• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dakwaan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Denpasar a. Dakwaan Primer

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang (Halaman 39-43)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. Dakwaan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Denpasar a. Dakwaan Primer

Bahwa ia terdakwa Fernando Felix Beda, berturut - turut pada hari Kamis tanggal 28 Desember 1989, hari Kamis tanggal 18 Januari 1990, hari Sabtu tanggal 20 Januari 1990, atau sekitar waktu itu, setidak - tidaknya dalam tahun 1989 dan tahun 1990, di Hotel Wina Cottage Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, setidak - tidaknya pada suatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Denpasar, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum memaksa orang yang ternyata bernama I Wayan Winada (saksi I dalam perkara ini) dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan sesuatu barang berupa uang yang sama

sekali atau sebagian kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain atau supaya orang itu membuat hutang atau menghapuskan piutang yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara - cara sebagai berikut:

- Pada tanggal 28 Desember 1989 sekitar jam 20.30 wita ia terdakwa telah datang ke Hotel Wina Cottage kemudian berjalan disekitar kamar hotel Wina Cottage tempat saksi I sedang menerima tamunya, lalu saksi I pada waktu itu telah memanggil terdakwa untuk masuk ke dalam kamar tersebut, tetapi terdakwa tidak mau masuk walaupun sudah dipanggil berulang kali, lalu ketika ia terdakwa hendak telah mengancam saksi I dengan kata - kata yaitu : “Apabila saksi I tidak mau memberika uang kepada terdakwa maka entah apa jadinya saksi I”, sehingga karena adanya ancaman dari terdakwa telah menimbulkan ketakutan bagi diri saksi dan keluarganya.

- Lalu pada tanggal 29 Desember 1989, saksi I telah menyuruh karyawan Hotel Wina Cottage yang bernama I Nyoman Mudri, Gede Ketut Astawa, I Made Sudarman dan sopirnya untuk mengantarkan uang kepada terdakwa sebanyak Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) tetapi uang sebanyak Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) tersebut pada mulanya tidak mau diterima oleh terdakwa, namun setelah dibawakan lagi kepada terdakwa pada sore harinya, ia terdakwa mau menerima uang sebanyak tersebut diatas;

- Kemudian pada tanggal 18 Januari 1990, ia terdakwa telah datang lagi ke Hotel Wina Cottage untuk menemui saksi I dan memaksa saksi I supaya memberikan bantuan dana kepada terdakwa sehingga terjadi pembicaraan antara saksi I dengan terdakwa, saksi I dengan terpaksa memberikan uang kepada terdakwa sebanyak Rp 2.000.000,- (dua juga rupiah);

- Sesudah itu pada tanggal 20 Januari 1990 ia terdakwa telah menelpon saksi I dengan suara lantang dan serak seperti orang mabuk dan memberitahukan kepada saksi I bahwa ia terdakwa membutuhkan dana sebanyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan memaksa kepada saksi

I menyerahkan uang sebanyak Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah), dan pada tanggal 21 Januari 1990 telah diserahkan lagi kepada terdakwa uang sebanyak Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), sehingga jumlah uang yang telah diserahkan oleh saksi I kepada terdakwa sebanyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah), dan dengan penyerahan uang sebanyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) kepada terdakwa saksi I menduga bahwa terdakwa tidak melakukan lagi keributan;

- Tetapi kenyataannya pada tanggal 25 Januari 1990 petugas operator Hotel Wina Cottage telah menerima telepon dari orang yang menyebut dirinya si Brewok yang dalam hal ini adalah terdakwa sendiri karena dalam pergaulan sehari-hari terdakwa dikenal dan biasa dipanggil dengan Brewok yang mengucapkan kata-kata kotor antara lain bangsat dan dan menyuruh Boss dalam hal ini saksi I supaya hati-hati, sehingga perbuatan dari terdakwa yang demikian adalah merupakan ancaman dan terror terhadap saksi I;

- Lalu pada tanggal 14 Pebruari 1990 sekitar jam 15.30 Wita, ia terdakwa telah datang lagi ke Hotel Wina Cottage secara demonstratip dan tidak sopan dan kemudian memaksa accounting office Hotel Wina Cottage untuk memberikan gajinya selama 12 bulan, tetapi permintaan terdakwa tidak dipenuhi oleh accounting office tersebut;

- Sehingga karena accounting office tersebut tidak mau memenuhi permintaan terdakwa, lalu pada sekitar pukul 18.15 Wita dari asrama Kompi 741 Kuta, setidak-tidaknya pada suatu tempat tertentu, ia terdakwa telah menelpon kepada saksi I “bahwa ia baru datang dari Jawa dan meminta uang dari saksi I, kalau tidak diberikan uang yang dimintanya diartikan oleh saksi I mengandung pengertian bahwa saksi I akan dibuat tidak berdaya apabila saksi I tidak mau memberikan uang kepada terdakwa;

- Lalu dengan adanya ucapan terdakwa kepada saksi I yang demikian lalu saksi I menjawab “kenapa kamu mengancam, masak setiap butuh uang mesti minta sama aku” yang kemudian dijawab lagi oleh

terdakwa “pokoknya Boss (dalam hal ini saksi I) harus diberikan, karena aku minta untuk terakhir kalinya” sehingga karena adanya ancaman dari terdakwa yang demikian maka saksi I menyatakan akan memberikan kepada tedakwa uang sebanyak uang satu bulan gaji ditambah dengan bonus sebanyak Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi keinginan saksi I untuk memberikan lagi tambahan uang kepada terdakwa sebanyak satu bulan gaji ditambah dengan bonus Rp 250.000,- tidak mau diterima oleh terdakwa dengan cara menertawakan saksi I;

- Kemudian terdakwa memberitahukan kepada saksi I bahwa ia akan datang ke Hotel wina Cottage malam hari itu bersama kawannya untuk menemui saksi I secara empat mata dan meminta uang kepada saksi I;

- Tetapi karena saksi merasa terancam terus menerus oleh terdakwa lalu saksi I memberikan laporan kepada Polisi Sektor Kuta tentang perbuatan dari terdakwa lalu saksi I memberikan laporan kepada Polisi Sektor Kuta tentang perbuatan terdakwa karena perbuatan yang telah dilakukan oleh terdakwa telah mendatangkan kerugian bagi saksi I berupa uang sebanyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) sedangkan uang sebanyak tersebut bukan merupakan hak dari terdakwa;

- Sehingga dengan adanya laporan dari saksi I, lalu terdakwa ditangkap oleh Polisi Sektor Kuta;

- Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana menurut Pasal 368 (1) jo. Pasal 64 (1) KUHP;

b. Dakwaan Subsidair

- Bahwa ia tedakwa Fernando Felix Beda pada waktu dan tempat serta dengan cara - cara sebagaimana diuraikan dalam dakwaan I (Ke-satu) Primair, dengan melawan hukum memaksa orang lain yang ternyata bernama I Wayan Winada (saksi I dalam perkara ini) untuk membuat sesuatu dengan kekerasan, dengan perbuatan lain atau dengan perbuatan yang tidak menyenangkan atau dengan ancaman perbuatan yang tidak menyenangkan, sehingga Saksi I menyerahkan kepada

terdakwa sebanyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sedangkan uang tersebut bukan merupakan hak dari terdakwa;

- Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana menurut Pasal 335 (1) jo. Pasal 64 (1) KUHP.

- Bahwa ia terdakwa Fernando Felix Beda, pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan dalam dakwaan I (ke satu) Primair, tanpa hak menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk (slag’s steek of stootwapen), berupa sebuah parang berbentuk runcing dan sebuah pisau lipat super automatick (yang dijadikan barang bukti dalam perkaran ini) barang mana bukan merupakan barang untuk pertanian atau pekerjaan rumah tangga untuk kepentingan melakukan pekerjaan yang sah atau nyata - nyata sebagai barang pusaka atau barang ajaib (merk waardighaid) yang dibawa oleh terdakwa ketika masuk ke dalam areal Hotel Wina Cottage, sehingga menimbulkan ketakutan bagi diri saksi I dan keluarganya, sedangkan ia terdakwa tidak berhak untuk membawa senjata tersebut ke dalam areal Hotel Wina Cottage, lalu pada malam hari tanggal 28 Desember 1989 itu, senjata yang dibawa oleh terdakwa berhasil diamankan oleh Satpam Hotel Wina Cottage kemudian diserahkan kepada Polisi Sektor Kuta, Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana menurut Pasal 2 (1) UU No. 12 Drt. 1951;

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang (Halaman 39-43)

Dokumen terkait