• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

3. Dakwah Islam

a. Pengertian dakwah dan tujuan dakwah

Secara etimologi, dakwah berasal dari akar kata da’aa-yad’uu

yang mengandung arti mengajak, menyeru, mengundang, mendorong ataupun memohon (Bahri, 2008:17). Begitu banyaknya makna “dakwah”

secara bahasa yang disebutkan dalam Al-Qur’an, namun secara

keseluruhan memiliki makna yang sama yakni mengajak, menyeru, memanggil, terhadap jiwa-jiwa yang fitrah untuk kembali ke agama Islam yang disebarluaskan dengan cara damai.

Definisi dakwah secara terminologi memiliki arti yang beraneka ragam. Beberapa ahli ilmu dakwah memberikan definisi terhadap istilah dakwah tergantung pada sudut pandang mereka masing-masing. Sehingga antara definisi menurut ahli satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat persamaan dan perbedaan. Perngertian dakwah secara terminologi menurut beberapa pakar keilmuan, diantaranya: (Bahri 2008:20)

19

Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil mendefinisikan, “Dakwah

adalah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara ber-amar makruf nahi munkar.”

1) Dakwah menurut H. M. Arifin, M.Ed. Mengandung pengertian sebagai suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.

2) Menurut Drs. Mansyur Amin, dakwah adalah suatu aktivitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran islam, agar mereka mendapat kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagian nanti (akhirat).

3) Sementara itu Jamaludin Kafie berpendapat, “Dakwah adalah suatu

sistem kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, dan doa, yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem, dan tehnik tertentu ,

20

agar mampu menyentuh qalbu dan fitrah supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Senada dengan pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa dakwah merupakan suatu usaha untuk mengubah keadaan manusia baik individu atau kelompok masyarakat dari segala aspek baik dari segi aqidah, keyakinan, ibadah, perbuatan manusia itu sendiri, dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah.

Hal ini berdasarkan firman Allah :

ىَنِإ َنُُعْذَي ٌةامُأ ْمُكْىِم ْهُكَتْن ََ

ِرَكْىُمْنا ِهَع َن ٍَُْْىَي ََ ِفَُرْعَمْنبِب َنَُرُمْأَي ََ ِرْيَخْنا

نُُحِهْفُمْنا ُمٌُ َكِئَنَُأ ََ ۚ

Artinya :

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari

yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali

Imran:104)

Kata “dakwah” mencakup aktifitas amar ma’ruf dan nahi

munkar. Karena kegiatan amar ma’ruf merupakan praktek dakwah untuk

mengajak orang melakukan dan mengikuti kebaikan, sedang kegiatan nahi munkar merupakan pelaksanaan dakwah untuk mengajak orang menjauhi dan meninggalkan segala perbuatan munkar dan jelek.

Menyembah kepada Allah berarti memusatkan penyembahan hanya kepada Allah semata, dengan menjalani segala sesuatu yang

21

diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain, semua kegiatan seorang hamba, baik yang berupa ibadah terhadap Ilahi ataupun yang berupa mu’amalah (amal perbuatan terhadap sesama manusia), semua itu dilakukan dalam rangka persembahannya kepada Allah dan semata-mata mengharap keridhaan dari-Nya.

Secara umum, dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik. Dakwah mengandung ide tentang progresivitas, sebuah proses terus menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan tujuan dakwah tersebut (Ilaihi, 2010:17).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan, dakwah yaitu mengajak manusia untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya atau kembali kepada Islam dengan cara tertentu yang mencemirkan suatu perubahan pada perilaku kehidupan terhadap orang yang di ajak.

b. Unsur-unsur dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku

dakwah), mad’u (jama’ah atau pemirsa), materi dakwah.

1) Da’i

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan

22

ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran islam melalui lisan seperti penceramah agama , khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.

Nasrudin Latif mendefinisikan da’i adalah seorang muslim dan

muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama (munir,2009:22).

Orang yang melakukan seruan ataupun ajakan disebut dengan

da’i, yakni orang yang menyeru. Akan tetapi, karena proses memanggil atau menyeru adalah merupakan suatu proses penyampain (tabligh) atas pesan tertentu, maka pelakunya disebut juga dengan istilah muballigh (Mariah, 2000:12).

2) Mad’u

Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia,

baik laki-laki ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun non muslim, kesemuanya menjadi objek kegiatan dakwah. Semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah (Bahri, 2008:230).

Syaikh Muhammad Abduh, dalam tafsir Al-Manar menyimpulkan, bahwa dalam garis besarnya, umat yang dihadapi oleh

23

yang masing-masingnya harus dihadapi dengan cara yang berbeda-beda pula. Ketiga golongan tersebut adalah : (Bahri, 2008:231)

a) Golongan cerdik-cendikian yang cinta akan kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil-dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh akal mereka.

b) Golongan orang awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan mauizhatul hasanah. Dengan anjuran dan didikan yang baik-baik, serta dengan ajaran yang mudah untuk dipahami.

c) Golongan yang tingkat kecerdasaanya berada diantara kedua golongan tersebut. Golongan ini belum dapat dicapai dengan hikmah, juga tidak akan sesuai jika dilayani seperti golongan awam. Salah satu dari ciri mereka adalah suka membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas yang tertentu, tidak sanggup secara mendalam. Kepada mereka ini yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong supaya mereka mampu berpikir secara sehat, dan pada praktiknya dilakukan dengan cara yang lebih baik.

24

Materi atau pesan dakwah adalah isi pesan yang disampaikan

da’i kepada mad’u. pada dasarnya pesan dakwah itu adala ajaran Islam

itu sendiri. Secara umum dapat di kelompokan menjadi : (Ilaihi: 2010,20)

1) Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah Swt. Iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasul-Nya, Iman kepada hari akhir, Iman kepada Qadha-Qadhar. 2) Pesan Syariah, meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan

haji, serta mu’amalah.

3) Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah Swt. Akhlak terhadap makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya. Akhlak terhadap bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya.

Keseluruhan ajaran Islam yang menjadi materi dakwah bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Karena luasnya ajaran Islam

itu maka setiap da’i harus selalu berusaha dan tidak bosan-bosannya

mempelajari Al-Qur’an, Hadits, dan kitab-kitab lainnya. Semakin kaya

seorang da’i dengan materi dan pesan dakwahnya, semakin segar dan

mempesona pesan yang disampaikan (Azis, 2004:104).

Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an surah An-Nissa ayat 58:

25

دَؤُت ْنَأ ْمُكُرُمْأَي َ االلَّ انِإ

ْنَأ ِسباىنا َهْيَب ْمُتْمَكَح اَرِإ ََ بٍَِهٌَْأ َٰىَنِإ ِتبَوبَمَ ْلْا اَ

بًعيِمَس َنبَك َ االلَّ انِإ ۗ ًِِب ْمُكُظِعَي بامِعِو َ االلَّ انِإ ِلْذَعْنبِب اُُمُكْحَت

ا ًري ِصَب

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”( QS. An-Nissa: 58)

Ajaran yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulluah SAW, kepada umatnya ini meliputi aspek duniawi dan ukrawi, yang tentunya materi yang harus diserukan dalam dakwah pun menjadi luas. Adapun diantara ,materi-materi tersebut dapat diringkas menjadi beberapa pokok bahasan, diantaranya (Bahri,2008:235):

1) Akidah Islam, yang meliputi tauhid dan keimanan.

2) Pembentukan pribadi yang sempurna, dengan berpondasikan pada nilai-nilai akhlakul al-karimah.

3) Pembangunan masyarakat yang adil dan makmur. 4) Kemakmuran dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Sumber dari keseluruhan materi dakwah, pada dasarnya merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits Rasulluah SAW.

d. Media dakwah

Kata media meru pakan jamak dari bahasa latin yaitu medium, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti

26

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah dintentukan (Asmuni,1993:163).

Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai media. Adapun media dakwah yang dapat dimanfaatkan antara lain : (Bahri,2008:236)

1) Lisan

Da’wah bi-al lisan yaitu penyampaian informasi atas pesan dakwah melalui lisan. Termasuk dalam bentuk ini adalah caramah, khutbah, tausiyah, pengajian, pendidikan agama (lembaga penndidikan formal), kuliah, diskusi, seminar, nasihat, dan lain sejenisnya.

2) Tulisan

Da’wah bi-al qalam yaitu penyampaian materi dakwah dengan menggunakan media tulisan. Termasuk dalam jenis ini adalah buku-buku, majalah, surat kabar, risalah, bulletin, brosur, dan lain sejenisnya. Dalam memanfaatkan media ini, hendaknya ia ditampilkan dengan gaya bahasa yang lancer, mudah dicerna, dan menarik minat publik, baik mereka yang awam maupun kaum terpelajar.

27 3) Audio visual

Dakwah dengan menggunakan media audio visual merupakan suatu cara penyampaian yang merangsang penglihatan serta pendengaran audience. Yang termasuk dalam jenis ini adalah televisi, film, sinetron, sandiwara, drama, teater, dan lain sebagainya. Terkadang, pesan yang disampaikan melalui media ini, cenderung lebih mudah diterima oleh audience, bahkan dapat membentuk karakter mereka. Materi dakwah yang dikemas dalam bentuk hiburan akan cenderung lebih disukai dari pada dakwah yang disampaikan melalui ceramah keagamaan yang kaku, apalagi membosankan.

4) Uswah dan qudwah hasanah

Yaitu cara penyampaian dakwah yang dilakukan dalam bentuk perbuatan nyata. Ia tidak banyak berbicara, namun langsung mempraktikannya. Ia tidak menganjurkan, tetapi langsung memberi contoh kepada mad’u-nya. Termasuk dalam bentuk ini adalah bergaul bersama masyarakat dengan menunjukan keluhuran budi pekerti, menyediakan diri untuk membantu orang lain, turut serta dalam meramaikan masjid, dan lain sebagainya.

Penggunaan media dakwah disesuaikan dengan situasi dan kondisi si penerima pesan dakwah (mad’u) agar lebih memahami

28

pesan dakwah yang disampaikan agar tidak menimbulkan keraguan dari pesan dakwah yang diterimanya. Penyampain dakwah dibagi menjadi tiga golongan yaitu: (Ilaihi, 2010:107)

1) The spoken words (yang berbentuk ucapan)

Yang termasuk kategori ini adalah alat yang dapat mengeluarkan bunyi, karena hanya dapat ditangkap oleh telinga disebut juga dengan the audial media yang biasa dipergunakan sehari-hari seperti telepon, radio, dan sejenisnya. 2) The printed writing (yang berbentuk tulisan)

Yang termasuk didalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-gambar tercetak, lukisan-lukisan, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.

3) The audio visual (yang berbentuk gambar hidup)

Yaitu merupakan penggabungan golongan di atas, yang termasuk ini adalah film, televisi, video, dan sebagainya. e. Metode dakwah

Metode berasal dari bahasa Yunani Methodos, yang merupakan gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah,atau cara. Jadi, metode bisa diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang ditempuh (Bahri, 2008:238).

29

dalam menyampaikan dakwahnya, atau metode yang dipakai dalam penerapan pendekatan dakwah.

Metode dakwah merupakan suatu jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah. Dalam menyampaikan sesuatu pesan dakwah, metode sangat penting perannannya, suatu pesan walaupun baik, akan tetapi disampaikan dengan metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.

ْنبِب َكِّبَر ِمْيِبَس ىِنِإ ُعْدا

ُهَسْحَأ َيٌِ يِتانبِب ْمٍُْنِدبَج ََ ِةَىَسَحْنا ِةَظِع َُْمْنا ََ ِةَمْك ِح

ْىَمِب ُمَهْعَأ ُي َكابَر انِإ

َهْيِذَتٍُْمْنبِب ُمَهْعَأ ٌَُُ ََ ًِِهْيِبَس ْهَع امَض

Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (pula). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An- Nahl (16): 125).

Dari ayat tersebut, terlukiskan bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah, yaitu:

a) Bil hikmah, berdakwah dengan memerhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam, merekan tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

30

b) Mauizatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan dapat menyentuh hati mereka.

c) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberatkan pada sasaran dakwah.

Pada prinsipnya, jika ditinjau dari sudut pandang yang lain metode dakwah dapat dilakukan dengan berbagai metode dalam pelaksanaanya. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut: (Amin,2013:101-104)

1) Metode ceramah

Metode ceramah merupakan suatu tehnik dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik bicara seorang da’i

pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus disertai dengan keahlian khusus agar dapat dimengerti oleh pendengar dan merasa simpatik oleh ceramahnya.

Metode ceramah adalah metode dakwah bil lisan yang dapat berkembang menjadi metode lain, seperti metode diskusi dan tanya jawab.

31

Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk merangsang perhatian penerima dakwah. Di samping itu, metode ini dipandang cukup efektif apabila ditempatkan dalam usaha dakwah sehingga terjadi hubungan timbal balik antara subjek dakwah dengan objek dakwah.

3) Metode diskusi

Diskusi yang dimaksud adalah sebagai pertukaran pikiran (ide, gagasan, pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan dengan membahas suatu permasalahan tertentu yang dilaksanakan dengan teratur.

4) Metode keteladanan

Dakwah dengan metode keteladanan berarti suatu cara penyajian dakwah dengan memberikan keteladanan langsung

sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang

dicontohkannya. Metode ini dapat dipergunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, beribadah, dan segala aspek kehidupan manusia. Nabi sendiri merupakan teladan bagi setiap manusia.

32 4. Tinjauan Tentang Televisi

a. Pengertian televisi

Televisi merupakan paduan audio dan video. Dari segi penyiaranya disebut broadcast dan video dari segi gambar bergeraknya disebut moving images. Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada prinsip-prinsip radio yang mentransmisikannya dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak atau hidup, jika tidak ada unsur-unsur film yang memvisualisasikannya. Televisi dari segi semantiknya berasal dari Bahasa Inggris television. Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu tele (jauh) dan vision (melihat) yang berarti “melihat

jauh”. Jadi televisi adalah pemandangan jauh atau pandangan jauh karena

(Hermin, 2000:5).

Siaran televisi untuk dapat diterima di rumah harus melalui proses-prsoes tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang diterima menjadi tontonan yang membosankan. Karena untuk menjadikan televisi siaran ini tetap survive maka dibutuhkan tenaga-tenaga yang handal dibidangnya dan juga manajerial yang kuat, setidaknya ada delapan yang harus dimiliki individu-individu di televisi siaran, individu yang handal tersebut harus memiliki :

33 2) Tanggung jawab profesi

3) Kreativitas

4) Sifat untuk bekerja sama 5) Kepemimpinan yang bijaksana

6) Kesadaran pada fungsinya masing-masing

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara dan gambar sekaligus dari siaran televisi penonton dapat mendengar dan melihat gambar yang disajikan. Stasiun televisi merupakan suatu tempat terpusatnya kegiatan dari suatu organisasi penyiaran (Darwanto, 1994:46).

b. Sejarah dan perkembangan televisi

Media audio visual televisi muncul karena perkembangan teknologi. Kehadirannya setelah beberapa penemuan seperti telepon, telegraf, fotografi serta rekaman suara. Media televisi ada setelah radio dan media cetak. Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang terlibat baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun.

Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dam Heinrich Hertz, serta penemuan

34

Marconi pada tahun 1920. Paul Nipkow dan Willian Jenkins melalui eksperimennya metode pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial amerika dimulai pada 1 September 1940.

Televisi yang muncul setelah media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang menakjubkan dalam sisi pergaulan hidup manusia pada saat sekarang ini baik terhadap pola perilaku, pola pikir, budaya, dan sebagainya. Hampir setiap negara memiliki stasiun pemancar televisi sendiri. Bahkan pemirsa di rumah menikmati siaran dari berbagai penjuru dunia melalui parabola yang berfungsi sebagai sambungan satelit.

Kegiatan penyiran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Pekan Olahraga se Asia IV atau Asian Games di Senayan, sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunkan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaanya.

35

Saat itu masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau, meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tetapi siaran pertama televisi di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Sementara puncak ketenaran (booming) televisi di Indonesia sendiri dimulai tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decoder atau alat pemancar. Saat ini, di Indonesia sudah mengudara satu televisi pemerintah. Yakni TVRI, dan beberapa televisi swasta, antara lain SCTV, MNC, ANTV, Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans 7, TVOne, Global TV, serta stasiun-stasiun lokal seperti O chanel, Jak TV, CTV Banten, Cakra TV, TVKU, TATV dan lain-lain.

Bagi masyarakat Indonesia televisi bukan merupakan barang baru lagi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kepemilikan televisi yang terus meningkat setiap tahunnya dengan kecanggihan teknologinya yang juga semakin meningkat. Seperti pada mulanya televisi yang pada awalnya hitam putih menjadi berwarna, dan yang dulu berbentuk tabung dengan ukuran yang besar sekarang menjadi lebih tipis dan canggih dengan berbagai fitur-fitur terbaru sesuai dengan perkembangan jaman. Semua stasiun televisi telah hadir setiap hari di masyarakat dengan program-program andalannya yang menyajikan program-program tayangan yang beraneka ragam, dari yang bersifat hiburan, pendidikan, dan lain sebagainya.

36 5. Televisi sebagai media dakwah

Televisi merupakan salah satu media massa yang mempunyai pengaruh cukup efektif sebagai penyebar pesan-pesan kepada khalayak ramai. Kehadiran televisi sebagai media komunikasi biasanya membawa dampak positif maupun dampak negatif, tergantung bagaimana memanfaatkan media tersebut (Munir, 2009:272). Televisi juga merupakan salah satu media yang disepakati ilmuan komunikasi mampu menyampaikan pesan secara masif. Kemampuannya untuk mengirim pesan yang terdiri dari gambar dan suara ke seluruh belahan dunia menjadikannya memiliki tempat tersendiri dihati khalayak media ( Yusuf, 2016: 29).

Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi (televisi), merupakan salah satu bentuk pengoptiamalan fungsi teknologi tersebut. Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan komunikasi secara umum. Dalam berkomunikasi kecanggihan media di samping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feedback, merupakan salah satu faktor sukses tidaknya suatu aktivitas komuikasi.

Pada zaman modern ini dakwah tidak hanya dilakukan dengan cara

langsung bertatap muka antara da’i (penceramah) dengan mad’u (masyarakat

yang diceramahi). Namun dengan memanfaatkan media atau wasilah dakwah juga dapat dilaksanakan. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai maka semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang

37

menjadi sasaran dakwah. Pemakaian media (terutama media massa) telah meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi yang dilakukan umat manusia terutama bila dibandingkan sebelum adanya media massa pers, radio, televisi, internet, dan sebagainya. Oleh karena itu sudah semestinya bagi

para da’i memanfaatkan peluang ini dalam menyebarkan ajaran Islam

diantaranya menggunakan televisi (Atabik, 2013:196).

Muhyadin (2002) menjelaskan, sebagai sebuah sarana televisi sebagai media dakwah mempunyai kelebihan dibanding media lain. Kelebihan televisi sebagai media dakwah jika dibandingkan dengan media yang lainnya sebagai berikut: (Atabik, 2013:196)

a. Televisi mempunyai jangkauan yang sangat luas sehingga ekspansi dakwah dapat menjangkau tempat yang lebih jauh. Bahkan pesan-pesan dakwah

bisa disampaikan pada mad’u yang berada ditempat-tempat yang sulit

dijangkau.

b. Televisi mampu menyentuh mad’u yang heterogen dan dalam jumlah yang besar. Hal ini sesuai dengan salah satu karakter komunikasi massa yaitu komunikan yang heterogen dan tersebar. Kelebihan ini jika dimanfaatkan dengan baik tentu akan berpengaruh positif dan akktifitas.

Hampir semua studio TV yang ada di Indonesia, kini menampilkan acara-acara dakwah yang menghadirkan para da’i ataupun acara yang bersifat

Dokumen terkait