• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Positif (Maslahat) dari Merokok

Dalam dokumen Kemashlahatan dan Kemadhorotan Rokok Bag (Halaman 31-40)

BAB II KEMASHLAHATAN DAN KEMADLARATAN ROKOK BAGI

C. Dampak yang Ditimbulkan dari Merokok

1. Dampak Positif (Maslahat) dari Merokok

Bagaimanapun juga rokok tetap menimbulkan kontroversi perihal bahaya dan manfaatnya, sekaligus melahirkan berbagai tanggapan pro dan kontra terhadap keberadaannya. Namun dibalik semua itu, ternyata merokok menyimpan manfaat yang tidak sedikit. Baik dalam segi kesehatan, ekonomi, dan psikologis.

A. Merokok untuk Kesehatan

Sebanyak apapun racun yang terkandung dalam rokok, tapi ternyata pada zaman dahulu tembakau (rokok) menyimpan manfaat dalam segi kesehatan dan pengobatan yang telah diteliti oleh beberapa ahli kesehatan yang dapat dipercaya.

Berikut adalah catatan sejarah perihal pembelaan medis terhadap manfaat tembakau dan merokok yang dirangkum dari buku tulisan Amen Budiman & Onghokham (1987), dan berbagai sumber lainnya.

1. Pengarang buku Treatise of Brazil yang ditulis pada 1601 dan tidak diketahui namanya menyajikan sebuah lukisan yang menarik mengenai mode penghisap cerutu di Brasilia, baik di kalangan masyarakat Indian maupun para perantau Portugis. Katanya: “orang-orang perempuan juga menghisapnya, akan tetapi mereka yang melakukan perbuatan seperti itu telah lanjut usia dan sakit-sakitan, oleh karena tembakau tersebut mempunyai kemampuan menyembuhkan, terutama penyakit batuk, perut dan kepala.”

2. Penulis Tionghoa pertama yang telah memberikan sebuah laporan penting mengenai tembakau ialah Chang Kiai-pin, seorang dokter termasyhur dari distrik Shan-yin, daerah Ta-t’ung, provinsi Shan-si. Awalnya ia ragu, namun setelah mempelajari efek-efek fisiologis merokok dan beberapa penelitian mengenai manfaat tembakau dengan seksama, ia menjadi yakin terhadap manfaat dan kualitas benda itu. Ia sangat memuji tembakau (rokok) sebagai obat pilek dan penyakit malaria yang disebabkan oleh kabut-kabut di pegunungan, untuk mengurangi bengkak-bengkak yang timbul dari penyakit busung air dan untuk mencegah penyakit kolera.

3. Profesi kedokteran di Tionghoa memakai tembakau dalam bidang kehidupan yang sangat luas. Di samping untuk penyembuhan penyakit malaria, suatu rebusan daun tembakau bisa dipakai untuk membinasakan serangga-serangga dan penyakit-penyakit kulit yang bersifat parasit. Olahan daun tembakau juga bisa dipakai untuk menghentikan alirah darah karena luka-luka. Sedang tangkai bunganya yang dikenal lebih beracun dari pada daun-daunnya, dipakai untuk membius ikan dengan cara dirajang halus-halus, kemudian dilumatkan dengan kulit sejenis pohon kenari yang hijau warnanya. Lumatan ini dimasukkan ke dalam air tempat ikan yang dituju. Di samping itu, uap yang dihisap dari perasan daun tembakau yang masih segar, jika dicampur dengan damar dari sejenis pohon cemara, dipercaya bisa bermanfaat untuk pengobatan kerusakan peredaran pada pembuluh darah. Daun-daun tembakau yang telah dicacah bisa dipakai untuk mengobati gigitan ular.

4. Sebuah hasil penelitian paling baru dari Dr. Arief Budi Witarto M.E. – seorang peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan jika ternyata tembakau dapat pula menghasilkan protein anti-kanker yang berguna bagi penderita kanker. Proposal penelitian ini membawa Doktor Bioteknologi dari Fakultas Teknik, Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang itu meraih penghargaan dari Badan riset Jerman DAAD dan Fraunhofer di Jakarta, Rabu. Tanaman tembakau ini diambil daun tembakaunya untuk memproduksi rokok, tetapi dimanfaatkan sebagai reaktor penghasil protein GSCF, suatu hormon yang menstimulasi produksi darah. Selain untuk protein anti-kanker, GSCF, ujarnya, bisa juga untuk menstimulasi perbanyakan sel tunas (stemcell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang rusak.

5. Mungkin banyak perokok yang mengalami masalah keuangan untuk membeli sebungkus rokok. Namun dari hasil penelitian dan studi terbaru mengungkapkan bahwa laki-laki yang merokok memiliki lebih sedikit risiko menjalani jumlah operasi penggantian sendi dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok. Penelitian, dari University of Adelaide di Australia, muncul dalam edisi Juli jurnal Arthritis & Rheumatism. Dari hasil penelitian ini dimungkinkan bahwa nikotin dalam tembakau membantu mencegah tulang rawan dan kerusakan sendi.

6. Sejumlah penelitian telah mengidentifikasi hubungan terbalik luar biasa antara merokok dan penyakit Parkinson. Perokok jangka panjang yang entah bagaimana dilindungi dari penyakit berbahaya parkinson, dan itu

bukan karena perokok meninggal karena hal-hal lain sebelumnya. Peneliti Harvard adalah di antara yang pertama untuk memberikan bukti yang meyakinkan. Dalam studi yang dipublikasikan di Neurology Maret 2007, para peneliti menemukan efek perlindungan dari penyakit Parkinson berkurang drastis setelah perokok tersebut berhenti merokok.

Sebanyak apapun manfaat rokok pada kesehatan, tetap saja rokok mengandung zat-zat berbahaya yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh manusia. Bagaimanapun, mencegah penyakit tetap lebih baik dari pada mengobati penyakit.

B. Peran Aktif Perusahaan Rokok (Keretek) dalam Perekonomian dan Pembangunan

Bagi pemerintah, industri rokok kretek merupakan sumber pendapatan yang sangat penting artinya. Tak terhitung berapa banyak sumbangan finansial yang masuk ke dalam kas Negara dari bisnis yang satu ini.

1. Bidang Ekonomi

 Lapangan pekerjaan yang besar

Sejarah mencatat pada 1938 saja perusahaan rokok cap Bal Tiga milik Nitisemito mampu menyerap 10.000 pekerja dan memproduksi 10 juta batang rokok per hari. Dalam Subangun (1993: XXVI) tercatat pada 1991

orang karyawan. Pada 2006 tenaga kerja dari hulu sampai hilir mencapai sekitar 10 juta tenaga kerja.

Belum lagi instansi dan perusahaan (di luar perusahaan rokok) yang berhubungan dengan kinerja mereka, seperti jasa angkutan dan distribusi. Ini masih pula ditambah dengan orang yang menggantungkan hidup dari distribusi rokok langsung ke konsumen, seperti toko, warung-warung, hingga para pengecer rokok asongan.

 Cukai tembakau sebagai pemasukan kas Negara

Cukai di Indonesia dikenal sejak 1933 dan merupakan tiang penyangga kas pemerintah Hindia-Belanda pada waktu itu. Pada era pasca perang kemerdekaan di mana keadaan ekonomi sangat buruk hingga tahun 1950 pemerintah Indonesia mengadakan devaluasi, cukai tembakau punya andil besar dalam mempertahankan kelangsungan perekonomian pemerintah Indonesia. Dari tahun itu hingga tahun-tahun selanjutnya, pemasukan cukai tembakau terus beranjak naik, bahkan melesat terus diikuti bertambahnya jumlah produksi. Lance (1982), memasukkan data pemasukan cukai tembakau dari 1951 sampai 1962 dalam bentuk table sebagai berikut.

Tahun Jumlah Cukai Tembakau 1951 Rp 46.920.000,00 1952 Rp 63.110.000,00 1953 Rp 84.220.000,00 1954 Rp 101.601.000,00 1955 Rp 102.900.000,00 1956 Rp 123.360.000,00 1957 Rp 153.790.000,00 1958 Rp 205.750.000,00

Sumber: Lance Catles, Tingkah Laku Agama, Politik Politik dan Ekonomi di Jawa: Industri Rokok

Kudus, 1982

Perlu diketahui, dalam ketentuan cukai dari Menkeu No 449/KMK.04/2002 disebutkan, tarif cukai jenis rokok keretek mesin dan rokok putih adalah 26-40% dari harga jual eceran dan tarif cukai rokok keretek dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 8,4% dari hasil penjualan rokok.

Dalam Budiman (1987, hal: 179) tercatat pada 1951 pemasukan cukai tembakau sebesar Rp 46.920.000,00. Pada 1962 menjadi Rp 920.050.000,00 –yang merupakan 21,70% dari jumlah pemasukan berbagai macam pajak dan bea di tanah air. Dalam Subangun (1993: XXVII) cukai tembakau mencapai 2,1 triliun rupiah—yang ternyata memiliki proporsi lebih dari 90% dari total cukai yang masuk ke kas Negara.

Informasi terakhir dari Departemen Keuangan RI, pada 2003, volume produksi rokok sebesar 192,33 miliar batang dengan penerimaan cukai Rp 26,30 triliun. Pada 2004, volume produksi rokok naik menjadi 203, 87 miliar batang dengan penerimaan cukai Rp 29,17 triliun. Sedangkan pada 2005 menjadi 220 miliar batang dengan realisasi cukai rokok Rp 32,6 triliun.

Dilansir dari Kompas Cyber Media, 20 November 2006, penerimaan cukai pada 2007 ditargetkan Rp 42 triliun atau meningkat dibandingkan pada 2006 yang sebesar Rp 38,4 triliun.

Bisa dibayangkan berapa banyak bidang yang bisa didanai pemerintah dari pemasukan cukai tembakau itu.

 Devisa ekspor

Dalam Subangun (1993: XVII), disebutkan jika devisa ekspor yang disetorkan industri rokok nasional tahun 1991 mencapai 88,1 juta US$ atau sekitar 176,1 miliar rupiah.—(dalam kurs mata uang dolar pada waktu itu). Sedangkan pajak tak langsung yang disetorkan industri rokok nasional pada 1989 saja mencapai 1,9 miliar rupiah. Dari data Depperind, devisa ekspor

yang disetorkan industri rokok nasional pada 2006 sejumlah 1,9 triliun. Kesemuanya itu adalah angka yang cukup signifikan bagi biaya pembangunan Indonesia.

 Tingkat kesejahteraan petani

Pengusahaan perkebunan tembakau juga memberikan kemungkinan cukup tinggi bagi peningkatan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan para petani, sekalipun kesemuanya itu masih tergantung pada perkembangan harga yang diterima petani dan konsumennya, baik industri rokok maupun para eksportir tembakau. Dari data Depperind, harga tembakau kualitas terbaik pada 2004 hingga 2005 masih sekitar Rp 60.000-Rp 70.000 per kilogram. Sementara itu, untuk kualitas menengah Rp 25.000-Rp 30.000 per kilogram. Pada 2006 naik menjadi Rp 300.000 per kilogram untuk kualitas terbaik (kelas I). Adapun menengah atau kelas A sampai D antara Rp 300.000 dan Rp 40.000 per kilogram.

2. Bidang Pendidikan

Perusahaan-perusahaan rokok besar di Indonesia menyediakan sejumlah anggaran tertentu untuk penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, seni dan budaya.

Banyaknya penelitian dan pengembangan dalam iptek yang disponsori dan didanai oleh beberapa perusahaan rokok besar di Indonesia.

Tak sedikit beasiswa ataupun bantuan belajar yang diberikan oleh perusahaan rokok kepada pelajar berprestasi ataupun yang tak mampu

3. Bidang Sarana dan Prasarana Fisik

Perusahaan-perusahaan rokok besar di Indonesia juga menyediakan anggaran dana yang termanifestasikan dalam pembangunan sarana olahraga, gedung kesenian, pengaspalan jalan, sampai pembangunan tempat ibadah.

4. Bidang Kesejahteraan Sosial

Perusahaan rokok besar di Indonesia menyediakan anggaran dana yang termanifestasikan (sebagai contoh) dalam rehabilitasi Rumah Sakit Umum dan penghijauan kota.

C. Psikologis Perokok

Rokok memang sangat berpengaruh terhadap kondisi psikis seseorang. Banyak temuan fakta perihal banyaknya perokok yang merasakan peningkatan konsentrasi, mood, kemampuan belajar, mengurangi stress dan lelah, serta kemampuan memecahkan masalah saat menghisap sebatang rokok.

Namun sayangnya, dibalik dampak positifnya rokok, sebagian besar perokok tidak pernah memperhatikan attitude-nya. Tanpa rasa malu merokok di tempat umum yang dapat mengakibatkan orang di sekitarnya menjadi

perokok pasif. Padahal setiap orang mempunyai hak untuk bebas menghirup udara segar tanpa mengandung racun dari asap rokok.

Dalam dokumen Kemashlahatan dan Kemadhorotan Rokok Bag (Halaman 31-40)

Dokumen terkait