• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan

Krathwohl (1998: 546) menyatakan bahwa perlu menggunakan elemen kualitatif untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif. Analisis dampak perlakuan bertujuan untuk mengetahui persepsi terhadap subjek-subjek yang terlibat dalam penelitian. Dampak pengaruh perlakuan diketahui dari data yang telah dikumpulkan melalui dua teknik pengumpulan data yaitu tes dan nontes. Peneliti menggunakan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada guru dan tiga orang siswa dari kelompok

93 eksperimen. Observasi dilaksanakan selama pelaksanaan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dokumentasi yang dilakukan peneliti berupa memfoto kegiatan selama pembelajaran. Pada bagian ini, peneliti memaparkan dampak perlakuan berdasarkan hasil observasi dan wawancara.

Kegiatan observasi dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Observasi pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September 2016 pukul 07.00-08.45 WIB. Siswa terlihat semangat ketika guru menyampaikan bahwa siswa akan bekerja dalam kelompok. Pada tahap awal, guru mengajak siswa utuk mengamati permasalahan yang ditampilkan dalam bentuk video. Siswa memperhatikan video berita kelangkaan energi listrik sebanyak dua kali. Seorang siswa bertanya kepada guru “Pak, jawabannya didiskusikan kelompok?” (Komunikasi pribadi, 28 September 2016). Guru menjelaskan kembali, “diselesaikan dengan bekerja kelompok, bisa dicari di buku kemudian didiskusikan.” (Komunikasi pribadi, 28 September 2016). Siswa bekerja sama dan berdiskusi menyelesaikan masalah dengan mencarinya dari buku. Siswa tampak antusias ketika mempresentasikan pekerjaannya, terlihat ketika mereka berebut urutan presentasi.

Observasi kedua dilaksanakan pada hari hari Kamis, 29 September 2016 pukul 07.00-08.45 WIB. Siswa mengamati sebuah gambar dan cerita yang dibacakan oleh guru mitra. Masalah berkaitan dengan penggunaan energi listrik. Setelah mengamati permasalahan tersebut, siswa berkumpul dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang. Pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk siswa. Langkah berikutnya, siswa mendapat LKS berisi permasalahan berkaitan dengan cerita penggunaan energi listrik untuk didiskusikan. Seorang siswa bertanya kepada guru “Pak, isinya dicari dibuku siswa?” (Komunikasi pribadi, 29 September 2016). Guru menjelaskan kembali cara menyelesaikan LKS, “Iya,

kalian diskusikan yang ada di LKS dan cari di buku-buku. Nanti boleh melakukan

praktik menggunakan alat listrik yang ada di depan.” Siswa memecahkan masalah pada LKS dengan mencari dari bacaan, buku, dan melakukan percobaan dengan pengawasan guru. Kemudian siswa melaporkannya dalam laporan dibantu oleh guru. Hasil pekerjaan kelompok dipresentasikan secara bergantian.

Observasi ketiga dilaksanakan hari Jumat, 30 September 2016 pukul 09.05-10.40 WIB. Siswa mengamati sebuah video berita kelangkaan energi dan

94 penyebabnya. Setelah mengamati permasalahan tersebut, siswa berkumpul dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang. Setiap kelompok mendapat gambar mengenai kegiatan pemborosan energi dan LKS. Seorang siswa bertanya kepada guru “Pak, gambarnya buat mengerjakan LKS?” (Komunikasi pribadi, 30 September 2016). Guru menjelaskan kembali kegunaan gambar, “LKS ini berisi

permasalahan sesuai dengan gambar yang kalian dapatkan, nanti dicari

jawabannya di buku dan didiskusikan.” Siswa memecahkan masalah pada LKS dengan mencari dari bacaan, buku, dan melakukan percobaan dengan pengawasan guru. Siswa melakukan percobaan dengan membuktikan bahwa lampu pijar lebih boros dalam menggunakan listrik. Kemudian siswa melaporkannya dalam laporan dibantu oleh guru. Hasil pekerjaan kelompok dipresentasikan secara bergantian.

Peneliti melengkapi data dengan melakukan wawancara. Wawancara pertama dilakukan dengan guru mitra setelah perlakuan pada hari Senin, 3 Oktober 2016. Guru mengungkapkan bahwa belum pernah menerapkan model PBL pada mata pelajaran IPA. Berikut adalah pernyataan guru “Belum pernah

kalau PBL, kalau eksperimen sudah.” (W G B9). Guru mengungkapkan bahwa kesulitan dalam menerapkan model PBL adalah anak bingug dalam menentukan permasalahan dari kasus yang diangkat, hal ini dimungkinkan karena anak belum pernah belajar menggunakan model PBL. Berikut adalah pernyataan guru “Kalau

kemarin kesulitannya itu anak masih susah menemukan masalah dari kasus, inti dari masalah masih bingung. Karena mungkin ini baru pertama kali

menggunakan model PBL di kelas”. (W G B12). Guru mengungkapkan bahwa model PBLbaik dan menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena mengajak siswa berpikir lebih dalam dan berpikir kritis melalui kerjasama dalam

kelompok. Berikut ini pernyataan guru mitra “Menggunakan model PBL baik, menarik, model PBL dapat memicu anak untuk berpikir lebih mendalam, berpikir kreatif, ada kerjasama yang baik dengan teman-temannya.” (W G B18). Guru mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan keaktifan, minat, dan konsentrasi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut adalah pernyataan guru “Kalau kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak ada

perbedaannya, mungkin cara penyampaiannya yang berbeda. Kelas kontrol pakai penjelasan saja atau ceramah, sedangkan kelas eksperimen banyak kegiatan”.

95 (W G B27). Guru memberi saran tentang penerapan model PBL dalam penelitian ini yaitu sebaiknya sebelum penerapan model PBL siswa dibiasakan dengan langkah-langkah model PBL melalui kegiatan sosialisasi sehingga siswa tidak kebingungan. Berikut adalah pernyataan guru “Sarannya untuk pembelajaran

PBL itu mungkin perlunya mengkondisikan siswa dan disosialisasikan dengan jelas langkah-langkah PBL karena langkah-langkah PBL banyak sehingga banyak siswa yang mungkin ada yang bingung.(W G B33).

Wawancara selanjutnya dilakukan pada tiga orang siswa pada kelompok eksperimen. Ketiga siswa tersebut memiliki kemampuan kognitif yang berbeda yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Wawacara dilakukan secara terpisah. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa lebih memahami pembelajaran dengan menggunakan model PBL. Berikut adalah ungkapan siswa, “Iya, lebih ngerti

tentang materi. (W2 SB B6). Hal yang sama disampaikan siswa “Iya, karena

kemarin belajarnya bareng-bareng, terus buka-buka buku, jelas.” (W2 SB B7).

Siswa tidak mengalami kesulitan dalam ketika belajar menggunakan model PBL,

berikut adalah pernyataan siswa “Tidak, soalnya belajarnya praktik bareng sama teman” (W2 SC B12). Hal serupa disampaikan oleh siswa lain, “Tidak, karena ada

alat-alat sederhana, kegiatannya dijelasin jelas, tidak bingung.” (W2 SB B16).

Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan evaluasi siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa saat pretest siswa mengalami kesulitan mengerjakan. Berikut adalah pernyataan siswa, “Agak, tapi sulit”. (W1 SC B15). Pendapat serupa disampaikan oleh siswa lain, “Ada yang bisa ada yang tidak”. (W1 SB B16). Hal berbeda disampaikan siswa setelah mendapat perlakuan. Hasil wawancara menunjukkan siswa tidak mengalami kesulitan mengerjakan soal

evaluasi. Berikut adalah pernyataan siswa, “Iya, lebih bisa ngerjakan.” (W2 SA

B18). Pendapat serupa disampaikan siswa, “Bisa, tapi masih ada yang sulit.” (W2

SC B18).“Bisa”(W2 SB B20).

Wawancara berikutnya dilakukan untuk mengetahui kemampuan inferensi

siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa saat pretest siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal inferensi. Berikut adalah pernyataan siswa, “Agak merasa kesulitan”. (W1 SA B16). Pendapat serupa disampaikan oleh siswa lain, “Bisa, agak kesulitan”. (W1 SB B18). “Agak, soalnya sulit.”(W1 SC B18). Hal

96 berbeda disampaikan siswa setelah mendapat perlakuan. Hasil wawancara menunjukkan siswa dapat mengerjakan soal inferensi. Berikut adalah pernyataan siswa, “Bisa mengerjakan.” (W2 SB B18). Pendapat serupa disampaikan siswa lain, “Iya, jadi lebihbisa ngerjakan.” (W2 SA B18).

Wawancara lain digunakan untuk mengetahui soal yang dirasa sulit oleh siswa. Hasil wawancara sebelum perlakuan menunjukkan bahwa semua siswa mengalami kesulitan pada soal nomor 4. Soal nomor 4 menunjukkan kemampuan

inferensi, kesulitan karena membuat kesimpulan dan memilih langkah dalam

menggunakan energi listrik. Berikut adalah pernyataan siswa, “Soal nomor 4 karena harus membuat kesimpulan.” (W1 SA B21). “Soal nomor 4, soalnya

bingung menulis langkahnya yang mana dulu.” (W1 SB B21). “Nomor 4 soalnya

sulit.” (W1 SC B21). Meskipun mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal

pretest, siswa mengungkapkan belajar dengan model PBL mempermudah dalam mengerjakan posttest. Siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Berikut adalah pernyataan siswa, “Iya, soalnya sebelumnya sudah dipelajari.”(W2 SC B22). “Iya, soalnya pernah belajar bersama teman-teman”(W2 SB B26). “Iya jadi lebih ngerti materi jadi bisa ngerjakan soal” (W2 SA B19).

Dokumen terkait