• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permohonan di Ajukan Telah Melewati Tenggat Waktu Yang Ditentukan

1. Bahwa perihal batas waktu pengajuan permohonan telah diatur secara tegas dalam ketentuan Pasal 74 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi Jo Pasal 272 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jo. Pasal 9 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang pada pokoknya Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) kali 24 Jam sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan penetapan hasil Pemilihan Umum secara Nasional;

2. Bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan penetapan hasil Pemilihan Umum secara nasional pada tanggal 9 Mei 2014, dan oleh karenanya batas akhir pengajuan dan atau pendattaran Permohonan keberatan atas Hasil Pemilihan Umum secara Nasional adalah pada tanggal 12 Mei 2014;

3. Bahwa dalam dalilnya Pemohon mengklaim dan atau mendalilkan telah mengajukan/mendaftarkan Permohonan pada tanggal 12 Mei 2014 namun

Permohonannya pada tanggal 15 Mei 2014, oleh karenanya telah terbukti

bahwa Permohonan yang diajukan oleh Pemohon telah melewati batas/tenggang waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang;

4. Bahwa dikarenakan Permohonan Pemohon telah melewati Tenggang/ Batas Waktu yang ditentukan maka Permohonan Pemohon haruslah dinyatakan

tidak diterima.

Perbaikan Permohonan Yang Dibuat dan Diajukan Oleh Pemohon Secara Menyeluruh Bertolak Belakang dengan Permohonan Awal.

5. Bahwa dalam kesempatan ini Pihak Terkait mohon kepada Majelis Hakim Konstitusi untuk berkenan mencermati Perbaikan Permohonan yang diajukan oleh Pemohon tertanggal 24 Mei 2014 yang ternyata secara keseluruhan bertentangan dan bertolak belakang dengan Permohonan awal yang teregister pada tanggal 15 Mei 2014, baik mengenai posita maupun dalam Petitum secara keseluruhan diubah oleh Pemohon, hal mana dapat diuraikan sebagai berikut: 5.1 Bahwa dalam Posita Permohonan Awal tertanggal 15 Mei 2014 Pemohon

mempersoalkan tabulasi rekapitulasi Perolehan Suara Partai Golkar Daerah Pemilihan (Dapil) Propinsi Jawa Tengah V untuk seluruh Caleg Partai Golkar dan dalam Petitum Pemohon Mengklaim Suara Pemohon

seharusnya 21.322 suara;

5.2 Bahwa dalam posita Perbaikan Permohonan tertanggal 24 Mei 2014, ternyata Pemohon hanya mempersoalkan rekapitulasi Perolehan Suara Pemohon dan Pihak Terkait, dan ternyata Pemohon Mengklaim Suara Untuk Pemohon sudah bukan 21.322 Suara lagi tetapi tiba-tiba berubah menjadi 39.700 suara.

5.3 Bahwa hal tersebut secara nyata menunjukan kebingungan dan ketidakkonsitenan, serta tidak masuk akal, mengingat Pemohon sendiri tidak dapat menghitung secara pasti jumlah perolehan suara dirinya sendiri, terbukti dalam hitungan hari klaim jumlah suaranya sendiri saja Pemohon bingung dari klaim awal Pemohon mengklaim sendiri seharusnya 21.322

suara kemudian beberapa hari kemudian pemohon menjadi mengklaim 39.700 suara.

suaranya sendiri, bagaimana mungkin Pemohon akan mengkoreksi perolehan suara Pihak Terkait, yang secara nyata terpaut jauh dengan Pemohon.

6. Bahwa Permohonan yang tidak konsisten dan hanya didasari kebingungan Pemohon dimaksud secara hukum harus dinyatakan tidak dapat diterima.

Terdapat Ketidaksesuaian Posita dan Petitum Permohonan Pemohon.

7. Bahwa dalil Permohonan Pemohon sebagaimana dimaksud dalam uraian Posita Butir 5 sampai dengan butir 11 pada pokoknya Pemohon hanya mempermasalahkan Hasil Penghitungan suara Pemohon (urutan ke 4 dengan hasil penghitungan sebanyak 36.508 suara) dengan Pihak Terkait (Urutan ke 1 debfab hasil penghitungan sebanyak 48.547), hal mana pada pokoknya Pemohon mengklaim seolah-olah terdapat pengurangan suara Pemohon dan seolah-olah terdapat penambahan suara Pihak Terkait dimana Pemohon sama sekali tidak mempersoalkan perubahan suara Caleg lain untuk Partai Golkar Daerah Pemilihan Jawa Tengang V, diluar Pemohon dan Pihak Terkait, sehingga dengan dalil yang demikian semestinya secara konsisten klaim perolehan suara yang berubah semestinya suara Pemohon dan Pihak Terkait; 8. Bahwa namun demikian ternyata dalam Petitum Pemohon meminta Penetapan

Penghitungan Suara Untuk Seluruh Caleg Partai Golkar Daerah Pemilihan Propinsi Jawa Tengah V menjadi berubah secara keseluruhan, hal mana tanpa diuraikan sama sekali dalam Posita mengenai alasan perubahan suara untuk tiap Caleg dan tanpa dasar serta bukti-bukti pendukungnya;

9. Bahwa perihal ketidaksesuaian antara posita dan petitum yang diajukan Pemohon tersebut secara nyata dan sederhana dapat dilihat dengan tabel perbandingan sebagai berikut:

Penghitungan Hasil Perolehan Suara Caleg Partai Golkar DPR Rl Dapil Jawa Tengah V (Versi Pemohon dalam posita dan petitum)

No Nama Caleg Dalil Posita Pemohon Dalil Petitum

1 Dr. Ir. H. Eko Sarjono Putro, MM

Sama sekali tidak disebutkan dan diuraikan perubahannya. Dari 44.989 suara Berubah menjadi 36.147 suara 2 Dr. H, Agustian Budi Prasetya, MPA

Sama sekali tidak disebutkan dan diuraikan perubahannya. Dari 15.041 suara Berubah menjadi 13.263 suara 3 Aryanti Dewi, SH, MH Diuraikan Seolah-olah terdapat pengurangan suara Pemohon.

Berubah dari 36.508 menjadi 39.700

4 Dina Hidayana S.P.

M.Sc

Sama sekali tidak disebutkan dan diuraikan perubahannya.

Dari 5.073 suara Berubah menjadi 4.281 suara. 5 Ir. H. Agus Mulyanta Sama sekali tidak

disebutkan dan diuraikan perubahannya. Dari 8.101 suara Berubah menjadi 9.246 suara. 6 H. Sutomo, S.Pd, M.Kes

Sama sekali tidak disebutkan dan diuraikan perubahannya.

Dari 44.061 suara Berubah menjadi 33.928 suara. 7 Drs. H. Hardono,

MH.MM

Sama sekali tidak disebutkan dan diuraikan perubahannya. Dari 14.040 suara Berubah menjadi 16.326 suara. 8 Endang Srikarti Handayani, SH, M.Hum Diklaim seolah-olah Terdapat

Pengglembungan suara oleh Pihak Terkait

Berubah dari 48. 547 menjadi 37.026.

10. Bahwa berdasarkan Tabel/matrix Tersebut secara nyata dan sederhana telah membuktikan terdapat ketidaksesuaian antara posita dan petitum, dan oleh karenanya dalam kesempatan pertama Pihak Terkait mohon agar Majelis Hakim Konstitusi berkenan untuk menjatuhkan putusan sela yang menyatakan Permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

Permohonan Pemohon Kabur (obscur libel).

11. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam uraian dalil Permohonan Pemohon mendalilkan bahwa penetapan perolehan suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bekedudukan di Jalan imam Bonjol Nomor 29, Jakarta Pusat (selanjutnya disebut Termohon) adalah tidak benar karena seolah-olah terjadi kesalahan penghitungan suara yang dilakukan Termohon untuk Caleg DPR Rl Partai Golkar Daerah Pemilihan (Dapil) V Propinsi Jawa Tengah;

mengenai bentuk kesalahan dan penghitungan dimaksud baik di TPS, PPS, PPK, Kabupaten/Kota dan Provinsi maupun KPU Pusat serta Pemohon tidak sama sekali menguraikan dengan didasari bukti-bukti yang jelas tentang bentuk dan cara Penggelembungan suara yang di klaim seolah-olah dilakukan Termohon.

13. Bahwa klaim Pemohon hanya didasarkan asumsi-asumsi serta sikap subyektif dari Pemohon serta tidak dapat menjelaskan dan menguraikan secara jelas dan tegas mengenai bentuk dan cara penggelambungan maupun pengurangan dan diwilayah mana secara jelas dilakukan yang secara signifikan berpengaruh terhadap keterpiiihan Pemohon sebagai anggota DPR Rl dan/atau perolehan kursi Pemohon dari Dapil Jawa Tengah V, maka secara nyata dalil-dalil Pemohon tidak jelas dan kabur [obscure libel):

14. Bahwa oleh karena dalil-dalil permohonan Pemohon kabur dan tidak jelas (obscure libel) maka berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang menyatakan, Pasal 43 ayat (3) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah, Pihak Terkait mohon kepada Majelis Hakim Konstitusi untuk menjatuhkan putusan sela yang menyatakan permohonan Pemohon dinyatakan tidak dapat

Dokumen terkait