• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Kekerasan Berpacaran

3. Dampak Kekerasan Pada Masa Pacaran

Berikut ini adalah beberapa dampak kekerasan pada masa pacaran menurut Tisyah & Rochana ( 2012) antara lain, (1) Dampak kejiwaan; perempuan menjadi trauma atau membenci laki-laki, akibatnya perempuan menjadi takut untuk menjalin hubungan dengan laki-laki. Sehingga menimbulkan rasa kecemasan yang mendalam. (2) Dampak sosial; posisi perempuan menjadi lemah dalam hubungan dengan laki-laki. Apalagi perempuan yang merasa telah menyerahkan keperawanannya kepada pacarnya, biasanya merasa minder untuk menjalin hubungan lagi. Jadi, rasa percaya dirinya menurun. Tidak hanya rasa percaya diri terhadap lawan jenis tapi juga terhadap diri sendiri dan orang lain sehingga menyebabkan turunnya produktivitas kerja atau prestasi. (3) Dampak fisik; tubuh menjadi luka-luka, baik ringan maupun parah. Bila terjadi kehamilan tidak dikehendaki dan pacar meninggalkan pasangannya. Ada dua kemungkinan : melanjutkan kehamilan atau aborsi. Bila melanjutkan kehamilan, harus siap menjadi orang tua tunggal. Bila aborsi, harus siap menanggung risiko-risiko, seperti pendarahan, infeksi, dan bahkan kematian. Bila terjadi hubungan seks dalam pacaran, perempuan akan rentan terkena Penyakit Menular Seksual (PMS) yaitu herpes dan HIV/AIDS.

Ayu (2012) berpendapat bahwa Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) berdampak pada kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang meliputi: perlukaan fisik, gangguan saluran pencernaan,

sindroma nyeri kronik, dan perilaku depresi atau ancaman bunuh diri. Mendatu (dalam Jessica, 2007) menjelaskan bahwa bentuk dampak psikologis dari korban kekerasan yang dialami saat berpacaran adalah harga diri rendah (minder), depresi, stress pasca trauma, bunuh diri, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.

Safitri (2013) mengungkapkan dampak-dampak kekerasan dalam berpacaran yaitu: (1) dampak psikologis yaitu: korban mengalami depresi, stres ; (2) dampak fisik yaitu: lebam, lecet, patah tulang, dan memar; (3) dampak seksual yaitu: mengalami traumatik, cemas, takut dan sering kali mengalami disorganisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, kekerasan berpacaran yang terjadi pada hubungan berpacaran dapat menimbulkan dampak secara psikologis, fisik, maupun sosial pada korbannya.

D. Remaja

Masa transisi perkembangan seorang individu dari masa kanak-kanak menuju dewasa dikenal dengan sebutan masa remaja. Muss mendefinisikan remaja (adolescence) berasal dari kata latin yang artinya

“tumbuh” ke arah kematangan (dalam Sarwono, 2007). Remaja ialah

individu yang berada dalam kurun usia 11-24 tahun (Sarwono, 2007). Menurut World Health Organization (dalam Sarwono, 2007), remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya hingga mencapai

kematangan seksual, serta masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

G. Stanley (dalam Santrock, 2012) menggambarkan remaja sebagai masa yang bergolak dan diwarnai dengan konflik serta perubahan suasana hati (mood) dengan istilah “badai-dan-stres (storm-and-stress)”. Perkembangan di masa remaja diwarnai oleh interaksi genetik, biologis, lingkungan, dan sosial. Santrock (2012) berpendapat bahwa pada masa remaja relasi dengan kawan-kawan akan semakin akrab, sehingga pada masa ini remaja juga akan mengalami masa berpacaran maupun eksplorasi seksual dan kemungkinan melakukan hubungan seksual. Santrock (2012) memaparkan beberapa perubahan fisik pada remaja, yaitu :

a) Pubertas (puberty)

Pubertas ialah sebuah periode kematangan fisik yang berlangsung cepat dan melibatkan hormonal dan tubuh yang berlangsung di masa remaja. Perubahan yang sangat mencolok terdapatnya tanda-tanda kematangan seksual serta pertumbuhan tinggi dan berat tubuh. Perkembangan karakteristik pubertas pada remaja laki-laki terjadi pada meningkatnya ukuran penis dans testis, keluarnya rambut kemaluan yang lurus, perubahan sedikit pada suara, ejakulasi pertama (terkadang terjadi ketika melakukan masturbasi dan mimpi basah), munculnya rambut kemaluan yang kaku, terjadinya pertumbuhan maksimal,

tumbuh rambut di ketiak, perubahan suara yang lebih terlihat jelas, dan tumbuhnya rambut pada wajah. Sedangkan, pubertas pada wanita di tandai dengan payudara yang membesar atau tumbuhnya rambut kemaluan, tumbuh rambut di ketiak serta tubuh bertambah tinggi dan pinggul yang melebar melebihi bahunya, di akhir masa pubertas remaja wanita akan mengalami menstruasi (menarche) pertama.

b) Otak

Pada akhir masa remaja, individu memiliki koneksi neuro yang lebih sedikit, lebih selektif, dan lebih efektif dibandingkan ketika masa kanak-kanak (Kuhn, dalam Santrock, 2012). Kemudian, Corpus Collosum yang menghubungkan antara hemisphere otak sebelah kiri dengan sebelah kanan menjadi semakin tebal pada masa remaja sehingga hal tersebut meningkatkan kemampuan remaja dalam memroses informasi (Giedd, dalam Santrock, 2003).

c) Seksualitas Remaja

Masa remaja merupakan masa eksplorasi dan eksperimen seksual, masa fantasi dan realitas seksual, masa mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang, serta memikirkan apakah dirinya secara seksual menarik, cara melakukan hubungan seks, dan bagaimanakah nasib kehidupan seksualitasnya.

Havighurst (dalam Yuniarti, 2007) memaparkan tugas-tugas perkembangan remaja ialah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, serta memiliki peran

sosial. Dapat menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Individu yang telah mempersiapkan karier ekonomi, perkawinan dan keluarga. Serta, Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Menurut Makmun (2003), karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun), (dalam Maryatun).

Dari berbagai pendapat mengenai remaja yang telah di kemukakan oleh beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu berusia 11-24 tahun, yang baru melepas masa kana-kanak dan akan beranjak ke masa dewasa dengan melewati berbagai perubahan mulai dari fisik, kemampuan otak, dan aktifnya hormon-hormon seksual. Peneliti membatasi usia remaja dengan usia 16-24 tahun dengan alasan bahwa remaja pada rentang usia tersebut cenderung belum memiliki kematangan emosional yang baik dalam menjalin suatu hubungan sehingga rentan mengalami konflik yang berujung pada kekerasan (Rennison, dalam Ragil & Margaretha, 2012).

E. Kekerasan Berpacaran Pada Remaja Pelaku PremaritalSex

Dokumen terkait