• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak PKSA terhadap Penguatan Kelembagaan

BAB IV : EFEKTIVITAS PROGRAM

A. Dampak PKSA terhadap Penguatan Kelembagaan

Pelaksana program kesejahteraan sosial anak adalah lembaga kesejahteraan sosial (LKSA) dan didalamnya terdapat Sakti Peksos yang ditempatkan di LKSA, tenaga kesejahteraan sosial dan relawan sosial yang berperan sebagai pendamping. Sakti Peksos adalah tenaga profesional yang khusus ditempatkan sebagai pendamping dalam PKSA, namun jumlahnya tidak seimbang dengan jumlah LKSA yang mengelola PKSA. Hal ini dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 5. Sasaran LKSA dan SDM Pelaksana PKSA Tahun 2013-2012

Sumber: Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak 2013

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah LKSA yang telah diintervensi untuk mengelola PKSA jauh lebih banyak dibandingkan jumlah Sakti Peksos (SDM) yang difasilitasi sebagai pelaksana pendampingan dalam melaksanakan PKSA. Pada tahun 2012 terdapat 6.728 PKSA pelaksana PKSA, sedangkan pendampingnya yang berasal dari Sakti Peksos hanya 1.111 orang. Hal ini berarti bahwa sebagian besar LKSA tidak memiliki pendamping yang berasal dari Sakti Peksos. Bagi mereka yang tidak memiliki Sakti Peksos, pendampingan dilakukan oleh SDM yang dimiliki dan difasilitasi oleh LKSA jumlahnya cukup banyak yaitu sekitar 83,5 %. Hal ini akan berpengaruh pada hasil yang dicapai.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa 6 LKSA yang dijadikan kasus, 3 LKSA diantaranya yaitu Panti Asuhan Pengayoman (AT-DKI) , Rumah Singgah Ahmad Dahlan (Anjal- DIY) dan Seksi Sosial Kecamatan (ADK-DKI) tidak mempunyai Sakti Peksos. Pada LKSA Ahmad Dahlan sebelumnya ada satu orang Sakti Peksos, tetapi pada saat penelitian sudah mengundurkan diri karena mendapatkan pekerjaan baru. Tugas pendampingan dilakukan oleh Peksos Rumah Singgah. Pada LKSA Pengayoman pendampingan dilakukan oleh

pengasuh yang belum mempunyai kompetensi secara khusus. Sedangkan untuk SSK pendampingan dilakukan oleh PSM.

Dampak PKSA terhadap penguatan LKSA adalah peningkatan tugas dalam perlindungan anak dapat dilihat dari dua aspek yaitu pelaksanaan tugas LKSA dan tugas pendamping yang ditunjuk untuk melaksanaan pendampingan terhadap penerima bantuan.

Pelaksanaan Tugas LKSA

Keberhasilan LKSA dapat dilihat dari pelaksanaan tugasnya dalam mengelola PKSA sesuai dengan Pedoman Operasional PKSA yaitu: 1. Menyiapkan data PKSA secara lengkap (by name by address,

karaktaristis masalah dan potensi dan sumber daya sosial ekonomi). Kegiatan ini sudah dilakukan dengan baik untuk hal data nama dan alamat lengkap. Namun untuk karaktaristik, kebutuhan dan sumber daya sosial dan ekonomi belum dilakukan secara lengkap dan terinci, terutama bagi LKSA yang tidak mempunyai Sakti Peksos.

2. Melakukan penjangkauan dan pendampingan sosial terhadap anak yang membutuhkan layanan PKSA dengan melibatkan Pekerja Sosial Anak, TKSA dan Relawan Sosial Anak. Kegiatan ini sudah dilakukan namun belum maksimal karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pendamping, keterbatasan anggaran yang tersedia untuk melakukan kunjungan dan rasio yang cukup besar.

3. Memfasilitasi penyelenggaraan layanan bagi anak dan keluarga yang menjadi penerima manfaat PKSA termasuk mendampingi anak dan orangtua/wali dalam proses pembukaan Tabungan Kesejahteraan Sosial Anak pada Bank setempat atau Lembaga Keuangan Mikro yang berbadan hukum. Kegiatan ini sudah dilakukan dengan pendamping.

4. Menangani kasus yang melibatkan profesional dan instansi terkait, sudah dilaksanakan tapi belum maksimal.

5. Melakukan pembinaan, supervise, monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang dilakukan baru sebatas monitoring masalah keuangan, tetapi belum mengevaluasi hasil. Hal ini terlihat dari belum tersedianya data keberhasilan. Misalnya seorang anak diterminasi belum ada yang berhasil, tetapi karena usianya sudah 17 tahun atau melakukan pelanggaran terhadap penggunaan uang. 6. Melakukan advokasi sosial kepada lembaga-lembaga mitra

penyelenggaraan kesejahteraan sosial anak. Kegiatan ini belum sempat dilakukan karena kesibukan mengurusi hal-hal yang sifatnya administrates.

7. Membangun jaringan dengan pihak terkait. Kegiatan ini sudah dilakukan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan dan akta kelahiran.

8. Membuat laporan pelaksana PKSA sesusi dengan tugas-tugas dan kewenangan yang dimiliki. Pelaporan sebagian besar substansinya masih terbatas pada pertanggungjawaban administratif, belum menyangkut penilaian pencapaian target fungsional.

Dari uraian di atas terlihat bahwa sebagaian besar tugas pokok LKSA dalam melindungi anak masih terbatas. Hal ini disebabkan antara lain ketergantungan LKSA dalam pelaksanaan tugasnya kepada dana operasional yang jumlahnya terbatas dan keterbatasan jumlah dan kualitas pendamping.

Pelaksanaan Tugas Pendamping

Tugas pendampingan pada umumnya sudah dilakukan, namun belum sumuanya melakukan sesuai dengan tugas pokoknya sebagai pendamping. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang informan ada 4 kategori asal pendamping yaitu dari pengasuh pada panti asuhan, dari sakti peksos yang ditempatkan pada LKSA, dari pekerja sosial LKSA (TKSA) dan dari pekerja sosial masyarakat (PSM) yang kegiatannya tidak melalui LKSA. Adapun pelaksanaan tugas pendamping dari empat kategori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendamping dari panti asuhan (pengasuh), hasil penelitian menunjukkan bahwa “Sampai saat ini informan tidak pernah dilibatkan dalam hal penerimaan anak dan administrasi, demikian juga dengan PKSA. Informan hanya diberi tugas sebagai pengasuh. Kondisi anak asuh di panti, saat masuk banyak yang belum memiliki akta kelahirann, Yayasan berusaha mengurus akta lahir, namun sampai saat ini belum semua anak asuh dapat memiliki akta lahir, karena kesulitan dengan perbedaan tempat tinggal orangtua dan tempat lahir anak dengan tempat tinggal anak saat ini”. Informasi tersebut menunjukkan bahwa tugas-tugas pendampingan belum diketahui dan dilaksanakan.

2. Pendamping (Sakti Peksos) yang sudah melaksanakan tugasnya, hasil wawancara dengan informan menunjukkan:

a. Melakukan pendekatan dengan orangtua tentang pengasuhan dan masalah anak, (1)menanyakan apakah butuh dukungan lain atau sumber lain, kalau ya maka pendamping akan (2)menghubungkan dengan sumber lain. (3) melihat perkembangan anak dan melakukan bimbingan kepada anak. (4) melakukan asesmen kebutuhan dan asesmen pada anak dan keluarga yang membutuhkan, dilakukan untuk pencairan dana. Anak yang didampingi tidak semua dapat dikunjungi dalam satu priode, karena lokasi jauh dan tidak setiap berkunjung belum tentu bertemu.

b. Pendamping juga melakukan layanan peningkatan potensi diri anak dengan cara membuka kesempatan anak untuk mengikuti les, baik oleh lembaga maupun perorangan. Kadang-kadang pendamping ikut membimbing ketika akan mengikuti ulangan/ujian/ujian nasional.

c. Penguatan tanggung jawab orangtua/keluarga: bimbingan tentang pengasuhan anak.

d. Untuk pencairan dana, kadang orangtua sudah belanja duluan, sehingga asesmen tidak dilakukan, berdasarkan bon belanja, maka dilakukan penarikan dari bank.

e. Memonitor pemanfaatan bantuan dengan meminta bukti pembelian barang dan menyesuaikan dengan hasil asesmen kebutuhan

f. Mengevaluasi pelayanan, melaporkan hasil dan menindak- lanjuti hasil evaluasi.

g. Melakukan koordinasi dengan sekolah anak.

h. Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan, data anak dan keluarga. Membuat laporan penanganan kasus setiap terjadi kasus, membuat laporan tertulis per triwulan dan dikirim ke Subdit Anak Terlantar Kementerian Sosial RI melalui Pos. 3. Pendamping dari TKSA (Pekerja Sosial LKSA)

Kegiatan Pendampingan PKSA yang diakukan (mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai pada melaporkan) antara lain: penjangkauan, identifikasi masalah anak, melakukan rujukan ke panti, ke RPSA dan reunifikasi dengan keluarga asalnya, serta membuat laporan lemabaga.

Jenis Kegiatan yang dilakukan:

a Mengidentifikasi anak yang mengalami masalah dengan pengasuhan dan perlindungan caranya Pendekatan ke anak. b Melakukan pendekatan terhadap orangtua/keluarga sebagai

penanggung jawab pengasuhan dan perlindungan anak melalui wawancara dan observasi.

c Menyeleksi data awal penerima layanan dengan memilah-milah data.

d Melakukan kunjungan ke tempat tinggal anak/orangtua/ keluarga melalui observasi dan wawancara.

e Melakukan asesmen kebutuhan pada anak dan keluarga yang membutuhkan.

f Merencanakan intervensi dan melaksanakan pelayanan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan penerima manfaat dengan mengadakan diskusi dengan orangtua dan anak.

g Peningkatan akses terhadap pelayanan sosial dasar dengan mengembalikan anak ke sekolah dan berobat ke Puskemas bila sakit.

h Peningkatan potensi diri dan kreativitas anak melalui kerjasama dengan voluntir dan pengusaha lokal.

i Membantu proses membuka rekening tabungan atas nama anak melalui pendekatan ke bank BPD.

j Memonitor pemanfaatan bantuan sesuai dengan peruntukkannya, setiap pengambilan melalui usulan dengan formulir yang telah disediakan.

k Melakukan koordinasi dengan lembaga rujukan melalui surat, rapat, dan telp untuk menentukan titik operasi bersama l Mencatat dan mendokumentasikan data anak/orangtua/

keluarga penerima manfaat.

m Membuat laporan penanganan kasus setiap terjadi kasus dan dikirim ke dinas sosial provinsi.

n Membuat laporan tertulis per triwulan yang ditujukan kepada Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak dan dikirim melalui dinas sosial provinsi sebagai laporan lembaga akhir tahun.

Informasi di atas menunjukkan bahwa tenaga kesejahteraan sosial pada LKSA sudah cukup mumpuni dalam melaksanakan kegiatan PKSA. Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan dan pelatihan yang dimiliknya dan dukunagan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan seperti dana, sarana dan prasarana, jiwa kerelawanan pendamping itu sendiri.

4. Pendampingan dilakukan oleh pendamping sosial yang juga sebagai pembimbing sosial masyarakat terhadap anak-anak yang menjadi klien PKSADK. Menurut kepala SSK Pasar Rebo, pendamping melakukan kegiatannya mulai dari pekerjaan administrasi terkait dengan lembaga, mengecek permintaan kebutuhan klien, sampai pelaksanaan monitoring dan evaluasi

klien sakit, orangtuanya datang ke lembaga untuk melapor agar dapat mencairkan dana tabungan termasuk ketika akan membeli kebutuhan ADK.

Secara umum dari informasi di atas, hasil pengamatan dilapangan dan data sekunder yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar waktunya digunakan untuk mengurus hal-hal yang sifatnya administratif seperti mencatat dan menyetujui penggunaan uang oleh anak dan membuat laporan-laporan untuk pertangungjawaban administrative. Selain itu pendamping sudah melakukan penguatan keluarga, tetapi sifatnya massal dan hanya satu kali, belum melakukannya secara individual sesuai dengan situasi masalah anak dan keluarga. Pendamping yang berasal dari sakti peksos jauh lebih profesional dari pendamping yang berasal dari LKSA.

Dapat dikatakan bahwa manfaat bagi lembaga yang terlibat dalam proses pelaksanaan, PKSA bukan hanya sekedar meringankan beban tanggung jawab kelembagaan dalam menjalankan programnya. Lebih jauh, lembaga juga merasakan efek pencerahan sehingga lembaga juga sekaligus mengalami pemberdayaan. LKSA pelaksana PKSA mengalami peningkatan akses dan jaringan. Sementara SDM lembaga mengalami perbaikan kapasitas seperti kemampuan dalam melakukan pendampingan walaupun belum sepenuhnya memenuhi harapan.

Keberhasilan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain:

1. Pengetahuan dan keterampilan pendamping tentang masalah anak didampingi misalnya pendamping Anjal, ABH, ADK dan AMPK harus memiliki pengetahuan khusus tentang anak yang didamping misalnya untuk ABH pendamping harus mengerti tentang hukum dan peradilan anak. Hal ini belum diperoleh dari penguatan yang pernah mereka terima.

dan ABH dperlukan lebih dari itu misalnya 10 kali per anak per tahun.

3. Rasio penerima pendamping dan manfaat. Hasil penelitian menunjukkan belum ada ketentuan tentang hal ini. Dari 6 kasus LKSA yang ada sangat bervariasi misalnya untuk Puspelkesos di Aceh 87 anak didampingi oleh 2 orang pendamping, di LKSA Akur Kurnia Jakarta 272 anak didampingi oleh dua orang Sakti Peksos bahkan banyak yang tidak didampingi oleh Sakti Peksos. 4. Dukungan masyarakat, adanya sumbangan dari tingkat

gampong/kecamatan/kabupaten yaitu berupa ATK dan dana operasional sebesar Rp1.750.000,- di tahun 2013 termasuk dari Dinas Sosial Provinsi sudah memberikan ATK sebanyak dua kali. Masyarakat pada umumnya mendukung kegiatan PKSA, namun belum banyak yang tau persis tentang kegiatan PKSA. 5. Dukungan sarana dan prasarana seperti alat transportasi (motor).

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dampak PKSA terhadap penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak adalah peningkatan peran LKSA dalam perlindungan anak walaupun peningkatan belum maksimal. Hal ini disebabkan karena lembaga belum didukung oleh pedoman pelaksanaan LKSA (masing-masing kluster), manajemen SDM, manajemen keuangan dan manajemen data yang memadai.

B. Dampak PKSA terhadap Penguatan Tanggung Jawab Orangtua/

Dokumen terkait