III. METODOLOGI PENELITIAN
5.2. Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap Struktur Subsid
Subsidi dalam Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN), merupakan bagian dari belanja negara yaitu belanja pemerintah pusat. Adanya konversi minyak tanah ke LPG ini, merupakan bagian dari subsidi energi yaitu subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harus dikeluarkan oleh pemerintah. Subsidi BBM dilakukan oleh pemerintah disebabkan harga jual BBM dalam negeri sangat dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor eksternal seperti harga minyak mentah di pasar dunia, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Harga minyak dunia yang semakin mahal tentunya berdampak terhadap harga minyak mentah Indonesia yang dihadapkan dengan permintaan yang semakin tinggi akan BBM. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan bagi pemerintah untuk mengalihkan bahan bakar minyak tanah menjadi bahan bakar gas/ LPG bagi konsumsi masyarakat Indonesia agar beban subsidi yang ditanggung oleh pemerintah semakin berkurang dan daya beli masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah dapat terjangkau.
Pada Tabel 5.4. dapat dilihat dalam rentang waktu tahun 2005–2010, dimana tahun 2005-2009 berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan tahun 2010 berdasarkan APBN, realisasi anggaran subsidi BBM secara nominal mengalami penurunan sebesar 6,7 triliun rupiah, atau menurun rata-rata 1,4 persen per tahun, dari sebesar 95,6 triliun rupiah (3,5 persen terhadap PDB) pada tahun 2005 dan mencapai 88,9 triliun rupiah (1,4 persen terhadap PDB) pada tahun 2010. Penurunan realisasi anggaran belanja subsidi dalam kurun waktu tersebut, antara lain berkaitan dengan parameter volume konsumsi BBM
bersubsidi. Dapat dilihat juga, bahwa subsidi untuk energi lebih besar dibandingkan subsidi non energi, terutama untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) daripada subsidi listrik. Hal ini dikarenakan BBM merupakan kebutuhan pokok yang mendasar dan fital/penting bagi seluruh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, seperti memasak, mengendarai kendaraan, kegiatan usaha dan lain-lain.
Tabel 5.4. Subsidi, 2005-2010 (Miliar Rupiah) Jenis Subsidi 2005 LKPP 2006 LKPP 2007 LKPP 2008 LKPP 2009 LKPP 2010 APBN A. Energi 104449.2 94.605,4 116.865,9 223.013,2 103.568,6 143.997,1 Subsidi BBM 95.598,5 64.212,1 83.792,3 139.106,7 45.039,4 88.890,8 Subsidi Listrik 8.850,6 30.393,3 33.073,5 83.906,5 49.546,5 55.106,3 B. Non Energi 16.316,1 12.826,5 33.348,6 52.278,3 43.496,3 57.265,9 Subsidi pangan 6.356,9 5.320,2 6.584,3 12.095,9 12.987,0 13.925,1 Subsidi pupuk 2 .527,3 3.165,7 6.260,5 15.181,5 18.329,0 18.411,5 Subsidi benih 1 47,7 131,1 479,0 985,2 1.597,2 2.263,5 PSO 934,6 1.795,0 1 .025,0 1.729,1 1.339,4 1.375,0 Subsidi bunga kredit program 149,0 286,2 347,5 939,3 1.070,0 2.856,4 Subsidi minyak goreng - - 24,6 225,7 - - Subsidi pajak 6.200,6 1.863,8 17.113,6 21.018,2 8.173,6 18.434,4 Subsidi kedele - - - 103,3 - - Subsidi obat generik - - - - Subsidi lainnya - 264,4 1.514,0 - - - Total 120.765,3 107.431,8 150.214,4 275.291,5 138.082,2 201.263,0 Sumber: Kementerian Keuangan ( Data Pokok APBN 2005-2010), 2011.
59
Dalam rentang waktu tahun 2005 sampai tahun 2010, realisasi anggaran belanja subsidi secara nominal mengalami peningkatan sebesar 80,5 triliun rupiah, atau tumbuh rata-rata 10,8 persen per tahun, dari sebesar 120,8 triliun rupiah (4,4 persen terhadap PDB) pada tahun 2005, menjadi 138,1 triliun rupiah (2,5 persen terhadap PDB) pada tahun 2009, dan mencapai 201,3 triliun rupiah (3,2 persen terhadap PDB) pada tahun 2010.
Pada Tabel 5.5. menjelaskan tentang perkembangan besarnya subsidi BBM jenis tertentu yaitu minyak tanah, premium dan solar serta LPG tabung 3 kilogram periode tahun 2005 hingga tahun 2010. Untuk besarnya volume dari minyak tanah dan LPG 3 kg diperoleh dari laporan perkembangan subsidi (2005- 2010) dalam APBN. Sedangkan untuk besarnya subsidi dalam rupiah, penulis mengasumsikan besaran subsidi untuk minyak tanah dan LPG 3 kg berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Direktorat Riset Energi dan Manajemen Indonesia tahun 2007 (Tabel 1.2.).
Tabel 5.5. Besarnya Subsidi Untuk Minyak Tanah dan LPG 3 Kg
Tahun Subsidi Jenis tertentu dan LPG 3 kg % Terhadap PDB
Volume Subsidi (Triliun
Rupiah) Selisih Besarnya Subsidi Triliun Rupiah Minyak Tanah (ribu kiloliter) LPG 3 kg (ribu M. Ton) Minyak Tanah LPG 3 kg Triliun Rupiah 2005 95,6 3,5 11,355 - 41, 6175 - - 2006 64,2 1,9 9,959 - 36,4997 - - 2007 83,8 2,1 9,850 21,5 36,1003 0,06185 36,0384 2008 139,1 2,8 7,855 506,4 28,7886 1,45691 27,3317 2009 45,0 0,8 4,596 1.753,9 16,7454 5,04597 11,6994 2010 88,9 1,1 3,800 2.973,3 13,9270 8,55418 5,37282 Sumber: Kementerian Keuangan diolah , 2011.
Secara keseluruhan, besarnya subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mensubsidi jenis tertentu dalam hal ini minyak tanah, premium dan solar serta LPG 3 kg pada tahun 2005 sebesar 95,6 triliun rupiah dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 88,9 triliun rupiah. Untuk mengendalikan anggaran subsidi BBM, Pemerintah bersama DPR-RI sepakat untuk melakukan efisiensi, dengan menurunkan konsumsi BBM bersubsidi secara bertahap. Apabila pada tahun 2005 konsumsi BBM bersubsidi khususnya minyak tanah mencapai 11.355,4 ribu kiloliter, maka pada tahun 2010 konsumsi minyak tanah bersubsidi mengalami penurunan menjadi 3.800 ribu kiloliter dengan adanya program konversi minyak tanah ke LPG pada Tabel 5.5.
Dari Tabel 5.5. untuk jumlah subsidi kerosen(minyak tanah) mengalami penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Pada tahun 2005 subsidi minyak tanah sebesar 11.355,4 ribu kiloliter atau biaya yang dikeluarkan sama dengan 41,6175 triliun rupiah, kemudian menurun pada tahun 2006 menjadi 9.959 ribu kiloliter atau sama dengan 36,4997 triliun rupiah, pada tahun 2007 menjadi 9.850 ribu kiloliter atau sama dengan 28,7886 triliun rupiah, dan tahun 2008 turun drastis menjadi 7.855 ribu kiloliter atau sama dengan 16,7454 triliun rupiah, yang diikuti penurunan kembali pada tahun 2009 dan 2010 yaitu menjadi 4.569 ribu kiloliter atau sama dengan 16,7454 triliun rupiah dan 3.800 ribu kiloliter atau sama dengan 13,9270 triliun rupiah. Pada tahun 2008, penurun drastis terhadap subsidi minyak tanah ini dikarenakan pada tahun 2007 pemerintah melakukan program pengalihan minyak tanah ke LPG 3 kg, yang kemudian berpengaruh
61
pada terjadinya penurunan besarnya subsidi minyak tanah pada tahun 2008 hingga tahun 2010.
Sedangkan subsidi untuk LPG 3 kg ini, baru dilakukan pada tahun 2007 yang merupakan awal diadakannya program konversi minyak tanah ke LPG, tepatnya pada bulan Mei 2007 di Jakarta. Subsidi untuk LPG 3 kg pada tahun 2007 sebesar 21.500 metrik ton atau biaya yang dikeluarkan sebesar 61,8555 miliar rupiah, kemudian meningkat drastis pada tahun 2008 menjadi 506.400 metrik ton atau sama dengan 1,45691 triliun rupiah dan tahun 2009 serta tahun 2010 yaitu menjadi 1.753.900 metrik ton atau sama dengan 5,04597 triliun rupiah dan 2.973.300 metrik ton atau sama dengan 8,55418 triliun rupiah. Dengan adanya program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg yang dilaksanakan oleh pemerintah, jelas terlihat adanya pengurangan besarnya subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, terdapat selisih yang cukup besar antara besarnya subsidi minyak tanah dengan LPG 3 kg. Besarnya selisih pada tahun 2007 untuk subsidi minyak tanah dan LPG 3 kg yaitu 36,0384 triliun rupiah, pada tahun 2008 sebesar 27,3317 triliun rupiah, pada tahun 2009 sebesar 11,6994 triliun rupiah, dan tahun 2010 sebesar 5,37282 triliun rupiah.
Menurut PT Pertamina (Persero), program konversi minyak tanah ke
elpiji 3 kg telah memberikan penghematan subsidi negara sebesar 21,38 triliun
rupiah. Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, nilai penghematan
tersebut merupakan akumulasi sejak awal program pada tahun 2007 hingga Agustus 2010. Total penghematan program konversi adalah 32,07 triliun rupiah, setelah dikurangi biaya paket perdana konversi 10,69 triliun rupiah, didapat
penghematan bersih 21,38 triliun rupiah. Pada awal konversi tahun 2007, program masih memerlukan tambahan subsidi 200 miliar rupiah. Selanjutnya pada 2008, sudah menghemat 5,53 triliun rupiah, 2009 menghemat 6,92 triliun rupiah, dan 2010 menghemat lagi 9,13 triliun rupiah dari target 13,63 triliun rupiah. Dengan demikian, akumulasi penghematan bersih mencapai 21,38 triliun rupiah.34
Adapun dari penghematan tersebut, sebesar 21,38 triliun rupiah diserahkan kembali ke Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk program subsidi lainnya, seperti dapat digunakan untuk membangun infrastruktur jalan dan jembatan, sekolah, rumah sakit, perumahan untuk rakyat jelata yang amat membutuhkannya dari ujung Sumatera hingga Papua.
Selain itu adanya penghematan subsidi dari program konversi, Pemerintah diminta untuk merelakan/menghibahkan dana sebesar 4 triliun rupiah ke P.T. Pertamina. Juru bicara Pertamina Mochamad Harun mengatakan, dana hibah itu nantinya akan digunakan untuk menutup kerugian yang dialami perseroan, akibat tidak diizinkannya Pertamina menaikkan elpiji nonsubsidi, yakni kemasan 12 kg, 50 kg, dan bulk.35
34
Erlangga Djumena . 2010.“Konversi Elpiji Hemat Subsidi Rp 21,38 T”.[Kompas Online]. http://www1. kompas.com/read/xml/2010/09/03/14001394/konversi. elpiji.hemat.subsidi.rp.2138.t
[ 3 September 2010] 35
Anonim. 2011.“Pemerintah Diminta Hibahkan Dana Rp 4 Triliun ke Pertamina”.http://indone siacompanynews.wordpress.com/2011/07/25/pemerintah-diminta-hibahkan-dana-rp-4-triliun- ke-pertamina/ [25 Juli 2011]
63
5.3 Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap Efisiensi Usaha