• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak bagi kesehatan reproduksi sering terjadi pada pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan dan persalinan.Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya. Rahim baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita mulai mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai dengan dimulainya menstruasi. Pematangan rahim dapat pula dilihat dari perubahan ukuran rahim secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah sejalan dengan umur dan perkembangan hormonal (Kusmiran, 2011).

Pada seorang anak berusia kurang dari 8 tahun, ukuran rahimnya kurang lebih hanya setengah dari panjang vaginanya. Setelah umur 8 tahun, ukuran rahimnya kurang lebih sama dengan vaginanya. Hal ini berlanjut sampai usia kurang lebih dari 14 tahun (masa menstruasi) hingga besar rahimnya lebih besar sedikit dari ukuran vaginanya. Ukuran ini menetap sampai terjadi kehamilan. Pada usia 14-18 tahun, perkembangan otot-otot rahim belum cukup

baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan harim dapat ruptur (robek). Di samping itu, penyangga rahim juga belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga resiko yang lain dapat juga terjadi yaitu prolapsus uteri (turunnya rahim ke liang vagina) pada saat persalinan.

Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur. Ketidakteraturan tersebut dapat berdampak jika terjadi kehamilan yaitu kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi pendarahan, kemudian abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang usia produktif aktif. Hal ini dapat meningkatkan resiko kanker leher rahim di kemudian hari (Kusmiran, 2011).

Dampak pernikahan dini terhadap kehamilan dan persalinan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pernikahan dini merupakan salah satu faktor keganasan mulut rahim. Wanita yang hamil pertama sekali kurang dari 17 tahun dampir selalu 2 kali lebih memungkinkan terkena kanker serviks di usia tuanya dari pada wanita yang menunda kehamilannya hingga usia 25 tahun atau lebih tua (Manuaba, 2009). Insidensi kanker serviks lebih tinggi terjadi pada wanita yang menikah daripada yang tidak menikah terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda kurang dari 16 tahun (Prawirohardjo, 2002).

Remaja beresiko paling besar untuk menghadapi masalah hamil dan melahirkan anak termasuk insiden bayi berat lahir rendah. Studi di New York menunjukkan berat bayi lahir berkurang 200-400 gram pada ibu yang

melahirkan usia kurang dari 15 tahun dibanding 19-30 tahun. hal ini merupakan resiko ringgi dalam proses kehamilan dan persalinan (Aritonang, 2010).

b. Kematian bayi dan abortus.

Kejadian ini dua sampai tiga kali lebih tinggi pada kelompok usia dini daripada wanita berusia lebih dari 25 tahun karena remaja cenderung memulai perawatan prenatal lebih lambat daripada wanita dewasa. Remaja juga memiliki resiko lebih besar mengalami kondisi yang berhubungan dengan masalah kehamilan misalnya hipertensi kehamilan (Bobak, 2004). c. Keracunan kehamilan.

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk Eklamsi dan Pre eklamsi. Pre eklamsi dan Eklamsi memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan kematian (Bobak, 2004).

d. Kemungkinan terkena resiko medik lainnya yaitu Fistula Vesikovaginal (Merembesnya air seni ke vagina) dan Fistula Retrovaginal (keluarnya gas dan feses dari vagina (Mardiya, 2011).

e. Mudah terkena penyakit infeksi. Keadaan gizi yang buruk mengakibatkan tubuh mudah terkena infeksi.

f. Persalinan lama dan sulit. Persalinan lama dan sulit adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebabnya yaitu kelainan latak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his, mengejan yang salah. g. Anemia kehamilan. Anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan kadar

wanita hamil menderita anemia. Anemia saat hamil muda disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi saat hamil (Endjun, 2002).

h. Cacat bawaan.

Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Manuaba (2009) mengatakan kehamilan usia terlalu muda dapat menimbulkan pertumbuhan janin dalam kandungan kurang sempurna, persalinan sering diakhiri dengan tindakan operasi, pulihnya alat reproduksi setelah persalinan berjalan lambat, pengeluaran ASI tidak cukup.

2.5 Kerangka Pemikiran

Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia seperti ini secara fisik maupun mental sudah mampu atau sudah ada kesiapan memikul tanggung jawab sebagai suami isteri dalam rumah tangga.

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, Peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut :

Gambar 3.1. alur kerangka pikir

Remaja putri di Desa Mangkai Baru yang melangsungkan pernikahan dini dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan usia muda sehingga menimbulkan dampak kesehatan bagi yang menikah muda tersebut.

2.6. Defenisi Operasional

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah sesuatu hal yang mempengaruhi seorang remaja perempuan untuk membuat keputusan untuk menikah di usia yang masih muda/ remaja. Adapun yang menjadi defenisi oprasional yang Penulis rumuskan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda, dapat diukur melalui indikator.

a. Faktor Ekonomi : 1. Jenis pekerjaan orang tua

2. Jumlah pendapatan dari orang tua informan. 3. Jumlah tanggungan orang tua

b. Faktor Pendidikan: 1. Pernah atau tidak mengenyam bangku sekolah Faktor yang mempengaruhi

terjadinya pernikahan dini : -ekonomi -pendidikan -orang/keluarga -kemauan sendiri -media massa -MBA Pernikahan dini pada remaja putri

Dampak pernikahan dini

2. Jenjang pendidikan formal yang diperoleh c. Faktor keluarga/orang tua :

1. Ada tidaknya keluarga/ orang tua yang menikah muda 2. Dijodohkan atau tidak

d. Faktor kemauan sendiri : 1. Awal mulai berpacaran

2. Lama masa pacaran dengan suami

2. Pernikahan usia muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimun pernikahan di usia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan laki-laki berusia 19 tahun itu baru sudah boleh menikah. Tetapi dalam hal ini penulis mempunyai batas dalam pernikahan usia muda yakni yang menikah pada usia dibawah 20 tahun

3.Dampak pernikah usia dini terhadap kesehatan reproduksi adalah hal- hal yang bersifat penyakit sebagai akibat dari pernikahan usia dini.

2.7 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan, ada beberapa hasil penelitian yang relevan antara lain :

Pertama, hasil penelitian Rafidah, dkk (2009) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Studi kasus 3 Pasangan Suami Istri Muda). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahawa secara umum masyarakat di Kabupaten Porworejo memiliki tanggapan yang negatif terhadap pernikahan usia muda, hal itu dibuktikan dari jawaban-jawaban yang

diberikan subjek pada angket. Dan diketahui pula bahwa subjek memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai aspek-aspek yang diperlukan dalam sebuah pernikahan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.

Kedua, hasil penelitian Ira Damayanti (2012) Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas XI di SMK 2 Surakata. Hasil penelitian ini ditemukan masih rendahya pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, baik dari instansi sekolah maupun dari keluarga serta petugas kesehatan.

Dari kedua penelitian yang relevan di atas, secara teoritis memiliki hubungan atau relevansi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian, karena kajiannya sama-sama ingin mengetahui tentang pernikahan dini pada remaja.

Penelitian yang relevan memfokuskan kepada faktor serta dampak pernikahan dini remaja, sedangkan studi penelitian ini lebih memfokuskan kepada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah. Jadi kajian teori penelitian yang relevan ini dapat dijadikan pedoman peneliti dalam memahami fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan.

Kajian pustaka ini, melalui beberapa teori-teori yang telah peneliti kemukakan dapat dijadikan landasan teori yang akan terus dikembangkan

sejalan dengan pengumpulan data penelitian, juga dapat membantu pembaca dalam memahami temuan penelitian.

Dokumen terkait