• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3. Interpretasi Data

4.3.2. Dampak Setelah Dijalankan PKBL Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

4.3.2.2. Dampak Setelah Dijalankan PKBL Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Secara harfiah dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik secara positif maupun negatif. Kegiatan PKBL PTPN IV untuk wilayah sekitar Unit Usaha Gunung Bayu yang pada kegiatanya memberikan bantuan sedikit banyak memiliki pengaruh terkhusus dalam peningkatan kesejahteraan terhadap individu maupun kelompok masyarakat. Kesejahteraan Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Untuk itu peneliti memfokuskan wujud dari Kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Program PKBL yang berdampak langsung terhadap tingkat kesejahteraan dilihat segi ekonomi bagaimana kemandirian serta kestabilan pendapatan masyarakat, dari segi pendidikan dan kesempatan pendidikan dalam segala tingkat pendidikan atau profesional kejuruan, sarana perhubungan serta fasilitas lain yang memudahkan masyarakat sekitar

perusahaan dalam mobilitas serta beraktivitas. Berikut penjabaran secara rinci dari dampak PKBL terhadap kesejahteraan Masyarakat sekitar Unit Usaha Gunung Bayu: 1. Dampak Dari Segi Ekonomi

Temuan yang ada dilapangan, warga yang mendapat bantuan secara personal, masyarakat desa serta Kepala Desa setelah mendapatkan bantuan merasa terbantu dan meringankan beban secara materil, karena memang belum ada bantuan yang sifatnya kemanusiaan. Namun bantuan-bantuan tersebut bukanlah faktor terbesar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Karena pada dasarnya desa tergolong desa yang maju, seperti Kota Perdagangan yang dikelilingi oleh perkebunan serta dekatnya kawasan industri Unilever bisa dikatakan Kota Perdagangan tidak pernah sepi akan aktifitas. Kemudian Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama yang mayoritas warga adalah pedagang dan selebihnya adalah pensiunan serta merupakan lokasi penerima bantuan dari beberapa perusahaan besar dan bentuk bantuan tidak jauh berbeda dengan PKBL PTPN IV. Berikut penuturan dari beberapa warga, salah satunya (WS, 47 Tahun) :

“kalau untuk om sendiri setelah om menjadi mitra di PTPN IV, memang ada dapat tambahan modal, tapi ya cuma sekedar gitu aja. Dasarnya om yang kurang pintar untuk ngelola bengkel. Ada juga pasang surutnya. Sempatpun kemaren itu tutup bengkel om karena peralatan habis modalpun habis. Harapanya om itukan waktu jadi mitra ada bentuk perhatian dari PTPN IV tapi kenyataanya dilepas gitu aja. Gak jauh bedalah sama pinjam uang di Bank Cuma inikan bunganya sikit 0.025%. trus waktu pertama kali om jadi mitra pinjaman yang dikasih sekitar tiga juta. Ya sejujurnya kurang ada pengaruhnya buat om untuk kemajuan bengkel om. Untuk penghasilan pas-pasan aja gak tinggi kali gak rendah kali juga. Anak om juga masih kecil-kecil paling besar SMP. Jadi gak begitu memberatkan soal biaya pendidikan. Dari tahun ke tahun usaha om gini-gini aja gak ada kemajuan, kemunduran juga gak ada.” (Wawancara tanggal 23Desember 2016).

Dari apa yang diungkapkan oleh bapak WS jelas terlihat bahwa program kemitraan kurang optimal. Apabila hanya memberi bantuan tapi tidak ada evaluasi atau peninjauan program akan kurang efektif dalam pengentasan kemiskinan. Berbeda pendapat dengan saudari MP (56 Tahun) berikut penuturanya :

“opung merasa terbantu kali dengan menjadi Mitra Usaha karena kan pinjaman yang di kasih PTPN IV cukup banyak untuk menambah modal opung. Menjadikan usaha kelontong opung semakin bermacam jenisnya yang dijual. Sehingga langganan opung gak perlu jauh-jauh untuk mencari barang seperti, baju, tas sepatu, dan lain-lain karena di toko opung ada. Untuk penghasilan opung jelas bertambah, disekitar desa ini jarang barang yang selengkap tempat opung jadinya pelanggan semakin bertambah otomatis penghasilan juga meningkat” (Wawancara tanggal 23 Desember 2016).

Masing-masing orang dengan latar belakang berbeda dan pola pikir yang berbeda pula. Menggambarkan nasib dari dua mitra perusahaan PTPN IV bapak WS yang mengaku kesulitan untuk mengembangkan usaha dan ibu MP yang punya pemikiran melihat peluang.

2. Dampak Terhadap Bidang Pendidikan

Peneliti memfokuskan 3 (tiga) wilayah yang mendapatkan bantuan dari Program PKBL PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu yaitu, Desa Mangkai Lama, Desa Mangkai Baru, dan Kota Perdagangan. Untuk Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama Program Beasiswa atau bantuan yang menunjang dalam memperbaiki kualitas pendidikan dalam beberapa waktu terakhir tidak ada. Bantuan beasiswa terakhir dilaksanakan pada Tahun Aajaran 2012/2013. Perusahaan pada setiap bulanya memberi beasiswa kepada murid SD, SLTP, SMP, dan sederajat. Berdasarkan data dilapangan peneliti melihat bahwa dari segi pendidikan Program Bina Lingkungan tidak berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama yang berada di Kecamatan Batu-Bara. Namun untuk Kota Perdagangan yang berada di wilayah kabupaten Simalungun memilih SMA Negri 1 Bandar yang tergolong baru dalam partisipasi sekolah dengan PTPN IV untuk mengadakan seminar. Berikut pemaparan dari salah satu informan peneliti, yang juga merupan salah satu staf pengajar SP (50 Tahun).

“untuk isi seminarnya bagus, harapanya memotivasi siswa agar belajar lebih giat lagi. Kalau untuk meningkatakan kualitas pendidikan di sekolah ini dengan cara seminar motifasi tersebut belum ada nampak dampak riil nya ya.

Tapi yang namanya mengubah atau mempengaruhi pola pikir seseorang kan gak hanya dalam sekali. Ya semoga saja banyak siswa yang termotivasi. Selain seminar memang pihak PTPN IV memberikan juga 1 unit komputer membantu lah untuk sekolah ini nambah 1 unit computer, tapi balik di pertanyaan di awal apakah batuan dapat meningkatkan kualitas pendidikan kalau Cuma 1 unit kompter ya kurang mempengaruhi meningkatnya kualitas pendidikan.” (Wawancara tanggal 10 Januari 2016).

3. Bantuan berupa Pembangunan Failitas di Wilayah Sekitar Unit Usaha Gunung Bayu Desa-desa yang menerima bantuan berupa infrastruktur atau yang lainya. Apakah ada pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat desa yang mendapat bantuan. Berikut penuturan dari Kepala Desa Mangkai Baru, Sugiyanti (39 Tahun):

”manfaat yang saya rasakan sebagai kepala desa mewakili warga, kalau untuk saat ini pada program PKBL hanya mesjid lah yang dibantu dananya 25 juta, bersyukurlah bisa meringkan dana pembangunan walaupun gak sesuai yang diharapkan sesuai isi proposal. Tapi kalau untuk Program CSR sangat membantu sekali karena dengan pembuatan pari graenase sepanjang 700 M dengan dana Rp. 383.958.300 (Tiga ratus delapan puluh tiga juta sembilan ratus lima puluh delapan ribu tiga ratus rupiah). Yang masyarakat rasakan membuat jalan jadi lebih rapi, dan bagus karena ada penampung air ketika hujan dan tidak becek lagi. Sangat memudahkan warga mangkai baru untuk menjalankan aktifitas sehari-harinya” (Wawancara tanggal 22 Desember 2016).

Pada temuan dilapangan PTPN IV dalam menjalankan kewajiban Tanggung Jawab Sosialnya khususnya di wilayah sekitar Unit Usaha Gunung Bayu program yang lebih banyak dicanangkan adalah program CSR yang terfokus pada pembangunan Infrastruktur desa. Tidak jauh berbeda dengan Desa Mangkai Baru, Desa mangakai lamapun demikian berikut penuturan dari informan peneliti yang merupakan warga sekaligus Kadus dusun 9 (Sembilan), PM (66 Tahun)

“Walaupun kami berbatasan langsung dengan perkebuanan Nusantara 4 (Empat) tapi bantuan yang kami terima tidak banyak, beasiswa, fasilitas kesehatan, pemberdayaan sumber daya manusia itu gak ada, terus mitra usaha itupun saya belum mengerti bagaimana mengurusnya. Karena dari PTPN IV gak ada buat kesini untuk kasih tau kami para warga. Untuk bantuan yang ada diberi oleh PTPN IV itu ya jembatan itulah untuk penghubung dusun V-VI. Yang kami rasakan ya sangat bergunalah untuk sarana jalan dapat mempermudah warga yang sering melewati daerah itu. Kalau untuk

jadi tidak banyak mempengaruhi perkembangan desa kami”(Wawancara tanggal 22 Desember 2016).

Tidak seberuntung dengan Mangkai Baru, Mangkai Lama tergolong sedikit dalam menerima bantuan. Berdasarkan temuan peneliti di lapangan dalam pengelolahan desa, desa Mangkai baru cukup gesit dalam mencari peluang contohnya seperti melempar prosal ke berbagai Perusahaan besar terdekat untuk berbagai pembangunan desa yang diperlukan. Tidak seperti mangkai lama yang terkesan hanya menunggu bola, menunggu bantuan yang bisa diberikan. Akibatnya pembangunan desa sedikit lebih terlambat dari desa Mangkai Baru. Pemaparan diatas adalah hasil temuan dan wawancara peneliti dengan informan yang berada pada wilayah kabupaten Batu-Bara.

Beragam bentuk bantuan yang diberikan, bermacam karakter orang dan kelompok masyarakat, tentunya dalam pengelolahan dana bantuan juga berbeda dalam mengatasinya. Wajar apabila bantuan-bantuan yang diberikan tidak sama dampaknya. Pada dasarnya segala bentuk bantuan bertujuan untuk membantu merubah individu atau kelompok masyarakat untuk ke arah yang lebih baik lagi, disini peneliti ingin melihat apakah bantuan tersebut berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Dan yang peneliti dapat walaupun banyaknya bantuan yang diberi akan tetapi tidak semua merasakan dampak kesejahteraan, seperti yang dikatakan Soetomo (2014:27) walaupun kondisi sejahtera merupakan idaman tataran yang lebih operasional, visi masyarakat bukanlah hal yang dianggap seragam. Hal itu disebabkan karena masing-masing mempunyai persfektif yang berbeda sesuai dengan variasi kondisi sosio kultural. Jadi apa yang dirasakan bapak WS dan warga Desa Mangkai Lama sangat bisa dimengerti dan PTPN IV belum dapat mengatasi perbedaan persfektif dari masyarakat sekitar Unit Usaha Gunung Bayu sehingga untuk program PKBL ini, berdasarkan yang ditemukan peneliti di lapangan masih jauh dari kata optimal.

Penelitian Saputro (2010) pada tahun 2009 hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat di kawasan Punclut mendapatkan banyak pemebelajaran dari program PT. Telkom ini. Masyarakat belum cukup sustainable dengan ada atau tidakadanya program dari PT. Telkom karena program-program yang ada belum cukup untuk menuju kemandirian masyarakat. Namun, program yang di suguhkan menurut masyarakat, khusunya petani masih jauh lebih baik jika di bandingkan dengan program-program dari pihak lain.

Dokumen terkait