• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini memaparkan tentang dampak perubahan sistem pertanian di kabupaten Sleman, baik dampak sosial maupun dampak ekonomi.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini memaparkan mengenai jawaban atas berbagai pertanyaan dalam rumusan masalah.

22 A. Latar Belakang Sejarah

Nama “Sleman” berasal dari kata “Saliman” atau “Salimar” yang berarti “Gajah”. Penemuan prasasti bertuliskan “Sa Sima” yang berarti dimedakakan

dengan angka tahun 700 Masehi ditemukan tahun 1963. Reorganisasi besar- besaran sebagai akibat menyusutnya wilayah Kasultanan Yogyakarta tahun 1831, yang terbagi dalam 3 kawasan yaitu:1

1. Mataram yang terletak di Yogyakarta bagian tengah antara Kali Progo dan Kali Opak (termasuk daerah Sleman) sebagai daerah “Negoro-Gung” diperuntukkantanah lungguh2kraton

2. Kulon Progo yang diperuntukkan sebagai tanah lungguh Adipati Anom dan

tanah pamajegan dalem3

3. Gunungkidul yang diperuntukkan sebagaitanah pamajegan dalem

Reorganisasi daerah Mataram menjadi kabupaten, yaitu Kalasan, Sleman, dan Bantul tahun 1916. Reorganisasi kembali terjadi dan membagi Yogyakarta bagian tengah menjadi 2 kabupaten, yaitu Yogyakarta dan Bantul tahun 1927. Reorganisasi yang terakhir pada zaman penjajahan Belanda terjadi pada tahun

1 Biro Hubungan Masyarakat, Kabupaten Sleman, (Yogyakarta: Biro Hubungan Masyarakat, tt), hlm. 1.

2 Tanah lungguh adalah tanah garapan yang diberikan kepada pegawai kerajaan sebagai pengganti gaji sesuai dengan kebutuhannya atau jabatannya.

3Tanah pamajegan dalematau tanah raja dimana hasil produksi atas tanah itu digunakan untuk menghidupi raja beserta keluarganya.

1940 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta menjadi 4 kabupaten, yaitu Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. penggabungan wilayah Kasultanan dan Pakualaman yang terbagi dalam 6 kabupaten, yaitu Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Adikarto pada masa pendudukan Jepang tahun 1945. Kabupaten Sleman dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1950 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1950. Kabupaten Kulon Progo dan Adikarto digabungkan menjadi Kabupaten Kulon Progo pada tahun 1951.4

Keberadaan Kabupaten Sleman dapat diketahui dalam Rijksblad No. 11 tahun 1916 tanggal 15 Mei 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman). Rijksblad juga disebutkan bahwa Kabupaten Sulaiman (Sleman) terdiri dari 4distrikyakni:5

1. Distrik Mlati terdiri 5onderdistrikdan 46 kelurahan 2. Distrik Klegoeng terdiri 6onderdistrikdan 52 kelurahan 3. Distrik Joemeneng terdiri 6onderdistrikdan 58 kelurahan 4. Distrik Godean terdiri 8onderdistrikdan 55 kelurahan

Berdasarkan Perda No.12 tahun 1998, tanggal 15 Mei tahun 1916 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut Almanak6, hari tersebut

4Biro Hubungan Masyarakat,loc.cit.

5 “Kabupaten Sleman”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sleman diakses 24 Maret 2015.

6 Almanak adalah buku berisi penanggalan dan karangan yang perlu diketahui umum, biasanya terbit tiap tahun.

tepat pada hari Senin Kliwon, tanggal 12 Rejeb. Berdasar pada perhitungan tahun masehi, hari jadi Kabupaten Sleman ditandai dengan surya sengkala7

"Rasa Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat bilangan Rasa = 6, Manunggal = 1, Hanggatra = 9, Negara = 1, sehingga terbaca tahun 1916. Sengkalan tersebut, walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang jelas bagi masyarakat Jawa, yakni dengan rasa persatuan membentuk negara. Sedangkan dari perhitungan tahun Jawa diperoleh candra sengkala8 "Anggana Catur Salira Tunggal". Anggana = 6, Catur = 4, Salira = 8, Tunggal = 1. Dengan demikian dari candra sengkala tersebut terbaca tahun 1846.9

Kabupaten Sleman diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta dan pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei10 angka 2 (dua). Penataan ini menempatkan Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden Tumenggung Pringgodiningrat sebagai bupati. Wilayah Sleman membawahi 17 kapenewon/kecamatan (son) yang terdiri dari 258 kelurahan (Ku). Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai Desa 7 Sengkala atau sengkalan adalah angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata, gambar, atau benda. Sengkala dapat terwujud, karena dalam budaya Jawa masing-masing benda, sifat, atau kondisi alam memiliki angka. Menurut jenis kalender yang digunakan, terdapat surya sengkala dan candra sengkala.

Surya sengkala menggunakan kalender berdasarkan perhitungan matahari. “Sengkala”,http://id.wikipedia.org/wiki/Sengkala diakses 4 Mei 2015.

8 Candra sengkala menggunakan perhitungan bulan, seperti tahun saka, tahun Jawa, atau tahun Hijriah.

9

Biro Hubungan Masyarakat,loc.cit. 10Jogjakarta Koorei

Triharjo, melalui Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah kelurahan, maka 258 kelurahan di Kabupaten Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa. Kelurahan/desa tersebut membawahi 1.212 padukuhan.11

B. Keadaan Geografis 1. Letak Wilayah

Yogyakarta disebut Daerah Istimewa karena pada mulanya merupakan daerah berpemerintahan sendiri (swapraja). Kota ini merupakan satuan pemerintahan sendiri, sedangkan daerah-daerah lainnya dibagi menjadi empat kabupaten: Kulon Progo di sebelah barat, Sleman di sebelah utara, Bantul di tengah bagian selatan, dan Gunungkidul di selatan dan timur.12

Secara geografis Daerah Tingkat II Sleman terletak di bagian utara Daerah Istimewa Yogyakarta bentuknya mirip segitiga dengan puncaknya Gunung Merapi setinggi 2.911 m di atas permukaan laut dan wilayah ini termasuk daerah Hinterland13. Secara geografis daerah ini terletak pada posisi 7o 34' 51" 7o 03" Lintang Selatan dan 107o15'03-110o28'30"Bujur Timur. Adapun batas-batasnya sebelah utara Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang dan Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, sebelah tenggara Kabupaten Gunung Kidul

11Biro Hubungan Masyarakat,loc.cit.

12Selo Soemardjan,Perubahan Sosial di Yogyakarta, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1981), hlm. 15.

13Daerah Hinterlandadalah suatu daerah yang berfungsi sebagai pemasok dan pemenuhan kebutuhan bahan makanan pokok serta tempat produksi komoditi ekspor.

dan sebelah selatan Kabupaten Bantul dan Kota Madya Yogyakarta serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo.14

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah Kabupaten Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan terbanyak adalah Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan dengan padukuhan paling sedikit adalah Turi (54 padukuhan). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan Desa paling sedikit adalah Depok (3 desa). Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut ini.

14

Tabel 1

Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman

No. Kecamatan Banyaknya Luas (Ha)

Desa Padukuhan 1. Moyudan 4 65 2.762 2. Minggir 5 68 2.727 3. Seyegan 5 67 2.663 4. Godean 7 77 2.684 5. Gamping 5 59 2.925 6. Mlati 5 74 2.852 7. Depok 3 58 3.555 8. Berbah 4 58 2.299 9. Prambanan 6 68 4.135 10. Kalasan 4 80 3.584 11. Ngemplak 5 82 3.571 12. Ngaglik 5 87 3.852 13. Sleman 6 83 3.132 14. Tempel 8 98 3.249 15. Turi 4 54 4.309 16. Pakem 5 61 4.384 17. Cangkringan 5 73 4.799 Jumlah 86 1.212 57.482

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010. 3. Topografi

Keadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara sekitar lereng Gunung Merapi relatif terjal. Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut.

Ketinggian wilayahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.15

Tabel 2

Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman

No. Kecamatan

< 100 m 100-499 500-999 > 1.000 Jumlah

dpl m dpl m dpl m dpl (Ha)

(ha) (ha) (ha) (ha)

1. Moyudan 2.407 355 - - 2.762 2. Minggir 357 2.370 - - 2.727 3. Godean 209 2.475 - - 2.684 4. Seyegan - 2.663 - - 2.663 5. Tempel - 3.172 77 - 3.249 6. Gamping 1.348 1.577 - - 2.925 7. Mlati - 2.852 - - 2.852 8. Sleman - 3.132 - - 3.132 9. Turi - 2.076 2.155 78 4.309 10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.384 11. Ngaglik - 3.852 - - 3.852 12. Depok - 3.555 - - 3.555 13. Kalasan - 3.584 - - 3.584 14. Berbah 1.447 852 - - 2.299 15. Prambanan 435 3.700 - - 4.135 16. Ngemplak - 3.571 - - 3.571 17. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799 Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482 Prosentase 10,79 75 11,38 2,6 100

Sumber: Dinas Pengendalian Pertanian Kabupaten Sleman, 2010. 4. Geohidrologi

Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi oleh keberadaan Gunung Merapi dengan dan merupakan gunung berapi paling aktif di Indonesia. Adanya Gunung merapi membuat wilayah ini sangat subur. Lava dan debu akibat

15Ibid .

erupsi berubah menjadi tanah yang amat subur dan menguntungkan untuk kaum petani.16

Kabupaten Sleman terdapat 4 jalur mata air (springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi. Kabupaten Sleman terdapat 154 sumber mata air, yang airnya mengalir ke sungai-sungai utama yaitu sungai Boyong, Kuning, Gendol, dan Krasak.

5. Jenis Tanah

Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman adalah regosol yang terletak di kaki Gunung Merapi, dari sekitar Kota Madya Yogyakarta hingga Kaliurang jenis tanahnya regosol17 agak kelabu. Bagian tenggara Kecamatan Prambanan tanahnya berjenis gromosol18 kelabu tua dan

litosol19. Sedangkantanah aluvial20kelabu dan aluvialcoklat keabu-abuan ada di

16Selo Soemardjan,op.cit., hlm. 14.

17 Tanah Regosol adalah tanah yang berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Material jenis tanah ini berupa abu vulkanik dan pasir vulkanik. Jenis tanah ini terdapat di daerah iklim beragam dengan permukaan yang bergelombang. Tanah regosol dapat dimanfaatkan untuk tanaman tembakau, kelapa, sayuran, dan tebu.

18 Tanah gromosol adalah jenis tanah yang terdapat di daerah yang memiliki rata-rata curah hujan tahunan antara 1.000 mm sampai dengan 2.000 mm. Tanah gromosol dapat dimanfaatkan untuk tanaman padi, jagung, kapas, dan kedelai.

19 Tanah litosol adalah jenis tanah yang berasal dari batuan beku dan sedimen yang keras, dan bersifat sensitif terhadap erosi. Tanah ini bermanfaat untuk menanam tanaman yang berkayu keras.

bagian barat tepi Kali Progo sekitar Kecamatan Minggir. Mediteran coklat tua di sekitar Kecamatan Godean asosiasi litosol kuning dan renzina21 ada di sekitar Moyudan.

6. Luas dan Komposisi Tanah

Luas keseluruhan Kabupaten Sleman 574,82 km2 terbagi atas 17 kecamatan, 86 kelurahan, dan 1.207 padukuhan, 20% merupakan daerah perkotaan dan 80% daerah pedesaan hampir separuh dari luas wilayah merupakan daerah pertanian yang subur dengan komposisi penggunaan sebagai berikut:22 sawah dengan luas 27.387 ha, tegal seluas 6.915 ha, pekarangan seluas 16.110 ha, hutan seluas 1.545 ha, dan ain-lain seluas 5.609 ha.

7. Keadaan Iklim

Kabupaten Sleman terletak pada iklim hujan seperti pada daerah yang lain. Musim hujan dari bulan Oktober sampai April saat bertiup angin muson barat daya dengan arah 200o bersifat basah. Curah hujan tertinggi pada bulan April sampai Oktober saat bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah 90osampai 140odengan kecepatan 15-16 knot per jam, hujan terendah pada bulan

20 Tanah aluvial adalah tanah yang terbentuk akibat proses pengendapan kerikil, pasir, dan lumpur yang terangkut oleh angin, air, dan sungai menuju pantai. Tanah aluvial dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan.

21Tanah renzinaadalah tanah hasil pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi. Tanah renzina memiliki warna hitam sedikit unsur hara. Tanah renzina banyak terdapat di daerah bergamping seperti di Gunung Kidul, Yogyakarta.

22

Juni dan Juli. Kelembaban udara dengan intensitas rata-rata per bulan sebesar 78% dan tekanan udara 1.007 mbs.23

C. Karakteristik Wilayah

Karakteristik wilayah di Kabupaten Sleman dibagi menjadi tiga, yaitu: karakteristik sumber daya, karakteristik jalur lintas antar daerah, dan karakteristik fungsi kota.24

1. Berdasarkan karakteristik sumber daya wilayah Kabupaten Sleman terbagi menjadi 4 kawasan, yaitu:

a. Kawasan Lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan kota Tempel, Pakem, dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak Gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya

b. Kawasan Timur meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan Kalasan, dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih

23Ibid.

24 “Kondisi Pertanian Kabupaten Sleman”,

https://valkauts.wordpress.com/2012/04/18/kondisi-pertanian-kabupaten-sleman/, diakses 25 Maret 2015.

c. Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa

d. Wilayah Barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu, serta gerabah

2. Berdasar jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan kota-kota pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, dan Jakarta). Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, Tempel, dan Gamping. Selain itu, wilayah Kecamatan Depok, Mlati, dan Gamping jalan arteri primer, sehingga kecamatan-kecamatan tersebut menjadi wilayah yang cepat berkembang, yaitu dari pertanian menjadi industri, perdagangan, dan jasa.

3. Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan, wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah hulu kota Yogyakarta. Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut.

a. Wilayah Aglomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu) merupakan perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah aglomerasi kota Yogyakarta

b. Wilayah Sub-Urban (wilayah perbatasan antara desa dan kota) meliputi kota Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik terletak agak jauh dari kota Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di wilayah kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan c. Wilayah Fungsi Khusus/Wilayah Penyangga (buffer zone) meliputi

kecamatan Tempel, Pakem, dan Prambanan yang merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya

D. Keadaan Demografi 1. Kondisi Kependudukan

Kabupaten Sleman dengan luas wilayah 574,82 km2 sejak tahun 1960 sampai akhir 1976 jumlah penduduknya terus meningkat yaitu tahun 1960 sebanyak 518.911 dan pada akhir 1976 sebanyak 624.523. Angka ini menunjukkan bahwa ratio antara jumlah penduduk terhadap luas daerah sudah cukup tinggi, mengingat Kabupaten Sleman sebagai daerah agraris. Berikut ini beberapa tabel jumlah penduduk di Kabupaten Sleman:

a. Perkembangan jiwa dan kepala keluarga di Kabupaten Sleman pada tiap-tiap akhir tahun 1960-1966

Perkembangan jiwa dan kepala keluarga di Kabupaten Sleman secara umum mengalami peningkatan. Tahun 1962 mengalami penurunan sebayak 1.890 jiwa atau turun sekitar 0,35%, sedangkan jumlah kepala keluarga pada tahun 1966 mengalami penurunan 598 atau mengalami penurunan sekitar 0,42%. Jumlah jiwa terbanyak tahun 1966 dengan 562.792 jiwa. Penurunan penduduk disebabkan

adanya korban meninggal akibat erupsi Merapi. Banyaknya penduduk yang ikut transmigrasi untuk menghindari daerah bahaya Merapi juga menyebabkan penurunan jumlah penduduk. Perkembangan jiwa dan kepala keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3

Perkembangan Jiwa dan Kepala Keluarga di Kabupaten Sleman

Akhir

Djiwa Tambah % Kepala

Keluarga Tambah % Tahun 1960 518.911 - - 130.455 - - 1961 526.597 7.686 1,48 132.089 1.634 1,25 1962 524.707 -1.890 -0,35 134.588 2.499 1,89 1963 532.082 7.375 1,4 136.357 1.769 1,31 1964 540.108 8.026 1,5 137.584 1.227 0,89 1965 551.453 11.345 2,1 141.012 3.428 2,49 1966 562.792 11.339 2,05 140.414 -598 -0,42

Sumber: Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1964-1966, (Yogyakarta: Biro Statistik, 1967), hlm 31.

b. Perkembangan jiwa dan kepala keluarga di Kabupaten Sleman pada tahun 1960-1969

Penduduk laki-laki dan perempuan mengalami penurunan pada tahun 1962 dengan prosentase 0,41% dan 0,30%. Tahun 1967 penduduk laki-laki dan perempuan menurun sebanyak 1,03% dan 0,06%. Pertambahan penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4

Perkembangan Jiwa dan Kepala Keluarga di Kabupaten Sleman

Tahun

Penduduk/Kepala Keluarga pada Achir Tahun

Laki-laki Perempuan Djumlah

1960 a 250.014 268.897 518.911 b 100.328 30.127 130.455 1961 a 253.855 272.742 526.597 b 101.833 30.256 132.089 1962 a 252.796 271.911 524.707 b 103.388 31.200 134.588 1963 a 257.089 274.993 532.082 b 104.982 31.375 136.357 1964 a 261.358 278.750 540.108 b 105.888 31.696 137.584 1965 a 266.971 284.482 551.453 b 108.871 32.141 141.012 1966 a 272.403 289.840 562.243 b 110.228 32.316 142.544 1967 a 279.271 295.006 574.277 b 109.090 32.294 141.384 1968 a 284.137 300.992 585.129 b 107.977 32.428 140.405 1969 a 287.781 303.062 592.843 b 108.256 31.841 140.097

Keterangan: a = jiwa, b = kepala keluarga

Sumber: Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta,Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1969, (Yogyakarta: Biro Statistik, 1970), hlm 32.

c. Perkembangan penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 1963-1972

Penduduk laki-laki dan perempuan secara umum mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan adanya kepulangan orang-orang yang ikut transmigrasi dari luar daerah sehingga penduduknya pun bertambah. Pertambahan penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5

Perkembangan Penduduk di Kabupaten Sleman

Tahun

Penduduk/Kepala Keluarga pada Akhir Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah

1963 a 257.089 274.993 532.082 b 104.982 31.375 136.357 1964 a 261.358 278.750 540.108 b 105.888 31.696 137.584 1965 a 266.971 284.482 551.543 b 108.871 32.141 141.012 1966 a 272.403 289.840 562.243 b 110.228 32.316 142.544 1967 a 279.271 295.006 574.277 b 109.090 32.294 141.384 1968 a 284.137 300.992 585.129 b 107.977 32.428 140.405 1969 a 287.781 305.062 592.843 b 108.256 31.841 140.097 1970 a 289.169 306.307 595.476 b 107.439 31.063 138.502 1971 a 287.800 304.173 591.973 b 106.110 29.374 135.484 1972 a 287.488 304.752 592.240 b 104.047 28.791 132.838

Sumber: Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta,Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1972, (Yogyakarta: Biro Statistik, 1973), hlm 82.

d. Penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 1967-1976

Penduduk laki-laki dan perempuan pada tahun 1967 mengalami penurunan sebesar 1,03% dan 0,06%. Pertambahan penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6

Penduduk di Kabupaten Sleman

Tahun

Penduduk/Kepala Keluaga pada Akhir Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah

1967 a 279.271 295.006 574.277 b 109.090 32.294 141.384 1968 a 284.137 300.992 585.129 b 107.977 32.428 140.405 1969 a 287.781 305.062 592.843 b 108.256 31.841 140.097 1970 a 289.169 306.307 595.476 b 107.439 31.063 138.502 1971 a 287.800 304.173 591.973 b 106.110 29.374 135.484 1972 a 287.488 304.752 592.240 b 104.047 28.791 132.838 1973 a 291.306 308.891 600.197 b 104.222 28.832 133.054 1974 a 194.956 312.707 507.663 b 104.302 28.926 133.228 1975 a 299.411 316.906 616.317 b 104.399 29.174 133.573 1976 a 303.358 321.165 624.523 b 104.683 29.559 134.242

Sumber: Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka Tahun 1976, (Yogyakarta: Biro Statistik, 1976), hlm 65.

2. Penyebaran Penduduk

Sensus penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1961 sebanyak 2.410.000 orang, tahun 1971 sebanyak 2.488.544 orang, dan tahun 1980 sebanyak 2.750.128 orang.25Sensus penduduk di Kabupaten Sleman sebagai berikut.

Tabel 7

Penduduk Hasil Sensus dan Pendaftaran Rumah Tangga di Kabupaten Sleman

No. Kecamatan Oktober 1961 Juli 1968 Juli 1970 Oktober

1971 1. Sleman 30.282 39.473 41.879 43.077 2. Mlati 36.828 38.583 40.313 40.995 3. Gamping 35.297 37.835 39.453 40.649 4. Godean 5.441 5.712 5.686 5.822 5. Moyudan 27.964 28.746 29.106 29.371 6. Minggir 28.669 29.752 30.675 30.493 7. Seyegan 31.837 32.405 33.111 33.630 8. Tempel 33.995 36.455 38.030 38.504 9. Turi 24.218 24.911 24.929 25.576 10. Pakem 18.301 26.426 19.523 25.912 11. Cangkringan 20.695 22.698 22.646 22.779 12. Ngemplak 29.993 24.822 31.659 32.211 13. Ngaglik 25.201 35.446 36.539 37.413 14. Depok 30.589 35.632 25.677 46.786 15. Kalasan 34.966 37.405 38.384 38.705 16. Berbah 25.614 27.471 28.769 29.305 17. Prambanan 30.335 31.972 32.513 33.116 Jumlah 470.255 515.744 518.892 944.344

Sumber: Biro Statistik dan Kantor Sensus Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Berbagai Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta 1973, (Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus, 1975), hlm 315-316.

25 Kantor Pusat Data Provinsi DIY, Monografi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 1979, (Yogyakarta: Kantor Pusat Data Provinsi DIY, 1981), hlm 53-55.

Tabel 8

Penyebaran Penduduk per Kecamatan

No. Kecamatan Hasil Sensus

Penduduk 1980 1. Moyudan 30.444 2. Minggir 31.056 3. Seyegan 36.524 4. Godean 44.137 5. Gamping 48.514 6. Mlati 50.328 7. Depok 82.661 8. Berbah 32.515 9. Prambanan 37.322 10. Kalasan 43.543 11. Ngemplak 35.732 12. Ngaglik 42.471 13. Sleman 45.285 14. Tempel 40.076 15. Turi 26.037 16. Pakem 26.762 17. Cangkringan 23.916 Jumlah 677.323

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, (Yogyakarta: Kantor Statistik, 1991), hlm 35-51.

3. Mata Pencaharian Penduduk

Berdasarkan hasil sensus 1971 potensi angkatan kerja atau penduduk usia kerja yang berumur 10 tahun ke atas di Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman berjumlah 425.092 jiwa.26 Jumlah angkatan kerja usia 15-64 tahun berjumlah 315.622 jiwa berdasarkan hasil sensus tahun 1971. Usia pendidikan 5-24 tahun berjumlah 253.686 jiwa. Usia 65 tahun ke atas berjumlah 31.420 jiwa. Usia 15

26

tahun ke bawah berjumlah 241.262 jiwa. Wanita yang bekerja dari usia 15-49 tahun berjumlah 12.422 jiwa.27

4. Struktur Perekonomian Daerah

Peranan dari masing-masing kegiatan ekonomi terhadap pembentukan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sektor pertanian ternyata masih merupakan sektor dominan. Dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang diharapkan peranan sektor pertanian akan semakin menurun sedang sektor-sektor di luar pertanian khususnya sektor industri akan didorong peranannya terhadap pembentukan PDRB.28 Kabupaten Sleman perekonomian daerahnya pada tahun 1971-1975 ditopang dari sektor pertanian. Hal ini disebabkan adanya Gunung Merapi yang sewaktu-waktu meletus, lava dari gunung itu dapat menyuburkan tanah pertanian. Tanaman pertanian di Kabupaten Sleman yang paling banyak ditanam adalah tanaman padi.29

E. Keadaan Sosial Ekonomi 1. Keadaan Sosial

Keadaan sosial di Kabupaten Sleman meliputi berkaitan agama. Penduduk di Sleman menganut empat agama yaitu agama Islam, agama Katholik, dan agama Kristen. Menurut data tahun 1975 di Kabupaten Sleman jumlah pemeluk agama

27Pemerintah Kab. Dati II Sleman,Kabupaten Sleman dalam Angka 1975-

1979, (Yogyakarta: Pemerintah Kab. Dati II Sleman, 1980), hlm. 36. 28Biro Hubungan Masyarakat,op.cit., hlm. 11.

29Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta,Monografi Daerah Istimewa

Islam 585.869 jiwa, pemeluk agama Katholik berjumlah 24.490 jiwa, jumlah pemeluk agama Kristen 4.429 jiwa, dan pemeluk agama lain sebanyak 2.248 jiwa. Data di tahun berikutnya yaitu tahun 1976 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk yang memeluk agama Islam, Katolik, dan Kristen. Data tahun 1976 pemeluk agama Islam sebanyak 593.834, pemeluk agama Katholik sebanyak 24.536, jumlah pemeluk agama Kristen sebanyak 5.211, dan pemeluk agama lain mengalami penurunan menjadi 1.566 jiwa.30

2. Keadaan Ekonomi a. Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan regional kotor di Kabupaten Sleman berdasarkan beberapa sektor seperti pertanian, pertambangan, industri, dan lain-lain. Pendapatan regional kotor ini berdasarkan data tahun 1975 dan 1976. Data tahun 1975 menunjukkan sektor pertanian dan perikanan dengan pendapatan sebesar Rp 15.595.470, sektor pertambangan dengan pendapatan Rp 118.415, sektor industri dengan pendapatan Rp 4.678.670, listrik dan air minum dengan pendapatan Rp 3.096, angkutan dan komunikasi dengan pendapatan Rp 897.832, perdagangan dengan pendapatan Rp 6.372.171, bank dan lembaga keuangan dengan pendapatan Rp 206.411, pemerintahan dan hankam dengan pendapatan Rp 3.769.479, jasa dengan pendapatan Rp 1.601.395, dan sewa rumah dengan pendapatan Rp 732.914. Data tahun 1976 sektor pertanian dan perikanan dengan pendapatan Rp 17.693.055, pertambangan dengan pendapatan Rp 140.914, industri dengan pendapatan Rp 4.012.811, bangunan dengan pendapatan Rp

30

1.355.525, listrik dan air minum dengan pendapatan Rp 6.217, angkutan dan komunikasi dengan pendapatan Rp 944.411, perdagangan dengan pendapatan Rp 7.473.345, bank dan lembaga keuangan dengan pendapatan Rp 261.935, pemerintahan dan hankam dengan pendapatan Rp 6.075.041, jasa dengan pendapatan Rp 1.920.959, dan sewa rumah dengan pendapatan Rp 888.324.31

Pendapatan regional bersih di Kabupaten Sleman di beberapa sektor dengan data tahun 1975 dan 1976. Data tahun 1975 sektor pertanian dan perikanan Rp 14.927.260, pertambangan dengan pendapatan Rp 116.868, industri dengan pendapatan Rp 4.463.919, bangunan dengan pendapatan Rp 1.259.088, listrik dan air minum dengan pendapatan Rp 2.815, transport dan komunikasi dengan pendapatan Rp 771.281, perdagangan dengan pendapatan Rp 4.942.300, bank dan lembaga keuangan dngan pendapatan Rp 165.045, pemerintahan dan hankam dengan pendapatan Rp 3.769.479, jasa dengan pendapatan Rp 1.441.326, dan sewa rumah dengan pendapatan Rp 577.942. Data tahun 1976 sektor pertanian dan perikanan dengan pendapatan Rp 16.930.575, pertambangan dngan pendapatan Rp 139.073, industri dengan pndapatan Rp 3.828.623, bangunan dengan pendapatan Rp 1.314.918, listrik dan air minum dengan pendapatan Rp 5.652, transport dan komunikasi dengan pendapatan Rp 813.672, perdagangan dengan pendapatan Rp 5.749.079, bank dan lembaga keuangan dengan pendapatan Rp 220.138, pemerintahan dan hankam dengan pendapatan Rp

31Ibid

6.075.041, jasa dengan pendapatan Rp 1.795.013, dan sewa rumah dengan pendapatan Rp 710.659.32

b. Pertanian

Bidang pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan makanannya sendiri. Produksi beras hanya memenuhi 76% dari kebutuhan, produksi jagung hanya dapat memenuhi

Dokumen terkait