• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abbas, Ahmad Sudirman, Qawa’id Fiwhiyyah dalam Prespektif Fiqh, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2004

Abu abdillah muhammad bin yazid al-qazwayni, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikr, t.th, Juz. VI

Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajāj ibn Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-afāq: t.th Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajāj ibn Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-afāq: t.th. Abu Hasan Muslim ibn Hajāj ibn Muslim al-Qasyīri, al-Jāmi’u Shahih Muslim, Birut: Dar

al-Jīl,t.th, juz. 8

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Penerjemah: Fathurroji dan Anshari Taslim, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009

Amin, Mahrus, dkk, Doa Ibadah Amaliah dan Peringatan Hari Besar Islam Nasional & Berbagai Acara, Jakarta: Firdaus, 1995

As-Shiddiqie, Hasbi, pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984). As-Syarqawi, Muhammad Abdul Hamid & Muhammad Raja’i Ath-Thahlawi, Ka’bah

Rahasia Kiblat Dunia, penerjemah: Luqman Junaidi& Khalifurrahman Fath, Jakarta: Hikmah, 2009

Chaudry, Muhammad Sharif, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2012). Darajat, Zakiah, Doa menunjang semangat hidup, Jakarta: CV Ruhama, 1996 Fadhlullah, Hosein, Menyelami samudra doa, Jakarta: Al-Huda, 2005

Ghani, Muhammad Ilyas Abdul, Sejarah Kota Mekah Klasik dan Modern, Jakarta: Akbar Media Ek Sarana, 2003

Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007).

Hasan, M. Ali, Berbagai Transaksi dalam Islam, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2004).

Imam Nawawi, Ibnu Daqiqil ‘id As-Sa’idi, Al-Utsaimin dan Sayyid Al-Huwaithi, Ad-Durratus Salafiyah Syarah Al-Arba’in An-Nawawiyah, Mesir: Markaz Fajr Kairo, t.th.

Irham, M. Iqbal, Panduan Meraih Kebahagiaan Menurut Al-Quran, (Bandung, Mizan Media Utama, 2011

Ishak, Muhammad Ismail, Ensiklopedia Do’a dan Dzikir sesuai Al Quran, Hadist & Para Ulama, Jakarta: Alifbata, 2007

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam Suatu Pengantar II, (Jakarta: Radar Jaya Offset:

1995)

Mustofa, Agus, Pusaran Energi Ka’bah, Surabaya: PADMA Press, 2003

Nafik HR, Muhammad, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2009).

Qudāmah, Abī Abdillāh ibnu Ahmad ibnu Muhammad Ibnu, Mughni al-Muhtaj, Beirut: Dar al-Kitab al-‘Araby, 1980

Rais, Isnawati, Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011)

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, penerjemah Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun, Jakarta: Pustaka Amani, 2007

Sabiq, Al-Sayid, Fikih Sunnah, penerjemah: Abdurrahim dan Masrukhin, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009).

Sabiq, Al-Sayyid, Fikih Sunnah, penerjemah: Khairul Amru Harahap dan Masrukhin,Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2008

Said Bakdasy, Keutamaan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim, alih bahasa: Abdul Rasyid Shiddiq, Jakarta: Misaka Galiza, tth,

Shalehuddin, Wawan Shafwan, Ada apa dengan doa kita, Bandung: Tafakur, 2005 Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran tentang Zikir & Doa, Jakarta: Lentera Hati,

Sohran, Sohari dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah untuk Mahasiswa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011

Suhendi, Hendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010). Sulaiman bin Al-Asy’as bin Syidad bin amar, Sunan Abu Daud, Beirut, Dar al-Fikr, t.th. Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Rosda Karya,

2004).

Sya’rawi, M. Mutawalli, Doa yang dikabulkan, ( Jakarta: Pustaka Al kautsar, 1991 Syafi’i, Rachmat, Fikih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006)

Tebba, Sudirman, Meditasi sufistik, Bandung: Pustaka Hidayah, 2004

Tihami, MA., Kamus Istilah-istilah dalam Studi Keislaman menurut Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani, (Serang: Suhud Sentra Utama: 2003) Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Islāmī wa Adillatuhu, Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,

Jakarta: Gema Insani, 2011

Wawancara:

Wawancara bersama Abdul Azis (Presiden Komunitas Sedekah Harian), pada tanggal 20 Mei 2014

Wawancara bersama Asroru Niam Soleh (Sekertaris Majelis Ulama Indonesia Pusat), pada 14 Oktober 2014

Wawancara bersama Dr. Sudirman Abbas MA (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), pada 11 Nopember 2014

Wawancara bersama Hj. Siti. Hanna, S. Ag., Lc, MA (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), pada 3 September 2014

Wawancara bersama KH. Dr. Ahmad Mukri Aji MA (Ketua Majelis Ulama Indonesia kab. Bogor), pada 9 Nopember 2014

Wawancara bersama Mustafa Yakub ( Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta), pada 29 Agustus 2014.

Wawancara bersama Prof. Hasanudin, AF., MA (Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia), pada tanggal 6 Nopember 2014

Wawancara bersama Prof. Huzaimah Tahido Yanggo (Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia), pada pada 1 September 2014

Website:

Http://mail.google.com, Presentasi Profil Komunitas Sedekah Harian dalam Presentasi Seminar Kepenulisa,html. http://www.al-utsmaniyah-tours.com/berita-168-tempattempat-mustajab-di-masjidil-haram.html. Http://www.bpd.go.id/ beritasatu.com/nasional/193810-bps-maret-2014-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-capai-28-juta.html Http://www.dailysocial.net, html http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/5-tempat-mustajab-di-mekkah-dan-madinah.htm. http://www.google.com/mui-titip-doa-bayar-rp-102-014-itu-222900940.html Http://www.google.com/read/2012/06/15/20956/keutamaanmendoakan-kebaikanuntuk-sesama-muslim-tanpa sepengetahuannya.html http://www.google.com/url/manfaat-zakat.html Http://www.komunitas-sedekah-harian.co.id http://www.news-indonesia.co.id-cara-islam-mengatasi-kemiskinan,html http://www.news-indonesia-istiyulista-manfaat-sedekah-html. https://id.berita.yahoo.com/penjelasan-atas-program-titip-doa-020858195.html.

Narasumber : Abdul Azis

Jabatan : Presiden Komunitas Sedekah Harian Tempat Wanancara : Kantor Berita Satu Plaza

Tanggal Wawancara : 20 Mei 2014, Pukul 13.50 WIB

1. Apa latar belakang di bentuknya komunitas sedekah harian?

Komunitas ini di bentuk ketika saya sering main facebook, twitter dan saya menemukanbahwasannya masyarakat Indonesia itu sebagian besarnya menghabiskan waktunya di dunia maya. Sehingga terbesit keinginan saya untuk membuat suatu komunitas yang bertujuan membantu orang-orang yang kurang mampu dalam ekenominya, dengan mengajak masyarakat Indonesia yang aktif di dunia maya untuk ikut bersama-sama membangun komunitas ini.

2. Apa visi dan misi dari komunitas sedekah harian?

Visi dan misi komunitas ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu ingin mengajak masyarakat Indonesia bersedekah seribu rupiah per harinya. Kalau di kalkulasikan dengan jumlah penduduk Indonesia, sudah pasti akan mendapatkan hasil yang banyak. Jumlah uang itu bisa dipakai buat membantu saudara-saudara kita yang hidup dalam kekurangan dan kemiskinan.

3. Apa saja program yang telah di buat oleh komunitas sedekah harian?

Alhamdulillah sampai tahun 2014 sekarang, sudah banyak program yang dibuat. Diantaranya yaitu membuka rumah belajar di daerah Tangerang, ikut membantu warga yang terkena banjir dan kebakaran di Jakarta, banjir

di Tangerang, Bandung, alhamdulillah kami juga sudah ikut berpartisipasi membantu saudara-saudara kita di Rohingya.

4. Di daerah mana saja target penerimaan manfaat dari program yang dibuat oleh komunitas sedekah harian?

Sebenarnya untuk target daerah, kami menargetkan di seluruh wilayah Indonesia. Tapi untuk saat ini, kami baru bisa menjangkau daerah Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya, Malang. Insya Allah kami akan membuka kantor di Palembang dalam waktu dekat ini. Tapi, kami akan berusaha terus agar penerimaan manfaat bisa mencapai seluruh Indonesia.

5. Bagaimana latar belakang di bentuknya program Titip Doa di Baitullah?

Awalnya ketika saya berdiskusi dengan Ahmad Ghozali (Dewan Penasihat Komunitas Sedekah Harian) ketika beliau mau berangkat umrah pada awal Januari kemarin. Disitu kami berinisiatif untuk mencari donatur dan menggalang dana dengan cara membuat program Titip Doa di Baitullah ini.

6. Apa visi dan misi dari program Titip Doa di Baitullah?

Visi dan misi sekaligus tujuan kami membuat program ini hanya semata-mata untuk merekrut dan mencari donatur baru. Dan untuk dana yang diperoleh nantinya akan kami gunakan untuk program-program kami di sektor pendidikan, pemberdayaan ekonomi dan bencana. Dan untuk biaya berangkat haji juga, itu pakai uang Ahmad Ghozali sendiri bukan dana dari komunitas kami.

7. Bagaimana cara pelaksanaan program ini?

Kalau untuk cara pelaksanaan program ini, saya kuran tau tekniksnya bagaimana, karena yang pergi umrah dan mendoakan orang-orang itu Ahmad Ghozali.

4 Desember 2014

Presiden Komunitas Sedekah Harian

Narasumber : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA Jabatan : Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tempat Wawancara : Kediaman Narasumber

Waktu Wawancara : 11 November 2014, Pukul 12.45 WIB

1. Dari refresnsi yang saya baca, ada ikhtilaf di kalangan ulama mengenai ujroh ‘ala al-thā’at. Menurut bapak, ujrah bagaimana yang diperbolehkan dalam Islam? Memang ada ikhtilaf di ulama empat mazhab. Imam syafi’i yang memperbolehkan dan memberi kelonggaran untuk mengambil upah karena beliau sendiri hidup dari belas kasih orang lain, tapi tidak berarti beliau memberikan kelonggaran yang sebebas-bebasnya. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang tidak membolehkan, yang di larang oleh Imam Abu Hanifah yaitu upah yang diperoleh dari pekerjaan (berdakwah) yang tidak membutuhkan banyak waktu. Karena di saat itu komunitasnya terbatas dan hanya sedikit orang-orang yang tidak mengerti mengenai masalah, jadi hanya sekedar informasi saja yang diberikan ketika mereka bertanya mengenai permasalahan agama. Berbeda dengan di zaman sekarang, dimana banyak orang yang tidak begitu mengerti tentang permasalahan agama. Sehingga pendakwah-pendakwah di zaman sekarang ini benar-benar menempatkan seluruh waktunya untuk menggeluti dunia tersebut.

2. Di awal tahun 2014, sempat ada progrm titip doa di Baitullah yang di laksanakan oleh komunitas sedekah harian. Bagaimana tanggangan bapak mengenai program tersebut?

Saya kurang setuju dengan program tersebut. Karena menurut saya, hal demikian itu sudah masuk ke ranah bisnis dan agama dijadikan tameng untuk keperluan bisnis mereka. Ditakutkan nanti masyarakat berfikir bahwa ketika berdoa di Baitullah akan langsung dikabulkan oleh Allah swt. Dengan demikian maka siapa saja yang melakukan perbuatan dosa ketika meminta pengampunan di Baitullah maka akan langsung dikabulkan. Apa bedanya nanti dengan pengakuan dosa oleh orang-orang non muslim di gereja?, hanya membayar beberapa rupiah maka dosanya langsung di ampuni oleh Allah swt. Hal-hal seperti ini tidak dibenarkan dalam agama Islam.

3. Adakah perbedaan program tersebut dengan pendakwah yang menetukan tarif dalam berdakwah?

Ada perbedaan diantara keduanya, bahwa yang satunya itu karna Allah sedangkan yang satunya untuk bisnis. Berdoa di Baitullah pun belum tentu akan langsung diijabahkan oleh Allah. Kita sebagai manusia tidak dapat menjamin doanya langsung diijahkan Allah sekalipun berdoanya di Baitullah. Karena rahasia doa itu hanya Allah semata yang tau. Biasanya, pendakwah yang menentukan tarif itu mereka yang telah profesional, yang telah mempunyai pengalaman dan memang benar-benar bergelut di dunia ini tanpa ada pekerjaan sampingan lainnya.

4. Dari hasil wawancara saya dengan komunitas sedekah harian, mereka mengatakan bahwa tujuan dari program tersebut adalah untuk mencari donatur. Bagaimana pendapat bapak lagi mengenai hal ini?

Tujuan dalam suatu pekerjaan itu sangat penting. Namun jika tujuannya baik bukan semata-mata cara apapun boleh ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut. Ada tata cara, prosedur yang harus di ikuti dan di taati sesuai dengan yang telah di tentukan dalam syariat Islam. Ini sesuai dengan kaidah اهدص اق ب ر م أا (hukum semua perkara itu sesuai dengan tujuan atau niatnya) dan sabda Rasulullah ي ّاَم ءرْما ِ امّا تاين ااب امْعأا امَّا (Sahnya beberapa amal perbuatan itu hanyalah dengan niat, dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatinya).

4 Desember 2014

Dosen UIN Syarif HidayatullahJakarta

Narasumber : Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA

Jabatan : Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Bogor Tempat wawancara : Kediaman Narasumber

Waktu wawancara : 9 November 2014, Pukul 08.19 WIB

1. Dalam agama Islam, terdapat ikhtilaf di kalangan ulama mengenai ujrah ‘ala al -thā’ah. Sebenarnya upah seperti apa yang di bolehkan dalam Islam?

Dalam prespektif syariat Islam yang berkaitan dengan muamalat (hubungan sosial), ketika ada jasa atau profesi yang bisa dinilai secara kualitatif bahkan kuantitatif maka itu legal (halal) ketika jasa tersebut di nilai. Misalnya seperti jasa seorang ahli. Ketika hal tersebut berhubungan dengan ibadah, rasulullah saw dalam beberapa statement haditsnya mepersilahkan untuk mengambil nilai materi dari jasa yang berkaitan dengan ibadah khususnya mengajarkan Al-Quran. Ilmu agama yang berhubungan sebagai ta’zim li al

-‘ilmi (penghargaan kepada ahli agama/orang yang mengajarkan ilmu fikih, hadits) itu sah-sah saja. Namun jika itu dijadikan profesi dengan adanya penentuan tarif maka itu tidak benar karena sudah di matrelialisasikan. Namun jika ada interaktif dengan saling rela diantara keduanya itu tidak bermasalah.

2. Bagaimana tanggapan bapak menenai program titip doa di Baitullah?

Doa merupakan sebuah energi atau senjata. Jika di tarifkan maka itu menjadi matrelialisasi, apalagi jika suatu saat nanti ada gugatan karena doanya tidak di kabulkan. Itulah yang menjadi profesi yang berbahaya. Mengenai rogram ini, jelas tidak boleh karena telah menentukan tarif jika ingin di doakan di Baitullah.

3. Dari hasil wawancara saya dengan presiden komunitas, beliau berendapat bahwa tujuan dari program tersebut adalah untuk mendapakan donatur baru. Bagaimana tanggapan bapak mengenai hal ini?

Tujuan mereka yaitu untuk mencari donatur yang sudah pasti menginginkan uang yang diberikan donatur juga, itu sudah salah dari awal. Segala perbuatan atau pekerjaan yang kita lakukan harus sesuai dengan niat kita. Sebagaimana sabda rasulullah saw dalam sebuah hadits امّا تاين ااب امْعأا امَّا

ي ّاَم ءرْما ِ (Sahnya beberapa amal perbuatan itu hanyalah dengan niat, dan

setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatinya). Dan juga dalam kaidah fikih اهدص اق ب ر م أا(hukum semua perkara itu sesuai dengan tujuan atau niatnya). Segala sesuatu itu tergantung niatnya, jika niatnya sudah salah maka apapun itu pekerjaannya akan salah juga.

4. Apakah benar berdoa di Baitullah itu akan langsung diijabahkan tanpa adanya penghalang?

Berdoa di Baitullah memang benar langsung sampai kepada Allah tanpa adanya penghalang, namun belum tentu doa yang dipanjatkan akan dikabulkan oleh Allah. Semua itu balik lagi kepada mukallaf yang memanjatkan doa tersebut. Apakah doa yang dipanjatkan itu sesuai dengan syariat Islam apa tidak, seperti doa agar tempat diskotiknya diberi kelancaran. Doa-doa seperti ini merupakan doa yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Selain itu, dalam berdoa tidak ada jaminan bahwa doanya akan dikabulkan atau tidak di kabulkan. Dimanapun itu jika kita berdoa dengan benar dan di waktu-waktu yang baik seperti sholat jumat, sholat dhuha, sholat malam dll. maka insya Allah doanya akan di kabulkan oleh Allah, entah itu kapan di kabulkannya. Karena rahasia dari doa hanya Allah yang tau.

4 Desember 2014

Ketua Majelis Ulama Kota Bogor

Narasumber : Asrorun Niam Soleh

Jabatan : Sekertaris Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Tempat Wawancara : Ruang Dosen Fakultas Syarian dan Hukum UIN Jakarta Waktu Wawancara : 14 Oktober 2014, Pukul 10.05 WIB

1. Bagaimana menurut pandangan Islam mengenai hukum mendoakandengan meminta upah?

Mendoakan dan atau meminta didoakan oleh orang lain adalah kegiatan yang diperbolehkan dalam Islam, akan tetapi bila ditentukannya tarif,maka hal tersebut telah menyimpang dari ketentuan syariat dan hukum nya menjadi haram. Karena objek dari doa tersebut merupakan sesuatu yang berhubungan langsung dengan Allah SWT. Menitipkan untuk didoakan kemudian memasang tarif merupakan hal yang tidak wajar, karena telah menjadikan doa sebagai objek pengupahan. Sebagaimana barang atau uang yang dijadikan objek jual beli.

2. Bagaimana dengan penceramah yang menerima upah, apakah ada persamaan hukumnya dengan ujrah dari mendoakan orang lain?

Yang demikian itu, merupakan dua hal yang berbeda. Penceramah merupakan jasa, sama halnya dengan konsultasi hukum Islam, konsultasi waris, konsultasi zakat, kegitan tersebutlebih pada segi keilmuan. Yang satu objeknya hal-hal yang bersifat duniawi dan yang satunya terkaitdenganmateri keagamaan. Tetapi materi keagamaan itu tidak tunggal, materi keagamaan ada juga hal-hal yang terkait dengan profesional hukum. Seperti dalam perhitungan waris, merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian. Sama juga dengan mengajarkan Al-Quran. Pekerjaan-pekerjaan tersebut juga merupakan hal yang berkaitan dengan ibadah, namun

penerimaan upah dalam hal ini yakni untuk menghargai keahliannya, profesionalitasnya, spending time (melungkan waktu).

3. Dari hasil wawancara saya dengan presiden komunitas sedekah harian, mereka berpendapat bahwa tujuan program tersebut adalah untuk mendapatkan donatur baru bukan untuk mengkomersilkan ayat Al-Quran, bagaimana pendapat bapak mengenai program tersebut?

Mencari donatur untuk kepentingan aktifitas sosial tidak bermasalah sepanjang dilakukan secara benar. Tetapi jika menjadikan sesuatu yang berbasis kebajikan untuk kepentingan ekonomis itulah yang bermasalah. Doa merupakan sesuatu yang bersifat kebajikan, artinya untuk kepentingan kebajikan. Sama dengan di dalam istilah kajian ekonomi, ada dua istilah diantaranya yaitu akad tabarru. Akad tabarru itulah yang merupakan akad kebajikan, sama halnya juga dengan hibah, hutang, hadiah dll. Jika menggunakan akad tabarru untuk mencari nilai ekonomis maka hal tersebut dilarang dan tidak diperbolehkan. Menitipkan doa termasuk dalam akad tabarruu, jika kebaikan di gunakan untuk mencari nilai ekonomis dan dimasukkan dalam akad tabarru (tolong-menolong) itu tidak boleh.

4 Desember 2014 Sekertaris Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Narasumber : Prof. Hasanudin AF, MA

Jabatan : Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Tempat Wawancara : Kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Waktu Wawancara : 23 Oktober 2014, Pukul 10.15 WIB

1. Dari berbagai refrensi yang telah saya baca, terdapatikhtilaf dikalangan ulama mengenai ujrah ta’lim Al-Quran. Menurut bapak, ujrah yang bagaimana yang diperbolehkan dalam Islam?

Ujrah yang diperbolehkan dalam Islam yaitu ujrah yang wajar, tidak bersifat memasang tarif, tidak memaksa, hanya serelanya. Ujrah seperti itulah yang diperbolehkan dan halal dalam Islam. Intinya harus bersifat kerelaan tidak boleh memaksa.

2. Diawal tahun 2014, sempat ada program titip doa di Baitullah yang dilaksanakan oleh komunitas sedekah harian. Bagaiana pendapat bapak mengenai program tersebut?

Seperti yang telah saya sebutkan tadi, ujrah yang dibolehkan yaitu ujrah yang tidak bersifat memasang tarif, tidak memaksa. Kalau melihat program tersebut maka ada unsur penentuan tarif didalamnya. Penetuan tarif dalam hal ibadah merupakan hal yang tidak diperbolehkan dalam Islam karena menyimpang dari ketentuan syariat.

3. Apakah program tersebut yang salah ataukah hanya ujrahnya saja yang salah? Programnya itulah yang bermasalah. Mendoakan orang lain dan meminta didoakan orang lain yang akan ke Baitullah adalah hal yang wajar dan

diperbolehkan dalam syariat. Namun jika telah menentukan tarif, maka hal itu tidak diperbolehkan karena telah menyimpang dari syariat Islam.

4 Desember 2014

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Narasumber : Prof. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo

Jabatan : Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tempat Wawancara : Rumah Narasumber

Waktu Wawancara : 1 September 2014, 10.10 WIB

1. Bagaimana hukumnya mendoakan sesama muslim dan meinta untuk didoakan dalam Islam?

Boleh saja, siapa saja yang akan pergi ke Baitullah boleh saja kita meminta di doakan oleh mereka. Itu hal yang biasa.

2. Bagaimana hukumnya doa yang dititipin dengan adanya imbalan?

Kalau pakai uang, tidak boleh. Berarti tidak ikhlas. Dia hanya mau berdoa kalau ada uangnya. Kalau tidak menetapkan tarif, yang menitipkan doa yang kasih duit itu tidak masalah, berarti seikhlasnya.

3. Bagaimana pendapat anda mengenai program Titip Doa Baitullah yang sempat di adakan oleh komunitas sedekah harian?

Kalau saya tidak sepakat dengan titip doa. Itu sama saja dengan kita menetapkan tarif.

4. Dari hasil wawancara saya dengan komunitas, mereka berpendapat bahwa tujuan program tersebut adalah untuk mendapatkan donatur baru untuk komunitas mereka, bukan untuk mengkomersilkan ayat al-quran. Ketika mengetahui tujuan dari program tersebut, bagaimana pendapat anda lagi mengenai program tersebut?

Tetap tidak dibenarkan. Namanya berdoa itu ibadah, dia pergi kesana itu ibadah, mendoakan oranglain itu kan ibadah. Setiap hari kita sholat juga selalu mendoakan orang muslim. Itu sama saja ujroh ‘ala at-tho’at. Dah hal itu tidak diperbolehkan dalam agama Islam.

4 Desember 2014

Ketua Komisi Fatwa Majelais Ulama Indonesia

Narasumber : Hj. Siti Hanna, S. Ag., Lc, MA

Jabatan : Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

Tempat Wawancara : Ruang Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta Waktu Wawancara : 03 September 2014, 13.15

1. Bagaimana hukumnya mendoakan sesama muslim dan meminta untuk didoakan dalam Islam?

Hukumnya itu boleh, bahkan sayyidina Umar pernah meminta sahabat yang akan pergi haji untuk mendoakan beliau.

2. Bagaimana pendapat anda mengenai program Titip Doa Baitullah yang sempat di adakan oleh komunitas sedekah harian?

Saya tidak mengiyakan program itu, karena ada beberapa alasan yang negatif menurut saya. Pertama, itu sama saja dengan mengkomersilkan doa, dengan menentukan tarif saja itu sudah disamakan dengan komersilkan doa. Kedua, bisa membuat orang lain beranggapan bahwa seakan-akan doa yang diijabah itu hanya doa yang dipanjatkan di baitullah, sedangkan seluruh tempat yang ada di duia ini kan bumi Allah juga. Ketiga, makna dari doa

Dokumen terkait