• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KARAKTERISTIK POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA

D. Dampak Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan yang terjadi menimbulkan banyak dampak negatif ke dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu terhadap : 12

1. kondisi tanah, air dan atmosfer 2. keanekaragaman floranya 3. keanekaragaman faunanya

12

4. keutuhan ekosistemnya 5. kehidupan manusia

1. Terhadap kondisi tanah, air dan atmosfer

a. Struktur tanah menyebabkan erosi dan banjir meningkat, unsur hara banyak yang hancur sehingga kesuburan tanah menurun drastis. b. Pembakaran biomassa tumbuh menghasilkan :

c. panas dan berbagai “gas kamar kaca” yang meningkatkan suhu atmosfer

d. Gas ozon yang menyebabkan gangguan mata, paru – paru, kerusakan pada tanaman, mengumpul di atas permukaan tanah dengan konsentrasi 5 kali lebih tinggi dari biasanya.

e. Asam nitrit yang menimbulkan “hujan asam” (acid rair) merusak potensi perikanan dan sumber air minum.

f. Abu atau partikel halus dan semua jenis gas ini kemudian membentuk asap (smog) yang mengganggu pernapasan dan penglihatan yang dapat mengganggu sistem transportasi darat, laut dan udara.

2. Terhadap keanekaragaman floranya

a. Api tidak bisa menjalar jauh ke dalam hutan yang masih utuh (belum ditebang) sehingga dampak keanekaragaman hayati di hutan seperti itu boleh dibilang tidak ada. Disitu, dampak kebakaran terbatas pada areal sepanjang hutan yang utuh itu saja. Makin tinggi tingkat

kerusakan hutan sebelum kebakaran, makin tinggi pula dampak kebakarannnya.

b. Api membakar suatu wilayah secara berkala dan terus menerus lebih merusak dari pada api dengan intensitas yang lebih tinggi tapi datang dengan frekuensi yang lebih rendah. Jenis api yang pertama akan menimbulkan hutan sekunder yang masih cukup beragam jenisnya, meskipun keanekaragaman menurun atau berkurang.

c. Keanekaragaman hayati di kawasan yang unit area kebakarannya luas akan lebih lambat pulihnya dibandingkan dengan di kawasan hutan yang areal kebakarannya kecil – kecil meskipun luas total kebakarannya sama.

d. Tingkat kerusakan juga dipengaruhi oleh komposisi floranya. Tegakan hutan yang di dominasi oleh jenis kayu ulin yang tahan api akan jauh lebih utuh dari tegakan yang di dominasi oleh jenis kapur, meranti, damar dan lain – lain yang menghasilkan resin (damar) yang sangat mudah terbakar.

e. Tingkat kerusakan juga ditentukan oleh jenis habitatnya. Hutan di bukit kapur yang tanahnya dangkal akan mengalami kebakaran yang jauh lebih parah dari hutan di atas tanah yang lebih dalam atau teksturnya lebih halus.

3. Terhadap keanekaragaman faunanya

a. Perubahan keasaman air sungai juga menyebabkan terjadinya peledakan populasi Aeromonas hidrophyla, Staphylococcus sp. dan Pseudomonas sp. yang akhirnya menyebabkan infeksi kulit pada ikan.

b. Hutan yang terbakar secara merata dan luas akan memberikan dampak yang lebih parah kepada kehidupan satwanya dibandingkan dengan kebakaran hutan yang tidak merata (ada kantong – kantong hutan yang tidak terbakar).

c. Karena keberadaan unsur hara yan berlimpah di atas permukaan tanah sesaat setelah kebakaran selesai, berbagai jenis serangga mengalami ledakan populasi, yang ulatnya bisa menjadi hama bagi jenis tumbuhan yang tidak ikut terbakar.

4. Terhadap keutuhan ekosistemnya

Pengamatan atas kebakaran hutan menunjukkan bahwa, tergantung dari tingkat kerusakannya sebelum terbakar, berbagai ekosistem memberikan reaksi yang berbeda –beda terhadap api yang melanda kawasan itu. Kawasan yang belum pernah ditebang / diganggu (100.00 Ha) pada dasarnya tetap utuh sementara di areal sisanya tingkat kerusakan sangat ditentukan oleh intensitas kerusakan dan tipe habitatnya.

5. Terhadap kehidupan manusia

Pada umumnya pengaruh yang ditimbulkan lebih banyak menimpa alat pernapasan, berupa gangguan – gangguan seperti infeksi akut dari alat – alat pernapasan, bronchitis kronis, penyakit paru – paru yang memberikan pernapasan ventilasi, pulmonary emphysema, bronchial asthma, dan kanker paru – paru.13

13

Slamet Riyadi, Op. Cit. , hal. 63

Sebaliknya penyakit alat pernapasan yang bersifat akut dan nin spesifik meliputi : influensa, tonsilitis akuta, sakit tenggorokan, bronchitis, sinusitis akuta, maupun penyerangan – penyerangan asthma.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara – negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya yang terbengkalai dikarenakan perang dunia tersebut. Upaya – upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, dimana salah satunya adalah dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Kebutuhan hidup yang terus meningkat semakin menambah kompleksnya masalah lingkungan hidup.

Permasalahan lingkungan hidup kini telah menjadi salah satu masalah yang paling mendesak yang dihadapi oleh negara – negara di dunia saat ini. Salah satu prioritas dalam kerangka kerja perserikatan bangsa – bangsa dan juga badan – badan internasional lainnya adalah mengenai lingkungan hidup.1

Dalam perkembangan sejarah manusia telah ditemukan banyak alat bantu yang memudahkan pekerjaan manusia. Semenjak masa revolusi industri inilah maka kerusakan lingkungan dimulai. Perkembangan yang pesat dari kegiatan pembangunan seringkali menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap kualitas lingkungan hidup. Perkembangan ini seiring juga dengan perkembangan masyarakat yang semakin sadar akan hak – haknya, diantaranya adalah hak atas

1

J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional (An Introduction To International Law)

Jilid 2, Cet. 1, diterjemahkan oleh Bambang Iriana djajaatmaja (Jakarta : Sinar Grafika, 1992), hal. 592

lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat (Right To a Decent Environment).2

Para pemerhati lingkungan melihat bahwa masalah konservasi alam dan pencemaran lingkungan hidup adalah dua maslah yang sangat kompleks, dimana keduanya membutuhkan kesadaran manusia untuk mengatasinya.

Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat tersebut, mendorong munculnya tuntutan agar berbagai aktifitas pembangunan dapat dijalankan secara lebih bertanggung jawab dan selaras dengan lingkungan hidup, melalui suatu perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan yang menjalankan prinsip – prinsip pelestarian daya dukung lingkungan, sehingga dampak – dampak buruk yang sekiranya muncul dapat diantisipasi, dikurangi atau dihilangkan.

Ada kalanya tanpa kita sadari pembangunan yang kita lakukan telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang paling parah, apabila pembangunan itu dilakukan dengan cara – cara yang dalam jangka pendek ataupaun jangka panjang dapat merusak lingkungan. Pengalaman telah menunjukkan, pembangunan dapat dan telah mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Karena itulah rencana pembangunan yang ada harus diwaspadai sehingga terciptalah suatu pola pembangunan yang mempunyai wawasan lingkungan.

3

2

Achmad Sentosa et al. , Penerapan Atas Tanggung Jawab Mutlak (Strict Lability) di bidang lingkungan hidup, (Jakarta : Indonesian Center For Environment Law (ICEL), 1997), hal 11

3

Robert C. Paehlke, Environmentalism and The Future Of Progresive Politics, (Massachusetts : Yale University Press, 1989), hal. 13

Hal ini disebabkan adanya pertentangan dalam hal masalah eksploitasi sumber daya alam dengan perdagangan, yang mana perdagangan pada initnya adalah mengeksploitasi sesuatu untuk kebutuhan pasar, sedangkan lingkungan menganut konsep yang sama sekali berbeda.

Polusi udara, merupakan salah satu hal yang utama dan merupakan salah satu bentuk kerusakan lingkungan. Salah satu penyebab polusi udara adalah kebakaran hutan yang terjadi dalam skala besar hingga menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup. Peristiwa – peristiwa kebakaran hutan yang terjadi pada dasawarsa 1980 dan 1990an dipandang sebagai sebuah malapetaka lingkungan regional, karena asap yang berasal dari kebakaran hutan itu telah menimbulkan dampak lingkungan dan kesehatan yang serius tidak saja terhadap masyarakat di negara yang di dalam yurisdiksinya kebakaran hutan terjadi, tetapi juga terhadap masyarakat di negara – negara lain. Gejala ini lazim disebut sebagai pencemaran udara lintas batas (Transboundary Air Pollution).4

Dalam hukum internasional, kedaulatan negara menjadi unsur yang paling penting dan utama. Yurisdiksi suatu negara telah dibatasi dengan perbatasan teritorial yang jelas. Dengan demikian suatu negara memiliki kedaulatan penuh atas aktivitas – aktivitas di wilayahnya. Namun konsep ini ternyata mulai dipertanyakan ketika suatu negara dalam kegiatannya menimbulkan dampak yang

Kebakaran hutan yang terjadi di dalam yurisdiksi Indonesia merupakan salah satu kontributor terjadinya pencemaran udara lintas batas. Selain karena dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia, masyarakat internasional juga amat prihatin terhadap akibat –akibat ekologis dari peristiwa kebakaran hutan di Indonesia, terutama mengingat bahwa hutan di Indonesia merupakan salah satu sistem hutan tropis di dunia yang sangat bernilai jika dilihat dari luas dan kekayaan kandungan keanekaragaman hayatinya. Karena itulah maka masyarakat internasional berusaha bekerjasama guna untuk menanggulangi peristiwa ini.

4

merugikan negara lain atau wilayah lain di luar yurisdiksi negara tersebut. Indonesia sebagai subjek hukum internasional adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum internasional, juga sebagai negara tempat terjadinya kebakaran hutan yang turut merugikan negara lain.

Daerah di Indonesia yang rawan terhadap kebakaran hutan termasuk daerah hutan dimana pepohonannya telah dibuka dan juga lahan. Area seperti ini dapat ditemukan di hampir seluruh Propinsi Indonesia. Dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di pulau – pulau terluar Indonesia, kebakaran hutan menjadi suatu hal yang umum, dan terjadi tiap tahunnya. Berita media menyebutkan bahwa sekitar 1.200 kebakaran hutan telah terdeteksi di Kalimantan dan Sumatera. Biaya ekonomi akibat kebakaran ini telah jauh melampaui kerusakan lahan hutan.

Hal yang sama mengenai kasus – kasus kebakaran hutan juga terjadi di beberapa negara – negara Asean seperti Malaysia, Philipina, Thailand, dan Vietnam. Dan beberapa negara tersebut di atas, mengalami kebakaran hutan yang cukup besar, seperti di Sabah, Malaysia pada tahun 1982 – 1983 sekitar 1 juta hektar tanah dilaporkan terbakar yang diperkirakan disebabkan kemarau yang berkepanjangan yang menjadi penyebab utama kebakaran di Kalimantan.

Menyadari akan berbahayanya dampak dari kebakaran hutan bagi kelangsungan lingkungan, maka mulailah masyarakat internasional membuat peraturan – peraturan guna mencegah terjadinya pencemaran udara lintas batas. Hal ini pertama kali dilakukan oleh negara – negara kawasan Eropa Barat dan Timur, serta Amerika Utara dengan menyepakati dan mengikatkan diri pada The Geneva Convention on the Long Range Transboundary Air Pollution, pada tahun

1979. Selain itu negara – negara yang tergabung dalam ASEAN juga membuat kesepakatan ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources pada tahun 1985.

B. PERUMUSAN MASALAH

Perkembangan masyarakat dengan sendirinya akan mengakibatkan perubahan – perubahan terhadap pola hidup manusia itu sendiri terhadap lingkungan hidup. Siapa yang menyangka bahwa kebakaran hutan yang terjadi di wilayah suatu negara selain menimbulkan dampak buruk baik bagi lingkungan hidup atau masyarakat negara itu sendiri, juga merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat negara lain.

Oleh karena itu pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah pengertian dari polusi udara lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan bagaimana dampaknya bagi manusia?

2. Bagaimanakah pengaturan mengenai polusi udara lintas batas dalam konteks konvensi internasional?

3. Bagaimanakah penanganan masalah – masalah polusi udara lintas batas dalam ASEAN?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Memperoleh pengertian dan gambaran terhadap pengaturan mengenai polusi udara lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan menurut pandangan Hukum Internasional

2. Mendapatkan pengertian yang lebih mendalam tentang polusi udara lintas batas negara yang disebabkan oleh kebakaran hutan di dalam negara – negara Anggota ASEAN

3. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan peraturan tentang polusi udara lintas batas di negara – negara Anggota ASEAN

D. KEASLIAN PENULISAN

Penulis didalam merumuskan perumusan skripsi ini didasarkan atas inisiatif sendiri dengan melihat beberapa kasus yang pernah terjadi ataupun yang sedang dibicarakan baik masyarakat internasional maupun nasional.

Didalam penulisan skripsi yang berjudul “UPAYA – UPAYA ASEAN DALAM MENGHADAPI POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN” adalah asli tulisan penulis sendiri, karena menurut data yang ada pada administrasi fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya pada Depertemen jurusan Hukum Internasional menyatakan bahwa tulisan dengan judul yang sama belum pernah diangkat dan di ulas oleh para pihak lain. Apabila ada tulisan yang hampir mirip, mungkin hanya dari segi redaksi saja, karena muatan / substansinya jelas berbeda dengan karya ilmiah ini.

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Didalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mengambil ataupun mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pokok bahasan dari berbagai

macam sumber yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan, hal itu dilakukan demi keakuratan uraian ilmiah serta bukan daya imajinasi penulis sendiri.

Bahan-bahan tersebut diperoleh berdasarkan Library Research yaitu : mengambil data kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum baik primer maupun sekunder, berupa konvensi-konvensi dan peraturan perundang-undangan baik nasional maupun internasional, seperti Konvensi Geneva 1979 (The Convention on Long – Range Transboundary Air Pollution), PP No. 4 tahun 2001, ASEAN Cooperation Plan On Transboundary Air Pollution 1995, ASEAN Environmental Education Plan 2000 – 2005, ASEAN Agreement Transboundary Haze Pollution 2002, dan ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 serta buku-buku yang memberikan informasi, dan internet juga literatur yang ditulis oleh para ahli hukum untuk dapat digunakan sebagai pedoman didalam pembahasan.

F. METODE PENULISAN

Dalam penulisan ini digunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu suatu cara pengumpulan data yang bersumber dari bahan-bahan kepustakaan dimana mengunakan buku-buku, majalah, dan peratuaran perundang-undangan baik nasional maupun internasional yang berisi mengenai polusi – polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi di Asia serta upaya – upaya ASEAN dalam menghadapi polusi udara tersebut, untuk mengetahui dan memberikan penilaian terhadap keberhasilan atau ketidakberhasilan dari upaya – upaya yang dilakukan oleh negara – negara ASEAN dalam menghadapi polusi

udara lintas batas tersebut, baik dalam hal kerjasama maupun dalam hal perjanjian – perjanjian mengenai polusi udara tersebut yang dibuat dan telah disepakati oleh negara – negara ASEAN.

Data yang digunakan adalah data sekunder dengan alat pengumpulan data berupa studi dokumen. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam sistematika penulisan ini, penulis ingin menjabarkan secara singkat mengenai isi dari skripsi ini. Skripsi ini dibagi dalam lima bab. Bab – bab tersebut secara singkat adalah :

BAB I Pendahuluan

Dalam BAB I dikemukakan tentang apa yang menjadi latar belakang permasalahan, tujuan yang hendak dicapai dalam ruang lingkup pembahasan, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Karakteristik Polusi Udara Lintas Batas Negara Yang Disebabkan Oleh Kebakaran Hutan

Dalam BAB II ini dibahas mengenai sumber – sumber polusi udara, polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan penyebab serta dampak dari kebakaran hutan itu sendiri

BAB III Pengaturan Polusi Udara Lintas Batas Negara Dalam Lingkup Hukum Internasional

BAB III ini membahas mengenai pengaturan polusi udara lintas batas yang ada dalam lingkup internasional, dimana peraturan yang paling sering digunakan

adalah Geneva Convention on Long – Range Transboundary Air Pollution tahun 1979

BAB IV Pengaturan Asean Dalam Menghadapi Polusi Udara Lintas Batas Negara

Dalam BAB IV ini membahas mengenai bagaimana ASEAN menghadapi masalah polusi udara lintas batas yang terjadi di negara – negara anggotanya dengan melakukan beberapa bentuk kerjasama. Selain itu juga akan dibahas mengenai peraturan – peraturan tentang polusi udara karena kebakaran hutan dalam beberapa negara anggota ASEAN, dimana salah satunya adalah Indonesia sendiri.

BAB V Penutup

BAB V ini berisi kesimpulan dan saran – saran tentang penanggulangan polusi udara lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan agar tidak merusak lingkungan hidup.

ABSTRAK

Dhuha Wiyandani, 030200129, Hukum Internasional, “UPAYA – UPAYA ASEAN DALAM MENGHADAPI POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN”, Medan : FH USU, Skripsi : 83 Hal.

Negara – negara di dunia, dalam hal ini khususnya negara – negara Asia, gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki dan mempertahankan keadaan ekonomi negaranya. Upaya – upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, salah satunya adalah dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Ada kalanya tanpa kita sadari, pembangunan yang kita lakukan telah merusak lingkungan hidup. Pengalaman telah menunjukkan, pembangunan dapat dan telah mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Karena itulah rencana pembangunan yang ada harus diwaspadai sehingga terciptalah suatu pola pembangunan yang mempunyai wawasan lingkungan.

Salah satu masalah lingkungan hidup yang terberat yang dihadapi oleh masyarakat internasional sekarang ini adalah masalah polusi udara lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan. Selain menimbulkan kerusakan ekologis yang besar dikarenakan hutan yang terbakar, polusi udara lintas batas juga merusak kesehatan manusia yang dikarenakan kebakaran hutan dalam skala yang besar. Kebakaran hutan yang terjadi di dalam yurisdiksi Indonesia merupakan salah satu kontributor terjadinya pencemaran udara lintas batas. Selain karena dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia, masyarakat internasional juga prihatin terhadap akibat – akibat dari peristiwa kebakaran hutan di Indonesia, mengingat bahwa hutan di Indonesia sebagian besar adalah hutan tropis yang sangat bernilai jika dilihat dari luas dan kekayaan kandungan keanekaragaman hayatinya. Polusi udara lintas batas negara yang disebabkan oleh kebakaran hutan merupakan masalah yang kerap dihadapi oleh masyarakat ASEAN, dikarenakan seringnya terjadi kebakaran hutan di wilayah Asia. Oleh karena itu, negara – negara anggota ASEAN terus bekerjasama dalam menghadapi masalah polusi udara lintas batas tersebut dan penanganan masalah – masalah polusi udara lintas batas tersebut di dalam ASEAN.

Dalam penulisan ini digunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan data – data yang bersumber dari buku, dan peraturan perundang – undangan baik nasional maupun internasional yang berisi mengenai masalah polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi di Asia serta upaya – upaya ASEAN dalam menghadapi polusi udara lintas batas tersebut.

Penanganan masalah polusi udara tersebut salah satunya adalah membuat beberapa perjanjian yang berisi rencana kerjasama dalam menanggulangi masalah polusi udara lintas batas udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan antar negara – negara ASEAN. Selain itu beberapa negara anggota ASEAN telah membuat peraturan di negaranya masing – masing tentang pelarangan pembakaran hutan tanpa adanya pengecualian. Apabila terjadi bahaya polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan, maka hendaknya negara anggota ASEAN secepat mungkin turut serta membantu negara yang wilayahnya menjadi tempat kebakaran hutan tersebut guna mencegah meluasnya kebakaran hutan tersebut yang kemungkinan akan menghasilkan polusi udara lintas batas negara.

UPAYA – UPAYA ASEAN DALAM MENGHADAPI

POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG

DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

DHUHA WIYANDANI NIM : 030 200 129

DEPARTEMEN : HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Lembar Pengesahan

UPAYA – UPAYA ASEAN DALAM MENGHADAPI

POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG

DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Disahkan dan disetujui oleh : Ketua Departemen Hukum Internasional

Sutiarnoto MS, S.H, M.Hum Nip : 131 616 321

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Suhaidi, S.H, M.H Bachtiar Hamzah, S.H

Nip : 131 762 432 Nip : 130 702 284

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

ABSTRAK

Dhuha Wiyandani, 030200129, Hukum Internasional, “UPAYA – UPAYA ASEAN DALAM MENGHADAPI POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN”, Medan : FH USU, Skripsi : 83 Hal.

Negara – negara di dunia, dalam hal ini khususnya negara – negara Asia, gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki dan mempertahankan keadaan ekonomi negaranya. Upaya – upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, salah satunya adalah dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Ada kalanya tanpa kita sadari, pembangunan yang kita lakukan telah merusak lingkungan hidup. Pengalaman telah menunjukkan, pembangunan dapat dan telah mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Karena itulah rencana pembangunan yang ada harus diwaspadai sehingga terciptalah suatu pola pembangunan yang mempunyai wawasan lingkungan.

Salah satu masalah lingkungan hidup yang terberat yang dihadapi oleh masyarakat internasional sekarang ini adalah masalah polusi udara lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan. Selain menimbulkan kerusakan ekologis yang besar dikarenakan hutan yang terbakar, polusi udara lintas batas juga merusak kesehatan manusia yang dikarenakan kebakaran hutan dalam skala yang besar. Kebakaran hutan yang terjadi di dalam yurisdiksi Indonesia merupakan salah satu kontributor terjadinya pencemaran udara lintas batas. Selain karena dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia, masyarakat internasional juga prihatin terhadap akibat – akibat dari peristiwa kebakaran hutan di Indonesia, mengingat bahwa hutan di Indonesia sebagian besar adalah hutan tropis yang sangat bernilai jika dilihat dari luas dan kekayaan kandungan keanekaragaman hayatinya. Polusi udara lintas batas negara yang disebabkan oleh kebakaran hutan merupakan masalah yang kerap dihadapi oleh masyarakat ASEAN, dikarenakan seringnya terjadi kebakaran hutan di wilayah Asia. Oleh karena itu, negara – negara anggota ASEAN terus bekerjasama dalam menghadapi masalah polusi udara lintas batas tersebut dan penanganan masalah – masalah polusi udara lintas batas tersebut di dalam ASEAN.

Dalam penulisan ini digunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan data – data yang bersumber dari buku, dan peraturan perundang – undangan baik nasional maupun internasional yang berisi mengenai masalah polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi di Asia serta upaya – upaya ASEAN dalam menghadapi polusi udara lintas batas tersebut.

Penanganan masalah polusi udara tersebut salah satunya adalah membuat beberapa perjanjian yang berisi rencana kerjasama dalam menanggulangi masalah

Dokumen terkait