• Tidak ada hasil yang ditemukan

Polusi Udara Lintas Batas Yang Disebabkan Oleh Kebakaran Hutan . 14

BAB II. KARAKTERISTIK POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA

B. Polusi Udara Lintas Batas Yang Disebabkan Oleh Kebakaran Hutan . 14

Lingkungan hidup adalah suatu ekologi dan ekosistem, dan hutan adalah salah satu tempat ekologi dan ekosistem tersebut. Segala sesuatu di dunia ini erat hubungannya satu dengan yang lain. Antara manusi dengan manusia, antara manusia dengan hewan, antara manusia dengan tumbuh – tumbuhan dan antara manusia dengan benda mati sekalipun. Begitu pula antara hewan dengan hewan, antara hewan dengan tumbuh – tumbuhan, antara hewan dengan manusia dan juga antara hewan dengan benda – benda mati di sekelilingnya. Akhirnya tidak terlepas pula pengaruh mempengaruhi antara tumbuh – tumbuhan yang satu dengan yang lainny, antara tumbuh – tumbuhan dengan hewan, antara tumbuh – tumbuhan dengan manusia, dan antara tumbuh – tumbuhan dengan benda mati di sekelilingnya.7

Hutan merupakan hal yang harus diperhatikan, selain menjadi paru – paru dunia, hutan merupakan kebanggaan bagi suatu negara yang mempunyai kawasan hutan yang luas. Tetapi, luasnya hutan belum menjamin besarnya sumber daya Oleh karena itu, besarnya ekologi dan ekosistem di suatu tempat seperti hutan harus tetap dijaga karena memiliki manfaat yang besar, tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi negara itu sendiri.

Lingkungan hidup juga menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan dan perkembangan suatu negara. Karena lingkungan hidup menyediakan sumber daya alam yang besar, sumber daya alam yang baik tidak lepas dari pelestarian lingkungan hidup yang baik pula.

7

Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Edisi ketujuh, Cetakan keenambelas, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2001), hal. 1.

alam negara tersebut tanpa memperhatikan pelestarian terhadap hutan itu sendiri, yang memerlukan perhatian yang cukup serius untuk itu.

Tidak dapat kita pungkiri, kebakaran hutan bukan hanya kesalahan dari manusia saja, faktor cuaca juga mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan tersebut. Panjangnya musim kemarau di suatu negara adalah salah satu penyebab kebakaran hutan itu terjadi, di Indonesia misalnya, kebakaran hutan dalam skala yang cukup besar diakibatkan karena panjanganya musim kemarau.

Polusi udara lintas batas dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya ialah dikarenakan adanya kebakaran hutan dalam skala besar hingga menimbulkan tidak saja kerusakan lingkungan, namun juga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Gangguan pernafasan menjadi salah satu ancaman bila kebakaran hutan terjadi. Selain itu, gangguan jarak pandang pada lalu lintas juga menjadi masalah yang penting, karena mengganggu aktivitas – aktivitas manusia di dalam suatu negara yang mengalami kebakaran hutan. Kerusakan lingkungan menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian dalam hal ini. Selain merusak ekosistem tumbuhan, kebakaran hutan juga merusak ekosistem hewan yang terdapat di dalamnya. Masalah demi masalah pun timbul akibat kebakaran hutan, selain mempengaruhi kesehatan manusia yang diakibatkan oleh asap kebakaran hutan yang sangat mengganggu, kebakaran hutan juga menimbulkan masalah antar negara apabila kebakaran hutan telah mencapai taraf polusi udara lintas batas, dimana asap dari kebakaran hutan itu sendiri mencapai suatu wilayah negara lain akibat besarnya suatu kebakaran hutan yang tidak secara cepat ditanggulangi.

Akibatnya, negara yang merasa dirugikan oleh polusi udara yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dari suatu negara yang mengalami suatu kebakaran hutan dalam skala yang besar menuntut suatu pertanggung jawaban kepada negara yang mengalami kebakaran hutan skala besar tersebut yang dianggap sebagai negara yang menjadi suatu sumber polusi udara lintas batas yang bukan hanya mengganggu wilayah negaranya sendiri, tetapi juga mengganggu wilayah negara lain.

C. PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN

Ada berbagai macam penyebab polusi udara, dimana salah satunya adalah dikarenakan adanya suatu kebakaran hutan dalam skala besar. Penyebab terjadinya kebakaran hutan ini sendiri ada bermacam – macam, entah karena bencana alam maupun akibat perbuatan manusia.

Kebakaran baik secara alamiah maupun yang disebabkan oleh umat manusia merupakan faktor perubah lingkungan penting bagi berbagai ekosistem daratan. Kebakaran dapat merusak dan mendatangkan malapetaka, akan tetapi teknik pembakaran dapat juga dianggap sebagai suatu alat yang digunakan untuk pengelolaan hutan atau lahan di suatu kawasan. Kebakaran mengakibatkan kerusakan karena panas yang ditimbulkannya, akan tetapi teknik pembakaran dapat pula merangsang akar untuk menghisap air tanah lebih banyak serta dapat merangsang kuncup untuk tumbuh dan dapat merangsang pertumbuhan kecambah dari beberapa species tumbuhan yang tahan api.

Tiga faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan adalah kesengajaan, kelalaian dan pengaruh alam. Kebakaran hutan berskala besar yang

disebabkan oleh perbuatan manusia biasanya disebabkan oleh pelanggaran peraturan oleh investor baru di bidang agribisnis khususnya Perkebunan Berskala Besar Tanpa Bakar (PLTB) yang merupakan peraturan dari Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan dan Departemen Transmigrasi, Pemukiman Perambah Hutan yang telah disepakati sejak tahun 1995.8

Secara umum kegiatan pembukaan lahan hutan, yang sekarang ini dilakukan di luar pulau Jawa, merupakan bagian atau tahapan dari proses peningkatan pembangunan khususnya dalam rangka pengembangan usaha budi

Selain itu ada juga kebakaran hutan yang berskala kecil, yang disebabkan oleh penyiapan lahan pertanian perorangan yang telah menjadi kebiasaan setiap musim kemarau, karena antisipasi datangnya musim hujan. Masyarakat dengan sengaja membakar hutan dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memperoleh lahan hutan bagi perladangan, memanfaatkan abu serasahnya untuk memupuk tanah garapan, memperoleh tunas atau rumput muda untuk makanan ternak dan untuk mengalihkan perhatian terhadap keamanan hutan. Bentuk kelalaian atau kecerobohan masyarakat yang dapat menimbulkan kebakaran hutan, antara lain adalah dengan membuang atau meninggalkan secara sembarangan obor, puntung rokok atau api unggun yang belum dimatikan. Api dengan mudah dapat menyulut serasah hutan yang kering, lebih – lebih jika terhembus angin kebakaran yang ditimbulkan oleh pengaruh alam. Kebakaran hutan yang disebabkan hal – hal ini pada awalnya hanya berskala kecil namun kemudian menjadi kebakaran yang meluas yang sedikit banyak memberikan andil terhadap bencana nasional kebakaran hutan dan lahan.

8

daya tanaman dan untuk pengembangan areal pemukiman. Kegiatan pembukaan lahan untuk pengembangan budi daya tanaman antara lain adalah untuk budi daya tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Kegiatan tersebut dilakukan baik oleh badan – badan usaha yang sedang melakukan pembangunan perkebunan dan kehutanan, maupun oleh masyarakat yang sedang melakukan persiapan penanaman tanaman pangan.9

Intensitas dan frekuensi kebakaran bervariasi daya pengaruhnya, baik pengaruh yang merugikan maupun yang menguntungkan. Setiap daerah memiliki ciri sendiri – sendiri dan masalah kebakaran tidak hanya bervariasi di antara berbagai kawasan yang berbeda, akan tetapi juga di dalam kawasan tertentu

Timbulnya kabut asap yang telah menjadi bencana nasional ini, terkait dengan proses – proses kegiatan pembukaan lahan sebagaimana dijelaskan di atas. Kaitan ini dikarenakan dalam suatu proses pembukaan lahan hutan, dilakukan pembakaran terhadap sisa – sisa material bahan tebangan atau biomassa seperti dahan, ranting dan daun, langkah pembakaran dilakukan karena dalam proses pembakaran terdapat hal – hal yang menguntungkan, antara lain cepat, murah, dan sisa – sisa pembakaran akan menjadi input terhadap peningkatan lahan budi daya.

Proses pembakaran sebenarnya selalu terjadi di dalam proses pembukaan lahan dalam persiapan pengembangan budi daya tanaman. Namun terjadinya asap tebal yang dikarenakan pembakaran hutan seperti pada dasawarsa 1980 dan 1990 – an selain disebabkan karena kondisi alam, yaitu musim kemarau yang berkepanjangan, juga disebabkan karena tidak terkendalinya kebakaran sebagai akibat kecerobohan para pembuka lahan.

9

Direktur jenderal pengusahaan hutan, “Kebijaksanaan Pembukaan Lahan Hutan Di Bidang Pengusahaan Hutan”, (Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997).

menurut keadaan habitat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di daerah tropika timbulnya kebakaran cenderung ada kaitannya dengan bentuk kehidupan rerumputan. Ada beberapa jenis pohon perdu yang tahan terhadap kebakaran sebagai hasil adaptasinya terhadap keadaan kekeringan yang periodik.

Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang mengakibatkan rusaknya habitat, penurunan populasi serta lenyapnya flora fauna dan mikroba, disamping itu kebakaran hutan berdampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar hutan yang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (pangan, sandang, papan dan obat – obatan) sangat tergantung pada potensi keanekaragaman hayati. Kebakaran tersebut dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan bencana kelaparan terhadap masyarakat tradisional.

Faktor – faktor yang mendorong meluasnya kebakaran hutan ialah : 10 1. Faktor Perubahan Iklim

Secara umum kita memiliki musim kemarau dan musim hujan yang datangnya relatif teratur. Siklus ini kadang – kadang mengalami gangguan karena datang lebih cepat dan berakhir lebih lambat dari biasanya. Hal ini berkaitan dengan gejala El Nino – Southern Oscillation atau ENSO yang datang secara tidak beraturan dan dengan intensitas yang tidak sama pula. Kemampuan meramalkan secara tepat datangnya El Nino ini merupakan salah satu cara mengurangi atau menghindari dampak negatifnya. Misalnya, musim kemarau yang berkepanjangan

10

membuat air sungai menurun sangat drastis, lahan – lahan kekeringan, pepohonan dan tumbuhan lainnya malah ada yang mati sebelum ada api yang melahapnya.

2. Faktor Habitat

Seperti diuraikan diatas, keanekaragaman jenis habitat yang sebenarnya sangat tidak teratur, mempengaruhi tingkat kemudahan / kesulitan habitat itu dalam menghentikan atau membiarkan meluasnya penyebaran api. Ada jenis hutan yang sudah mati kekeringan sebelum terbakar. Jenis hutan seperti ini jelas akan menghambat meluasnya kebakaran hutan. Ada juga jenis hutan yang mudah terbakar dikarenakan kandungan bahan organiknya. Lahan gambut yang kering karena kemarau menjadi sangat mudah terbakar. Juga jenis hutan yang mengandung lapisan batu bara (coal seam) yang menonjol ke permukaan tanah, seperti yang terdapat di Kalimantan Timur, akan sangat mudah terbakar. Di kedua jenis hutan yang mengandung bahan organik ini api bisa menjalar di permukaan tanah. Kalau di lahan gambut api bisa dipadamkan oleh hujan lebat yang turn terus menerus dalam kurun waktu tertentu, api di lapisan batu bara lebih bersifat permanen yang tidak mampu dimatikan oleh hujan.

3. Faktor Sifat Biomassa

Seperti yang sudah disinggung di atas, ada jenis tumbuhan yang tahan api dan ada pula yang mempermudah pembakaran karena kandungan rasin / damarnya. Sebaran dari jenis – jenis ini ada yang mengelompok dan ada yang tidak, sehingga ada tegakan hutan yang terbakar habis dan ada yang relatif masih

utuh meskipun api telah menghanguskan serasah serta jenis yang tidak tahan kebakaran.

4. Faktor Manusia

Pada masyarakat tradisional, seperti di pedalaman Kalimantan, api merupakan alat utama dalam pembukaan areal pertanian mereka. Melalui pengalaman yang diteruskan secara turun temurun, proses penebasan, pengeringan dan pembakaran biomassa dilakukan sedemikian rupa sehingga areal yang ditebas sudah habis terbakar pada saat musim hujan datang. Hal ini tidak saja membuat hujan itu menjadi efektif dalam mendukung pertumbuhan tanaman, tetapi juga efektif dalam menghentikan kemungkinan kebakaran yang tidak terkendali. Pengendalian kebakaran juga dilakukan dengan membuat petak – petak perladangan yang relatif kecil (1 – 2 Ha) yang tersebar sendiri – sendiri di dalam kawasan hutan primer atau hutan sekunder yang sudah tua. Dengan cara ini, meskipun hujan belum tiba, hutan utuh di sekitar petak yang baru dibuka itu secara otomatis akan menghentikan meluasnya kebakaran. Tetapi, dengan adanya kegiatan pembakaran hutan yang dilakukan di mana – mana oleh pengusaha HPH, yang seringkali berada di areal yang sama atau berdampingan dengan kegiatan perladangan penduduk, meluasnya jalaran api menjadi tak terhindarkan. Kayu sisa tebangan yang tergeletak di lantai hutan yang kemudian mengering, merupakan sumber energi baru bagi perluasan area kebakaran.

Umumnya kebakaran hutan terbagi menjadi tiga tipe, yaitu : 11

11

1. Ground Fire (Kebakaran di bawah permukaan tanah)

Biasanya terjadi karena pembakaran spontan. Humus atau tanah gemuk yang dipakai sebagai bahan pembakar penghasil panas, dimana panas yang dihasilkan ini sangat hebat sehingga mematikan akar pohon. Di Kalimantan Timur, lapisan batu bara di bawah permukaan tanah terus terbakar bahkan pada saat musim hujan. Ini merupakan potensi besar bagi terjadinya kebakaran pada saat musim kemarau.

2. Surface Fire (kebakaran di permukaan tanah)

Ini merupakan jenis kebakaran yang terjadi di permukaan tanah. Api yang dihasilkan akan membakar bahan – bahan yang mudah terbakar, seperti dedaunan, sampah, ranting atau batang pohon yang telah jatuh.

3. Crown Fire (puncak kebakaran)

Saat kebakaran yang terjadi di permukaan tanah telah terus meningkat, maka ia akan menjadi kebakaran puncak. Angin yang bertiup akan membawa daun – daun yang terbakar ataupun percikan api hingga jauh dari sumber kebakaran itu sendiri.

Dokumen terkait