Supijatno, MA Chozin, D Sopandie, Trikoesoemaningtyas, A Junaedi, dan I Lubis. 2012. Evaluasi konsumsi air beberapa genotipe padi untuk potensi efisiensi penggunaan air. J Agron Indonesia 40(1):15-20.

Supriyanto B. 2013. Pengaruh cekaman kekeringan terahadap pertumbuhan dan hasil padi gogo lokal kultivar jambu (Oryza sativa Linn). J Agrifor 12(1)

42

Susanto U, Yunus M, Susanti Z, Irmantoro. 2012. Pengujian toleransi terhadap cekaman kekeringan galur-galur Oryza sativa/O. glaberrima pada kondisi lahan tadah hujan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 11 hal.

Syukur M, Sujiprihati S, Tunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 348 hal.

Tubur HW, MA Chozin, E Santosa, A Junaedi. 2012. Respon agronomi varietas padi terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. J Agron Indonesia 40(3):167-173.

Turner NC. 1982. The Role of Shoot Characteristics in Drought Resistance of Crop Plants. Los Banos (PH): IRRI. P 115-134.

Van de Goor GAW. 1968. Rice Cultivation, Irrigation and Drainage. 7th. International Course on Land Drainage (NL): Wageningen The Netherlands. Wickham T. 1973. Effect of Moisture Stress Periods in Relation to Irrigation

43

Lampiran 1 Deskripsi varietas padi IR64 IR64 Nomor seleksi : IR18348-36-3-3 Asal persilangan : IR5657/IR2061

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110 - 120 hari Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 115 – 126 cm Anakan produktif : 20 - 35 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping, panjang Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Tahan

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23% Indeks Glikemik : 70 Bobot 1000 butir : 24,1 g Rata-rata hasil : 5,0 t/ha Potensi hasil : 6,0 t/ha Ketahanan terhadap

Hama Penyakit :  Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3

 Agak tahan hawar daun bakteri strain IV  Tahan virus kerdil rumput

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai sedang

Pemulia : Introduksi dari IRRI Dilepas tahun : 1986

44

Lampiran 2 Deskripsi varietas padi Way Apo Buru WAY APO BURU Nomor seleksi : S3383-1D-PN-16-2

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 115-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 105-113 cm Anakan produktif : 15-18 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23 %

Bobot 1000 butir : 27 g Rata-rata hasil : 5,5 t/ha Potensi hasil : 8,0 t/ha Ketahanan terhadap

Hama Penyakit :  Tahan wereng coklat biotipe 2 dan rentan biotipe 3

 Tahan hawar daun bakteri strain III dan IV Anjuran Tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran

rendah sampai sedang (600 m dpl) Pemulia : Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Taryat T.,

Aan A. Daradjat dan B. Suprihatno

45

Lampiran 3 Deskripsi varietas padi Menthik Wangi MENTHIK WANGI

Nomor aksesi : 1754

Nama aksesi : Mentik Wangi

Provinsi asal : Jawa Tengah

Kabupaten asal : Magelang

Warna daun : Hijau

Habitus : Sedang

Warna kaki : Kuning emas

Permukaan daun : Tidak berambut

Posisi daun bendera : Mendatar

Warna lidah daun : Putih

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna leher daun : Hijau muda Panjang malai rata-rata : 27.4 cm Panjang daun bendera : 30.8 cm Lebar daun bendera rata-rata : 1.6 cm

Bobot 1000 butir : 18 gram

Umur tanaman : 125 hari

Jumlah anakan produktif : 14 Jumlah anakan vegetatif : 15 Tinggi tanaman rata-rata : 115 cm

46

Lampiran 4 Deskripsi varietas padi Jatiluhur JATILUHUR

Asal tetua : Persilangan Tox 1011/Ranau

Golongan : Cere (indica)

Umur tanaman (hari) : 115-125 Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman (cm) : 95-100 Anakan produktif : Sedang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau Muda Warna telinga daun : Tidak Berwarna Warna lidah daun : Tidak Berwarna Warna helai daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Daun bendera : Miring

Bentuk gabah : Bulat besar Warna gabah : Kuning kotor

Kerontokan : Agak tahan

Tekstur nasi : Pera

Kadar amilosa : 27.6%

Bobot 1000 butir : 27

Rata-rata hasil : 2.3-3.5 ton GKG/ha

Ketahanan HPT : Tahan blas dan toleran naungan

Anjuran tanam : Baik untuk padi lahan kering sampai 500 m dpl Pemulia : Murdani Direja, Suwarno, Susanto TW, Hadi

Siregar dan Erwina Lubis Dilepas tahun : 1994

47

Lampiran 5 Selisih nilai antara varietas toleran dan varietas toleran moderat pada dua kondisi lingkungan pada karakter panjang daun bendera

Tipe toleransi Genotipe

Panjang daun

bendera LO-LK Persentase (%)

LO LK

Toleran kekeringan

Jatiluhur 35.1 24 11.1 31.62

Way Apo Buru 32.0 19.2 12.8 40.00

Rata-rata 33.6 21.6 12.0 35.62 Toleran moderat kekeringan IR64 30.7 18.5 12.2 39.74 Menthik Wangi 38.9 23.6 15.3 39.33 Rata-rata 34.8 21.1 13.8 39.51

Keterangan: LO = lingkungan optimum, LK = lingkungan cekaman kekeringan. Lampiran 6 Selisih nilai antara varietas toleran dan varietas toleran moderat pada

dua kondisi lingkungan pada karakter tinggi tanaman

Tipe toleransi Genotipe Tinggi tanaman LO-LK Persentase (%)

LO LK

Toleran kekeringan

Jatiluhur 118.5 81.2 37.3 31.48

Way Apo Buru 92.3 67.0 25.3 27.41

Rata-rata 105.4 74.1 31.3 29.70 Toleran moderat kekeringan IR64 88 62.6 25.4 28.86 Menthik Wangi 98.9 63.4 35.5 35.89 Rata-rata 93.5 63.0 30.5 32.58

Keterangan: LO = lingkungan optimum, LK = lingkungan cekaman kekeringan. Lampiran 7 Selisih nilai antara varietas toleran dan varietas toleran moderat pada

dua kondisi lingkungan pada karakter jumlah anakan

Tipe toleransi Genotipe Jumlah anakan LO-LK Persentase (%)

LO LK

Toleran kekeringan

Jatiluhur 8.8 5.9 2.9 32.95

Way Apo Buru 9.2 8.3 0.9 9.78

Rata-rata 9.0 7.1 1.9 21.11 Toleran moderat kekeringan IR64 8.7 6.5 2.2 25.29 Menthik Wangi 10.5 8.4 2.1 20.00 Rata-rata 9.6 7.5 2.2 22.40

48

Lampiran 8 Selisih nilai antara varietas toleran dan varietas toleran moderat pada dua kondisi lingkungan pada karakter panjang malai

Tipe toleransi Genotipe Panjang malai LO-LK Persentase (%)

LO LK

Toleran kekeringan

Jatiluhur 24.9 22.5 2.4 9.64

Way Apo Buru 26.2 18.9 7.3 27.86

Rata-rata 25.6 20.7 4.9 18.98 Toleran moderat kekeringan IR64 22.7 19.4 3.3 14.54 Menthik Wangi 28.5 21.6 6.9 24.21 Rata-rata 25.6 20.5 5.1 19.92

Keterangan: LO = lingkungan optimum, LK = lingkungan cekaman kekeringan. Lampiran 9 Selisih nilai antara varietas toleran dan varietas toleran moderat pada

dua kondisi lingkungan pada karakter jumlah gabah hampa per malai Tipe toleransi Genotipe

Jumlah gabah

hampa/malai LO-LK Persentase (%)

LO LK

Toleran kekeringan

Jatiluhur 118 51.3 66.7 56.53

Way Apo Buru 88.1 44.1 44.0 49.94

Rata-rata 103.1 47.7 55.4 53.71 Toleran moderat kekeringan IR64 72.4 15.7 56.7 78.31 Menthik Wangi 82.5 41.6 40.9 49.58 Rata-rata 77.5 28.7 48.8 63.01

Keterangan: LO = lingkungan optimum, LK = lingkungan cekaman kekeringan. Lampiran 10 Selisih nilai antara varietas toleran dan varietas toleran moderat

pada dua kondisi lingkungan pada karakter jumlah gabah total per malai

Tipe toleransi Genotipe

Jumlah gabah

total/malai LO-LK Persentase (%)

LO LK

Toleran kekeringan

Jatiluhur 234.9 128.1 106.8 45.47 Way Apo Buru 123.4 67.1 56.3 45.62

Rata-rata 179.2 97.6 81.6 45.52 Toleran moderat kekeringan IR64 109.9 38.7 71.2 64.79 Menthik Wangi 161.5 74.7 86.8 53.75 Rata-rata 135.7 56.7 79.0 58.22

49

Lampiran 11 Selisih nilai antara varietas toleran dan varietas toleran moderat pada dua kondisi lingkungan pada karakter bobot biji per tanaman Tipe toleransi Genotipe

Bobot biji

/tanaman LO-LK Persentase (%)

LO LK

Toleran kekeringan

Jatiluhur 13.4 5.7 7.7 57.46

Way Apo Buru 4.3 1.7 2.6 60.47

Rata-rata 8.9 3.7 5.2 58.19 Toleran moderat kekeringan IR64 3.3 2.3 1.0 30.30 Menthik Wangi 10.9 1.6 9.3 85.32 Rata-rata 7.1 2.0 5.2 72.54

Keterangan: LO = lingkungan optimum, LK = lingkungan cekaman kekeringan. Lampiran 12 Selisih nilai antara varietas toleran dan varietas toleran moderat

pada dua kondisi lingkungan pada karakter persentase gabah bernas Tipe toleransi Genotipe

Persentase

gabah bernas LO-LK Persentase (%)

LO LK

Toleran kekeringan

Jatiluhur 52.1 50.3 1.8 3.45

Way Apo Buru 27.3 21.3 6.0 21.98

Rata-rata 39.7 35.8 3.9 9.82 Toleran moderat kekeringan IR64 34.8 26.2 8.6 24.71 Menthik Wangi 50.8 32.5 18.3 36.02 Rata-rata 42.8 29.4 13.5 31.43

Keterangan: LO = lingkungan optimum, LK = lingkungan cekaman kekeringan. Lampiran 13 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter tinggi tanaman pada

50

Lampiran 14 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter jumlah anakan pada kondisi lingkungan optimum

Lampiran 15 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter panjang malai pada kondisi lingkungan optimum

51

Lampiran 16 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter panjang daun bendera pada kondisi lingkungan optimum

Lampiran 17 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter bobot biji per tanaman pada kondisi lingkungan optimum

52

Lampiran 18 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter jumlah gabah isi per malai pada kondisi lingkungan optimum

Lampiran 19 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter jumlah gabah hampa per malai pada kondisi lingkungan optimum

53

Lampiran 20 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter jumlah gabah total per malai pada kondisi lingkungan optimum

Lampiran 21 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter persentase gabah bernas pada kondisi lingkungan optimum

54

Lampiran 22 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter tinggi tanaman pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

Lampiran 23 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter jumlah anakan pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

55

Lampiran 24 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter panjang malai pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

Lampiran 25 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter panjang daun bendera pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

56

Lampiran 26 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter bobot biji per tanaman pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

Lampiran 27 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter jumlah gabah isi per malai pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

57

Lampiran 28 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter jumlah gabah hampa per malai pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

Lampiran 29 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter jumlah gabah total per malai pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

58

Lampiran 30 Grafik hubungan Vr Wr untuk karakter persentase gabah bernas pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan

59

Dokumen terkait