• Tidak ada hasil yang ditemukan

dEe&ZY

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemah, Departemen Agama RI, Yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-quran, cet. Ke-6, Bandung, CV Diponegoro, 2005 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta, Akademika Presindo,

2004)

Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke-2

Al-Jaziri, abdurrahman, Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arb’ah, (Kairo: Daarul Hadits, 2004), Juz IV

Arsip pengadilan agama jakarta selatan pada tanggal 12 juli 2008,

Asqalani, ibnu Hajar al , Bulugh al-Maram, (Jakarta: Dar al-Islamiyah, 2002),

Ayub, syaikh hasan. Fikih Keluarga, (t.t., Pustaka Al-Kautsar, 2006 ) cet ke 5

Bambang, Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006) Cet. Ke 2, h. 9.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 2

Effendi, M. Zein Satria, Problematika Hukum keluarga Islam Kontemporer ”analisis yurisprudensi dengan pendekatan ushuliyah”, (Jakarta, Prenada Media, 2004) Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (jakarta, CV Pedoman Ilmu

Jaya, 1998, cet ke-1

Ghazaly Abd.Rahman, Fiqh Munakahat, ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006 ), cet Ke 2

Mukhtar, Kamal, Asas-asas hukum islam tentang perkawinan (Jakarta, Bulan Bintang, 1993), cet 3

Munawir, ahmad warson, AlMunawir kamus besar Indonesia, ( Surabaya; Pustaka Progressif.1997 ). Cet ; 14

Sayyid, Sabiq, Fiqh al Sunnah Jilid Dua, ( Darul Fattah, t.th ), h 278

Soerjono, Soekanto dan Mamudji Sri, Peranan dan Penggunaan Perpustakaan Di dalam Penelitian Hukum, (Jakarta, Pusat Dokumentasi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1986)

Suddarth, Brunner, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, (Jakarta, Pnerbit Buku Kedokteran EGC, 1997) jilid 8

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung, Alfabeta, 2007), cet ke-III, h. 244

Sulaiman, abi daud bin as- sajastani, Sunan Abi Daud, ( Daarul Fikr, 1994 )

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta, PT. Raja grafindo Persada, 2003) Cet. Ke. 6

Syalthut, Mahmud, Muqoronah al-Madzahib fi al-Fiqh, (Mahmud Ali Shibih, 1953), h.99

Syarifudin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan UU Perkawinan, ( Jakarta, Prenada Media, 2006)

Tjitrosudibio, Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (PT Pradnya Paramita, Jakarta,2006) cet ke-37

Wawancara khusus dengan hakim Drs. Muhayat pada tanggal 07-11-2009, Hakim pengadilan agama Jakarta Selatan

Web Site :Groho, Anto, Penyebab disfungsi pada pria, http://pa-sungailiat.pta-babel.net/talk-show.pasgt diakses tanggal 30-10-2009

PEDOMAN WAWANCARA 1. lokasi wawancara berada di pengadilan agama jakarta selatan

2. subjek wawancara adalah penulis dan objek wawancara adalah hakim yang menangani perkara gugat cerai dengan alasan suami mengalami disfungsi seksual 3. jumlah objek yang akan diwawancara adalah beberapa orang hakim

4. instrumen yang digunakan adalah voice recorder

5. jumlah pertanyaan yang akan ditnyakan kepada objek wawancara ada 8 butir diantaranya;

a. Alasan-alasan apa saja yang diterima oleh peradilan agama dari seorang isteri yang mengajukan cerai gugat ?

Jawaban;

“Bisa dilihat pada Pasal 19 Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No ! Tahun 1974 Tentang Perkawinan jungto Pasal 116 KHI”

b. Menurut bapak/ibu hakim bolehkah isteri mengajukan gugatan karna suaminya mengalami impotensi/ disfungsi seksual ?

Jawaban;

“Boleh. Karna apabila seorang isteri mengajukan gugatan dan mempunyai cukup alasan yang menerangkan bahwa hubungan rumah tangga mereka sudah tidak harmonis atau sudah tidak sehat lagi maka pengadilan agama bisa menerimanya. Dan dalam hal impotensi bisa masuk kepada 2 faktor:

i. Faktor Penyakit : Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat melakukan kewajibannya sebagai suami-istri. Seperti halnya impoten ini suami tidak bisa menjalankan kewajibanya sebagai suami

j. Faktor psycologis : diantara suami dan isteri sudah tidak ada lagi rasa cinta sehingga mempengaruhi terhadap kewajiban nafkah bathin alhasil tidak tercapai tujuan perkawinan”

c. Disfungsi seksual apa bahasa hukumnya dan masuk ke faktor yang mana dalam perkara perceraian,apakah masuk ketidak harmonisan atau yang lain ?

Jawaban;

“Disfungsi seksual masuk kategori cacat badan Pasal 116 Poin E, Permasalahan ini bisa juga masuk pada pasal 116 poin F

Faktor-faktor yang menyebabkan ketidak harmonisan.

1. faktor komunikasi yang tidak lancar seperti halnya pasangan pekerja karir (ketemu pagi dimeja makan ketemu malam di tempat tidur). Komunikasi yang kurang.

2. Komunikasi yang pasif, maksudnya jika salah satu pihak mempunyai masalah atau kedua belah pihak ada masalah tidak saling terbuka, dan permasalahan itu disimpan hingga memuncak kemudian berakhir pada perceraian”.

d. Apakah gugat cerai isteri terhadap suami dalam hal disfungsi seksual selalu dilandasi dengan siqoq?

Jawaban;

“Siqoq itu adalah perseturuan yang sangat tajam, jadi belum bisa di kategorikan permasalahan ini siqoq. Jadia dilihat dulu perkara atau permasalahannya apabila ada perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa di selesaikan dan berlarut larut dan sudah di datangkan hakam atau juru damai untuk menyelesaikan masalah atau perkara ini tapi tidak bisa di selesaikan juga itu masuk perkara siqoq.”

e. Pada pasal 116 point (e) menerangkan bahwa alasan perceraian salah satu pihak mendapatkan cacat badan/penyakit. Apakah menurut bapak/ibu hakim disfungsi seksual masuk kedalam kategori cacat badan/penyakit?atau ada kategori lain! Jawaban;

“Ya karna dalam masalah ini hakim pasif dalam menyidangkan penggugat dan tergugat jadi dalam permasalahan perceraian hakim hanya mengedepankan bukti-bukti dari para penggugat dan tergugat juga para saksi. Oleh karena itu dalam permasalahan ini harus cukup bukti dengan surat keterangan dokter atau pisum yang otentik”

f. Dalam hal cerai gugat, siapa yang menentukan besarnya iwadh ? Jawaban;

“Dalam hal ini besarnya iwad telah jelas dalam buku nikah di dalam pembacaan sighat taklik talak bahwa apabila isteri mengajukan gugatan dan terjadi perceraian maka besarnya iwad Rp.10.000”

g. Bagaimana proses pembuktiannya di pengadilan agama dalam perkara disfungsi seksual?

Jawaban;

Dokumen terkait