BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan metode pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
Pada Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi,
berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek
penelitian (Bungin, 2007). Dengan menggunakan metode deskriptif, dalam hal ini
peneliti mencoba menggambarkan bagaimana peranan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar perkebunan Unit Gunung Bayu,
serta bagaimana dampaknya terhadap PT. Persero Nusantara IV tersebut.
3.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu unit PTPN IV yaitu unit Gunung
Bayu, yang berada di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Bosarmaligas, Sumatra Utara.
Serta di Desa-desa sekitar yaitu Mangkai Baru, Mangkai Lama, dan Kota Perdagangan.
Alasan peneliti melakukan penelitian di desa sekitar PTPN IV Unit Gunung Bayu, untuk
melihat bagaimana berjalannya program PKBL dan dampak yang dirasakan terhadap
3.3. Informan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif yang
digunakan adalah social situation yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang
saling bersinergis. Pendekatan kualitatif juga menampilkan informan sebagai narasumber
atau partisipan dalam menjawab permasalahan penelitian (Sugiyono, 2008:215216).
Suyanto (2005:171) dalam melakuan teknik wawancara, peneliti membuat pilihan
untuk menentukan para informan yang informasinya akan digunakan sebagai data dalam
penelitian. Informan dalam sebuah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu Informan
kunci dan Informan Pendukung data penelitian (Informan biasa). Dalam penentuan
informan, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Artinya peneliti harus menentukan karakteristik
tertentu dalam mencari informan (Sugiyono, 2010: 91). Karakteristik tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan
memilikiberbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi informan Kunci (Key informan) yang tergolong informan
kunci yaitu:
1. Staf-staf PTPN IV yang berada di bagian SDM Kantor Direksi (KANDIR)
maupun di Unit Gunung Bayu. Karena mereka adalah pihak-pihak yang berkerja
di perkebunan tersebut yang mengetahui hal-hal tentang pelaksanaan PKBL
PTPN IV Unit Gunung Bayu.
2. Masyarakat yang menerima langsung bantuan dalam PKBL PTPN IV Unit
Gunung Bayu, sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
b. Informan Pendukung merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Tergolong
informan pendukung yaitu: masyarakat umum yang tinggal di desa sekitar
perkebunan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu
penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan data primeradalah pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan
dengan instrumen sebagai berikut:
a. Metode wawancara (interview), yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada
pihak-pihak yang terkait dan memiliki relevansi terhadap masalah penelitian.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam, dengan wawancara
ini akan mendapatkan beragam informasi langsung dari informan yang terkait
dengan tema penelitian. Selanjutnya data-data yang diperoleh dari hasil
wawancara tersebut akan di pilah-pilah data mana yang sesuai dengan tema
penelitian.
b. Metode observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap
fenomena-fenomenayang berkaitan dengan fokus penelitian yang berkaitan dengann tujuan
penelitian. Seperti pemanfaatan dana bantuan yang diberikan PTPN IV bagi
masyarakat penerima bantuan, bantuan-bantuan berbentuk fisik yang
mempengaruhi pembangunan desa seperti jembatan, dan tanggapan perusahaan
yang terjadi di tempat penelitian di lakukan dengan cara mengamati langsung
kegiatan atau aktivitas-aktivitas di PTPN IV Unit Gunung Bayu.
2. Teknik pengumpulan data sekunder yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan
menelaah sejumlah buku, karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
a. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian atau
sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.
b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
literatur, internet, dan lain-lain yang berpotensi dan memiliki keterkaitan dengan
masalah penelitian.
3.5. Interpretasi data
Menganalisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data kedalam
susunan-susunan tertentu dalam rangka penginterpretasian data.Analisis data ditandai
dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari seiap informasi baik
pengamatan (observasi), wawancara, atau catatan lapangan lainya yang kemudian
ditelaah dan dipelajari.Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam
satuan-satuan yang kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan
diinterpretasikan secara kualitatif. Interpretasi data merupakan proses pengolahan data
dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti
3.6. Jadwal Kegiatan
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan
Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi √
2 Acc Judul Penelitian √
3 Penyusunan Proposal √
4 Seminar Proposal √
5 Revisi Proposal √
6 Penelitian Lapangan √ √ √
7 Pengumpulan dan Analisis
Data √ √
8 Bimbingan Skripsi √ √
9 Penulisan Laporan √ √
10 Sidang Meja Hijau √
3.7 Keterbatasan Penelitian
“Tak ada manusia yang sempurna” ungkapan itu layaknya tepat apabila ditujukan
kepada peneliti yang dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
keterbatasan.Dalam penelitian ini peneliti menyadari adanya keterbatasan yang berasal
dalam diri peneliti yang mencakup kemampuan dan pengalaman yang masih sangat
minimdalam melakukan penelitian ilmiah.Minimnya pengalaman dan kemampuan
merupakan akibat dari masih buruknya manajemen diri maupun waktu yang disadari
sendiri oleh peneliti.Tentunya hal ini menjadi sebuah penyesalan bagi peneliti karena
Selain keterbatasan yang berasal dari dalam diri peneliti, peneliti juga
menemukan keterbatasan yang berasal dari luar diri peneliti seperti keterbatasan
mobilitas dalam penelitian peneliti harus berhubungan dengan objek penelitian yang
lokasi penelitiannya jauh dari Kota Medan. Hal tersebut menyebabkan masih kurang
mendalamnya data yang diperoleh peneliti untuk diinterpretasikan. Selain keterbatasan
mobilitas, keterbatasan lain yang berasal dari luar diri peneliti adalah minimnya data
skunder khususnya yang berkaitan dengan desa dan masyarakat disekitar perkebunan
yang merupakan fokus dari skripsi ini. Dalam mensiasati hal tersebut, peneliti lebih
banyak melakukan metode observasi maupun wawancara untuk menjelaskan kondisi
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1.Deskripsi Nagori Gunung Bayu
Nagori Gunung Bayu terletak di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten
Simalungun. Kecamatan Bosar Maligas memiliki 16 Nagori dan 1 Kelurahan. Salah satu
Nagori Kecamatan Bosar Maligas adalah Nagori Gunung Bayu. Berdasarkan Badan
Pusat Statistik Simalungun Tahun 2015, Kecamatan Bosar Maligas sebagai salah satu
Kecamatan dari 31 Kecamatan di Kabupaten Simalungun dengan jumlah penduduk di
Kecamatan Bosar Maligas km2telah mencapai 40.371 jiwa atau sama dengan 4.75% dari
jumlah penduduk Kabupaten Simalungun atau dengan setiap km2ditempati penduduk
sebanyak 141 orang.Kecamatan Bosar Maligas merupakan salah satu Kecamatan dari 31
Kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun dengan Ibukota Kelurahan Bosar
Maligas,berada pada ketinggian rata-rata 100 M diatas permukaan laut,yang merupakan
daerah datar dan berombak dengan luas wilayah 294.40 km2
• Sebelah Utara Berbatas Dengan Kabupaten Asahan
yang mempunyai batas-batas
sebagai berikut:
• Sebelah Selatan Berbatas Dengan Kecamatan Ujung Padang
• Sebelah Timur Berbatas Dengan Kecamatan Ujung Padang
• Sebelah Barat Berbatas Dengan Kecamatan Hutabayu Raja
Nagori Gunung Bayu yang merupakan salah satu Nagori/Desa dari Kecamatan
Bosar Maligas merupakan wilayah pusat kegiatan produksi kelapa sawit milik PTPN IV
Unit Usaha Gunung Bayu yang sebagian besar lahannya digunakan untuk tanaman
4.1.2. Profil PTPN IV
PT Perkebunan Nusantara IV disingkat PTPN IV didirikan berdasarkan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1996, merupakan hasil peleburan 3 (tiga)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Perkebunan VI (Persero), PT Perkebunan
VII (Persero), dan PT Perkebunan VIII (Persero) sebagaimana dinyatakan dalam Akta
Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara IV No. 37 tanggal
11 Maret 1996 yang dibuat dihadapan Notaris Harun Kamil, SH, Notaris di Jakarta, yang
anggaran dasar telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Nomor: C2-8332.HT.01.01.Th.96
tanggal 8 Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal 8 Oktober 1996 Nomor 81 dan Tambahan Berita Negara No. 8675 (Sumber
resmi : PTPN4.co.id).
4.1.2.1. VISI dan MISI PTPN IV a. Visi Perusahaan
Visi dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yaitu “Menjadi Perusahaan Agro
Industri yang Unggul dan Berkelanjutan”.
b. Misi Perusahaan
Misi dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yaitu :
1. Menyelenggarakan usaha agroindustri berbasis kelapa sawit, teh dan karet.
2. Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik, inovatif dan berdaya
saing tinggi.
3. Menyelaraskan kegiatan usaha dengan masyarakat dan stakeholder lainnya
4. Ikut menunjang program pemerintah dalam upaya peningkatan lingkungan.
4.1.2.2. Kegiatan Perusahaan
1. Turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan program pemerintah dibidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor
pertanian dalam arti seluas-luasnya, dengan tujuan memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
2. Melaksanakan kegiatan usaha antara lain :
- Mengusahaakan budidaya tanaman, meliputi pembukuan dan pengolahan lahan,
pembibitan, penanaman dan pemeliharaan, serta melakukan kegiatan-kegiatan
lain yang berhubungan dengan budidaya tanaman tersebut.
- Produksi, meliputi pemungutan hasil tanaman, pengolahan hasil tanaman sendiri
maupun pihak lain menjadi pihak setengah jadi maupun barang jadi.
- Perdagangan, penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil
produksi.
- Pengembangan usaha dibidang perkebunan, agro usaha & agro bisnis.
- Mendirikan/ menjalankan perusahaan dan usaha lainnya
4.1.3. Sejarah Singkat Unit Usaha Gunung Bayu
Kebun Gunung Bayu adalah salah satu Unit Usaha yang bergerak dibidang Usaha
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaesis Guinensis Jacq).Awal keberadaan Kebun Gunung
Bayu adalah milik Swasta Asing dengan nama NV.R.C.M.A (Rubber Cultuur
Maatschappij Amsterdam) dari Negeri Belanda dengan Usaha budi daya Karet dan
buah kelapa sawit. Tahun 1947/1948 Areal Kebun Gunung Bayu yang ditanami karet
diganti dengan tanaman kelapa sawit, dengan demikian sejak Tahun 1949 keseluruhan
Areal Kebun Gunung Bayu telah ditanami satu jenis tanaman yaitu kelapa sawit.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.24/1958 dan Undang-undang No. 86/1958
tentang Nasionalisasi dan perubahan yang diatur pada Peraturan Pemerintah No. 19
dalam lembaran Negara No. 31 Tahun 1959 , NV.R.C.M.A diambil alih oleh Pemerintah
Republik Indonesia dan pada Tahun 1960 beralih status menjadi PPN baru Cabang
Sumut, Tahun 1961 berubah menjadi PPN.SUMUT VI, Tahun 1963 menjadi PPN Aneka
Tanaman IV, Tahun 1968 menjadi PNP-VII dan pada Tahun 1975 dilikwidasi menjadi
PTP-VII.Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1996 pada tanggal 11 Maret
1996 PTP-VII dialihkan menjadi PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang
merupakan penggabungan dari PTP-VI,PTP-VII dan PTP-VIII.
Pada mulanya Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Gunung Bayu adalah
merupakan satu bagian Unit Kerja, namun berdasarkan SK Direksi PTP VII No.07.01/Kp
ts/ORG/04/V/1993 tanggal 11 Mei 1993 pada Kebun Gunung Bayu diadakan pemekaran
secara administrative efektif dimulai tanggal 21 Juni 1993. Berdasarkan SK Direksi
PTP.Nusantara IV No. 04.13/Kpts/53/VIII/2001 tanggal 31 Agustus 2001 pada Kebun
Gunung Bayu diadakan penggabungan kembali antara Kebun Gunung Bayu dan PKS
Gunung Bayu menjadi satu, pelaksanaan penggabungan secara administratife efektif
dimulai tanggal 01 Oktober 2001.
4.1.3.1. Letak Geografis
Berdasarkan letak lokasi Kebun Gunung Bayu berada sekitar 48 Meter diatas
permukaan laut, terletak di Kecamatn Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar, Kabupaten
Pematang Siantar 49 KM. Kebun Gunung Bayu memiliki luas HGU No.
21/HGU/BPN/2003 tanggal 14 Maret 2003 (8470.83 Ha) terdiri dari pada 10 Afdeling,
Tanaman Kelapa Sawit, Pabrik, Kolam Limbah dan lain-lain.
4.1.3.2. Produk yang dihasilkan
PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Gunung Bayu didalam operasionalnya
menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit. Pelanggan utama produk PT
Nusantara IV unit usaha Gunung Bayu seperti di tunjukkan dalam Tabel 4.1
Tabel 4.1Pelanggan Utama PTPN IV Gunung Bayu
PRODUK PELANGGAN
Crude Palm Oil Pelanggan Langsung :
o Bagian Pemasaran PT Perkebunan Nusantara IV
Pelanggan tidak langsung : o PT.Musim Mas
o PT.Multimaa Nabati Asahan o PMN Belawan
Inti Sawit Pelanggan langsung :
o Bagian Pemasaran PT. Perkebunan Nusantara IV
Pelanggan tidak langsung : o PPIS Pabatu
o PT.Multimas Asahan Sumber : PTPN IV Unit usaha Gunung Bayu, 2015
4.1.3.3. Visi dan Misi PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu
• Visi
PT Perkebunan Nusantara IV “Menjadi Perusahaan Unggul dalam Usaha Argoindustri
yang Terintegrasi”.
• Misi
- Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik, inovatif, dan berdaya saing tinggi.
- Mengintegrasikan usaha argoindustri hulu,hilir dan produk baru, pendukung argoindustri dan pendayagunaan aset dengan preferensi pada teknologi terkini yang teruji (proven) dan berwawasan lingkungan.
4.1.3.4. Stuktur Organisasi
Struktur Organisasi PTPN IV Unit Gunung Bayu dipimpin oleh seorang Manjer unit
yang dibantu oleh 4 Kepala dinas yaitu Kepala dinas tanaman rayon utara,Kepala dinas
tanaman rayon selatan, Kepala dinas Teknik/pengolahan dan Kepala dinas tata usaha
serta 1 Asisten SDM Umum.
Bagan 4.1 Struktur Organisasi PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu
MANAGER UNIT USAHA 3. Gita K.Pulungan, ST
4.1.4. Kecamatan Bandar
Kecamatan Bandar merupakan salah satu Kecamatan dari Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatra Utara.Berdasarkan Badan Pusat Statistik Simalungun tahun 2015, luas
wilayah Kecamatan Bandar adalah 109.18Km2dan jumlah penduduk Kecamatan Bandar
63.584 jiwa. Kecamatan Bandar memiliki
Ibu kota yaitu Kota Perdagangan. Letaknya lebih kurang 170 Km dari
ota Sumatera Utara dan 40 Km dari
oleh
swasta asing. Masyarakat umumnya
ustri rumahan dan
Di kota ini, telah banyak berdiri tingkat sekolah dari taman kanak kanak hingga
sekolah tinggi. Baik negri ataupun swasta, salah satunya adalah SMA Negri 1 Bandar
yang merupakan tempat peneliti melakukan penelitian mengenai dana bantuan dari
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). minyak sawit.
4.1.5. Kecamatan Lima Puluh
Kecamatan Lima Puluh merupakan salah satu dari Kecamatan dari 7 kecamatan
yang dimiliki Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatra Utara. Kabupaten Batu Bara
memiliki luas wilayah 904.96 km2dengan jumlah penduduk 400.803 jiwa. Salah satu
Keamatan yang dimiliki Kabupaen Batu Bara yaitu Kecamatan Lima Puluh memiliki luas
wilayah 239.55 km2dengan jumlah penduduk 89. 8634 (Sumber resmi:
batubarakab.bps.go.id). Kecamatan Lima Puluh memiliki 33 desa, peneliti mengambil 2
(dua) desa yang letaknya paling dekat dengan Perkebunan PTPN IV Unit Usaha Gunung
4.1.5.1. Desa Mangkai Baru
Desa Mangkai baru terletak di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara,
Provinsi Sumatra Utara. Desa Mangkai baru memiliki 7 (tujuh) Dusun berbatasan
langsung dengan Desa Mangkai Baru, Perkebunan PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu,
PT. Socfindo, Nagori Perlanaan, dan Kota Lima Puluh yang merupakan wilayah
administratif Kecamatan Lima Puluh. Berdasarkan data Monografi Desa Mangkai Baru
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu-Bara pada tahun 2016, Desa Mangkai Baru
memiliki 4.315 penduduk, berdasarkan jenis kelamin Laki-laki 2131 penduduk,
Perempuan 2184 penduduk. Kemudian berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk
dengan tamatan SD sebanyak 567 penduduk, tamatan SMP sebanyak 189 penduduk, dan
tamatan SMA sebanyak 189 penduduk. Terakhir berdasarkan Agama, berdasarkan data
Monograf, Agama yang dianut Desa Mangkai Baru hanya terdapat 2 Agama yaitu Islam
sebanyak 4.308 penduduk dan Kristen 7 penduduk.
Dari data tersebut pada tingkat pendidikan masih banyak warga yang tidak sempat
mengenyam pendidikan dan warga di Mangkai Baru berdasarkan pekerjaan, kebanyakan
warga adalah wiraswasta, kemudian selebihnya adalah pensiunan, kontruksi, Buruh
Harian Lepas (BHL), PNS, karyawan BUMN dan lain sebagainya.
4.1.5.2. Mangkai Lama
Desa Mangkai Lama terletak di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatra Utara, merupakan salah satu desa dari 33 desa yang dimiliki
Kecamatan Lima Puluh. memiliki 9 dusun dan dikelilingi oleh perusahan-perusahaan
besar seperti PT. INALUM, PT. Socfindo, dan yang paling dekat adalah perusahaan
BUMN yang bergerak di bidang Perkebunan yaitu PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu.
Batu-Bara pada tahun 2016, Desa Mangkai Baru memiliki 4.431 penduduk, berdasarkan
jenis kelamin Laki-laki 1.757 penduduk, Perempuan 1.674 penduduk. Kemudian
berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk dengan tamatan SD sebanyak 405 penduduk,
tamatan SMP sebanyak 368 penduduk, dan tamatan SMA sebanyak 448 penduduk.
Terakhir berdasarkan Agama, berdasarkan data Monograf, Agama yang dianut Desa
Mangkai Lama juga hanya terdapat 2 Agama yaitu Islam sebanyak 4.325 penduduk dan
Kristen 6 penduduk.
Dari data Monograf Desa Mangkai Lama dapat dilihat bahwa warga Mangkai
Lama juga masih banyak warganya yang tidak sempat mengenyam pendidikan namun
dibanding dengan Mangkai Baru, Mangkai Lama masih sedikit lebih unggul dalam
tingkat pendidikan. Sama seperti Mangkai Baru, Mayoritas warga Mangkai Lama ada
wiraswasta, selebihnya adalah pensiunan, kontruksi, Buruh Harian Lepas (BHL), PNS,
Karyawan BUMN dan lain sebagainya.
4.1.5.3. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sekitar Unit Usaha (Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama)
Kehidupan sosial ekonomi merupakan segala aspek yang berkaitan dengan
keberadaan individu secara sosial (hubungan dengan individu lainnya) dan ekonomi
(upaya pemenuhan kebutuhan seperti sandang, pangan dan papan yang dilakukan dengan
berbagai cara dan memiliki proses yang panjang dan berkelanjutan.
Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama dulunya merupakan satu desa namun
adanyanya kebijakan pemugaran desa maka desa terbagi menjadi dua. Tidak ada benda
atau bangunan yang membatasi kedua desa tersebut, warga setempatlah yang tahu batas
wilayah antara Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama.dari segala aspek seperti ekonomi
dan budaya,kedua desa tersebut tidak jauh berbeda. Mayoritas warga Mangkai Lama dan
sehari-hari mendorong warga setempat untuk berdagang seperti, toko kelontong, counter
pulsa, warung makanan, membuka usaha home industri seperti membuat lontong, tahu,
tempe, Pabrik minyak rumahan, dan jajanan kering seperti; pisang saleh, kue bawang,
keripik singkong dan lain sebagainya. Kemudian juga ada yang membuka usaha di
bagian jasa yaitu, Doorsmeer, warnet, Penyedia pembayaran listrik dan Tiket Kereta Api,
dan bengkel. Selebihnya warga Mangkai Baru dan Mangkai Lama berkerja sebagai,
Peternak Sapi dan Kambing, Kontruksi, PNS, BHL, dan karyawan BUMN.
Sebagian besar warga adalah pensiunan dari Perusahaan Perkebunan PTPN IV
Unit Usaha Gunung Bayu dan Unit Usaha Bah Jambi, dapat dikatakan para pensiunan
masih terjamin kehidupan ekonominya karena adanya tunjangan hari tua dari perusahaan.
Secara tidak langsung para pensiunan pada kehadiranya memberikan dampak tersendiri
terhadap perkembangan wiraswasta yang terus menggeliat di Mangkai Baru dan Mangkai
Lama.Warga Mangkai Baru dan Mangkai Lama walaupun Homogentetapi juga
masyarakat yang komplek yang selalu bekerja dapat dikategorikan sejahtera karena
rata-rata memiliki penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
4.1.5.4. Interaksi Sosial Pada Masyarakat Mangkai Baru dan Masyarakat Mangkai Lama
Mayoritas suku di Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama adalah suku jawa, dan
mayoritas beragama Islam. Dapat dikatakan warga di kedua desa tersebut adalah
Homogen. Walau demikian dalam cara pikir warga setelah peneliti melakukan observasi
tidak seperti masyarakat homogen lainya dimana pola pikir yang stagnan karena
kurangnya khazanah pengetahuan masyarakat. Di era Globalisasi sekarang warga Desa
Mangkai Baru dan Mangkai lama terbilang cukup maju dalam menghadapi kecanggihan
listrik dan pembelian kereta api secara online serta tidak sedikit muda-mudi yang
memiliki model handphone terbaru.
Walaupun demikian kemajuan dan berkembangnya pola pikir masyarakat
Mangkai Baru dan Mangkai Lama tidak berpengaruh terhadap tingginya pernikahan usia
dini di kedua desa tersebut. Sudah seperti hal yang lumrah ketika orang tua menikah kan
anak-anak mereka yang dibawah umur. Bisa dikatakan bahwa pernikahan usia dini
merupakan sosial kultur dari masyarakat desa itu sendiri. Faktor lainnya adalah hamil
diluar nikah dan ekonomi, pergaulan muda-mudi sekarang bersamaan dengan
kecanggihan teknologi dan mewabahnya sosial media, dalam pengaplikasianya tidak
didasarkan oleh pengetahuan moral yang cukup dan dampaknya menjadi salah
menggunakan atau tidak menggunakan dengan bijak pada akhirnya terjadilah pergaulan
diluar batas oleh muda-mudi Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama. Dan sikap
masyarakat yang notabene adalah suku Jawa memiliki watak “Nerimo” sehingga
solusi-solusi yang ada tidak efisien untuk meredahkan tingginya tingkat pernikahan usia dini di
Mangkai baru dan Mangkai Lama.
4.2. Profil Informan 1. Bapak J
Informan ini bernama J, Pak J banyak di kenal oleh masyarakat perkebunan unit
Gunung Bayu, tidak hanya lingkungan kantor, tetapi juga masyarakat yang tinggal di
Emplasmen karena pekerjaan Pak J berurusan langsung dengan warga yang tinggal di
Emplasmen. Seperti urusan tempat tinggal, gaji pensiun, puding (Telur, susu kaleng,
kacang hijau, dan mie instan) bagi karyawan di bagian mekanika, jatah beras untuk
karyawan, serta administrasi untuk rujukan rumah sakit yang disediakan dari perushaan
menjabat sebagai Krani I SDM Umum. Sebagai krani beliau tidak hanya mengurusi
masyarakat perkebunan saja, tetapi juga hubungan perusahaan dengan masyarakat di luar
perkebunan seperti Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate
Social Responsibility (CSR). Pria kelahiran Gunung Bayu ini merupakan tamatan SMA
mengatakan bahwa perushaan sudah berusaha untuk menjalankan program PKBL dan
CSR semaksimal mungkin sesuai dana RKP dialokasikan pada Program PKBL dan
CSR. Diharapkan dapat meminimalisir pencurian kelapa sawit atau sering disebut oleh
masyarakat sekitar “Ninja” , dan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat
sekitar Unit Gunung bayu sesuai dengan tujuan program PKBL dan CSR.
2. Bapak HS
Informan ini bernama HS, biasa di panggil pak hendy. PakHS bekerja di PTPN
IV tepatnya di kantor pusat yang beralamat di Jalan Jendral Suprato No. 2 . pak HS
menjabat sebagai Kepala Sub bagian. Pak HSyang memiliki gelar S.E. di perusahaan
memiliki tugas pokok yaitu mempersiapkan bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis
Dinas, program dan kegiatan, ketatausahaan, kepegawaian serta pelaporan. Pria dengan
satu putri ini tinggal di Jln Karya Jaya Johor mengatakan bahwa, Program PKBL
diprioritaskan kepada masyarakat/desa sekitar PTPN IV. Untuk saat ini bantuan dana
yang diberikan lebih kepada program kemitraan yaitu “Modal Usaha” diharapkan dapat
membantu masyarakat sekitar dalam menjalankan usaha sehingga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat penerima bantuan sesuai dengan tujuan Program PKBL.
3. Ibu SG
Informan ini bernama SG, tidak hanya berstatus Ibu rumah tangga ibu SG adalah
Kepala desa Mangkai Baru yang terdiri dari 7 (tujuh) Dusun. Mangkai baru terletak di
tahun dan pendidikan terakhirnya adalah SMA. Ibu Sugiyanti selaku Kepala Desa
Mangkai Baru ini bertempat tinggal di Dusun V mengatakan bahwa salah satu bentuk
bantuan yang diberikan yaitu berupa ’Laning” sangat membantu warga mangakai baru.
Karena dengan adanya laning, ketika hujan turun jalan tidak akan rusak lagi karena sudah
ada parit-parit yang menampung air hujan dan tidak lagi tergenang di jalanan warga pun
tidak susah beraktifitas lagi ketika musim hujan.
4. Bapak WN
Informan ini bernama WN, merupakan warga dusun 4 (Empat) Mangkai Baru,
dalam mencukupi kehidupan sehari-hari beliau membuka usaha jasa yaitu perbengkelan.
Bapak dari tiga anak ini berumur 47 tahun. Usaha bapak WN sudah berdiri cukup lama,
yaitu sekitar akhir tahun 90-an. Bapak WN merupakan anggota dari Program Kemitraan
PTPN IV dan sudah dua kali mengikuti program tersebut untuk menunjang kemajuan
usaha. Bapak WN yang merupakan tamatan SMA dulu sempat menjadi anggota koperasi
yang bertempat di dusun 8 (Delapan) Mangkai Baru, dari koperasi tersebutlah beliau
mengetahui adanya Program Kemitraan berupa pinjaman modal usaha dari PTPN IV.
5. Bapak PM
Informan ini bernama PM, bapak PM merupakan warga Mangkai Lama sekaligus
Kepala Dusun (Kadus) IX Mangkai Lama. Mangkai Lama berada di Kabupaten
Batu-Bara, Kecamatan Lima Puluh. Bapak Parmun adalah pria paruh baya yang berumur 66
tahun tamatan dari Sekolah Rakyat mengatakan bahwa di desa mangkai lama tidak
banyak bantuan yang diberikan karena mangakai lama ini dikelilingi oleh beberapa
perusahaan selain PTPN IV unit Usaha Gunung Bayu yaitu, PT.Socfindo dan Inalum.
kami bersentuhan langsung dengan Perkebunan Kelapa Sawit, dimana ada jalan yang
memudah kan warga untuk pergi ke Emplasmen Gunung bayu. Kebanyakan warga
memiliki kerabat di Emplasmen Gunung Bayu dan anak-anak mangkai lama ada yang
bersekolah di Emplasmen Gunung Bayu. Namun jalan yang semula ada kini sudah
menjadi tanah galian untuk keperluan Perkebunan. Pihak warga sudah berdemo namun
sampai sekarang ini belum ada penanganan dari pihak perusahaan.
6. Ibu MP
Informan ini bernama PM, warga sekitar memanggilnya bu Regar, Ibu PM ini
merupakan pensiunan dari PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu, sekarang beliau tinggal
di Mangkai Lama Dusun 2 (Dua) bersama suami beserta dua cucu. Ibu PM yang telah
berusia 57 tahun ini merupakan salah satu anggota kemitraan dari Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan. Ibu PM mengatakan bahwa dengan adanya bantuan pinjaman
yang diberikan pihak PTPN IV terhadap usaha kelontong beliau, sangat membantu
karena tambahan modal yang diberikan otomatis menambah ragam jenis barang yang
akan dijual, sehingga pelanggan makin bertambah karena tidak perlu jauh-jauh pergi ke
kota. Di toko opung semua sudah lengkap. Dan proses pembuatan pinjaman juga tidak
susah karena dari pihak perusahaan sendiri memberikan informasi kepada staf dan
karyawan untuk merekrut keluarga yang tidak bekerja di PTPN untuk menjadi anggota
Mitra Usaha.
7. Bapak S
Informan ini bernama S merupakan staf pengajar di SMA Negri 1 Bandar
Kabupaten Simalungun. Beliau mengajar Mate-Matika untuk siswa IPS, dan merupakan
guru bagi peneliti ketika mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Bapak dari dua
telah berumur 50 tahun bertempat tinggal di Jln Nusa Indah Perumnas 1, Perdagangan 1.
Pak Smengatakan Bahwa seminar yang diadakan oleh pihak PKBL PTPN IV sangat
menginspirasi siswa, harapanya hal itu akan dapat menggugah motivasi belajar para
siswa.
Tabel 4.2
Data Informan Berdasarkan Jenis kelamin, Usia, status, Agama, Pekerjaan dan Pendidikan Terakhir
Sumber : Data yang diolah, 2016
4.3. Interpretasi Data
4.3.1. PTPN IV Dalam Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan merupakan investasi bagi perusahaan
demi pertumbuhan dan berkelanjutan. PKBL juga merupakan konsep tata kelola
perusahaan yang baik yaitu konsep Good Coorporate Govermence. Perusahaan bergerak
di bidang perkebunan, sehingga dari aktivitas bisnis perusahaan bersentuhan langsung
dengan para stakeholders-nya terutama yang berada disekitar kebun wajib menjalankan
Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL). Kondisi sekarang untuk Perusahaan besar
Lingkungan dibuktikan dengan banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan.
PT Perkebunan Nusantara IV memiliki 30 Unit usaha salah satunya yaitu Unit
Usaha Gunung Bayu yang menjadi tempat fokus penelitian. Dalam segala kegiatan di
Unit Usaha merupakan atas komando dari kebijakan pusat. Atau istilah bagi karyawan
setempat menyebutnya “Kandir” singkatan dari Kantor Direksi. Pada karyawan
pelaksana Unit Usaha Gunung Bayu tepatnya bagian Umum, karyawan pelaksana juga
ditugaskan untuk membantu memudahkan tugas Unit PKBL yang dikepalai oleh Krani 1
bagian umum. Senada dengan bapak Hendy yang menjabat sebagai kepala bagian
Umum di kantor pusat PTPN IV, salah satu informan peneliti yang juga krani 1 bagian
umum (J, 52Tahun) mengenai tujuan dari PKBL:
“PKBL inikan sudah tertera di Peraturan Menteri BUMN, undang-undang nomor berapa dan tahun berapa Om lupa, jadi tujuan perusahaan menjalankan PKBL agar mematuhi Peraturan dari Pemerintah tersebut. Dan juga PTPN IV inikan bersentuhan langsung dengan lingkungan seperti; tanah, udara, dan suara pabrik yang bising. Tanah yang di pakai untuk perkebunan sawit di masa yang akan datang akan berkurang kesuburanya. Jadi sudah sewajarnya perusahaan bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitar yang merasakan dampaknya langsung terhadap tanah yang tidak lagi subur, pencemaran pabrik, dan suara pabrik yang bising” (Wawancara tanggal 20 desember 2016)
PKBL adalah salah satu bentuk komitmen nyata BUMN yang merupakan salah
satu pelaku ekonomi nasional disamping sektor koperasi
dan swasta terhadap peningkatan kemakmuran melalui pengembangan ekonomi
dan pengembangan lingkungan kemasyarakatan. Dalam bentuk kegiatan PKBL
dibedakan lagi menjadi dua sesuai dengan Peraturan Pemerintahan
PER-09/MBU/07/2015 Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkupang Pasal 1 ayat (6)
berbunyi: Program Kemitraan BUMN, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan,
BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Beragamnya
bentuk bantuan yang tertera pada peraturan pemerintah tersebut, temuan di
lapanganPTPN IV selaku aktor dari pelaksanaan PKBL masih banyak aspek-aspek yang
belum tersentuh contohnya saja pada aspek kesehatan. Terkhusus untuk daerah sekitar
Perusahaan Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Gunung Bayu sama sekali tidak ada
bantuan dalam aspek kesehatan. Adapun alasan dari pihak perusahaan seperti yang
diuraikan oleh informan ini (HS, 35Tahun):
”Semua kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di prioritaskan, tidak ada unsur kesengajaan dalam memilih kegiatan mana yang harusnya di laksanakan. Perusahaan memberikan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kebetulan pada masyarakat sekitar Unit Usaha Gunung Bayu kondisinya tidak terlalu membutuhkan namanya fasilitas kesehatan karena juga belum ada proposal yang sampai ke kantor pusat mengenai meminta bantuan berupa fasilitas kesehatan atau lain sebagainya yang berkaitan dengan hal itu. Tapi bantuan-bantuan lain seperti perbaikan/pembangunan infrastruktur desa, pembangunan Masjid serta dari Program Kemitraan yaitu memberikan pinjaman dana untuk modal usaha sampai saat ini masih berjalan. Kondisi perusahaan pada saat ini yang mengalami devisid juga mempengaruhi kegiatan PKBL dimana dana yang akan dikeluarkan berasal dari 2% laba bersih. Sebenarnya perusahaan juga ingin memenuhi tuntuan peraturan pemerintah yang ada, namun pada kondisinya perusahaan lagi mengalami devisid sehingga tidak terlalu maksimal dalam menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan” (Wawancara tanggal 9 januari 2017).
Penelitian Hapsari (2014) pada PT Petrokimia Gresik melalui Departemen Humas
selaku pelaksana program, menjadikan PKBL sebagai sarana perusahaan untuk
memperoleh good will, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publik.
Dua aspek penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara perusahaan
dengan masyarakat, yaitu dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi
mendapatkan keuntungan (profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan
kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas kehidupan
Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN IV tidak hanya
memberikan bantuan dan ikut aktif dalam bakti sosial tapi juga dalam pelaksanaannya
PTPN IV menjalankan perencanaan tahunan, monitoring dan evaluasi terhadap
bantuan-bantuan yang telah diberikan. Dan bagaimana pihak PTPN IV dalam memilih
orang-orang dan desa-desa yang akan mendapat bantuan, apakah ada kategori, seperti misalnya
melihat dari kurang sejahterahnya masyarakat dan bagaimana pihak PTPN IV menetukan
masyarakat yang membutuhkan bantuan apakah ada didalam rencana tahunan. Penjelasan
lebih lanjut ada pada yang dikatan oleh informan (HS, 35Tahun).
“Kegiatan-kegiatan yang dijalankan sepanjang tahun pada dasarnya merupakan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dimana khsususnya bagian PKBL merencanakan dan menentukan wilayah terbagi-bagi menjadi sektor, contoh pada Unit Usaha Gunung Bayu terbagi menjadi 3 Wilayah dalam daerah yang akan mendapat bantuan, dan wilayah tersebut masing-masing dipecah kembali dan disebutlah sektor. Dalam setahun tidak semua wilayah bisa mendapatkan dana bantuan karena dalam Rencana Kerja Anggaran dibuat sistem bergantian contohnya untuk tahun 2016 merupakan tahun bagi desa Mangkai Baru, dan untuk tahun 2017 merupakan tahun bagi Desa lantosan untuk menerima bantuan. Penjelasan saya tersebut sudah terjawab bahwa sebenarnya tidak ada kategori-kategori dalam memberikan bantuan. Semua dipukul ratakan sesuai wilayah yang akan mendapat bantuan. Pada program kemitraan yaitu meminjam sejumlah uang untuk keperluan usaha dengan bunga yang kecil tidak melihat ekonomi calon mitra. Program Kemitraan ini kan untuk usaha kecil bukan untuk menyantuni orang yang kurang mampu. Apabila calon mitra memenuhi syarat dan usahanya potensial dan selagi dana juga tersedia maka tidak ada alasan untuk tidak memberi pinjaman. Untuk Evaluasi sampai sekarang ini belum, kalau Program Kemitraan itu ada namanya Monitoring, untuk Program Bina Lingkungan kita tergantung seberapa besar perusahaan mengambil bagian, contoh; perusahaan memeberi bantuan dana yang cukup besar untuk pembangunan jalan di Desa Sidotani dan keseluruhan dana merupakan dari perusahaan, maka dalam proses pembangunanya kita pantau. Berbeda halnya saat pembangunan Masjid di Mangkai Baru, pihak desa mengajukan Proposal pembangunan Masjid sebesar 100 juta dan perusahaan hanya memberi 20 juta maka itu tidak di evaluasi”. (Wawancara tanggal 9 januari 2017).
Beroperasinya PTPN IV dapat mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi
serta terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Selain itu juga sebagai agen
dapat berperan dalam pembangunan ekonomi dan dapat dirasakan oleh berbagai lapisan
masyarakat yang berada di sekitar PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu, mulai dari petani,
peternak, pedagang, pengusaha, dan pemerintah daerah.
Implementasi dari tanggung jawab sosial perusahaan merupakan cara untuk
mempertanggungjawabkan segala dampak yang diterima masyarakat sekitar atas
beroperasinya perusahaan, namun masyarakat yang merupakan pihak dirugikan tidak ada
pergerakan atau pemberontakan karena masyarakat sadar bahwa meraka membutuhkan
perusahaan karena selama ini mereka seperti ketergantungan terhadap bantuan-bantuan
yang telah diberikan. Apabila dikaitakan dengan teori Dos Santos (dalam Budiman,
1995) mengenai defendensi maka jenisnya adalah Finansial-industri ÿaitu pengendalian
dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan financial-industri.
Dimana PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu memiliki pengaruh besar terhadap
berjalanya ekonomi untuk daerah sekitarnya, dan telah memberikan bantuan sehingga
sedikit banyaknya membantu pembangunan di wilayah sekitar PTPN IV Unit Usaha
Gunung Bayu sehingga walaupun masyarakat banyak dirugikan terkhusus rusaknyanya
lingkungan, akan tetapi tindakan masyarakat untuk memicu perlawanan seperti yang
terlihat sangat minim.
Melalui program-program atau kegiatan PKBL PTPN IV yang merupakan
implementasi dari tanggung jawab sosial, pada temuan dilapangan kenyataanya terhadap
kegiatan PKBL dari tujuan-tujuan sub-sub kegiatan yang ditetapkan perusahaan dengan
membandingkan pelaksanaanya di lapangan apakah tujuan-tujuan sub-sub kegiatan
tersebut sebagian besar tercapai sehingga dapat dikatakan program efektif atau apakah
sebagian besar tujuan-tujuan sub-sub kegiatan belum dapat tercapai sehingga kegiatan
Tabel 4.3
Hasil Pelaksanaan Kegiatan-Kegiatan PTPN IV Pada Wilayah Unit Usaha Gunung Bayu
KEGIATAN PKBL PTPN IV
TUJUAN/SASARAN PELAKSANAAN HASIL
Kegiatan Kemitraan
a. Beasiswa SD, SLTP, SLTA
b. Bantuan sarana dan prasarana pendidikan c. Bantuan biaya untuk
tenaga pengajar
- Tidak ada satupun
kegiatan
b. Perbaikan jalan dan jembatan
Bantuan-bantuan yang dicanangkan dan yang telah dilaksanakan oleh PKBL
PTPN IV bertujuan untuk membangun masyarakat sekitar. Pembangunan diartikan
sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya; sering kali,
kemajuan yang dimaksudkan terutama adalah kemajuan material. Maka, pembangunan
seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh satu masyarakat di bidang
ekonomi; bahkan dalam beberapa situasi yang sangat umum pembangunan diartikan
sebagai suatu bentuk kehidupan yang kurang diharapakan bagi 'sebagian orang tersingkir'
dan sebagai ideologi politik yang memberikan keabsahan bagi pemerintah yang berkuasa
untuk membatasi orang-orang yang mengkritiknya (Budiman, 1995). Dari Tabel 4.3bisa
dilihat bahwa ketidakmerataan bantuan yang diterima oleh masyarakat sekitar wilayah
Unit Usaha Gunung Bayu dan perusahaan yang kurang optimal dalam menjalankan
program PKBL sehingga banyak program yang tidak berjalan dengan efisien.
Bantuan-bantuan yang harusnya bisa optimal membangun masyarakat sekitar wilayah Unit Usaha
Gunung Bayu, namun pada kenyataanya program PKBL PTPN IV yang kurang optimal
belum bisa dikatakan membangun masyarakat karena seperti pandangan teori dependensi
Dos Santos (dalam Budiman, 1995), yang menyatakan bahwa setiap program
pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat dan membebani
mayoritas tidaklah dapat dikatakan sebagai program pembangunan yang sebenarnya.
Dikrenakan masih ada pihak-pihak yang merasakan manfaatnya tidak secara optimal.
Penelitian Sesa (2015) Pada tahun 2012 PT. PLN Persero Cabang Jayapura
mengadakan program bantuan modal usaha untuk pembangunan keramba ikan untuk
dibudidayakan oleh warga masyarakat, bantuan itu diberikan langsung kepada kepala
kampung untuk dikelola bersama-sama warga masyarakat. Namun setelah beberapa
bulan pihak PT. PLN Persero Cabang Jayapura mendatangi kampung dimana program itu
dilaksanakan dan beberapa warga kampung menginformasikan kepada tim bahwa mereka
tidak mengetahui mengenai bantuan tersebut dan setelah dimintakan penjelasan kepada
kepala kampung ternyata bantuan modal usaha yang diberikan oleh pihak PT. PLN
Persero Cabang Jayapura tesebut telah dipakai untuk kepentingan pribadi kepala
kampung.
4.3.2. Dampak Setelah Dijalankan PKBL Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
4.3.2.1.Dampak PKBL terhadap Perusahaan
PKBL dilaksanakan dengan dasar UU No.19 tahun 2003 tentang BUMN serta
Peraturan Menteri BUMN No.Per-05/MBU/2007 yang menyatakan maksud dan tujuan
pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan melainkan turut aktif memberikan
bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan
masyarakat seperti yang dikatakan (Hapsari, 2014) PKBL diharapkan mampu mengubah
pola pikir masyarakat bahwa perusahaan tidak hanya mencari laba dari aktivitas operasi,
perusahaan juga peduli dengan kondisi masyarakat sekitar pabrik dan juga lingkungan
tempat pabrik beroperasi. Kegiatan PKBL yang berdasarkan UU No.19 tahun 2003 tidak
hanya semata-mata dilaksanakan untuk memenuhi aturan yang diberikan pemerintah
namun juga ada manfaat yang dirasakan PTPN IV terkhusus Unit Usaha Gunung Bayu.
Bagi perusahaan dengan menjalankan program PKBL maka telah menjalankan salah satu
implementasi dari Good Coorporate Goverment.
Saat ini PTPN IV SUMUT mendapatkan predikat terbaik dari 30 BUMN yang
ada di Indonesia dengan nilai 93.11. Penilaian dilakukan secara berkala selama 2 (dua)
tahun. Hal ini bisa dikatakan merupakan kebanggan tersendiri bagi perusahaan adapun
kedua belah pihak. Bagi perusahaan banyak keuntungan yang dirasakan. Seperti yang
dikatan salah satu informan kunci yaitu, (J, 52 Tahun).
“Bagi perusahaan sendiri dengan menjalankan PKBL, apalagi Unit Usaha Gunung Bayu inikan berbatasan langsung dengan desa-desa sekitar jadi sering istilahnya kontak langsung perusahaan dengan warga dari desa sekitar unit usaha apalagi banyak karyawan yang tinggalnya di desa sekitar unit usaha. Jadi program PKBL dan CSR dampak yang dirasakan yaitu hubungan dengan pekerja/karyawan perusahaan terhadap masyarakat sekitar terjalin dengan baik,. Udah kurang jugaklah salah faham antara warga sekitar terhadap perusahaan. Udah jarang warga sekitar komplein sama masalah abu ketel yang mengotori teras-teras rumah mereka. Dan angka pencurian semakin berkurang”(Wawancara tanggal 20 Desember 2016).
Tanggung Jawab Sosial yang wajib dilakukan PTPN IV
selaku perusahaan berstatus BUMN dan Persero, implementasinya yaitu Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan. Bagi Perusahaan PTPN IV mengaku bahwa
dalammembantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar khususnya wilayah Unit
Usaha Gunung Bayu dengan program PKBL telah semampunya dilakukan, seperti
penuturan dari salah satu informan peneliti yaitu(HS, 35 Tahun).
”perusahaan sangat serius untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, apalagi masyarakat yang berbatasan langsung dengan perkebunan dan pabrik. karena kamipun menyadari kalau telah banyak yg dirugikan selama perusahaan kami beroprasi. Namun kondisi yang ada kami belum secara optimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat”(Wawancara tanggal 9 januari 2017).
Berdasarkan temuan di lapangan, bantuan-bantuan yang telah diberikan pada
masyarakat sekitar Unit Usaha Gunung Bayu belum sesuai dengan peraturan pemerintah,
karena ada beberapa jenis bantuan yang tidak terpenuhi terutama pada Program Bina
Lingkungan seperti, fasilitas kesehatan, pemberdayaan SDM, dan pelestarian lingkungan.
Akan tetapi melihat kondisi masyarakat sekitar Unit Usaha Gunung Bayu seperti, Desa
Mangkai Baru, Mangkai Lama yang dikelilingi oleh perusahaan-perusahaan besar seperti
menyalurkan bantuan-bantuan tanggung jawab sosial. Sehingga warga tidak terlalu
menuntut akan kurang optimalnya bantuan dari PTPN IV.
Tidak hanya peraturan dari Undang-Undang BUMN dan konsep Good
Coorporate Govermence (GCG) PTPN IV juga memiliki peraturanya sendiri yang
mengacu pada kesejahteraan masyarakat. Seperti penuturan dari informan yang sama
yaitu, HS (35 Tahun) sebagai berikut :
“Kita punya komitmen yang dicanangkan yaitu : (1) Bagaimana menghasilkan keuntungan, (2) Bagaimana memberi perhatian terhadap masyarakat (3) Bagaimana menciptakan lingkungan yang asri. Akan tetapi visi misi belum membahas tanggung jawab sosial perusahaan serius dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Unit Usaha”(Wawancara tanggal 9 januari 2017).
Perusahaan PTPN IV menyadari konsep CSR yang diimplementasikan pada
Program PKBL dapat menciptakan citra yang positif bagi perusahaan. Citra perusahaan
bisa menjadi pelindung bagi nama perusahaan. Ketika konsumen memiliki pengalaman
yang baik atas penggunaan berbagai merek produk dan dampak dari Program PKBL,
maka konsumen akan mempunyai citra yang positif terhadap Perusahaan PTPN IV.
Dampak positif lainya terhadap karyawan yang berkerja pada perusahaan dengan citra
positif memiliki rasa bangga sehingga dapat meningkatkan motivasi mereka untuk
berkerja lebih produktif. Dengan demikian, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan
meningkat.
Penelitian Puspitasari (2012) pada tahun 2010hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa pada salah satu misi dari Unit PKBL PT Madubaru disebutkan bahwa Unit PKBL
berupaya untuk menjadikan usaha kecil dan koperasi yang mampu mendukung usaha dan
mengangkat citra PT Madubaru. Tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk PKBL
menjadi salah satu cara untuk mengangkat citra (image) perusahaan. Gejolak sosial
Menurut penulis, citra yang baik merupakan salah satu syarat pendukung untuk
melancarkan produktivitas perusahaan. Perusahaan yang secara finansial sangat baik
tidak selalu menjamin perusahaan tetap dapat eksis dan berkelanjutan. Masyarakat
memiliki “power” yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi eksistensi dan
keberlangsungan perusahaan. Dalam jangka panjang, citra positif perusahaan akan
mengangkat reputasi perusahaan di mata masyarakat. Reputasi yang baik akan
melanggengkan eksistensi perusahaan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, tanggung
jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh PT Madubaru ini merupakan investasi
jangka panjang bagi perusahaan.
4.3.2.2.Dampak Setelah Dijalankan PKBL Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Secara harfiah dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik
secara positif maupun negatif. Kegiatan PKBL PTPN IV untuk wilayah sekitar Unit
Usaha Gunung Bayu yang pada kegiatanya memberikan bantuan sedikit banyak memiliki
pengaruh terkhusus dalam peningkatan kesejahteraan terhadap individu maupun
kelompok masyarakat. Kesejahteraan Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009 adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.
Untuk itu peneliti memfokuskan wujud dari Kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan Program PKBL yang berdampak langsung terhadap tingkat kesejahteraan dilihat
segi ekonomi bagaimana kemandirian serta kestabilan pendapatan masyarakat, dari segi
pendidikan dan kesempatan pendidikan dalam segala tingkat pendidikan atau profesional
perusahaan dalam mobilitas serta beraktivitas. Berikut penjabaran secara rinci dari
dampak PKBL terhadap kesejahteraan Masyarakat sekitar Unit Usaha Gunung Bayu:
1. Dampak Dari Segi Ekonomi
Temuan yang ada dilapangan, warga yang mendapat bantuan secara personal,
masyarakat desa serta Kepala Desa setelah mendapatkan bantuan merasa terbantu dan
meringankan beban secara materil, karena memang belum ada bantuan yang sifatnya
kemanusiaan. Namun bantuan-bantuan tersebut bukanlah faktor terbesar dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Karena pada dasarnya desa tergolong desa
yang maju, seperti Kota Perdagangan yang dikelilingi oleh perkebunan serta dekatnya
kawasan industri Unilever bisa dikatakan Kota Perdagangan tidak pernah sepi akan
aktifitas. Kemudian Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama yang mayoritas warga
adalah pedagang dan selebihnya adalah pensiunan serta merupakan lokasi penerima
bantuan dari beberapa perusahaan besar dan bentuk bantuan tidak jauh berbeda dengan
PKBL PTPN IV. Berikut penuturan dari beberapa warga, salah satunya (WS, 47 Tahun) :
“kalau untuk om sendiri setelah om menjadi mitra di PTPN IV, memang ada dapat tambahan modal, tapi ya cuma sekedar gitu aja. Dasarnya om yang kurang pintar untuk ngelola bengkel. Ada juga pasang surutnya. Sempatpun kemaren itu tutup bengkel om karena peralatan habis modalpun habis. Harapanya om itukan waktu jadi mitra ada bentuk perhatian dari PTPN IV tapi kenyataanya dilepas gitu aja. Gak jauh bedalah sama pinjam uang di Bank Cuma inikan bunganya sikit 0.025%. trus waktu pertama kali om jadi mitra pinjaman yang dikasih sekitar tiga juta. Ya sejujurnya kurang ada pengaruhnya buat om untuk kemajuan bengkel om. Untuk penghasilan pas-pasan aja gak tinggi kali gak rendah kali juga. Anak om juga masih kecil-kecil paling besar SMP. Jadi gak begitu memberatkan soal biaya pendidikan. Dari tahun ke tahun usaha om gini-gini aja gak ada kemajuan, kemunduran juga gak ada.” (Wawancara tanggal 23Desember 2016).
Dari apa yang diungkapkan oleh bapak WS jelas terlihat bahwa program
kemitraan kurang optimal. Apabila hanya memberi bantuan tapi tidak ada evaluasi atau
peninjauan program akan kurang efektif dalam pengentasan kemiskinan. Berbeda
“opung merasa terbantu kali dengan menjadi Mitra Usaha karena kan pinjaman yang di kasih PTPN IV cukup banyak untuk menambah modal opung. Menjadikan usaha kelontong opung semakin bermacam jenisnya yang dijual. Sehingga langganan opung gak perlu jauh-jauh untuk mencari barang seperti, baju, tas sepatu, dan lain-lain karena di toko opung ada. Untuk penghasilan opung jelas bertambah, disekitar desa ini jarang barang yang selengkap tempat opung jadinya pelanggan semakin bertambah otomatis penghasilan juga meningkat” (Wawancara tanggal 23 Desember 2016).
Masing-masing orang dengan latar belakang berbeda dan pola pikir yang berbeda
pula. Menggambarkan nasib dari dua mitra perusahaan PTPN IV bapak WS yang
mengaku kesulitan untuk mengembangkan usaha dan ibu MP yang punya pemikiran
melihat peluang.
2. Dampak Terhadap Bidang Pendidikan
Peneliti memfokuskan 3 (tiga) wilayah yang mendapatkan bantuan dari Program
PKBL PTPN IV Unit Usaha Gunung Bayu yaitu, Desa Mangkai Lama, Desa Mangkai
Baru, dan Kota Perdagangan. Untuk Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama Program
Beasiswa atau bantuan yang menunjang dalam memperbaiki kualitas pendidikan dalam
beberapa waktu terakhir tidak ada. Bantuan beasiswa terakhir dilaksanakan pada Tahun
Aajaran 2012/2013. Perusahaan pada setiap bulanya memberi beasiswa kepada murid
SD, SLTP, SMP, dan sederajat. Berdasarkan data dilapangan peneliti melihat bahwa dari
segi pendidikan Program Bina Lingkungan tidak berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama yang berada di Kecamatan
Batu-Bara. Namun untuk Kota Perdagangan yang berada di wilayah kabupaten Simalungun
memilih SMA Negri 1 Bandar yang tergolong baru dalam partisipasi sekolah dengan
PTPN IV untuk mengadakan seminar. Berikut pemaparan dari salah satu informan
peneliti, yang juga merupan salah satu staf pengajar SP (50 Tahun).
Tapi yang namanya mengubah atau mempengaruhi pola pikir seseorang kan gak hanya dalam sekali. Ya semoga saja banyak siswa yang termotivasi. Selain seminar memang pihak PTPN IV memberikan juga 1 unit komputer membantu lah untuk sekolah ini nambah 1 unit computer, tapi balik di pertanyaan di awal apakah batuan dapat meningkatkan kualitas pendidikan kalau Cuma 1 unit kompter ya kurang mempengaruhi meningkatnya kualitas pendidikan.” (Wawancara tanggal 10 Januari 2016).
3. Bantuan berupa Pembangunan Failitas di Wilayah Sekitar Unit Usaha Gunung Bayu
Desa-desa yang menerima bantuan berupa infrastruktur atau yang lainya. Apakah
ada pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat desa yang mendapat bantuan. Berikut
penuturan dari Kepala Desa Mangkai Baru, Sugiyanti (39 Tahun):
”manfaat yang saya rasakan sebagai kepala desa mewakili warga, kalau untuk saat ini pada program PKBL hanya mesjid lah yang dibantu dananya 25 juta, bersyukurlah bisa meringkan dana pembangunan walaupun gak sesuai yang diharapkan sesuai isi proposal. Tapi kalau untuk Program CSR sangat membantu sekali karena dengan pembuatan pari graenase sepanjang 700 M dengan dana Rp. 383.958.300 (Tiga ratus delapan puluh tiga juta sembilan ratus lima puluh delapan ribu tiga ratus rupiah). Yang masyarakat rasakan membuat jalan jadi lebih rapi, dan bagus karena ada penampung air ketika hujan dan tidak becek lagi. Sangat memudahkan warga mangkai baru untuk menjalankan aktifitas sehari-harinya” (Wawancara tanggal 22 Desember 2016).
Pada temuan dilapangan PTPN IV dalam menjalankan kewajiban Tanggung
Jawab Sosialnya khususnya di wilayah sekitar Unit Usaha Gunung Bayu program yang
lebih banyak dicanangkan adalah program CSR yang terfokus pada pembangunan
Infrastruktur desa. Tidak jauh berbeda dengan Desa Mangkai Baru, Desa mangakai
lamapun demikian berikut penuturan dari informan peneliti yang merupakan warga
sekaligus Kadus dusun 9 (Sembilan), PM (66 Tahun)
jadi tidak banyak mempengaruhi perkembangan desa kami”(Wawancara tanggal 22 Desember 2016).
Tidak seberuntung dengan Mangkai Baru, Mangkai Lama tergolong sedikit dalam
menerima bantuan. Berdasarkan temuan peneliti di lapangan dalam pengelolahan desa,
desa Mangkai baru cukup gesit dalam mencari peluang contohnya seperti melempar
prosal ke berbagai Perusahaan besar terdekat untuk berbagai pembangunan desa yang
diperlukan. Tidak seperti mangkai lama yang terkesan hanya menunggu bola, menunggu
bantuan yang bisa diberikan. Akibatnya pembangunan desa sedikit lebih terlambat dari
desa Mangkai Baru. Pemaparan diatas adalah hasil temuan dan wawancara peneliti
dengan informan yang berada pada wilayah kabupaten Batu-Bara.
Beragam bentuk bantuan yang diberikan, bermacam karakter orang dan
kelompok masyarakat, tentunya dalam pengelolahan dana bantuan juga berbeda dalam
mengatasinya. Wajar apabila bantuan-bantuan yang diberikan tidak sama dampaknya.
Pada dasarnya segala bentuk bantuan bertujuan untuk membantu merubah individu atau
kelompok masyarakat untuk ke arah yang lebih baik lagi, disini peneliti ingin melihat
apakah bantuan tersebut berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Dan yang peneliti
dapat walaupun banyaknya bantuan yang diberi akan tetapi tidak semua merasakan
dampak kesejahteraan, seperti yang dikatakan Soetomo (2014:27) walaupun kondisi
sejahtera merupakan idaman tataran yang lebih operasional, visi masyarakat bukanlah hal
yang dianggap seragam. Hal itu disebabkan karena masing-masing mempunyai persfektif
yang berbeda sesuai dengan variasi kondisi sosio kultural. Jadi apa yang dirasakan bapak
WS dan warga Desa Mangkai Lama sangat bisa dimengerti dan PTPN IV belum dapat
mengatasi perbedaan persfektif dari masyarakat sekitar Unit Usaha Gunung Bayu
sehingga untuk program PKBL ini, berdasarkan yang ditemukan peneliti di lapangan
Penelitian Saputro (2010) pada tahun 2009 hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa masyarakat di kawasan Punclut mendapatkan banyak pemebelajaran dari program
PT. Telkom ini. Masyarakat belum cukup sustainable dengan ada atau tidakadanya
program dari PT. Telkom karena program-program yang ada belum cukup untuk menuju
kemandirian masyarakat. Namun, program yang di suguhkan menurut masyarakat,
khusunya petani masih jauh lebih baik jika di bandingkan dengan program-program dari
pihak lain.
4.3.3. Bentuk-Bentuk Bantuan Yang Diberikan
Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pada PTPN IV bertujuan untuk
mengelola kegiatan berupa bentuk tanggung jawab kepada masyarakat sesuai dengan
peraturan menteri BUMN ada pada Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003.PTPN IV
khususnya wilayah sekitar Unit Usaha Gunung Bayu, disini peneliti memfokuskan pada
3 (Tiga) daerah yang telah mendapat bantuan yaitu Perdagangan, Desa Mangkai Baru,
dan Desa Mangkai Lama.
Berdasarkan temuan dilapangan, bentuk bentuk bantuan yang diberikan dari
Program PKBL PTPN IV berbeda tiap daerah. Perusahaan memiliki kebijakan bahwa
masyarakat yang berada pada sekitar perusahaan akan didahulukan, masyarakat tersebut
berdampak langsung akibat dari operasional perusahaan. Desa Mangkai Baru dan
Mangkai Lama merupakan desa yang letaknya paling dekat dengan perusahaan, dengan
kata lain Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama berada di wilayah Ring 1, setelah
kebutuhan pada wilayah Ring 1 sudah terpenuhi semua, maka akan dilanjutkan dengan
masyarakat yang lebih jauh jangkauanya. Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama
merupakan desa yang maju dan mandiri karena berada di wilayah Ring 1 dari beberapa
Rostow(Dalam Budiman, 1995), Desa Mangkai Baru dan Mangkai Lama berada ditahap
prakondisi untuk lepas landas, biasanya keadaan ini terjadi karena adanya campur tangan
dari luar, dari masyarakat yang sudah lebih maju. Perubahan yang tidak datang karena
pada dasarnya masyarakat tradisional tidak mampu untuk mengubah dirinya sendiri.
Untuk kota perdagangan sendiri berdasarkan ekonomi berada ditahap lepas landas
yaitu tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi sesuatu yang berjalan wajar, tanpa adanya hambatan yang berarti.
Tabungan dan investasi relatif meningkat dari 5% menjadi 10%. Sesuai dengan kondisi
kota perdagangan yang terus berkembang, terbukti dengan banyaknya cabang Bank yang
tersedia dan perdagangan yang selalu ramai, beragam jenis barang dan jasa yang
ditawarkan, dan banyaknya sekolah baik negri maupun swasta. Karena perdagangan
letaknya di kelilingi oleh perkebunan dan baru-baru ini telah resmi dibuka kawasan
industri Unilever yang tentu saja mempengaruhi perdagangan ke arah ekonomi yang
lebih maju lagi.Bentuk bantuan dalam PKBL itu sendiri beragam, sesuai dengan konsep
nama dari PKBL itu sendiri.,PKBL terbagi lagi menjadi tiga jenis program bantuan
diantaranya:
4.3.3.1. Program Kemitraan
Program kemitraan dilaksanakan melalui pemberian pinjaman lunak kepada
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Koperasi Dana tersebut dimaksudkan untuk
membiayai modal kerja dan atau pembeli anaktiva tetap dalam rangka menngkatkan
produksi pemasaran. Dana pembinaan kemitraan juga diberikan dalam bentuk membiayai
pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan hal-hal lain yang
menyangkut peningkatan Produktivitas mitra binaan.
Penelitian Hapsari (2014) pada Realisasi Penyaluran dana Program Kemitraan
• Penyaluran pinjaman modal kerja di berbagai sektor, yaitu sektor industri,
sektorperdagangan, sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perkebunan, sektor
perikanan, sektor jasa.
• Pembinaan, yaitu realisasi penggunaan dana untuk kegiatan pembinaan berupa
pelatihan dan pameran/promosi mitra binaan dan telah sesuai dengan Peraturan
Menteri BUMN No. PER – 05/MBU/2007 pasal 11 ayat 1 c.2.
Kabupaten Batu-Bara pada tahun 2015 menerima bantuan 230 juta cukup jauh
jaraknya dengan Simalungun yaitu sebesar 1.380 miliar (Sumber: Annual Report PTPN
IV, 2015). Bisa dikatakan dana yang diberikkan untuk wilayah sekitar Unit Usaha
Gunung Bayu tergolong besar khususnya untuk Kabupaten Simalungun yang merupakan
dana paling besar dari kabputen-kabupaten lainya. Dengan jumlah dana yang besar maka
penerima bantuan disuatu desa akan banyak juga, namun apa yang peneliti dapatkan
tidak sesuai dengan banyaknya dana yang diberikan. Seperti di Desa Mangkai Lama yang
berbatasan langsung dengan Unit Usaha Gunung Bayu.memiliki total jumlah warga
3.431 jiwa hanya ada dua nama penerima bantuan pinjaman modal usaha dan hanya satu
yang terindikasi, peneliti sudah mencari sesuai dengan alamat yang diberikan oleh unit
PKBL PTPN IV tetapi kepala desa maupun warga sekitar tidak mengenal nama yang
tertera dari data yang peneliti dapat dari untit PKBL PTPN IV. Salah penerima bantuan
yang terindikasi dan merupakan salah satu informan peneliti yang mendapat pinjaman
untuk modal usaha yaitu, MP (57 Tahun).
Dari penuturan imforman MP, dikatakan bahwa pinjaman untuk modal usaha dari
PTPN IV diperoleh atas bantuan dari anak informan yang bekerja di PTPN IV.
Berdasarkan temuan dilapangan bahwa memang tidak dipermasalahkan mengenai
penerima bantuan merupakan kerabat dari karyawan perusahaan. Alasan dari pihak
perusahaan karena bantuan dari Program Mikro Kredit tidak melihat tingkat
perekonomiandari calon mitra, apabila calon mitra memenuhi syarat maka pihak
perusahaan akan memberikan bantuan. Alasan lain yaitu, beban dari karyawan khususnya
unit PKBL yang harus mencari calon mitra binaan, men-survey usaha yang layak
dibantu, mendampingi, dan mengontrol pengembalian pinjaman. Namun juga harus
menjalankan tugas sehari-hari dikantor. Sehingga mengambil solusi yaitu
mensosialisasikan terhadap karyawan agar menginformasikan kepada kerabatnya untuk
menjadi calon mitra binaan (HS, 35 Tahun).
Hal senada juga dilontarkan oleh satu lagi informan peneliti yang merupakan
salah satu warga mangkai baru yang pernah menerima namun dengan sedikit kasus yang
berbeda yaitu, (WS, 47, Tahun).
4.3.3.2. Program Bina Lingkungan
Program BL diberikan dalam bentuk penyaluran langsung bantuan kepada
masyarakat. Wujud bantuan meliputi bantuan bencana alam, pendidikan dan pelatihan,
penngkatan kesehatan masyarakat, pengembangan prasarana umum, pembangunan
sarana ibadah dan pelestarian alam. Berikut penjbaran penyebaran dana Bina Lingkungan
(BL) tahun 2015 berdasarkan Kabupaten/Kota:
Tabel 4.4
Penyebaran Dana Bina Lingkungan Tahun 2015 Berdasarkan Kabupaten/Kota No Wilayah Area Jumlah (Rp Juta)
Sumber : Annual Report PTPN IV, 2015
Tabel 4.5
Penyaluran Berdasarkan Bentuk Bantuan
No Objek Jumlah (Rp. Juta)
1 Pendidikan/Pelatihan 308
2 Peningkatan Kesehatan 401
3 Pengembangan Prasaran
Umum 2.593
4 Sarana Ibadah 1.025
5 Pelestarian Alam 160
6 Pengentasan Kemiskinan 542
7 Peningkatan Kapasitas
Mitra Binaan 25
Jumlah 5.054
Bentuk bantuan dari Program Bina Lingkungan yang telah diterima masyarakat
atau desa-desa sekitar Unit Usaha Gunung Bayu terkhusus untuk kabupaten Simalungun
dan Kabupaten Batu-Bara berdasarkan tabel (4.4), Kabupaten Batu-Bara mendapat dana
sebesar 35 juta Rupiah dan Kabupaten Simalungun mendapat dana 864 juta rupiah.
Berdasarkan bentuk bantuan yang didapat sesuai data yang didapat peneliti, untuk
Kabupaten Simalungun tepatnya di Kecamatan Bandar kota Perdagangan diadakan
Seminar motivasi di sekolah SMA Negri 1 Bandar dalam program PTPN IV
MENGAJAR dengan tema ”Indonesia Kebangganku”. yang dibenarkan oleh salah satu
staf pengajar SMA Negri 1 Bandar yang merupakan salah satu informan yaitu, (SP, 50
Tahun) lebih jelasnya sebagai berikut :
”Iya benar, tanggal 9 bulan Oktober dari PTPN IV mengadakan seminar. Seminarnya ya isinya positif lah tentang bagaimana siswa-siswa semangat belajar agar dapat mengharumkan Indonesia. Siswa-siswi yang hadir jumlahnya kalau gak salah 150an dipilih dari masing-masing kelas. Yang memaparkan seminar kepala bagian PKBL PTPN IV yaitu pak Alimusri. Selain seminar juga pihak PTPN IV memberikan 1 unit Komputer”(Wawancara tanggal 10 Januari 2017).
Untuk Kabupaten Batu-Bara khususnya di desa Magkai Baru dalam Program
Bina Lingkungan, PTPN IV memberikan bantuan dana untuk membangun Masjid
Hidayah berdasarkan proposal yang diterima sebesar 25 juta Rupiah. Seperti yang
dikatakan oleh salah satu informan berikut ini, (SG, 39 Tahun).
“iya memang benar, kami membuat proposal untuk meminta bantuan dana untuk pembangunan Mesjid Hidayah, dalam prosesnya kami warga Mangkai Baru bermusyawarh dulu untuk menentukan jumlah rincian dana, setelah itu baru kami lempar ke PTPN IV Gunung Bayu. Dan alhamdulillah dana sudah cair walaupun tidak sebanyak jumlah yang di proposal”(Wawancara tanggal 22 Desember 2016).
Walaupun dana yang tertera di Annual Report tahun 2015 tidak sebanding dengan
tahun-tahun sebelumnya ada dua kegiatan Program Bina Lingkungan yang telah ditiadakan dari
tahun 2014 sampai saat ini, yaitu :
1. Pada tahun 2012 Unit Usaha Gunung Bayu mengadakan Pasar Murah kepada
masyarakat sekitar kebun yang dilaksanakan melalui bagian PKBL antara lain:
a) Desa Mangkai Baru = 125 Paket
b) Desa Mangkai Lama = 125 Paket
c) Desa Lantosan = 125 Paket
d) Sidotani = 125 Paket
e) Perlanaan = 125 Paket
f) Nanggar Bayu = 125 Paket
g) Talun Saragih = 125 Paket
h) Mekar Rejo = 125 Paket
2. Perusahaan pada setiap bulanya memberi bantuan biaya kepada murid SD, SLTP, dan
SLTP (Tahun ajaran 2012/2013) sederajat untuk anak penduduk/masyarakat kurang
mampu disekitar perkebunan berupa Bea Siswa, dengan rincian jumlah sebagai
berikut :
a) Tingkat SD 44 Orang = Rp. 35000.-/Bulan/Orang
b) Tingkat SLTP 8 Orang = Rp. 40.000.-/Bulan/Orang
c) Tingkat SLTA 8 Orang = Rp. 45.000.-Bulan/Orang
4.3.3.3. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana
Pada tahun 2015 perseroan melakukan pengembangan dan pembangunan sarana
prasarana bagi masyarakat. Perseroan melakukan pembangunan jalan, perbaikan
Tabel 4.6
Realisasi Pengembangan Dan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Berdasarkan Wilayah
Sumber: Annual Report PTPN IV, 2015
Tabel 4.7
Realisasi pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana berdasarkan objek pekerjaan
No Objek Jumlah (Rp. Juta)
1 Pembangunan Jalan 4.862
2 Perbaikan Jembatan 917
3 Pembuatan Parit 1.915
4 Pembuatan Bendungan 71
5 Lainya 2.854
Jumlah 10.619
Sumber : Annual Report PTPN IV, 2015
Program pembangunan sarana dan prasarana melalui PKBL untuk wilayah
sekitar Unit Usaha Gunung tidak ada akan tetapi, untuk di bidang infrastruktur dengan
objek antara lain: Rehabilitasi jalan untuk Kepentingan umum berupa parit dan jembatan
dikelola oleh unit CSR merupakan program sosial yang dilakukan PT Perkebunan
Nusantara IV sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang memakai sumber dana
perushaan yang kegiatanya dibebankan pada biaya eksploitasi di luar harga pokok dan
tercantum dalam RKAP. Bentuk bantuan yang pernah diberikan kepada masyarakat
adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan 1 (satu) unit jembatan beton berukuran 4 x 4.5 x 3 M jalan