• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

7.2 Dampak Penetapan Tarif Impor

Berdasarkan Tabel 14 hasil validasi model menunjukkan bahwa sebagian besar (85 persen) variabel endogen memiliki nilai RMSPE kurang dari 30 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 85 persen nilai prediksi variabel endogen dapat mengikuti kecenderungan data historisnya dengan tingkat kesalahan 30 persen. Nilai koefisien U-Theil dari masing-masing variabel endogen menunjukkan bahwa seluruh variabel endogen memiliki koefisien U-Theil dibawah nilai 0.2. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan di dalam model memiliki daya prediksi yang cukup baik dan valid untuk melakukan simulasi historis untuk periode 2004-2011 karena memiliki nilai dugaan yang cukup dekat dengan nilai aktual (lebih dari 70 persen), serta memiliki daya prediksi yang baik dengan nilai U-Theil kurang dari 0.2. Hasil validasi secara lengkap disajikan pada Lampiran 6.

7.2 Dampak Penetapan Tarif Impor

Adanya kebijakan dari pemerintah tentang kedelai tentu akan mempengaruhi sistem perkedelaian Indonesia. Kebijakan yang kerap dilakukan oleh pemerintah adalah penetapan tarif impor. Kebijakan tarif impor bertujuan untuk melindungi petani dari banyaknya komoditas impor yang mampu mengurangi kesejahteraan petani. Evaluasi

kebijakan dapat dilakukan dengan membandingkan dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut dengan beberapa kebijakan lainnya. Skenario simulasi historis perubahan tarif impor kedelai dilakukan untuk mengevaluasi kebijakan pengembangan kedelai dan kebijakan perdagangan terhadap produksi kedelai domestik dan jumlah impor kedelai. Skenario simulasi kebijakan dalam penelitian ini adalah penetaan tarif impor sebesar 10 peren dan 15 persen. Hasil simulasi kebijakan penetapan tarif impor sebesar 10 persen dan 15 persen disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil simulasi historis perubahan tarif impor kedelai

Variabel Endogen Satuan Nilai Dasar Perubahan %

S1 S2

Luas area panen Ha 660895 0.3 0.63

Produktivitas Ton/ha 1.304 0.03 0.07

Produksi kedelai Ton 864577 0.33 0.72

Harga kedelai tingkat petani Rp/kg 5081.9 1.35 3.36

Konsumsi kedelai Ton 2019429 -0.03 -0.11

Harga kedelai eceran Rp/kg 6328.7 0.19 0.52

Impor kedelai Ton 2118188 -1.99 -5.45

Harga kedelai impor US$/ton 375.4 2.74 7.06

S1 = penetapan tarif impor sebesar 10% S2 = penetapan tarif impor sebesar 15%

Berdasarkan Tabel 15, hasil simulasi kebijakan penetapan tarif impor sebesar 10 persen akan meningkatkan harga kedelai impor sebesar 2.74 persen. Peningkatan harga kedelai impor ini menyebabkan penurunan impor kedelai sebesar 1.99 persen. Impor kedelai yang berkurang mengakibatkan supply kedelai di dalam negeri berkurang, sehingga akan meningkatkan harga kedelai eceran sebesar 0.19 persen. Penetapan tarif impor 10 persen juga berdampak pada harga kedelai di tingkat petani yang meningkat sebesar 1.35 persen. Peningkatan ini mendorong petani untuk lebih banyak menanam kedelai, sehingga mampu meningkatkan luas area panen sebesar 0.3 persen serta meningkatkan produktivitas sebesar 0.03 persen. Produksi kedelai domestik meningkat sebesar 0.33 persen, peningkatan ini disebabkan meningkatnya luas area panen kedelai serta meningkatnya produktivitas kedelai.

Penetapan tarif impor sebesar 15 persen dapat meningkatkan harga kedelai impor sebesar 7.06 persen. Harga kedelai impor yang meningkat akan mengurangi impor kedelai sebesar 5.45 persen. Penurunan impor kedelai akan mengurangi stok kedelai di pasar domestik sehingga dapat meningkatkan harga kedelai eceran sebesar 0.52 persen. Jika harga kedelai yang yang beredar di pasar domestik tinggi maka konsumen akan

cenderung mengurangi konsumsi kedelai. Penetapan tarif impor sebesar 15 persen akan mengurangi konsumsi kedelai sebesar 0.11 persen.Penetapan tarif impor sebesar 15 persen juga berdampak pada meningkatnya harga kedelai di tingkat petani sebesar 3.36 persen. Harga kedelai di tingkat petani yang meningkat dapat mendorong petani untuk lebih banyak menanam kedelai. Peningkatan harga kedelai di tingkat petani mampu meningkat kan produktivitas sebesar 0.07 persen serta dapat meningkatkan luas area panen sebesar 0.64 persen. Simulasi penetapan tarif impor 15 persen mampu meningkatkan produksi kedelai sebesarr 0.72 persen. Produksi kedelai meningkat akibat adanya peningkatan luas area panen dan peningkatan produktivitas.

Berdasarkan hasil simulasi, kebijakan penetapan tarif impor yang cukup efektif mengurangi volume impor sebesar 15 persen. Penetapan tarif impor memberikan dampak yang signifikan terhadap volume impor kedelai, namun dampak terhadap produksi kurang signifikan. Hal tersebut diduga karena perubahan produksi lebih dipengaruhi oleh kebijakan terhadap faktor-faktor produksinya bukan berupa kebijakan perdagangan. Upaya peningkatan produksi kedelai tidak cukup dengan kebijakan penetapan tarif impor tetapi harus diikuti dengan kebijkan terhadap faktor-faktor produksinya seperti subsidi benih, subsidi pupuk, dan pengadaan bibit unggul.

1. Perkembangan kebijakan kedelai di Indonesia pada masa Orde Baru dilakukan melalui kebijakan PELITA dengan program Opesrasi Khusus (OPSUS), Intensifikasi Umum (INMUM) dan Intensifikasi Khusus (INSUS). Program tersebut memberikan hasil yang baik, terbukti pada tahun 1992 Indonesia mencapai produksi kedelai tertinggi sebesar 1.87 juta ton. Masa Reformasi produksi kedelai mengalami penurunan sehingga pemerintah melakukan impor kedelai untuk mencukupi kebutuhan nasional. Pemerintah memberlakukan tarif impor untuk melindungi petani, namun besarnya tarif sering kali berubah-ubah. Pada tahun 2013 tarif impor dihapuskan untuk menstabilkan harga kedelai impor yang meningkat. Pemerintah juga meluncurkan program Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan Perluasan Area Tanam Baru (PATB) untuk meningkatkan produksi kedelai lokal.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai yaitu harga kedelai impor dengan arah negatif, produksi kedelai Indonesia dengan arah negatif, konsumsi kedelai Indonesia dengan arah positif, dan volume impor kedelai Indonesia tahun sebelumnya. Tren data menunjukkan impor kedelai semakin meningkat. Hal ini diduga karena konsumsi kedelai (terutama olahan kedelai) juga memiliki tren meningkat. Hasil penelitian menunjukkan volume impor kedelai responsif terhadap konsumsi kedelai sehingga perubahan konsumsi sebesar satu persen akan memberikan perubahan volume impor kedelai sebesar 1.43 persen dalam jangka pendek dan sebesar 3.40 persen dalam jangka panjang.

3. Penetapan tarif impor sebesar 10 persen akan menurunkan volume impor sebesar 1.99 persen dan meningkatkan produksi sebesar 0.33 persen. Sementara itu, penetapan tarif impor 15 persen mampu mengurangi impor kedelai sebesar 5.45 persen dan meningkatkan produksi sebesar 0.72 persen. Berdasarkan hasil tersebut, tarif impor yang cukup efektif untuk mengurangi volume impor adalah sebesar 15 persen. Tarif impor hanya mampu

mengurangi volume impor dengan cukup signifikan akan tetapi tidak terlalu mempengaruhi porduksi kedelai. Hal tersebut diduga dalam perumusan model belum memasukan variabel penting yang bisa mendorong untuk meningkatkan produksi kedelai.

8.2 Saran

1. Agar produksi kedelai meningkat, pemerintah sebaiknya meningkatkan produksi dengan memperluas area tanam kedelai dan memperbaiki sistem distribusi benih unggul kepada para petani.

2. Untuk mengurangi volume impor secara efektif dapat diberlakukan tarif impor kedelai sebesar 15 persen.

3. Perlu penelitian lebih mendalam dengan melakukan perumusan model yang lebih lengkap dan simulasi kebijakan terhadap faktor-faktor produksi kedelai agar lebih komprehensif.

Dokumen terkait