• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

D. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Petani

2. Uji Wilcoxon

Uji wilcoxon digunakan untuk memperoleh perbandingan skor

pengetahuan dan sikap petani paprika antara sebelum dan setelah penyuluhan. Analisis dilakukan dengan memperhatikan nilai median, nilai minimun dan maksimum, serta nilai probabilitas (P-value). Adapun nilai rerata dan simpang baku tidak dilaporkan karena data yang tidak berdistribusi normal, nilai rerata dan simpang baku tidak dapat mewakili data (Dahlan, 2008). Hasil uji wilcoxon pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.12

Hasil Uji Wilcoxon Skor Pengetahuan dan Sikap Petani Paprika Sebelum dan Setelah Penyuluhan Tahun 2014

Variabel Median (Minimum-Maksimum) P-Value Pengetahuan Pretest 30 (10 - 90) 0,000 Posttest 100 (80 - 100) Sikap Pretest 50 (10 - 80) 0,000 Posttest 100 (90 - 100)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui perbandingan nilai median pada skor pengetahuan antara pretest dan posttest yaitu 30:100. Sedangkan perbandingan nilai median pada skor sikap antara pretest dan posttest yaitu 50:100. Dari uji statistik wilcoxon baik pada pengetahuan maupun sikap diperoleh P-value sebesar 0,000. Dengan demikian, pada alpha 5% terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap petani antara sebelum dan setelah penyuluhan.

75

A. Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian, terdapat beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti yaitu :

1. Penelitian ini tidak menjelaskan hubungan karakterisitik petani (umur, pendidikan, dll) dengan pengetahuan, sikap dan tindakan petani.

2. Tidak ada kelompok kontrol.

Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan pada penelitian berikutnya.

B. Pengetahuan Petani Paprika

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam penelitian ini, pengetahuan petani paprika yang diukur mencakup pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya mengenai Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

Pengetahuan petani diukur dengan menggunakan kuesioner sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan. Sebelum penyuluhan, 27 petani (80%) berpengetahuan buruk, 2 petani (6%) berpengetahuan cukup, dan hanya 3 petani yang berpengetahuan baik. Setelah penyuluhan, semua petani berpengatahuan baik.

Berdasarkan hasil jawaban petani pada soal pengetahuan yang dilakukan sebelum penyuluhan (lampiran 10), diketahui bahwa sebanyak 31 petani (94%) menjawab salah pada soal tentang definisi dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sebagian besar petani beranggapan bahwa K3 adalah upaya untuk menangani kecelakaan dan mengobati penyakit akibat kerja. Jawaban tersebut mengandung prinsip pendekatan kuratif yang berlawanan dengan definisi K3 sesungguhnya, yaitu upaya pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Selanjutnya, pada pertanyaan tentang perlunya K3 diterapkan pada pekerjaan petani paprika yang menggunakan pestisida, hanya 7 petani yang menjawab benar. 24 petani menjawab perlu dengan alasan yang salah, yaitu agar petani mendapat pengobatan terhadap penyakit akibat kerja., dan 1 orang menjawab tidak perlu dengan alasan bahwa pestisida mudah digunakan. Pada pertanyaan tentang dampak pestisida, hanya 8 orang yang menjawab benar. Sedangkan 24 petani lainnya menjawab salah karena beranggapan bahwa pestisida tidak dapat menyebabkan kanker maupun gangguan saraf. Pada pertanyaan tentang jalur masuk pestisida, sebanyak 16 petani menjawab benar. Sedangkan 16 petani lainnya menjawab salah karena menurut petani pestisda tidak dapat masuk melalui kulit.

Dari hasil jawaban juga dapat diketahui sebanyak 14 petani menjawab salah pada pertanyaan tentang tubuh petani yang kebal terhadap pestisida. Petani tersebut mengira bahwa jika seseorang sering terkena pestisida atau sudah terbiasa dengan pestisida, maka tubuh orang tersebut dapat memiliki kekebalan terhadap dampak buruk pestisida. Pada pertanyaan tentang APD yang dibutuhkan, sebanyak 18 petani

masker, kacamata dan sarung tangan. Selain itu, pada pertanyaan tentang kapankah APD digunakan, terdapat 8 petani yang menjawab salah karena beranggapan bahwa APD hanya digunakan pada saat menyemprot pestisda. Padahal, resiko terkena pestisida dengan konsentrasi tinggi terjadi pada saat pencampuran pestisida. Sehingga pada saat pencampuran pun perlu menggunakan pestisida.

Rendahnya pengetahuan petani paprika tentang K3 dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Notoatmodjo (2007), salah satu tujuan pendidikan adalah mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Dari segi pendidikan, mayoritas petani paprika di Desa Kumbo adalah lulusan SD dan SMP. Notoatmodjo (2007) juga menyebutkan bahwa umur juga mempengaruhi individu dalam meperoleh pengetahuan. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin tinggi tingkat pengalamannya dan semakin bertambah pengetahuannya. Sebanyak 61% Petani paprika di Desa Kumbo berusia 20 -30 tahun. Dengan demikian, mayoritas petani paprika di Desa Kumbo masih dalam usia produktif (<40 tahun) dalam menambah pengetahuan dan pengalamannya.

Setelah penyuluhan, dapat diketahui adanya peningkatan skor pengetahuan petani paprika tentang K3. Peningkatan pengetahuan ini menunjukkan adanya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan yang kemudian dianalaisis secara statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Dari hasil P-value yaitu sebesar 0,000 dapat disipulkan bahwa pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang bermakna (signifikan) terhadap perubahan pengetahuan petani terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

Penelitian ini relevan dengan penelitian Bernadetta (2011) yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Sebelum penyuluhan, petani jeruk yang berpengetahuan buruk dan cukup masing-masing 65% dan 35%. Setelah penyuluhan, semua petani jeruk memiliki pengetahuan yang baik. Adapun secara statistik, penelitian Bernadetta (2011) tersebut menggunakan uji “t -berpasangan” dengan hasil p-value sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang signifikan terhadap perubahan pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisda.

Selanjutnya penelitian Solhi, dkk (2008) yang dilakukan di Ahwaz – Iran tentang pengaruh penyuluhan terhadap penggunaan APD pada 100 pekerja di pabrik karbon juga menunjukkan hasil yang sama. Setelah penyuluhan, rata-rata nilai pengetahuan meningkat dari 59.2 menjadi 84.9. Adapun hasil uji statistik one-way

anova menghasilkan p-value 0.00001. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh

penyuluhan yang signifikan terhadap perubahan pengetahuan pekerja di pabrik karbon tentang APD.

C. Sikap Petani Paprika

Notoadmodjo (2007) mengemukakan bahwa sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Dalam penelitian ini, sikap petani paprika yang menjadi objek pengukuran mencakup reaksi atau respon terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terkait penggunaan APD. Sebagaimana pengukuran pada pengetahuan petani, sikap petani juga diukur

penyuluhan. Sebelum penyuluhan, 21 petani (66%) memiliki sikap buruk, 10 petani (31%) memiliki sikap cukup, dan hanya 1 petani (3%) yang memiliki sikap baik. Setelah penyuluhan, sikap petani menjadi baik 100%.

Berdasarkan jawaban petani pada pretest soal sikap yang dilakukan sebelum penyuluhan (lampiran 10), diketahui bahwa 30 petani (94%) setuju dengan pernyataan bahwa pestisida mengandung bahan yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan petani. Artinya, sebagian besar petani sudah bersikap dengan baik terkait potensi bahaya pestisida. Namun, terdapat 20 petani (63%) menunjukkan sikap yang salah karena memberikan jawaban setuju pada pernyataan bahwa petani yang berpengalaman tidak perlu menggunakan APD. Sikap yang salah juga ditunjukkan oleh 16 petani (56%) yang setuju bahwa pestisida tidak dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit. Hal ini menunjukkan bahwa petani tersebut belum memahami dengan baik jalur masuk pestisida ke dalam tubuh manusia. Selain itu, sikap yang salah juga ditunjukkan oleh 29 petani (91%) yang menyatakan setuju bahwa masker dari kain sudah cukup melindungi petani dari bahaya pestisida. Petani tersebut masih belum memahami bahwa masker dari kain tidak efektif menyaring zat kimia pestisida yang berbahaya.

Sikap petani yang kurang baik terkait K3 dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Selain faktor umur dan pendidikan, sikap juga berhubungan dengan tingkat pengetahuan petani itu sendiri. Menurut Notoadmodjo (2007), semakin baik tingkat pengetahuan maka akan semakin baik sikap. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pengetahuan petani paprika di Desa Kumbo terkait K3 masih tergolong kurang.

Setelah penyuluhan, dapat diketahui adanya peningkatan skor sikap petani paprika. Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji wilcoxon,dihasilkan P-value

sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang bermakna (signifikan) terhadap perbaikan sikap petani terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Bernadetta (2011) yang menunjukkan adanya perbaikan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Sikap petani jeruk sebelum diberikan penyuluhan memiliki sikap baik 85% dan sikap sedang 15%. Setelah mendapat penyuluhan sikap petani jeruk menjadi baik 100%. Adapun secara statistik, penelitian Bernadetta tersebut menggunakan uji “T -berpasangan” dengan hasil p-value sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang bermakna terhadap perubahan pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisda.

Selanjutnya penelitian Solhi, dkk (2008) yang dilakukan di Ahwaz – Iran tentang pengaruh penyuluhan terhadap penggunaan APD pada 100 pekerja di pabrik karbon juga menunjukkan hasil yang sama. Setelah penyuluhan, rata-rata nilai sikap meningkat dari 37.6 menjadi 66.3. Adapun hasil uji statistik one-way anova

menghasilkan p-value 0.00001. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang signifikan terhadap perubahan sikap pekerja di pabrik karbon tentang APD.

D. Tindakan Petani Paprika

Dalam penelitian ini, tindakan petani paprika diobservasi sebanyak dua kali, yaitu sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan. Adapun APD yang menjadi objek observasi meliputi pakaian panjang, masker, penutup kepala, kacamata, sarung tangan dan sepatu boot.

Sebelum penyuluhan, petani yang memakai pakaian panjang berjumlah 22 orang (68%), petani yang menggunakan masker berjumlah 16 orang (50%), petani yang menggunakan penutup kepala dan sarung tangan berjumlah 6 orang (18 %) dan tidak ditemukan petani yang menggunakan kacamata maupun sepatu boot. Hal ini menunjukkan bahwa petani paprika di Desa Kumbo belum menerapkan budaya K3 dengan baik.

Petani paprika di Desa Kumbo mengaku tidak pernah mendapat informasi tentang K3 baik dari media masa maupun penyuluhan. Hampir semua petani paprika masih asing dengan istilah K3. Hal ini sejalan dengan Novizan (2003) yang mengatakan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian yang sampai pada petani kurang memperhatikan aspek K3 karena hanya memberikan pengetahuan tentang cara pemakaian dan manfaat pestisida untuk meningkatkat hasil panen.

Gambar 5.1

Observasi Tindakan Petani Paprika Sebelum Penyuluhan

Selama observasi, tidak ditemukan petani yang menggunakan pakaian dari bahan yang tidak tembus air. Semua petani menggunakan pakaian yang terbuat dari kain. Pada saat observasi di greenhouse S-1 dan greenhouse T-22, peneliti menemukan pakaian berupa jas hujan yang terbuat dari plastik. Namun, pakaian tersebut tidak digunakan karena faktor kenyamanan. Selanjutnya, peneliti juga tidak menemukan petani yang menggunakan masker dengan penyaring khusus (filter). Masker yang digunakan adalah masker dari bahan kain seperti masker yang diperuntukkan bagi pengendara sepeda motor. Selain itu, ditemukan juga petani yang

Berdasarkan standar OSHA, sarung tangan yang sesuai untuk melindungi pengguna pestisida adalah Gloves yang terbuat dari karet (latex, nitrile atau butyl), plastik atau material lainnya yang tahan terhadap zat kimia pestisida. Sarung tangan ini akan melindungi petani dari paparan pestisida terutama pada saat pencampuran. Hasil observasi menunjukkan bahwa sarung tangan yang digunakan petani juga masih terbuat dari kain. Terkait hal ini, peneliti menemukan masalah kesehatan yang meninmpa petani di greenhouse S-12. Petani tersebut mengalami penyakit kulit pada jari-jari dan telapak tangan.

Gambar 5.2

Petani yang Mengalami Penyakit Kulit Akibat Pestisida

Setelah penyuluhan, petani yang memakai pakaian panjang berjumlah 28 orang (88%), petani yang menggunakan masker berjumlah 32 orang (94%), petani yang menggunakan penutup kepala berjumlah 18 (56%), petani yang menggunakan kacamata berjumlah 4 orang (12%), petani yang menggunakan sarung tangan berjumlah 23 orang (72 %), dan petani yang menggunakan sepatu boot berjumlah 12 orang (38%). Dari hasil tersebut, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah petani yang menggukanan APD (grafik 4.1).

Gambar 5.3

Observasi Tindakan Petani Paprika Setelah Penyuluhan

Walaupun terjadi peningkatan jumlah petani yang menggukanan APD, namun tidak semua APD yang digunakan telah memenuhi standar aman. Sebagian besar masker dan sarung tangan yang digunakan masih terbuat dari kain. Hanya 2 petani yang menggunakan masker dengan penyaring khusus. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti ketersediaan APD, kenyamanan, motivasi, dan keadaan ekonomi petani. Untuk penggunaan sepatu boot, beberapa petani mengaku keberatan karena khawatir lantai greenhouse yang terbuat dari plastik akan sobek atau rusak. Sehingga sebagian besar petani masih menggunakan sandal. Namun demikian, tidak ditemukan lagi petani yang tidak memakai alas kaki seperti pada saat sebelum

E. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Paprika Terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari Bahaya Pestisida

Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan. Sedangkan dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), George (1998) yang dikutip dalam Helliyanti (2009), menyatakan bahwa penyuluhan K3 adalah bentuk usaha yang dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja tentang K3 sehinggga dapat melindungi pekerja, properti, dan lingkungan.

Dalam tempo setelah penyuluhan hingga dilakukan posttest, petani bisa saja mendapat paparan informasi dari sumber lain yang juga dapat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Hal ini memang sulit dikontrol mengingat media pada saat ini memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Untuk itu, penelliti berusaha meminimalisir hal tersebut dengan cara mengadakan posttest pada tempo yang relatif pendek yaitu satu minggu setelah penyuluhan.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa tidak ada petani yang memperoleh informasi terkait K3 maupun APD dari sumber lain. Beberapa petani berpendapat bahwa informasi tentang K3 jarang dimuat di media masa seperti televisi dan radio. Bahkan sebagian besar petani mengaku belum pernah mendapat penyuluhan tentang K3. Hal ini dapat terjadi karena profesi petani pada umumnya termasuk pada usaha informal yang tidak berbadan hukum. Sehingga tidak ada kontrol khusus terkait sistem

keamanan kerja (job security system) seperti yang diterapkan pada perusahaan formal pada umumnya.

Penyuluhan terkait APD yang dilakukan peneliti kepada petani paprika merupakan salah satu bentuk penyaluran informasi. Peneliti menggunakan dua metode penyuluhan yaitu metode satu arah dan metode dua arah. Metode satu arah dilakukan dengan presentasi slide dan pemutaran film pendek. Sedangkan metode dua arah dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab. Dengan penyuluhan ini, peneliti berasumsi bahwa informasi yang diberikan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap perilaku petani yang kemudian diukur dengan melihat perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan petani tersebut.

Pada saat sesi diskusi dan tanya jawab, banyak petani yang khawatir tentang kondisi kesehatannya, terutama petani yang baru menyadari adanya dampak negatif pestisida yang bersifat jangka panjang. Selain itu, banyak petani yang mulai memperhatikan dampak negatif pestisida terlebih setelah melihat film tentang petani yang mengalami gangguan kesehatan akibat pestisida.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui adanya peningkatan skor pengetahuan dan sikap antara sebelum dan setelah penyuluhan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap. Adapun secara statistik (uji

wilcoxon), dihasilkan P-value sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat

pengaruh penyuluhan yang bermakna terhadap pengetahuan dan sikap petani terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida. Pengaruh penyuluhan ini juga terjadi

peningkatan jumlah petani yang menggunakan APD walaupun tidak semua APD yang digunakan telah memenuhi standar aman.

Lucie (2005) menjelaskan bahwa penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah. Dalam proses perubahan perilaku, sasaran diharapkan untuk berubah bukan semata-mata karena penambahan pengetahuan saja. Namun, diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif, dan menguntungkan. Lebih lanjut Notoatmojo (2007) menjelaskan bahwa suatu sikap belum tentu mewujudkan suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan diperlukan faktor pendukung (support) atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti adanya fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak.

88

A. Simpulan

1. Terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida antara sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida. 2. Terdapat perubahan yang signifikan pada pengetahuan dan sikap petani dimana terjadi peningkatan skor pengetahuan dan sikap petani setelah mendapat penyuluhan terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida. 3. Terdapat perubahan pada tindakan petani dimana terjadi peningkatan jumlah

petani yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

B. Saran

1. Bagi Petani

a. Agar lebih giat dalam menambah pengetahuan tentang Keselamata dan Kesehatan Kerja (K3)

b. Agar lebih berhati-hati terhadap bahaya pestisida

c. Agar pemilik greenhouse menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk pekerja yang menggunakan pestisida.

2. Bagi Pemerintah

a. Mengadakan program promosi terkait Kelematan dan Kesehatan Kerja (K3) pada petani pengguna pestisida

b. Memperluas sasaran program indonesia berbudaya K3 2015 yaitu tidak hanya pada pekerja formal di industri besar atau berbadan hukum, namun juga pada setiap pekerja baik formal maupun informal yang berhadapan dengan hazard

di lingkungan kerja. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh penyuluhan terhadap perilaku petani terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

b. Disarankan untuk melakukan penelitian komparatif untuk mendapatkan metode penyuluhan yang paling efektif dalam aspek perubahan perilaku petani terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

Adiyoga dan Soetiarso. 1999. Strategi Petani dalam Pengelolaan Resiko pada Usahatani Cabai. J. Hort. 8 (4):1299-1311, 1999.

Afriyanto. 2008. “Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot cabe di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten semarang.” Tesis Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro –Semarang.

Anonim, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian - Direktorat Pupuk dan Pestisida. Kementrian Pertanian

Anonim, “Sepuluh Buah dan Sayur yang Mengandung Kadar Pestisida Tinggi” artikel diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari

http://www.infospesial.net/lifestyle/10-buah-sayur-mengandung-kadar-pestisida-tinggi/

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Bernadetta. 2011. “Pengaruh Penyuluhan Pestisida Terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Menyemprot Pestisida Di Desa Serdang Kecamatan

Barusjahe Kabupaten Karo” Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Sumatera Utara – Medan.

Budiono, A.M. Sugeng. 2003,. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI, 2003. Pedoman Pengamanan Penggunaan Pestisida Khusus untuk Petani dan Operator Pestisida. Jakarta: Ditjen PPM & PLP.

Bogasari Flours Mills Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia - Depok.

Lucie, S. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor. Ghalia Indonesia.

Lu F.C., 1995. Toksikologi Dasar. Ed. 2. Jakarta: UI-Press.

Machfoedz, Ircham dan Suryani, eko. 2007. Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya

Mangkunegara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Meliala, arihta. 2005. “Karakteristik dan Hygiene Perorangan Petani Hortikultura Serta Keluhan Kesehatan Dalam Penggunaan Pestisida di Desa Gurukihayan Kecamatan Payung Kabupaten Karo Tahun 2005.” Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Munaf, S. 1997. Keracunan Akut Pestisida Teknik Diagnosis, PertolonganPertama Pengobatan dan Pencegahannya. Jakarta: Widya Medika.

Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC.

Nedved, Milos. 1991. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Biokimia dan Pengendalian Bahaya Besar. Editor Soemanto Imam Hanafi. Jakarta: ILO

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

__________________. 2007. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. __________________. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Novizan, 2003. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta: Agro Media Pustaka

Occupational Safety and Health Administration (OSHA). 2003. Personal Protective Equipment. Artikel diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari www.osha.gov Palupi M, Monika. 2013. Alat-alat Pengujian Hipotesis. Semarang : Unika

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Soehatman, Ramli. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OHSAS 18001), Seri Manajemen K3. Jakarta: Dian Rakyat.

Solhi, Mahnaz. 2013.“The Effect of Health Education on the Use of Personal Respiratory Protective Equipments based on BASNEF Model among Workers of Block Carbon Factory in Ahwaz”. International Journal of Applied Science and Technology, vol.3. No.3. Maret.

Suardi, R. 2005. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit PPM.

Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Haji Mas

Agung

Sumardjo. 1999. ”Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengem-bangan Kemandirian Petani: Kasus di Propinsi Jawa Barat”. Disertasi Doktor. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.

Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada Suwarni, Agus, 1998. Tingkat Keracunan, Faktor Risiko dan Kerugian Ekonomi Akibat

Penggunaan Pestisida Bagi Petni Bawang Merah dan Cabe di Kabupaten Brebes. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Jawa Tengah,Vol. XXXI No. 2).

Thundiyil, Josef G, Dkk., 2013. “Acute pesticide poisoning: a proposed classification

tool”. Artikel diakses pada tanggal 13 Agustus 2013 dari

http://www.who.int/entity/bulletin/volumes/en/

Wudianto, Rini. 2005. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

PEDOMAN WAWANCARA

KETERANGAN UMUM PETANI PAPRIKA PENGGUNA PESTISIDA

DI DESA KUMBO - PASURUAN

No. : ...

Nama : ... Umur : ... Tahun

Jenis Kelamin : L / P

Pendidikan Terakhir : SD/ SMP/ SMA / PT / Lain-lain : ...

A. Keterangan Umum Penggunaan Pestisida

1. Sudah berapa lama Bapak menggunakan pestisda? ... 2. Dalam seminggu, berapa kali Bapak menggunakan pestisida? ... kali 3. Berapa lama durasi penyemprotan pestisida dalam setiap penggunaanya? ... Jam

KUISIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI PAPRIKA TERKAIT PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

DARI BAHAYA PESTISIDA No. Responden : ...

Umur : ... Tahun

Jenis Kelamin : L / P

Pendidikan Terakhir : SD/ SMP/ SMA / PT / Lain-lain : ...

A. PENGETAHUAN

1. Menurut anda, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah :

Dokumen terkait