• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pernikahan Dini pada Remaja Putri di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupten Batubara Tahun 2014 (Studi Kualitatif)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Pernikahan Dini pada Remaja Putri di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupten Batubara Tahun 2014 (Studi Kualitatif)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI DESA MANGKAI BARU KECAMATAN LIMA PULUH

KABUPATEN BATUBARA TAHUN 2014 (STUDI KUALITATIF)

SKRIPSI Oleh:

TIUR FLORENSISKA NAINGGOLAN NIM: 111021071

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI DESA MANGKAI BARU KECAMATAN LIMA PULUH

KABUPATEN BATUBARA TAHUN 2014 (STUDI KUALITATIF)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

TIUR FLORENSISKA NAINGGOLAN NIM: 111021071

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Pernikahan merupakan peristiwa penting dan tak terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang. Pernikahan dini banyak terjadi dibeberapa kalangan baik yang ada di kota maupun di desa. Seperti yang terjadi di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Terjadinya pernikahan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendorong mereka melangsungkan pernikahan dan yang akan memberi dampak pada kesehatan reproduksinya.

Penelitian dilakukan di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara dan merupakan penelitian Deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah remaja yang telah menikah di usia muda yaitu sebanyak 5 orang , satu orang bidan dan seorang tokoh agama.

Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan pernikahan dini di Desa Mangkai Baru dikarenakan hamil di luar nikah dan bukan hanya itu saja faktor kemauan sendiri, faktor dorongan keluarga, juga faktor pendidikan rendah dikarenakan keadaan ekonomi yang pas-pasan juga mempengaruhi. Dampak yang ditimbulkan pernikahan dini tersebut antara lain : Keguguran, persalinan lama dan macet dan anemia kehamilan.

(5)

ABSTRACT

Marriage is a very important event and never forgotten in the course of one's life in a form and build a happy family. Marriage at a young age is a lot happening in some circles both in cities and villages. As in Mangkai Baru Village Lima Puluh subdistric Batubara regency. The marriage at a young age is influenced by various factors that encourage them to establish a marriage at a

young age and it’s i give impact to her health reproduction.

The study was conducted in Mangkai Baru Village Lima Puluh subdistric Batubara regency. This study is descriptive, where informants in this study is that girls who had been married at a young age as many as 5 people, a religious leader and a midwife. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by researchers who described qualitatively, so that in the end it canbe concluded from these findings.

The results showed that the dominant factor in the young marriage in Mangkai Baru Village Lima Puluh subdistric Batubara regency due to pregnancy out of wedlock (Marrige By acident) and not only that, there are other factors that cause them to get married at a young age as factors willingness it self (feel 've loved each other) , factor encouragement of parents / families, as well as the educational factor is so low due to the economic situation which is toomediocre. The impact of early marriage among others: Abortion, long and difficult childbirth and pregnancy anemia.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tiur Florensiska Nainggolan

Tempat/Tanggal lahir : Mangkai Baru/ 20 Maret1989 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 2 dari 6 bersaudara

Alamat Rumah :Jl. Menteng VII Gang Keluarga No.42 Medan RiwayatPendidikan :

1. Tahun 1995-2001 : SDN No. 173748 Pangururan 2. Tahun 2001-2004 : SMP Swasta Budi Mulia Pangururan 3. Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 2 Pangururan

4. Tahun 2007-2010 : D-III Kebidanan di Akbid Imelda Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya yang telah memberikan kekuatan maupun kesehatan kepada

penulis selama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul : “DAMPAK

PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI DESA MANGKAI BARU KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA TAHUN 2014 (STUDI KUALITATIF)” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk

menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril dan materil. untuk

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Kependudukan dan

Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua

Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II

(8)

dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan

5. Ibu Asfriyati, SKM, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Maya Fitria,SKM,Mkes selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staff pegawai FKM USU yang telah membantu dalam

penyelesaian pendidikan dan skripsi ini.

8. Ibu Kepala Kepala Desa Mangkai Baru yang telah memberikan izin dan

membantu dalam pengambilan data bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Kepada Ayahanda tercinta JW.Nainggolan, SPd dan ibunda tercinta

R.ButarButar, SPd yang telah memberikan limpahan kasih sayang, motivasi, perhatian, bantuan dan doa yang tiada henti sehingga ananda dapat menyelesaikan pendidikan untuk masa depan yang lebih baik.

10.Kepada kakanda tercinta Maria Christin Nainggolan, SKM dan adik-adikku tercinta Yose Wesli, Henry Diputra, Arjuna Pradipta, dan David

Risky Nainggolan yang telah memberikan motivasi, perhatian, dan doa. 11.Kepada teman seperjuangan Juni, Damelta, k’Rumondang, k’Enjel,

Margaret, Devi, Meri, k’Vera, k’Afrida yang telah memberikan motivasi,

perhatian, dan doa.

12.Seluruh teman dari peminatan Kesehatan Reproduksi dan

(9)

satu-persatu yang telah memberikan dukungan, bantuan dan inspirasi bagi

penulis serta kritikan yang menambah semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan masyarakat.

Medan, April 2014

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ...

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Fokus Penelitian ... 6

1.3.Rumusan Masalah ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.4.1 Tujuan Umum ... 7

1.4.2 Tujuan Khusus ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Remaja... 9

2.2. Pernikahan Dini ... 13

2.3. Faktor-Faktor penyebab Pernikahan Dini ... 15

2.4. Dampak Pernikahan Dini ... 18

2.5. Kerangka Pikir ... 22

2.6. Defenisi Operasional ... 23

2.8. Penelitian yang relevan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Subjek Penelitian ... 26

3.3. Instrumen Penelitian ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

4.1. Lokasi dan Luas Desa ... 30

4.2.Tata Ruang Desa ... 30

4.3. Kondisi Sosial Ekonomi ... 31

4.3.1. Penduduk ... 31

4.3.2. Menurut Agama... 32

4.3.3. Menurut Mata pencaharia ... 33

4.4. Fasilitas Kesehatan ... 34

4.5. Hasil Temuan ... 34

4.5.1 Karakteristik Informan ... 34

4.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini ... 35

4.5.2.1.Faktor Ekonomi ... 35

4.5.2.2.Faktor Pendidikan ... 38

4.5.2.3.Faktor Kemauan Sendiri ... 41

4.5.2.4.Faktor Media Massa ... 44

4.5.2.5.Faktor Keluarga/Orangtua ... 46

4.5.2.6.Faktor MBA (Marriage By Accident) ... 48

4.5.2.7.Informan Tambahan ... 51

4.5.3. Dampak Terhadap Kesehatan Reproduksi ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 57

5.1. Analisis Data ... 57

5.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini ... 57

5.1.1.1 Faktor Orangtua /Keluarga ... 57

5.1.1.2 Faktor Ekonomi. ... 58

5.1.1.3 Faktor Pendidikan ... 60

5.1.1.4 Faktor Kemauan Sendiri... 61

5.1.1.5 Faktor Media Massa. ... 62

5.1.1.6 Faktor MBA (Marriage By Accident) ... 63

5.1.3. Dampak Terhadap Kesehatan Reproduksi ... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

6.1. Kesimpulan... 68

6.2. Saran ... 69

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 32

Tabel 4.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Agama ... 32

Tabel 4.3 Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 33

Tabel 4.4 Fasilitas Kesehatan ... 34

Tabel 4.5 Karakteristik Informan Utama ... 35

Tabel 4.6 Karekteristik Informan Tambahan ... 35

Tabel 4.7 Faktor Ekonomi ... 35

Tabel 4.8 Faktor Pendidikan ... 38

Tabel 4.9 Faktor kemauan Sendiri ... 41

Tabel 4.10 Faktor Media Massa ... 44

Tabel 4.12 Faktor keluarga/ orangtua ... 46

Tabel 4.12 Faktor MBA... 48

Tabel 4.13 Informan Tambahan... 51

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(14)

ABSTRAK

Pernikahan merupakan peristiwa penting dan tak terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang. Pernikahan dini banyak terjadi dibeberapa kalangan baik yang ada di kota maupun di desa. Seperti yang terjadi di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Terjadinya pernikahan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendorong mereka melangsungkan pernikahan dan yang akan memberi dampak pada kesehatan reproduksinya.

Penelitian dilakukan di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara dan merupakan penelitian Deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah remaja yang telah menikah di usia muda yaitu sebanyak 5 orang , satu orang bidan dan seorang tokoh agama.

Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan pernikahan dini di Desa Mangkai Baru dikarenakan hamil di luar nikah dan bukan hanya itu saja faktor kemauan sendiri, faktor dorongan keluarga, juga faktor pendidikan rendah dikarenakan keadaan ekonomi yang pas-pasan juga mempengaruhi. Dampak yang ditimbulkan pernikahan dini tersebut antara lain : Keguguran, persalinan lama dan macet dan anemia kehamilan.

(15)

ABSTRACT

Marriage is a very important event and never forgotten in the course of one's life in a form and build a happy family. Marriage at a young age is a lot happening in some circles both in cities and villages. As in Mangkai Baru Village Lima Puluh subdistric Batubara regency. The marriage at a young age is influenced by various factors that encourage them to establish a marriage at a

young age and it’s i give impact to her health reproduction.

The study was conducted in Mangkai Baru Village Lima Puluh subdistric Batubara regency. This study is descriptive, where informants in this study is that girls who had been married at a young age as many as 5 people, a religious leader and a midwife. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by researchers who described qualitatively, so that in the end it canbe concluded from these findings.

The results showed that the dominant factor in the young marriage in Mangkai Baru Village Lima Puluh subdistric Batubara regency due to pregnancy out of wedlock (Marrige By acident) and not only that, there are other factors that cause them to get married at a young age as factors willingness it self (feel 've loved each other) , factor encouragement of parents / families, as well as the educational factor is so low due to the economic situation which is toomediocre. The impact of early marriage among others: Abortion, long and difficult childbirth and pregnancy anemia.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena pernikahan dini (usia

muda). Diantaranya adalah keguguran, persalinan prematur, BBLR, kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, keracunan kehamilan, dan

kematian (Kusmiran, 2011).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 menunjukkan bahwa

sebanyak 16 juta kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh kelahiran di dunia yang mayoritas (95%) terjadi di negara sedang berkembang. Di Amerika Latin dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat

mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tertinggi kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, 2012).

Komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun di negara-negara

berkembang . Dari 16 juta remaja perempuan yang melahirkan setiap tahun diperkirakan 90 % sudah menikah dan 50 ribu diantaranya telah meninggal. Selain itu resiko terjadinya kematian ibu dan dan kematian bayi yang baru lahir 50 %

(17)

Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs

(UNDESA, 2010), Indonesia merupakan negara ke-37 dengan jumlah pernikahan dini terbanyak di dunia di tahun 2007. Untuk level ASEAN, tingkat pernikahan

dini di Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja. Menurut Riskesdas 2010, Perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun menikah sebanyak 0,2 persen atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di

Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun

(11,7 % perempuan dan 1,6 % laki-laki usia 15-19 tahun). Selain itu jumlah aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000

diantaranya dilakukan oleh remaja (BkkbN, 2011).

Untuk mencapai target penurunan Angka Kematian Ibu (Milenium Development Goals), yakni 102 per 100 ribu pada 2015 menjadi semakin sulit

untuk dicapai, akibat melonjaknya kasus pernikahan dini di Indonesia. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi salah satunya disebabkan usia ibu terlalu muda sehingga terjadi perdarahan atau abortus oleh

karena anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan sehingga dapat terjadi komplikasi. Dari data UNPFA (2010) didapati

15-30% persalinan untuk usia dini dengan komplikasi kronik seperti kerusakan berupa kebocoran urin atau terdapatnya feses pada rongga vagina. Kerusakan organ kewanitaan tersebut rentan terjadi pada wanita usia kurang dari 20 tahun

yang telah melakukan hubungan seksual. (Tribunnews, 2013).

Penelitian Organisasi kemanusiaan Plan Indonesia pada April 2011

(18)

dan Rembang (Jawa Tengah), Tabanan (Bali), Dompu (NTB), serta Timor Tengah

Selatan, Sikka, dan Lembata (NTT) yang mengutamakan perlindungan dan pemberdayaan anak didapat data 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah menikah

dan rata-rata menikah pada usia 15-16 tahun(Alfiah, 2011).

Menurut BkkbN (2011) faktor yang mempengaruhi usia rata-rata usia menikah pertama perempuan adalah faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat

tinggal (desa/kota). Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orang

tua (Puspitasari, 2009).

Menurut Adiningsih dalam Pikiran Rakyat (2010), pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja sangatlah minim, informasi yang kurang akurat

dan benar tentang kesehatan reproduksi sehingga memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi sendiri, baik melalui media (cetak dan elektronik) dan

hubungan pertemanan, yang besar kemungkinannya justru salah. Ternyata sebagian besar remaja merasa tidak cukup nyaman curhat dengan orangtuanya, terutama bertanya seputar masalah seks. Oleh karena itu, remaja lebih suka

,mencari tahu sendiri melalui sesama temannya dan menonton blue film. Selain itu pengetahuan tentang akibat pernikahan dini dan kesiapan secara fisik merupakan

salah satu hal yang harus diperhatikan pada pasangan yang menikah diusia muda terutama pihak wanitanya. Hal ini berkaitan dengan kehamilan dan proses

melahirkan. Secara fisik, tubuh mereka belum siap untuk untuk melahirkan anak dan melahirkan karena tulang panggul mereka yang masih kecil sehingga membahayakan persalinan. Hal tersebut sangat mempengaruhi angka kematian

(19)

Desa Mangkai Baru merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Desa Mangkai Baru terletak di daerah pedalaman yang letaknya diantarai oleh dua pabrik. Alat tranportasi sudah

cukup memadai dengan jaringan komunikasi yang sudah cukup tersedia. Di Desa Mangkai Baru sendiri hingga saat ini pernikahan dini merupakan hal yang dianggap negatif oleh masyarakat setempat, setiap individu yang menikah di usia

dini hampir selalu menjadi bahan perbincangan masyarakat. Meskipun demikian pernikahan dini masih tetap ada.

Menurut data tahunan pemerintah daerah Desa Mangkai Baru Kabupaten Batubara, tercatat jumlah pernikahan remaja yang menikah di bawah usia 20 tahun pada 2012 sebanyak 25 orang, dari 23 orang di tahun 2011 dan pada awal

Juni 2013 sebanyak 13 orang remaja telah menikah di bawah usia 20 tahun dan

rata-rata menikah setelah lulus SMA ataupun sebelum lulus SMA.

Juga pada saat dilakukakan survei awal pada Juli 2013 dari 10 orang remaja putri di Desa Mangkai Baru di dapat bahwa 70% mengenal beberapa orang yang menikah dini akibat hamil di luar nikah. Dari hasil wawancara dengan beberapa

nara sumber, didapatkan informasi bahwa ada sebagian pasangan yang menikah dini disebabkan oleh faktor orangtua dan ekonomi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti baik itu berupa observasi maupun wawancara dengan beberapa masyarakat Desa Mangkai

Baru, peneliti menemukan bahwa sebagian warga yang menikah di usia remaja ada yang mengalami abortus dan KDRT. Dan mereka cenderung memisahkan diri dari lingkungan terutama dengan teman seusianya, dan ada yang tidak mampu

(20)

mertuanya. Terjadinya pernikahan dini di Desa Mangkai Baru mempunyai

dampak tidak baik kepada mereka yang telah melangsungkan pernikahan juga berdampak pada anak-anak yang dilahirkannya serta masing-masing keluarganya

akan tetapi tidak semua pernikahan dini berdampak kurang baik bagi keluarga.

Seringkali menikah dini dijadikan alasan untuk menghindari hal-hal yang dilarang baik asas agama maupu sosial di tengah gejolak pergaulan seperti saat

ini. Alasan lain adalah pikiran bahwa dengan menikah muda, mereka akan masih sehat dan aktif berkarya di saat anak-anak mereka tumbuh besar yang

membutuhkan biaya untuk keperluan pendidikan dan keperluan lainnya. Selain itu muncul pula alasan lain yang mengatakan bahwa nikah muda itu menyenangkan. Meskipun itu merupakan alasan dari pada terjerat dalam pergaulan bebas dan

menghindari hamil di luar pernikahan.

Dari fakta yang di dapat, dengan melihat dan menelaah bahwa mereka

yang menikah muda akan lebih cenderung untuk mengalami kegagalan dalam rumah tangga mereka. Namun dalam alasan perceraian bukan karena alasan nikah muda, melainkan ekonomi dan lain sebagainya. Tetapi masalah tersebut tentu saja

sebagai salah satu dampak dari pernikahan yang dilakukan tanpa kematangan usia dan psikologis.

Dari data-data tentang pernikahan dini di Indonesia dan faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, serta melihat fakta yang terjadi di Desa Mangkai Baru, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dirasakan

remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah di Desa Mangkai Baru Kecamatan

(21)

1.2Fokus Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu dala latar belakang masalah serta dari pengamatan awal ditemukan fenomena-fenomena yang dipilih sebagai objek

perhatian untuk dikaji secara ilmiah (Iskandar, 2013). Penelitian ini difokuskan pada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah dini di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan remaja putri melakukan pernikahan dini serta dampak yang dirasakan remaja putri yang

telah menikah baik sosial maupun kesehatan akibat menikah di usia dini.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat merumuskan masalah penelitian yaitu masih dijumpai banyaknya kasus pernikahan yang dilakukan remaja pada usia dini sehingga ingin diketahui lebih lanjut tentang apa yang dirasakan remaja

putri setelah menikah melalui pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh

Kabupaten Batubara tahun 2014.

1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara komprehensif tentang apa yang dirasakan oleh remaja putri yang telah menikah di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh

(22)

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan pernikahan dini pada remaja putri di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima

Puluh Kabupaten Batubara tahun 2014.

2. Untuk mengetahui dampak pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah dini di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten

Batubara tahun 2014.

1.5Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya orangtua

tentang pernikahan dini dan dampak dari pernikahan dini sehingga masyarakat dapat waspada dan membimbing anaknya terhadap perilaku dan pergaulan anaknya. Dan penelitian ini diharapkan dapat

memberika kontribusi berupa masukan kepada para remaja tentang dampak negatif dari pernikahan dini dan sebagai pertimbangan kepada

pasangan remaja yang ingin melaksanakan pernikahan dini. 2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja a. Definisi Remaja

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun sebagai suatu masa dimana individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Sementara

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun(WHO, 2013).

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa

yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Santrock

(2003) membagi masa remaja menjadi dua fase yaitu yang disebut “masa remaja

awal” atau “pre adolence” yang berkisar antara 12-15 tahun dan “masa remaja

akhir” atau “late adolensence” antara usia 15-18 tahun (Kusmiran, 2011).

Menurut Gunarsa (2001), defenisi remaja dapat ditinjau dari 3 sudut pandang,

yaitu:

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun

(24)

3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami

perubahan dalam aspek koqgitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa atau usia belasan tahun, atau seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur mudah terangsang perasaan. Batasan usianya adalah 10-19 tahun dan belum

menikah (Sarwono, 2007).Masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa,

kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik, usia dimana individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telah mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadi lebih mandiri. Masa remaja adalah masa

yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia (Kusmiran, 2011).

b. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Gunarsa (2001), berdasarkan tahap perkembangannya masa remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

a. Masa remaja awal (12-15 tahun) dengan ciri khas antara lain :

1. Lebih dekat dengan teman sebaya 2. Ingin bebas

3. Lebih banyak memperhatikan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak

b. Masa remaja tengah (15-18 tahun) dengan ciri khas antara lain :

1. Mencari identitas diri

2. Timbulnya keinginan untuk kencan

(25)

4. Mengembangan kemampuan berpikir abstrak

5. Berkhayal tentang aktifitas seks c. Masa remaja akhir

1. Pengungkapan identitas diri

2. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3. Mempunyai citra jasmani dirinya

4. Dapat mewujudkan rasa cinta 5. Mampu berfikir abstrak.

c. Organ Reproduksi Remaja Perempuan

a. Organ reproduksi bagian luar :

1. Bibir kemaluan luar (Labia Mayora)

2. Bibir kemaluan dalam (Labia Minora)

3. Klentit (Clitoris) yang sangat peka karena banyak saraf, ini merupakan

bagian yang paling sensitif dalam menerima rangsangan seksual

4. Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan anus (dubur)

5. Bukit kemaluan (Mons Veneris) yang ditumbuhi oleh rambut kemaluan pada saat perempuan memasuki usia pubertas.

b. Organ Reproduksi Bagian dalam:

1. Vagina (liang kemaluan atau liang senggama), bersifat elastis dan dapat membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ

(26)

2. Mulut rahim (serviks), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan

penis laki-laki di dalam vagina akan masuk ke dalam mulut rahim sehingga hingga bertemu sel telur perempuan

3. Rahim (uterus) adalah tempat tumbuhnya janin hingga dilahirkan. Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan setelah melahirkan)

4. Dua buah saluran telur (Tuba Fallopi) yang terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau sudah dibuahi akan

disalurkan ke dalam rahim melalui saluran ini

5. Dua buah indung telur (Ovarium) kanan dan kiri. Ketika seorang

perempuan lahir, ia mempunya ovarium yang mempunyai sekitar setengah juta ovum (cikal bakal telur). Tiap ovum memiliki kemungkinan berkembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak

ovum, hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia produktif perempuan (BKkbN, 2007).

d. Perkembangan Fisik Remaja Perempuan

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.

(27)

kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding rahim yang

banyak mengandung darah. b. Ciri-ciri seks sekunder

1. Pinggul lebar, bulat, membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara lebih membesar dan bulat.

2. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif.

3. Otot semakin besar dan kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai.

4. Suara menjadi semakin merdu dan lebih penuh (Gunarsa, 2001).

2.2 Pernikahan Dini

Dalam Wikipedia, pernikahan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu yang pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan pribadi

yang biasanya intim dan seksual (Wikipedia, 2011).

Pernikahan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri

dipertemukan secara formal dihadapan kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin, untuk kemudian resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritual tertentu (Kartono, 2006).

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan usia remaja. Remaja adalah usia 10-19 tahun dimana masa remaja

(28)

merupakan keputusan-keputusan yang sesaat. Kemungkinannya akan sangat

buruk buat mereka, biasanya kedua anak laki-laki dan perempuan tidak dewasa secara emosi dan sering dimanjakan. Mereka ingin segera memperoleh apa yang

dikehendakinya, tidak peduli apakah itu berakibat bencana (Steve, 2007).

Menurut Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974, salah satu syarat untuk menikah adalah bila pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita

sudah mencapai usia 16 tahun. Undang-Undang Perlindungan Anak memberikan batasan usia anak adalah usia dibawah 18 tahun dan dalam Undang-Undang

Perlindungan anak nomor 23 tahun 2002, orangtua diwajibkan menindungi anak dari pernikahan dini. Namun ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang

sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat

memenuhi batas usia minimal tersebut (Sarwono, 2007).

Menurut BKkbN, batasan usia Pernikahan adalah usia 20 tahun karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya

kanker leher rahim serta penyakit menular seksual (Rifka, 2011). Usia pernikahan yang ideal bagi perempuan adalah 20-25 tahun, sementara laki-laki 25-28 tahun

karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara fisiologis sudah berkembang secara baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan. Usia

terbaik bagi wanita untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun (Endjun, 2002).

(29)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada remaja di negara

berkembang khususnya Indonesia antara lain:

a. Faktor Ekonomi

Mencher dalam Siagian (2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana

pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga.

Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si

anak menikah sehingga bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya (terutama untuk anak perempuan), belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu

perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.

b. Faktor Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivatas sosial ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi. Akibat lanjutnya

produktivitas kerjanyapun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai. Karena terkadang seorang anak perempuan memutuskan untuka menikah diusia yang tergolong muda.

Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usiauntuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara

(30)

sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada

usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah

mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia di atas 22 tahun

c. Faktor Keluarga/ Orang tua

Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan

pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak di inginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki

yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

d. Faktor kemauan sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain,

sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan di usia muda.

e. Faktor Media massa

Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media

(31)

yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau menstransformasi diantara

masyarakat itu sendiri.

Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini

yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologiseperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,

disatu sisi berdampak positif tetapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh

negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan

bebas dan seks bebas.

Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai

pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

f. Faktor MBA ( Marriage By Accident)

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa

disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah

menguntungkan, pada hal masa remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa.Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil

(32)

karena ada suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan

atas dasar pentingnya pernikahan.

Berdasarkan data penelitian disejumlah daerah menunjukkan adanya trend

peningkatan perilaku seks di luar nikah. Beberapa penelitian menunjukkan 21- 30% remaja Indonesia dikota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, telah melakukan hubungan seks pranikah dikalangan remaja (koran indonesia,

2011).

2.4 Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi

Dampak bagi kesehatan reproduksi sering terjadi pada pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan dan persalinan.Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja, alat

reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya. Rahim baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi

hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita mulai mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai dengan dimulainya menstruasi. Pematangan rahim dapat pula dilihat dari perubahan

ukuran rahim secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah sejalan dengan umur dan perkembangan hormonal (Kusmiran, 2011).

Pada seorang anak berusia kurang dari 8 tahun, ukuran rahimnya kurang lebih hanya setengah dari panjang vaginanya. Setelah umur 8 tahun, ukuran rahimnya kurang lebih sama dengan vaginanya. Hal ini berlanjut sampai usia

kurang lebih dari 14 tahun (masa menstruasi) hingga besar rahimnya lebih besar sedikit dari ukuran vaginanya. Ukuran ini menetap sampai terjadi

(33)

baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan harim dapat

ruptur (robek). Di samping itu, penyangga rahim juga belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga resiko yang lain dapat juga terjadi yaitu

prolapsus uteri (turunnya rahim ke liang vagina) pada saat persalinan.

Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur. Ketidakteraturan tersebut dapat

berdampak jika terjadi kehamilan yaitu kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi pendarahan, kemudian abortus atau kematian janin. Usia kehamilan

terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang usia produktif aktif. Hal ini dapat meningkatkan resiko kanker leher rahim di kemudian hari (Kusmiran, 2011).

Dampak pernikahan dini terhadap kehamilan dan persalinan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pernikahan dini merupakan salah satu faktor keganasan mulut rahim.

Wanita yang hamil pertama sekali kurang dari 17 tahun dampir selalu 2 kali lebih memungkinkan terkena kanker serviks di usia tuanya dari pada

wanita yang menunda kehamilannya hingga usia 25 tahun atau lebih tua (Manuaba, 2009). Insidensi kanker serviks lebih tinggi terjadi pada wanita

yang menikah daripada yang tidak menikah terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda kurang dari 16 tahun (Prawirohardjo, 2002).

Remaja beresiko paling besar untuk menghadapi masalah hamil dan melahirkan anak termasuk insiden bayi berat lahir rendah. Studi di New York

(34)

melahirkan usia kurang dari 15 tahun dibanding 19-30 tahun. hal ini

merupakan resiko ringgi dalam proses kehamilan dan persalinan (Aritonang, 2010).

b. Kematian bayi dan abortus.

Kejadian ini dua sampai tiga kali lebih tinggi pada kelompok usia dini daripada wanita berusia lebih dari 25 tahun karena remaja cenderung

memulai perawatan prenatal lebih lambat daripada wanita dewasa. Remaja juga memiliki resiko lebih besar mengalami kondisi yang berhubungan

dengan masalah kehamilan misalnya hipertensi kehamilan (Bobak, 2004).

c. Keracunan kehamilan.

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia

makin meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk Eklamsi dan Pre eklamsi. Pre eklamsi dan Eklamsi memerlukan perhatian

khusus karena dapat menyebabkan kematian (Bobak, 2004).

d. Kemungkinan terkena resiko medik lainnya yaitu Fistula Vesikovaginal (Merembesnya air seni ke vagina) dan Fistula Retrovaginal (keluarnya gas

dan feses dari vagina (Mardiya, 2011).

e. Mudah terkena penyakit infeksi. Keadaan gizi yang buruk mengakibatkan

tubuh mudah terkena infeksi.

f. Persalinan lama dan sulit. Persalinan lama dan sulit adalah persalinan yang

disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebabnya yaitu kelainan latak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his, mengejan yang salah. g. Anemia kehamilan. Anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan kadar

(35)

wanita hamil menderita anemia. Anemia saat hamil muda disebabkan

karena kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi saat hamil (Endjun, 2002).

h. Cacat bawaan.

Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Manuaba (2009) mengatakan kehamilan usia terlalu

muda dapat menimbulkan pertumbuhan janin dalam kandungan kurang sempurna, persalinan sering diakhiri dengan tindakan operasi, pulihnya

alat reproduksi setelah persalinan berjalan lambat, pengeluaran ASI tidak cukup.

2.5 Kerangka Pemikiran

Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki

25-28 tahun. Karena di usia seperti ini secara fisik maupun mental sudah mampu atau sudah ada kesiapan memikul tanggung jawab sebagai suami isteri dalam

(36)

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, Peneliti membuat bagan yang

[image:36.595.112.568.149.286.2]

menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut :

Gambar 3.1. alur kerangka pikir

Remaja putri di Desa Mangkai Baru yang melangsungkan pernikahan dini dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk

melangsungkan pernikahan usia muda sehingga menimbulkan dampak kesehatan bagi yang menikah muda tersebut.

2.6. Defenisi Operasional

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah sesuatu hal

yang mempengaruhi seorang remaja perempuan untuk membuat keputusan untuk menikah di usia yang masih muda/ remaja. Adapun yang menjadi

defenisi oprasional yang Penulis rumuskan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda, dapat diukur melalui indikator.

a. Faktor Ekonomi : 1. Jenis pekerjaan orang tua

2. Jumlah pendapatan dari orang tua informan. 3. Jumlah tanggungan orang tua

b. Faktor Pendidikan: 1. Pernah atau tidak mengenyam bangku sekolah Faktor yang mempengaruhi

terjadinya pernikahan dini : -ekonomi

-pendidikan -orang/keluarga -kemauan sendiri -media massa -MBA

Pernikahan dini pada remaja putri

(37)

2. Jenjang pendidikan formal yang diperoleh

c. Faktor keluarga/orang tua :

1. Ada tidaknya keluarga/ orang tua yang menikah muda

2. Dijodohkan atau tidak d. Faktor kemauan sendiri :

1. Awal mulai berpacaran

2. Lama masa pacaran dengan suami

2. Pernikahan usia muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur

masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimun pernikahan di usia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan laki-laki berusia 19 tahun itu baru sudah boleh

menikah. Tetapi dalam hal ini penulis mempunyai batas dalam pernikahan usia muda yakni yang menikah pada usia dibawah 20 tahun

3.Dampak pernikah usia dini terhadap kesehatan reproduksi adalah hal- hal yang bersifat penyakit sebagai akibat dari pernikahan usia dini.

2.7 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan, ada beberapa

hasil penelitian yang relevan antara lain :

Pertama, hasil penelitian Rafidah, dkk (2009) Faktor-faktor yang berhubungan

dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Studi kasus 3 Pasangan Suami Istri Muda). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahawa secara umum masyarakat di Kabupaten Porworejo memiliki tanggapan yang negatif

(38)

diberikan subjek pada angket. Dan diketahui pula bahwa subjek memiliki

pemahaman yang cukup baik mengenai aspek-aspek yang diperlukan dalam sebuah pernikahan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, psikologis, dan

sosial ekonomi.

Kedua, hasil penelitian Ira Damayanti (2012) Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas

XI di SMK 2 Surakata. Hasil penelitian ini ditemukan masih rendahya pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan

reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, baik dari instansi sekolah maupun dari keluarga serta petugas kesehatan.

Dari kedua penelitian yang relevan di atas, secara teoritis memiliki

hubungan atau relevansi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian,

karena kajiannya sama-sama ingin mengetahui tentang pernikahan dini pada remaja.

Penelitian yang relevan memfokuskan kepada faktor serta dampak

pernikahan dini remaja, sedangkan studi penelitian ini lebih memfokuskan kepada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang

telah menikah. Jadi kajian teori penelitian yang relevan ini dapat dijadikan pedoman peneliti dalam memahami fenomena-fenomena yang ditemukan di

lapangan.

(39)

sejalan dengan pengumpulan data penelitian, juga dapat membantu pembaca

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dimana akan menggambarkan secara jelas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini dan dampaknya pada remaja putri.

3.2 Subjek Penelitian

Karakteristik subjek yang diteliti sebagai responden utama adalah 5 orang

remaja putri yang telah menikah dini (< 20 tahun) dan telah memiliki anak, sedangkan sebagai responden tambahan yaitu 1 orang petugas kesehatan (bidan)

yang sudah lama mengabdi di Desa tersebut dan mayoritas penduduk Mangkai Baru yang melahirkan ditolong oleh petugas kesehatan tersebut serta 1 orang responden tambahan lagi yaitu tokoh agama yang dihormati dan disegani di

wilayah tersebut. Responden bersedia menjadi riset partisipan yang dibuktikan dengan penandatanganan pada informed concent, mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan berdomisili di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima

Puluh Kabupaten Batubara tahun 2014.

Cara penentuan atau pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik key informan yaitu kepala desa setempat. Key informan tersebut ditentukan karena surat keterangan untuk pengajuan pernikahan ke KUA harus melalui key informan terlebih dahulu dengan kata lain semua pernikahan di

Desa Mangkai Baru tersebut harus dengan sepengetahuan key informan, selain itu key informan juga mengetahui seluk-beluk orang yang berpengaruh (petugas

(41)

Melalui key informan, peneliti mendapatkan keseluruhan alamat responden utama.

Kemudian key informan merekomendasikan 10 orang informan utama yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Informan utama dipilih berdasarkan

metode kesesuaian dan kecukupan yaitu 5 orang dari 10 orang yang direkomendasikan key informan. Kemudian peneliti mendatangi satu per satu dari 5 alamat informan yang telah direkomendasikan key informan. Setelah menemui

dan melakukan wawancara terhadap kelima informan maka peneliti kemudian berupaya menemui informan tambahan sesuai dengan kerakteristik informan yang

dibutuhkan berdasarkan rekomendasi key informan. Setelah menemui dan melakukan wawancara terhadap seluruh informan maka peneliti merasa sudah

sesuai dan sudah dapat menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian maka peneliti menetapkan bahwa informan sudah mencukupi.

3.3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya dan dengan bantuan alat perekam untuk merekam hasil wawancara dengan informan. Aspek-

aspek yang ditanyakan dalam wawancara adalah faktor penyebab pernikahan dini dan dampaknya terhadap remaja putri tersebut. Adapun teknik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah terlebih dahulu melalui penemuan informan kunci (key informan). Jadi berdasarkan informasi dan rekomendasi dari informan kunci itulah

peneliti mendapatkan 10 informan dengan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Kemudian melalui pemberian alamat informan untuk dilakukan wawancara dikediaman informan tersebut agar wawancara lebih efektif dan lebih

(42)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan teknik wawancara mendalam yang mencakup faktor yang mempengaruhi pernikahan dini

(faktor ekonomi, pendidikan, orangtua/keluarga, kemauan sendiri, media massa, MBA) dan dampak pernikahan dini tersebut. Peneliti mendapatkan data primer

dengan menggunakan metode kesesuaian dan kecukupan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari kantor

kepala desa Mangkai Baru.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis menurut Sugiyono (2011) yaitu analisis data selama di lapangan model Miles dan Huberman, Analisis data model ini terdiri dari data reduction, data display dan conclusion.

1. Data reduction (reduksi data)

Merangkum hasil wawancara, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting sesuai dengan tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah dirangkum akan memberikan gambaran yang

(43)

2. Data display (penyajian data)

Setelah data dirangkum maka langkah selanjutnya menyajikan data dalam bentuk tabel sesuai dengan temanya masing-masing, kemudian dilakukan

interpretasi .

3. Conclusion Drawing/Verivication

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Luas Desa

Desa Mangkai Baru termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara. Wilayah Desa Mangkai Baru berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan PT.Socfindo Lima Puluh b. Sebelah selatan berbatasan dengan PTPN IV Gunung Bayu

c. Sebelah barat berbatasan dengan PTPN IV Gunung Bayu d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Mangkai Lama

Posisi Desa Mangkai Baru terletak lebih kurang 2 km dari pusat pemerintahan

Kecamatan Percut Sei Tuan dan lebih kurang 35 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Batubara. Luas wilayah Desa Mangkai Baru lebih kurang 230 Ha.

Lahan desa dimanfaatkan oleh penduduk sebagai pemukiman dan sarana umum selain itu ada juga lahan desa yang dipergunakan sebagai lahan perkebunan.

4.2 Tata Ruang Desa

Desa Mangkai Baru adalah daerah dataran yang berada diantara perkebunan milik PT Sochpindo dan PTPN4 Gunung Bayu, memiliki 4 (empat)

jalan utama dari arah utara hingga ke arah timur desa. Nama-nama jalan tersebut adalah Jalan Maju Bersama,Jalan Gotong-royong, Jalan Cempaka, Jalan Subur Sari, Jalan Makmur, dan Jalan Sejatera. Masing-masing jalan memiliki panjang

(45)

sepeda motor sewaan. Jika menggunakan kenderaan pribadi dapat memasuki

desa dari arah mana saja tergantung posisi yang dianggap lebih dekat dan cepat untuk mencapai desa. Jarak dari badan jalan hingga ke halaman depan rumah

penduduk yang berada dipinggir jalan utama sekitar 5 m - 15 m dari badan jalan. Antara badan jalan utama desa dengan halaman rumah penduduk yang berada di pinggir jalan dibatasi parit dengan lebarsekitar 1 meter - 3 meter.

Desa Mangkai Baru terbagi kedalam 7 (tujuh) dusun antara lain ; Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV, Dusun V, Dusun VI, Dusun VII. Dusun-dusun

yang ada di desa terletak di sisi kiri dan kanan jalan-jalan utama desa. Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun. Pemukiman penduduk Desa Mangkai

Baru menyebar di seluruh wilayah desa. Bangunan rumah yang berada di pinggir jalan baik di sisi kiri dan kanan jalan seluruhnya menghadap ke jalan utama. Bangunan rumah penduduk yang berada di pinggir jalan-jalan desa memiliki

pekarangan dan halaman.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi 4.3.1. Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Mangkai Baru sekitar hingga akhir bulan Desember tahun 2013 sekitar 3.665 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.811

[image:45.595.114.512.657.730.2]

(49,41%) dan perempuan sebanyak 1.854 (50,59%). Jumlah kepala keluarga(KK) di desa ini sekitar 1.215.

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber : Kantor Desa Mangkai Baru (2014)

No. Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1. Laki-laki 1.811

2. Perempuan 1.854

(46)

Penduduk ini tersebar di 11 (sebelas) dusun, jumlah penduduk disetiap

dusun berbeda-beda. Dusun yang paling banyak penduduknya adalah dusun I, yaitu mencapai sekitar 890 jiwa (14,08 %) dan dusun yang paling sedikit

penduduknya adalah dusun VI yaitu sekitar 212 jiwa (5,53 %).

Perbedaan jumlah penduduk ini disetiap dusun disebabkan posisi letak dusun yang lebih dekat dengan pusat keramaian selain itu juga disebabkan luas

dusun yang berbeda-beda pula.

Akhir bulan Desember tahun 2012 jumlah penduduk Mangkai Baru masih

sebanyak 3.112 jiwa. Pada tahun 2013 jumlah penduduk desa ini telah bertambah sebanyak 553 jiwa atau sekitar 15,1 % per tahun. Menurut keterangan,

pertambahan penduduk ini disebabkan banyaknya pasangan usia subur.

[image:46.595.143.484.462.564.2]

4.3.2 Menurut Agama

Tabel 4.2

Persentase Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber data : Kantor Desa Mangkai Baru (2014)

Dari tabel tampak bahwa mayoritas penduduk desa Mangkai Baru

menganut agama Islam sekitar 93%, kemudian diikuti penganut agama Protestan sebanyak 6 %. Sementara itu penganut agama Khatolik hanya 1 %. Untuk

penganut agama Budha dan Hindu sebanyak 0%.

No. Agama Jumlah

1. Islam 93%

2. Kristen Protestan 6%

3. Kristen Katolik 1%

4. Hindu -

5. Budha -

(47)

4.3.3 Menurut Mata Pencaharian

[image:47.595.162.499.205.366.2]

Jenis mata pencaharian Penduduk Desa Mangkai Baru beragam. Berikut ini di sajikan data tentang Jenis mata pencarian penduduk.

Tabel 4.3

Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (KK)

1 Buruh harian lepas 50%

2. Petani 30%

3. Pekerja Konstruksi 6%

4. Pedagang 4,11%

5. PNS 4,11%

6. Jasa 0,45%

7. Pensiunan 1,44%

8. Lainnya 9,44%

9. Jumlah 100%

Sumber data : Kantor Desa Mangkai Baru(2014)

Pada umumnya penduduk Desa Mangkai Baru mayoritas bermata

pencaharian sebagai buruh di Pabrik. Sekitar ( 52%) penduduk Desa Mangkai Baru bekerja sebagai buruh bangunan baik sebagai tukang maupun kernet

bangunan. Selain bermata pencaharian sebagai buruh masih ada lagi mata pencaharian lain yang digeluti oleh penduduk Desa Mangkai Baru. Untuk ibu ibu misalnya mempunyai peran ganda selain mengurusi urusan rumah tangga juga

ikut membantu suami dalam mencari nafkah. Ibu-ibu ini biasanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga ataupun buruh cuci pakaian baik di desa maupun di luar

desa.

4.4 Fasilitas Kesehatan

Desa Mangkai Baru memiliki beberapa sarana kesehatan. Jumlah sarana

(48)
[image:48.595.135.506.110.230.2]

Tabel 4.4 Fasilitas Kesehatan di Desa Mangkai Baru Tahun 2014

No. Sarana Kesehatan Jumlah

1. RSU. Swasta 0

2. Balai Pengobatan 2

3. Puskesmas 1

4. Pustu 1

5. Poliklinik 0

6. Posyandu 3

Jumlah 7

Berdasarkan tabel di atas dapat di;ihat bahwa sarana kesehatan yang paling banyak adalah posyandu yaitu sebanyak 3 unit, balai pengobatan 2 unit, puskesmas 1 unit, pustu 1 unit. Tidak terdapat rumah sakit, balai pengobatan dan

poliklinik.

4.5 Hasil Temuan

4.5.1 Karakteristik Informan

Informan yang terlibat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan. Keseluruhan informan dalam penelitian ini berjumlah

7 orang, yakni 5 orang remaja yang menikah diusia muda dan 2 informan tambahan (tokoh agama dan petugas kesehatan). Dalam tahapan analisis ini

peneliti akan menjelaskan identitas informan karena identitas informan merupakan faktor yang sangat penting untuk diketahui dalam suatu penelitian, dari data informan ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran awal.

(49)
[image:49.595.100.564.109.226.2]

Tabel 4.5 Karakteristik Informan Utama Kode Informan Usia saat diwawancara (tahun) Usia menikah (tahun) Istri ke An ak ke

Dari Agama Jumlah anak

Usia suami (tahun)

I-1 19 17 I 2 6 Islam 1 20

I-2 19 17 I 2 6 Islam 1 20

I-3 17 15 I 3 7 Islam 2 23

I-4 19 17 I 2 2 Kristen 1 22

[image:49.595.110.519.275.403.2]

I-5 18 18 I 3 3 Islam 1 24

Tabel 4.6 Karakteristik Informan Tambahan Kode Informan Usia saat diwawancara ( tahun) Pendidika n terakhir

Agama Pekerjaan Jumlah

anak

I-6 54 Sarjana

pendidika n

Islam Guru SD dan guru

mengaji

2

I-7 60 D-III

Kebidanan

Kristen Pensiunan PNS dan pemilik Balai pengobatan

6

4.5.2 Faktor yang mempengaruhi Pernikahan Dini 4.5.2.1 Faktor Ekonomi

Tabel 4.7 Faktor Ekonomi Kode

Informan

Faktor Ekonomi (pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua, jumlah tanggungan orangtua, pekerjaan sebelum menikah,

keuangan keluarga,)

I-1 “Bapak saya bekerja sebagai tukang las di bengkel las dan ibu saya Cuma ibu rumah tangga biasa, penghasilannya Kira-kira 700 ribu perbulan. Kami ada 5 orang bersaudara yang menjadi tanggungan orang tua saya”

“Sebelum menikah Ya.. saya bekerja di depot air minum, kebetulan ada dibangun dekat rumah . jadi saya yang jaga. Saya jadi pegawailah bisa dibilang, penghasilan saya lumayan perbulan 500 ribu. Ya, sebagian saya kasih sama ibu untuk bantu beli keperluan, selebihnya saya pakai untuk keperluan saya sendiri”.

[image:49.595.108.515.506.764.2]
(50)

belakang rumah kami jual walaupun belum besar untuk keperluan sehari-hari, kadang daun ubi yang di belakang kami ikat-ikatin segenggam, itu kami jual buat beli perlengkapan sekolah.

Kalau menikah cepatkan lumayan juga terlepas kan dari orangtua, kan dah jadi beban orang tua lagi, pokoknya berkuranglah sedikit biaya yang keluar. jadi suami yang nanggungnya”.

I-2 “Orangtua saya bekerja sebagai Tukang bangunan, perbulan penghasilannya 800 ribu, tanggungan orang tua 8 orang,

“Sebelum menikah saya bekerja. saya bekerja di rumah bidan mencuci pakaian dan sekalian bersih-bersih rumah lumayan bantu untuk perekonomian keluarga, lumayan sedikit bisa membantu kan dan juga untuk memenuhi kebutuhan dirinya seperti untuk membeli

bedak, pulsa, dan pakaian”.

“Keuangan pas-pasan. menikah diusia muda akan membantu perekonomian keluarga saya Ya, tentu saja. Karena bisa mengurangi beban orangtua, kita akan menjadi tangguan dari suami kita nanti”. I-3 “Ayah buruh di kebun karet orang, ibu ga kerja cuma ibu rumah

tangga biasa, di rumah. Hasilnya Kira-kira Cuma 800 ribuan gitulah, tanggungan orangtua 4 orang kami anaknya, karna 2 lagi saudara aku dah nikah”.

“Kalo kerja, ga juga sih,paling jemurin coklat di halaman rumah sama sama ngupasin coklat itu trus di cuci langsung di jemur, depan rumah kan ada 4 pokok pohon coklat”.

“Lumayan juga kalo coklat juga, bisa untuk belanjain sebulan buat kami. kesulitan dalam keuangan ya ? begitulah, kami susah ,, ga punya banyak uang. menikah diusia muda akan membantu perekonomian keluarga ya?? Sebenarnya kalo laki kita berduit kenapa ga kan, orangtua pun ga susah-susah lagi ngasih makan”. I-4 “Bapak saya kerja di pabrik di PT. Sochfndo jadi mandor disana,

(51)

dapat tunjangan, lumayanlah kalau gaji bapak. tanggungan orang tua? Kami anaknya 2 orang sama ibu satu, jadi 3 deh. Sebelum menikah saya ga kerja, Keluarga saya cukuplah kalau masalah keuangan, ga susah, kalau minta bapak pasti ga susah lah untuk ngabulinnya”.

“Menikah diusia muda membantu perekonomian keluarga ya? Sebenarnya tidak. Dulu aku pernah dengar ada akibat pernikahan dini itu, katanya mungkin akan lebih sering terjadi pertengkaran dalam rumah tangga dan juga dapat mengakibatkan kematian pada bayi yang dikandung”.

I-5 “Bapak bekerja sebagai supir truk untuk mengangkut kelapa sawit, sedangkan ibu tidak bekerja, tetapi terkadang ibu membantu nenek berjualan sembako disebelah rumah. Sekitar satu jutaanlah penghasilan Bapak. tanggungan orang tua? Kami anaknya ada 3 orang sama ibu jadi 4 oranglah tanggungan bapak. saya tidak bekerja sebelum nikah, karna saya pengangguran trus ga bisa lanjut ke kuliah makanya bapak nyuruh nikah, aku kan dah punya pacar temanku waktu SMA.”

“Kalau kesulitan keuanganya? Kesulitan sih ngak ya, kami cukuplah untuk makan sama beli baju.”

“Menikah diusia muda akan membantu perekonomian keluarga ?, Ya, bisalah,bisa mengurangi biaya makan, biaya hiduplah.. tanggungan orang tua berkurang”.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 4 informan memiliki kesulitan ekonomi (I-1, I-2, I-3, I-4), hal itu dapat dilihat dari penghasilan orangtua yang pas-pasan dengan tingkat pendidikan tergolong rendah. Ibu dari 5

informan merupakan ibu rumah tangga sehingga yang menjadi pencari nafkah hanyalah tanggung jawab orangtua laki-laki sedangkan jumlah tanggungan yang

(52)

orangtuanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sebelum ia menikah. Akan

tetapi ada juga 1 informan (I-5) yang berasal dari keluarga yang berkecukupan sehingga keuangan bukanlah hal yang menjadi faktor penyebab ia menikah di usia

muda.

4.5.2.2 Faktor pendidikan

Tabel 4.8 Faktor Pendidikan Kode

Informan

Faktor Pendidikan (jenjang pendidikan orangtua, jenjang pendidikan informan, cita-cita seaktu kecil, mendengar atau

membaca dampak pernikahan dini, usia ideal menikah)

I-1 “Orangtua saya sekolah juga dulunya. Tapi Cuma tama SMP bapak saya, kalau ibu saya SD pun ga tamat, tapi bisa baca sama nulis kok. Ya, itu karna kakek nenek saya dari kedua orangtua saya kurang berada, jadi ga sanggup menyekolahkan anaknya. kalau saya sekolah tapi Cuma sampai SMA aja lumayan kan,, Cita-cita sih pengen jadi guru dulunya tapi ga ke sampaian, mahal katanya. Alasan ga lanjut Biaya ga ada, makan dan pakean bagus aja dah syukur. Kami kan banyak, ada 6 orang jadi susah buat kuliah, ngalah aja sama adik-adik, mudah-mudahan dapat rejeki banyak nantinya. aku ga pernah dengar, ga tau deh apa dampak pernikahan muda itu. Menurut saya Usia ideal nikah ya, kayaknya 18 dah cocok mungkin ya untuk cewek, karna cewek kan dah matang usia segitu”.

(53)

I-3 “Ayah itu hanya tamatan SMP dan ibunya juga tamatan SMP, kalau saya juga Cuma tamat SMP. Dulu watu kecil sebenarnya pengen jadi guru. keluarga saya, termasuk bapak sama ibu bilang perempuan ga perlu pendidikan tinggi-tinggi pada ujung ujungnya hanya akan mengurus keluarga saja nanti. Dampak pernikahan usia muda ya? Ga tau saya, belum pernah dengar. Menurut saya... usia ideal untuk menikah kan? 20 ya... laki-laki 20, perempuan 20 juga mungkin”. I-4 “Bapak ya sekolahnya sampai ke jenjang perguruan tinggi (DIII),

sedangkan ibu Cuma tamatan SMA. Kalau saya pendidikan saya sampai SMA, dulu cita-cita saya ingin menjadi bidan. Karena saya tidak melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi dikarenakan biaya yang kurang dan saya tidak mencari pekerjaan setelah lulus SMA, hanya berada dirumah saja maka saya segera diminta untuk menikah oleh orang tua. Padahal pada saat itu pacar saya belum ada persiapan finansial (pendapatan / gaji) untuk menikah, namun karena sudah dipaksa oleh orang tua saya maka saya terima saja untuk menikah dengan pacar saya. Orang tua saya juga berjanji akan memberikan pekerjaan untuk pacar saya dan jika sudah menikah tinggal bersama orang tua saya. Saya tidak keberatan begitu juga denga pacar saya karena kami saling mencintai. Saya segera menikah walaupun umur saya masih muda karena adanya dorongan dari orang

tua saya,”

Ketika duduk dibangku SMA saya pernah mendengar dampak dari pernikahan diusia muda, menurut saya akan lebih sering terjadi pertengkaran dalam rumah tangga dan juga dapat mengakibatkan kematian pada bayi yang dikandung”.

I-5 “Bapak saya ya hanya tamatan SMP saja dan ibu saya tidak tamat SD. Keluarga saya itu keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi padahal orangtua saya harus menghidupi saya dan saudara saya. Adanya keterbatasan ekonomi keluarga saya membuat saya hanya sekolah sampai tingkat SMA”.

(54)

perguruan tinggi, keluarga saya kan ada yang dosen gitu di Medan, saya pengen seperti dia tapi saya harus ngalah lah sama keadaan.dampak dari pernikahan usia muda? tidak , saya tidak tahu dampaknya. Usia ideal ya, mungkin usia 20 tahun ya buat perempuan dan 24 buat laki-laki”.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan orangtua 4 orang responden berpendidikan rendah, hanya 1 informan (I-5) yang memiliki orangtua

berpendidikan sarjana. Dan semua informan mengenyam pendidikan SMA atau SMP. Akan tetapi dulunya semua informan memiliki cita-cita yang tinggi dan

menghentikan cita-cita itu karena berbagai alasan.

Berdasarkan tabel diatas juga dapat dilihat bahwa 4 responden ( 1, 2, I-3, I-4) tidak pernah mendengar atau mengetahui dampak pernikahan dini dan

ketika responden ditanyai tentang usia ideal menikah, ada yang 18 tahun, ada juga yang menyebutkan 19 tahun dan 20 tahun.

[image:54.595.105.519.564.740.2]

4.5.2.3 Faktor Kemauan Sendiri

Tabel 4.9 Faktor kemauan Sendiri Kode

Informan

Faktor kemauan Sendiri

I-1 “Pacaran ya, SMP dah mulailah , cinta monyet kata orang kan. Kalau ganti pasangan berpacaran Ada 4 kali lah ya, ikut pacaran sama suamiku yang sekarang ini.

Gambar

Gambar 3.1. alur kerangka pikir
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martini (2013) yang mengemukakan bahwa faktor sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

This XView attribute can only be used in xv_init() , but can be queried on any XView object which is a subclass of window or server class via xv_get(). The value that is set using

Faktor psikologis emosi pada beberapa anak dapat memicu gejala dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi emosional atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak

a. Kemampuan motorik halus. a) Stimulasi yang perlu di lanjutkan. 1) Memasukan benda kedalam wadah. 2) Bermain dengan mainan yang mengapung di air. 3) Menggambar, menyusun kubus

Bab ini berisi tentang pengolahan data dan hasil analisa yang meliputi penentuan komponen kritis, Functional Block Diagram, Failure Modes And Effect Analysis (FMEA),

reflektif fase Comparing yaitu siswa mampu mengaitkan masalah yang ditanyakan dengan masalah yang pernah dihadapi (Lihat Tabel 2.1 Indikator Berpikir Reflektif).

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI .... ALINIE

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data mengenai hubungan pengetahuan hukum dengan sikap antikorupsi, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan