• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Pestisida

6. Dampak Pestisida

Walaupun penggunaan pestisida mempunyai nilai positif, namun pestisida juga dapat memberikan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Pada manusia, pestisida dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa ataupun menimbulkan penyakit/cacat (Munaf, 1997).

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah keracunan pestisida akibat paparan akut (short-term exposure) mencapai 3.000.000 orang dan sebanyak 220.00 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan jumlah keracunan pestisida akibat paparan jangka panjang (Long-term exposure) mencapai 735 orang dengan dampak yang spesifik (specificeffects) dan sebnayak 37.000 orang dengan dampak yang tidak spesifik (unspecificeffects). Selanjutnya, hasil survey oleh WHO pada periode 1998-1999 menunjukkan bahwa angka kejadian (incidence rates) keracunan pestisida akut pada pekerja pertanian mencapai 18.2 tiap 100.000 pekerja. Angka kasus yang sebenarnya diperkirakan lebih besar mengingat beberapa faktor seperti kurang efektifnya sistem surveilans, minimnya pelatihan, sistem informasi yang kurang optimal, buruknya pemeliharaan atau tidak adanya Alat Pelindung Diri (APD), serta perbedaan populasi petani pada

Menurut Quijano (1999), ada dua tipe keracunan yang ditimbulkan pestisida, yaitu :

a. Keracunan Akut

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual, sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare, sulit bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian.Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek, yaitu:

1. Efek lokal

Efek lokal terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair, batuk, dan sebagainya.

2. Efek sistemik

Efek sistemikterjadi jika pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus, otak, dan syaraf

b. Keracunan Kronis

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka

panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah paparan pestisida. Dampak kronis pestisida antara lain yaitu kanker, gangguan hati, perut, sistem syaraf, system kekebalan tubuh, dan keseimbangan hormon. Selain itu, dampak pestisida juga dapat sampai pada bayi melalui Air Susu Ibu (ASI). Hal ini terjadi jika sang ibu terpapar pestisida. Gejala keracunan padasetiap jenis pestisida tergantung pada bahan aktif yang dikandungnya. Berikut beberapa gejala yang ditimbulkan dari berbagai jenis pestisida (Wudianto, 2005) :

1. Golongan organofosfat

Gejala keracunan yang ditimbulkan dapat berupa gerakan otot-otot tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detakj antung menjadi cepat, mencret, sesak nafas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan. Organofosfat menghambat kerja enzim kholineterase, enzim ini secara normal menghidrolisis asetycholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system syaraf yang menyebabkan gejala keracunan dan berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

2. Golongan organoklor

Jenis pestisida ini dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang, dan kehilangan kesadaran.

3. Golongan karbamat

Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh pestisida jenis ini sama dengan gejala yang di timbulkan golongan organofosfat, hanya saja berlangsung lebih singkat karena lebih cepat terurai dalam tubuh. 4. Golongan bipiridilium

Jenis pestisida ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare. Gejala tersebut timbul 1-3 jam setelah pestisida masuk dalam tubuh.

5. Gologan arsen

Gejala keracunanakut berupa rasa nyeri pada perut, muntah, dan diare, sementara keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar air ludah.

6. Golongan antikoagulan

Gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri punggung, lambung, usus, muntah-muntah, perdarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik merah, dan kerusakan ginjal.

Menurut WHO 1986 yang dikutip Afriyanto (2008), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida antara lain :

1. Dosis

Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri. Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian.

2. Toksisitas

Toksisitas merupakan kesanggupan pestisida untuk membunuh sasarannya. Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih sedikit bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah tetapi dengan kadar tinggi. Toksisitas pestisida dapat diketahui dari LD 50 oral dan dermal yaitu dosis yang diberikan dalam makanan hewan-hewan percobaan yang menyebabkan 50% dari hewan-hewan-hewan-hewan tersebut mati.

3. Jangka waktu atau lama paparan.

yang telah lewat perlu diperhatikan bila terjadi resiko pemaparan baru. Karena itu penyemprot yang terpapar berulang kali dan berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik.

4. Jalur masuk pestisida.

Keracunan pestisida terjadi jika ada bahan pestisida yang mengenai dan/atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Keracunan akut atau kronik akibat kontak dengan pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui kulit dan saluran pernafasan. Pada petani pengguna pestisida keracunan yang terjadi lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui saluran pencernaan dan pernafasan.

Dokumen terkait