• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ali ad-Addaruqutni, Sunnan Ad-Daruqutni, Kairo: Dar al-Fikri, Al-Qur’an Departemen Agama

Arief, H. Saifuddin, SH,.Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan, Jakarta: Darunnajah Producton House, 2007

Ash Shiddieqy Hasbi, Figh al Mawaris, Bandung:Bulan Bintang, 1973 Departeman Agama, Kompilasi Hukum Islam, Direktorat Pembinaan Badan

Peradilan Agama Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2000.

Hadikusuma, H. Hilman, Prof., SH., Hukum Waris Adat, Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 1990.

Hazairin, Prof., SH., Hukum Kewarisan Bilateral menurut Al-Quran dan Hadits Jakarta: Tintamas Indonesia, 1982

Komite Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar Mesir Hukum Waris Islam penerjemah H.Addys al zihar dan H. fatkhurahman Jakarta: Senayan Abadi Publishing,2004.

Khalaf, Abdul Wahab, Dr., Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Bandung: Risalah, 1998

---, Imu Ushulul Fiqih. Penerjemah Masdar Helmy, Bandung: Gema Rislah Press, 1997 hal. 200

Muhammad azaam, abdul aziz,Qawaaidul al-Fighiyyah, Kairo:Darru al-hadits, 2005

Nasution, Bahder Johan dan Warjiyati, Sri, Hukum Perdata Islam: Kompetensi Peradilan Agama tentang Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, wakaf dan Shadaqoh, Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1997.

Otje Salim, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris,Bandung: Penerbit Alumni, 1993

Rafiq, Ahmad, MA., Drs., Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:PT Grafindo Persada,2000

---, Figh Mawaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Bekerjasama dengan Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan(LSIK) 1995

Rocahni,Ahmad Hamam ,S.Ag, Babad Negara Tegal,Semarang: Intermedia Paramedia, 2005

Rozak, H.A dan Lathief, Rais, H., Terjemahan Hadits Shahih Muslim, Jakarta:Gema Insani, 1999, Juz 2 cet. 1

Salim, Oemar Dasar-Dasar Hukum Waris di Indonesia. Jakarta: Rieneka Cipta, 2006

Sayyid Sabiq, Figh Sunnah, (alih bahasa oleh Moh. Tahlib), Bandung: Alma’rif, 1997.

Sevilla, Conselo G., dkk. Metode Penelitian Penerjemah Alimudin Tuwu, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993 hal.74

Sjadali, Munawir, Kontektualisasi Ajaran Islam, Jakarta: IPHI dan yayasan wakaf Paramadina, 1995 hal. 312

---, Ijtihad Kemanusian,Jakarta: Paramadina, 1997 hal. 62 Subhan, Zaitunnah, Prof., Dr., Menggagas Fiqh Perempuan, Jakarta: El-kahfi,

2008

Sunggono, Bambang, S.H., MS., Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rja Gafindo Persada, 2003

Syarifudin, Amir. Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Prenada Media. 2005. Usman, H.Suparman, Prof .,Dr., S.H., Hukum Islam: Asas-Asas dan Pengantar

Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.

HASIL WAWANCARA DENGAN AHLI WARIS Nama : Hb. Agil Al Idrus

Umur : 45

Pekerjaan : Wiraswasta

P: Apa yang Bapak ketahui tentang Waris?

J: Menurut saya waris adalah pembagian harta sepeninggal si pewaris setelah semua kewajiban sudah dilaksanakan baik pelaksanaan wasiat mapun pelunasan hutang

P: Apa yang Bapak ketahui tentang harta waris?

J: Semua jenis harta baik berupa tanah ataupun rumah yang ditinggalkan si pewaris

P: Apakah jenis harta yang diwariskan?

J: Pada keluarga kami yang diwariskan adalah sawah, pekarangan dan rumah P: Bagaimana proses pembagian waris?

J:Proses pembagian waris di keluarga kami dengan musyawarah antar keluarga. Jadi diadakan rapat keluarga biasanya diadakan pada hari ketujuh dimana semua anggota keluarga berkumpul. Jika pewaris meninggalkan surat wasiat maka dalam hal ini akan dibacakan, dalam hal ini pewaris tidak meninggalkan wasiat.

J: Yakni dengan memanggil semua anggota keluarga yang biasanya dipimpin oleh anak tertua, kemudian ditentukan apakah dalam penyelesaian menggunakan cara Agama atau bisanya faraid atau menggunakan Dirgama. Penyelesaian dengan cara agama yakni dengan sesuai dengan ketentuan dalam Al-Qur’an surah An-Nissa sebagaimana disebutkan bagian ahli waris masing-masing. Biasanya dengan cara ini dengan memanggil ulama setempat yang paham betul tentang faraid, ini dikarenakan untuk mendapatkan bagian yang pasti dalam faraid. Sedangkan pembagian waris secara Dirgama yakni seluruh harta dibagikan secara ketentuan Faraid kemudian harta ditumpuk kembali dan dibagikan atas dasar kesepakatan bersama.

P:Keluarga bapak sendiri menggunakan cara apa? J: Dengan cara dirgama.

P:Alasan menggunakan cara pembagian Dirgama?

J: Karena mempertimbangkan dari kerukunan diantara anggota bersama dan juga didasari atas kesepakatan bersama pula.

P: Dasar hukum pembagian waris?

J: Dasar hukum masih pada pijakan faraid yang ada

P: Apakah pembagian menggunakan cara seperti ini dirasa adil?

J: Menurut kami adil karena semua anggota kelurga sepakat dalam pelaksaan pembagian waris seperti cara tersebut.

Responden

HASIL WAWANCARA DENGAN AHLI WARIS

Nama : Hb. Usman Al athas

Umur : 35

Pekerjaan : Wiraswasta

P: Apa yang bapak ketahui tentang waris?

J: Yang saya ketahui tentang waris yakni pembagian harta pusaka atau harta peninggalan dengan bagian “sepikul segendong” atau “dum-dum kupat” P: Maksud dari sepikul segendong atau dum-dum kupat?

J: Dalam istilah orang jawa “sepikul segendong adalah bagian anak laki-laki 2 sedang perempuan satu bagian, sedangkan istilah “dum-dum kupat” adalah pembagian sama rata antara laki-laki dan perempuan dan inilah yang sering terjadi dalam masyarakat jawa pada umumnya.

P: Bagaimana proses pembagian waris dalam keluarga Bapak?

J: Tradisi waris yang biasa terjadi dalam keluarga kami biasa diadakan

musyawarah atau rapat keluarga yang biasanya dipimpin oleh anak laki-laki tertua. Maka disinilah akan ditentukan proses selanjutnya. Kebetulan dari pewaris dalam keluarga kami meninggalkan wasiat yang isinya menyuruh para ahli waris agar dalam pembagian waris dibagi secara sama rata.

J: Satu hal yang penting dalam hal ini adalah pelaksanaan wasiat dari orang tua, karena kami memanggap hal tersebut harus dilaksanakan . Karena saya pribadi dan keluarga menganggap pesan orang adalah pesan agama yang harus dilakasanakan. Pembagian sama rata artinya baik anak laki dan perempuan bagiannya sama dalam istila jawa disebut” dum-dum kupat”.

P:Bagimana bila anggota keluarga ada yang kurang setuju dengan pembagian itu? J: Alhamdulillah dalam keluarga kami semua sepakat jadi tidak ada masalah. P: Bagaimana menurut Bapak dengan pembagian sama rata atau dum-dum Kupat? J: Menurut saya sah-sah saja karena dari kerelaan dan kesepakatan keluarga.

Kerukunan dan persatuan keluarga lebih diutamakan. Mengingat banyak permusuhan dan pertengkaran keluarga disebabkan kerena harta warisan.

Responden

HASIL WAWANCARA DENGAN AHLI WARIS

Nama :Firdaus Al Idrus

Umur : 37

Pekerjaan : Wiraswasta

P : Apa yang Bapak ketahui tentang Pembagian waris?

J : Proses pembagian harta peninggalan atau harta warisan yang biasanya setelah semua kewajiban telah terpenuhi/dilaksanakan.

P : Maksud dari kewajiban-kewajiban disini bagaimana Pak?

J : ya semacam pengurusan jenazah, pelunasan hutang bila ada, pelaksanaan wasiat jika pewaris meninggalkan wasiat, kebetulan dikeluarga kami tidak meninggalkan wasiat.

P : Proses pembagian waris sendiri bagaimana pak?

J : Sebenarnya tidak jauh beda dengan keluarga-keluarga lainnya yakni dengan mengumpulkan semua anggota keluarga kemudian akan diputuskan tentu dengan proses musyawarah bagimana harta warisan akan dibagi.

P : Bagaimana cara pembagiannya?

J : Setelah musyawarah keluarga selesai kemudian diputuskan pembagian waris dalam kelurga kami melalui Dirgama maksudnya pembagian waris dengan pembagian sama rata diantara para ahli waris baik laki maupun perempuan. P : Dasar dari pelaksanaan pembagian secara dirgama?

J : Menurut saya dasarnya adalah kerelaan diantara para ahli waris dalam menerima bagianya karena sebelumnya diadakan Musyawarah keluarga P : Menurut cara seperti itu dirasa adil dalam pembagian waris?

J : oh jelas karena disamping kerelaan diantara ahli waris juga

mempertimbangkan kerukunan dan persatuan keluarga dan inilah hal yang paling penting.

P: Bagaimana pendapat Bapak mengenai pembagian waris dua banding satu (2:1)?

J: hal tersebut menurut saya pribadi merupakan pembagian yang ada dalam hukum kewarisan Islam, tetapi ketika dihadapkan pada kondisi masyarakat yang menginginkan kesetaraan dalam pemabagian waris yakni pembagian yang sama antara laki-laki dan perempuan maka 2:1 perlu adanya perubahan dengan melihat pada kondisi dan struktur masyarakat.

P: Bagaimana dengan pembagian waris dalam adat jawa? J: yang saya ketahui ada dua cara pemabagian dalam adat jawa:

Sepikul segendong artinya dua banding satu dua bagian untuk laki-laki dan satu bagian untuk perempuan, hak ini tentu tidak ada masalah karena telah sesuai dengan hukum waris dalam Islam.

Dum-dum kupat artinya berimbang sama; bagian laki dan perempuan sama, hal ini tidak sesuai dengan hukum waris Islam, tetapi dalam hal penerapan menurut saya sah-sah saja karena demi kemaslahatan artinya kerukunan dan persatuan diantara anggoata keluarga dalam hal pembagian warisan.

Responden

HASIL WAWANCARA DENGAN AHLI WARIS Nama : Hb. Agil Al Idrus

Umur : 45

Pekerjaan : Wiraswasta

P: Apa yang Bapak ketahui tentang Waris?

J: Menurut saya waris adalah pembagian harta sepeninggal si pewaris setelah semua kewajiban sudah dilaksanakan baik pelaksanaan wasiat mapun pelunasan hutang

P: Apa yang Bapak ketahui tentang harta waris?

J: Semua jenis harta baik berupa tanah ataupun rumah yang ditinggalkan si pewaris

P: Apakah jenis harta yang diwariskan?

J: Pada keluarga kami yang diwariskan adalah sawah, pekarangan dan rumah P: Bagaimana proses pembagian waris?

J:Proses pembagian waris di keluarga kami dengan musyawarah antar keluarga. Jadi diadakan rapat keluarga biasanya diadakan pada hari ketujuh dimana semua anggota keluarga berkumpul. Jika pewaris meninggalkan surat wasiat maka dalam hal ini akan dibacakan, dalam hal ini pewaris tidak meninggalkan wasiat.

P: Proses musyawarah sendiri itu bagaimana?

J: Yakni dengan memanggil semua anggota keluarga yang biasanya dipimpin oleh anak tertua, kemudian ditentukan apakah dalam penyelesaian menggunakan

cara Agama atau bisanya faraid atau menggunakan Dirgama. Penyelesaian dengan cara agama yakni dengan sesuai dengan ketentuan dalam Al-Qur’an surah An-Nissa sebagaimana disebutkan bagian ahli waris masing-masing. Biasanya dengan cara ini dengan memanggil ulama setempat yang paham betul tentang faraid, ini dikarenakan untuk mendapatkan bagian yang pasti dalam faraid. Sedangkan pembagian waris secara Dirgama yakni seluruh harta dibagikan secara ketentuan Faraid kemudian harta ditumpuk kembali dan dibagikan atas dasar kesepakatan bersama.

P:Keluarga bapak sendiri menggunakan cara apa? J: Dengan cara dirgama.

P:Alasan menggunakan cara pembagian Dirgama?

J: Karena mempertimbangkan dari kerukunan diantara anggota bersama dan juga didasari atas kesepakatan bersama pula.

P: Dasar hukum pembagian waris?

J: Dasar hukum masih pada pijakan faraid yang ada

P: Apakah pembagian menggunakan cara seperti ini dirasa adil?

J: Menurut kami adil karena semua anggota kelurga sepakat dalam pelaksaan pembagian waris seperti cara tersebut.

Responden

HASIL WAWANCARA DENGAN AHLI WARIS Nama : Hb. Usman Al athas

Umur : 35

Pekerjaan : Wiraswasta

P: Apa yang bapak ketahui tentang waris?

J: Yang saya ketahui tentang waris yakni pembagian harta pusaka atau harta peninggalan dengan bagian “sepikul segendong” atau “dum-dum kupat” P: Maksud dari sepikul segendong atau dum-dum kupat?

J: Dalam istilah orang jawa “sepikul segendong adalah bagian anak laki-laki 2 sedang perempuan satu bagian, sedangkan istilah “dum-dum kupat” adalah pembagian sama rata antara laki-laki dan perempuan dan inilah yang sering terjadi dalam masyarakat jawa pada umumnya.

P: Bagaimana proses pembagian waris dalam keluarga Bapak?

J: Tradisi waris yang biasa terjadi dalam keluarga kami biasa diadakan

musyawarah atau rapat keluarga yang biasanya dipimpin oleh anak laki-laki tertua. Maka disinilah akan ditentukan proses selanjutnya. Kebetulan dari

pewaris dalam keluarga kami meninggalkan wasiat yang isinya menyuruh para ahli waris agar dalam pembagian waris dibagi secara sama rata.

P: Mungkin bisa dijelaskan alasan pembagian dengan cara tersebut?

J: Satu hal yang penting dalam hal ini adalah pelaksanaan wasiat dari orang tua, karena kami memanggap hal tersebut harus dilaksanakan . Karena saya pribadi dan keluarga menganggap pesan orang adalah pesan agama yang harus dilakasanakan. Pembagian sama rata artinya baik anak laki dan perempuan bagiannya sama dalam istila jawa disebut” dum-dum kupat”.

P:Bagimana bila anggota keluarga ada yang kurang setuju dengan pembagian itu? J: Alhamdulillah dalam keluarga kami semua sepakat jadi tidak ada masalah. P: Bagaimana menurut Bapak dengan pembagian sama rata atau dum-dum Kupat? J: Menurut saya sah-sah saja karena dari kerelaan dan kesepakatan keluarga.

Kerukunan dan persatuan keluarga lebih diutamakan. Mengingat banyak permusuhan dan pertengkaran keluarga disebabkan kerena harta warisan.

Responden

HASIL WAWANCARA DENGAN AHLI WARIS Nama :Firdaus Al Idrus

Umur : 37

Pekerjaan : Wiraswasta

P : Apa yang Bapak ketahui tentang Pembagian waris?

J : Proses pembagian harta peninggalan atau harta warisan yang biasanya setelah semua kewajiban telah terpenuhi/dilaksanakan.

P : Maksud dari kewajiban-kewajiban disini bagaimana Pak?

J : ya semacam pengurusan jenazah, pelunasan hutang bila ada, pelaksanaan wasiat jika pewaris meninggalkan wasiat, kebetulan dikeluarga kami tidak meninggalkan wasiat.

P : Proses pembagian waris sendiri bagaimana pak?

J : Sebenarnya tidak jauh beda dengan keluarga-keluarga lainnya yakni dengan mengumpulkan semua anggota keluarga kemudian akan diputuskan tentu dengan proses musyawarah bagimana harta warisan akan dibagi.

J : Setelah musyawarah keluarga selesai kemudian diputuskan pembagian waris dalam kelurga kami melalui Dirgama maksudnya pembagian waris dengan pembagian sama rata diantara para ahli waris baik laki maupun perempuan. P : Dasar dari pelaksanaan pembagian secara dirgama?

J : Menurut saya dasarnya adalah kerelaan diantara para ahli waris dalam menerima bagianya karena sebelumnya diadakan Musyawarah keluarga P : Menurut cara seperti itu dirasa adil dalam pembagian waris?

J : oh jelas karena disamping kerelaan diantara ahli waris juga

mempertimbangkan kerukunan dan persatuan keluarga dan inilah hal yang paling penting.

P: Bagaimana pendapat Bapak mengenai pembagian waris dua banding satu (2:1)?

J: hal tersebut menurut saya pribadi merupakan pembagian yang ada dalam hukum kewarisan Islam, tetapi ketika dihadapkan pada kondisi masyarakat yang menginginkan kesetaraan dalam pemabagian waris yakni pembagian yang sama antara laki-laki dan perempuan maka 2:1 perlu adanya perubahan dengan melihat pada kondisi dan struktur masyarakat.

P: Bagaimana dengan pembagian waris dalam adat jawa? J: yang saya ketahui ada dua cara pemabagian dalam adat jawa:

Sepikul segendong artinya dua banding satu dua bagian untuk laki-laki dan satu bagian untuk perempuan, hak ini tentu tidak ada masalah karena telah sesuai dengan hukum waris dalam Islam.

Dum-dum kupat artinya berimbang sama; bagian laki dan perempuan sama, hal ini tidak sesuai dengan hukum waris Islam, tetapi dalam hal penerapan menurut saya sah-sah saja karena demi kemaslahatan artinya kerukunan dan persatuan diantara anggoata keluarga dalam hal pembagian warisan.

Responden

Dokumen terkait